Wednesday, September 18, 2019

Pembuatan Jadwal Pelajaran

Terdapat cara mudah untuk membuat jadwal pelajaran dengan menggunakan program excell. berikut ini adalah excell yang bisa kalian gunakan untuk membuat jadwal pelajaran dengan antri bentrok.

KLIK: Aplikasi Excell Untuk Membuat Jadwal Pelajaran

Tuesday, October 10, 2017

Kurikulum BIPA

KURIKULUM BIPA

Kurikulum dijadikan landasan perpijak proses pembelajaran. BIPA membutuhkan kurikulum yang sesuai dengan pembelajar asing, yang disesuaikan dengan tingkat kemampuannya. Berbagai pengembangan telah dilakukan dalam dunia pengajaran, baik dalam pendekatan, metode, teknik, bahan ajar maupun perkembanan prilaku peserta didik (Iskandarwassid, 2011: 267). Menurut Karmin (dalam buku Iskandarwassid, 2011: 267) menjelaskan pertanyaan yang relevan dengan kurikulum BIPA adalah Siapa, Apa dan Mengapa. Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah (1) penutur asing dan pengajar, (2) bahasa Indonesia, dan (3) pelajar ingin menggunakan bahasa itu untuk berbagai keperluan.
Keberadaan kurikulum BIPA pada saat ini masih belum ada yang standar. Program BIPA diselenggarakan dengan kurikulum yang dibentuk sendiri. Hal tentunya akan buat kurikulum BIPA yang berbeda-beda antara satu instansi penyelengara dengan instansi penyelenggara yang lain. Akan tetapi Karmin (dalam buku Iskandarwassid, 2011: 267) telah menyusun kerangka kurikulum BIPA secara sederhana. Berikut ini kerangka kurikulum BIPA tersebut.
1) Tujuan Umum
a)      Pelajar BIPA mengenal bahasa Indonesia sebagai lambang identitas nasional Indonesia.
b)      Pelajar BIPA memahami bahasa nasional secara linguistis (ejaan, fonologi, morfologi, sintaksis dan kosakata).
c)      Pelajar BIPA mampu menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai ragamnya baik reseptif maupun produktif.
d)     Pelajar BIPA mampu mengapresiasi sastra Indonesia dalam berbagai bentuknya (prosa, puisi, drama, syair lagu).
2) Tujuan Khusus
a)      Mengucapkan kata dan kalimat dengan ucapan yang tepat dan intonasi yang sesuai dengan maksudnya.
b)      Menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang baku dengan tepat.
c)      Menggunakan berbagai bentuk imbuhan dengan maknanya.
d)     Menggunakan kata dengan maknanya.
e)      Mendapatkan dan menggunakan sinomin, antonim dan homonim.
f)       Memahami bahwa pesan yang sama dapat diungkapkan dalam berbagai bentuk dan dapat menggunakannya.
g)      Memahami bahwa bentuk yang sama dapat mengungkapkan berbagai makna.
h)      Mengenal dan menikmatai puisi, prosa dan drama Indonesia.
i)        Menerima pesan dan ungkapan perasaan orang lain dan menanggapinya secara lisan dan tertulis.
j)        Mengungkapkan perasaan pendapat, angan-angan dan penglaman secara lisan atau tertulis sesuai medianya.
k)      Berinteraksi dan menjalin hubungan dengan orang lain secara lisan menurut keadaan.
l)        Menikmati keindahan dan menangkap pesan yang disampaikan dalam puisi, prosa, drama dan syait lagu.





Iskandarwassid & Dadang Sunendar. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosda. 

Thursday, September 1, 2016

BERBAGAI HAL TENTANG TES



BERBAGAI HAL TENTANG TES

Pengertian Tes
Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau salah. Tes juga dapat diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban atau pertanyaaan yang membutuhkan tanggapan. Hasil dari tes merupakan informasi tentang karakteristik seseorang atau kelompok orang. Oleh karena itu untuk mendapatkan infomasi yang akurat membutuhkan tes yang handal. Tes juga yang sering digunakan di berbagai keperluan di kegiatan pembelajaran. Ada beberapa istilah terkait tes yaitu (a) testing adalah waktu pelaksanaan tes, (b) testee adalah orang yang dikenakan tes, (c) tester adalah orang yang melaksanakan tes atau pelaksana tes.
Tes yang diberikan harus memiliki kesalahan yang kecil. Kesalahan yang besar pada tes akan memperngaruhi kualitas dan kevalidan informasi yang diperoleh. Kesalahan dari tes dibedakan menjadi dua: kesalahan acak dan kesalahan sistemik. Kesalahan acak merupakan kesalahan dari emosi penjawab tes, kesalahan dari karena pemeriksa lembar jawaban. Selanjutnya kesalah sistemik merupakan kesalahan dari soalnya, soal yang terlalu mudah atau sulit. Ada juga dari pendidiknya, guru juga ada yang murah dan mahal dalam memberi skor atau nilai.

Tujuan Tes
            Tes memiliki tujuan yaitu (1) mengetahui tingkat kemampuan siswa, (2) mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa, (3) mendiagnosis kesulitan belajar siswa, (4) mengetahui hasil pengajaran, (5) mengetahui hasil belajar, (6) mengtahui hasil pencapaian kurikulum, (7) mendorong siswa belajar, (8) mendorong pendidik mengajar lebih baik. Seringkali tes digunakan untuk beberapa tujuan namun tidak akan memiliki keefektifan yang dengan semua tujuan.
            Sumber lain juga menyebutkan beberapa tujuan dari adanya tes. Pertama, memperoleh umpan balik terhadap hasil pembelajaran. Kedua, memperbaiki kurikulum dan program pendidikan. Ketiga, meningkatkan motivasi siswa. Ketiga, melaksanakan diagnosis dan remedial. Kelima, melakukan penempatan. Keenam, melakukan seleksi. Ketujuh, mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan.
            Ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan. (a) tes penempatan. (b) tes diagnotik. (c) tes formatif. (d) tes sumatif. Tes penempatan dilakukan di awal pembelajaran untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa, apakah perlu diberi tambahan pelajaran atau tidak. Tes diagnostik, tes yang berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik. Tes ini berguna untuk mengetahui konsep apa yang sudah dikuasai siswa dan konsep apa yang belum. Tes formatif, tes yang diberikan kepada siswa untuk mencari masukan atas tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran. Jika pembelajaran gagal akan diperbaiki untuk meningkatkan keberhasilanya pada pembelajaran berikutnya. Tes sumatif, tes yang diberikan pada akhir pelajaran atau akhir semester. Hasilnya untuk menentukan keberhasilan siswa untuk pelajaran tertentu. Tes ini memberikan skor atau nilai, sertifikat dan sejenisnya untuk menunjukkan keberhasilan siswa.

Ciri-Ciri Tes yang Baik

  1. Reliabilitas tes
Tes dikatakan reliable jika dapat dipercaya. Suatu tes dapat dikatakan dapat dipercaya jika tes itu konstan atau tetap. Misalnya suatu neraca digunakan untk menimbang beras, semula menunjukkan angka 1 kg, jika ditimbang untuk yang kedua dan seterusnya tetap menunjukkan angka 1 kg. Dalam pembelajaran suatu tes dapat dikatakan relible jika tetap. Artinya jika digunakan untuk tes ke siswa dapat mengukur kemampuan yang tetap meskipun berbeda situasi dan waktu. Situasi berbeda jika alat ukur dalam dunia pendidikan dapat dikatakan tidak variabel dikarenakan: (a) situasi atau keadaan jasmani dan rohani siswa yang dites, (b) keadaan tes itu sendiri. Oleh karena itu si pembuat tes harus paham tentang materi yang dibuat tes dan membuat kisi-kisi tes terlebih dahulu.

  1. Validitas tes
Valid artinya sah dan cocok atau benar. Valid artinya dapat mengukur apa yang harus diukur. Tes tesebut benar-benar dapat memberikan gambaran apa yang diinginkan untuk diukur. Contohnya untuk mengukur massa gunakan timbanga, untuk mengukur panjang gunakan meteran dsb. Namun kevalidan tes tergantung juga pada objek yang diukur. Contohnya jika ingin menyetahui massa orang dewasa tidak mungkin menggunakan timbangan bayi meskipun timbangan tersebut juga untuk mengukur massa. Hal tersebut karena timbangan bayi hanya bisa mengukur massa cuma sampai 20 kg saja.

  1. Objektifitas
Objektivitas artinya bebas dari bias. Hal tersebut juga dapat diartikan bahwa pendapat atau pertimbangan dari si pemberi skor tidak ikut berpengaruh dalam proses pemberian angka atau nilai. Artinya jika hasil tersebut diperiksa oleh penilai yang lain hasilnya akan tetap sama. Caranya sebagai berikut (a) merumuskan pertanyaan secara spesifik dan tepat (b) menghidari pertanyaan yang ambigu, (c)  menyusun tes yang hanya memerlukan jawaban tepat, pendek dan spesifik, (d) daalm memberikan skor melihat kunci jawaban dan rubrik penilaian serta rentang nilai yang telah ditentukan terlebih dahulu.

  1. Praktis
Apabila sebuah tes bersifat praktis dan mudah pengadministrasiannya bisa dikatakan tes tersebut praktibilitas tinggi. Tes yang memiliki kepraktisan tinggi memiliki indikator antara lain: (1) dilengkapi oleh petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga siapapun dapat memahaminya, (2) mudah pelaksanaannya (tidak membutuhkan persiapan, peralatan yang rumit), (3) memberikan kebebasan siswa untuk mengerjakan tes yang mudah terlebih dahulu, (4) mudah pemeriksaannya (dilengkapi lembar jawaban, kunci jawaban, pedoman pemberikan skor dan kunci pemberian skor).

  1. Mudah dilaksanakan
Hal ini terkait dengan mudah dalam mengerjakan, siapa yang bertanggungjawab mengelola tes tersebut, waktu dan dimana pelaksanaannya, bagaimana sifat dan apa tujuan tes harus jelas. Jika semuanya sudah mudah akan memudahkan juga dalam tahap selanjutnya.

  1. Mudah diskor
Tes juga harus memperhatikan kemudahan pemberian skor karena menentukan nasib siswa. Tes yang terlalu sulit untuk diskor akan mengakibatkan objektitas hilang. Hal lain juga masalah waktu dan tenaga. Alangkah baiknya tes juga dilengkapi dengan (1) petunjukk dan pedoman penskoran, (2) lembar jawaban terpisah dengan lembar soal, (3) adanya kunci jawaban

  1. Ekonomis
Ekonomis di sini adalah adanya penghematan dari aspek biaya dan tenaga. Misalnya dari segi biaya, soal subjektif lebih ekonomis dalam kertas soal tetapi lebih boros untuk lembar soal.  Soal objektif lebih boros dari segi lembar soal tetapi lebih hemat dari aspek lembar jawaban.

Macam-Macam Tes
            Sebelumnya perlu dibedakan antara kuis dan tes. Kuis biasanya memerlukan waktu yang singkat dan topik lebih sempit. Selanjutnya tes atau ujian memerlukan waktu yang lebih panjang dan topik atau materi yang diujikan lebih komplek atau luas. Bentuk tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan terdapat dua macam: (a) tes objektif: tes yang jika dilihat dari sistem penskorannya, siapa pun yang memberi skor/ memeriksa skor/hasilnya akan sama, (b) tes non objektif, tes yang sistem penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Secara umum tes dapat diklasifikasikan menjadi 6 macam.

  1. Menurut sifatnya
1)      Tes verbal
2)      Tes non verbal
3)      Tes kinerja
4)      Tes kertas dan pena
5)      Tes individu
6)      Tes kelompok

  1. Menurut tujuannya
1)      Tes bakat
2)      Tes prestasi
3)      Tes diagnostik
4)      Tes penempatan
5)      Tes seleksi
  1. Menurut pembuatannya
1)      Tes baku
2)      Tes buatan guru
  1. Menurut pelaksanaannya
1)      Pra tes
2)      Pos tes

  1. Menurut keruntutan pelaksanaannya
1)      Tes formatif
2)      Tes sumatif

  1. Menurut acuan yang dipergunakan untuk menafsirkan skor
1)      Tes acuan norma
2)      Tes acuan kriteria

  1. Menurut cara penskoran
1)      Tes objektif
a)      Menjodohkan
b)      Salah benar
c)      Pilihan ganda
2)      Tes subjektif
a)      Esai
b)      Pertanyaan menggunakan kalimat tanya
c)      Pertanyaan jawaban pendek
d)     Tes melengkapi
e)      Tes unjuk kerja
f)       Portofolio


Tes Standar dan Buatan Guru
  1. Tes standar
Tes standar adalah tes yang pembuatannya telah melalui proses standardisasi, baik mengenai reliabilitas dan validititasnya. Contoh tes kecapakan dan tes inteligensi. Standar untuk siswa dapat dimaksudkan sebagai tingkat kemampuan yang harus dimiliki bagi suatu program tertentu. Bisa saja standar A akan berbeda dengan standar B. Istilah “standar” mengandung arti bahwa tes itu mengukur pretasi atas kemampuan yang sudah dimiliki yang dilaksanakan secara seragam diusahakan dalam kondisi yang seragam, penskorannya seobjektif mungkin dengan tingkat reliabilitas tinggi. Acuan penskorannya pun acuan norma yang relevan.
  1. Tes buatan guru
Tes buatan guru adalah tes yang dibuat guru. Misalnya ulangan-ulangan formatif, sumatif baik objektif dan subjektif. 
  1. Perbedaan tes standar dan tes buatan guru
Tes Standar
Tes Buatan Guru
1)      Didasarkan atas bahan dan tujuan umum dari sekolah-sekolah di seluruh negara.
2)      Mencakup askep yang luas.
3)      Disusun oleh para ahli
4)      Mengunakan butir soal yang sudah diujicobakan.
5)      Mempunyai reliabilitas yang tinggi
6)      Dimungkinkan menggunakan norma untuk seluruh negara
1)      Didasarkan atas bahan dan tujuan yang khusus dan dirumuskan oleh guru untuk kelasnya sendiri
2)      Mencakup keterampilan yang sempit
3)      Disusun oleh guru sendiri
4)      Jarang-jarang menggunakan butir soal yang sudah diujicobakan
5)      Mempunyai reliabilitas rendah
6)      Norma kelompok terbatas kelas tertentu
Penyusunan tes standar membutuhkan waktu yang lama karena
1)      Penyusunan
2)      Uji coba
3)      Analisis
4)      Revisi
5)      Edit
6)      Penerbitan

  1. Kegunaan tes standar dan tes buatan guru
Tes Standar
Tes Buatan Guru
1)      Sebagai alat perbandingan
2)      Mempelajari perkembangan siswa
3)      Melihat hasil prestasi siswa
1)      Untuk melihat keberhasilan siswa menguasai bahan pelajaran pada waktu tertentu
2)      Untuk menentukan apakah tujuan  pembelajara sudah tercapai
3)      Untuk memperoleh suatu nilai


HAKIKAT EVALUASI



HAKIKAT EVALUASI

            Ada tiga istilah yang sampai sekarang masih tumpang tindih pengertiannya, yaitu pengukuran, asesmen (penilaian), dan evaluasi. Banyak pihak yang mengartikan penilaian sebagai evaluasi, tetapi juga banyak yang memaknai penilaian sebagai asesmen. Sementara orang memang lebih cenderung mengartikan ketiga hal tersebut sebagai sesuatu yang sama. Akan tetapi ada juga orang yang membedakan ketiga hal tersebut.  Berikut ini pemaparan selengkapnya.

Definisi Pengukuran, Asesmen (Penilaian) dan Evaluasi
            Pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyataka keadaan individu. Keadaan individu ini terkait dengan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Asesmen mencakup semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok. Proses asesmen meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar peserta didik. Evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku. Evaluasi selalu melibatkan pengukuran dan penilaian. Perbedaan ketiganya sebagai berikut, (a) mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran (bersifat kuantitatif), (b) menilai / asasmen mengambil keputusan terhadap sesuaitu dengan ukuran baik dan buruk (bersifat kualitatif) dan (c) evaluasi proses yang meliputi dua langkah tadi yaitu mengukur dan menilai.
            Pertama, pengukuran merupakan suatu proses untuk membuat kuantifikasi prestasi individu, kepribadiannya, sikapnya kebiasaannya dan kecakapannya. Proses ini bisa disebut dengan suatu prosedur pemberian angka. Dalam pengukuran pun dibutuhkan proses penetapan ukuran terhadap suatu gejala menurut ukuran tertentu. Pengukuran dilakukan semata-mata untuk menjawab how much? Proses pengukuran bisa dilakukan guru dengan menggunakan tes dan non tes. Hasilnya dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif. Dalam proses ini guru akan menggunakan serangkaian metode dengan menggunakan alat untuk melakukan proses pengujian demi terselenggaranya proses pengukuran. Oleh karena itu pengujian merupakan bagian dari proses pengukuran.
            Kedua, penilaian atau asesmen menurut Kementerian Pendidikan menyatakan bahwa rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peseta didik. Hasilnya adalah informasi yang bermakna dalam mengambil keputusan. Penilaian dilaksanakan untuk menjawab pertanyaan how well does teh individual perform? Pihak lain juga mendefinisikan asesmen atau penilaian sebagai istilah  umum yang mencakup semua metode yang biasa untuk menilai unjuk kerja peserta didik. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti untuk menunjukkan pencapaian belajar siswa. Pendapat lain juga  menyebutkan bahwa penilaian atau asasmen adalah  suatu proses untuk mengumpulkan informasi yang secara akurat merefleksi seberapa baik peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi dalam pembelajaran.

            Ketiga, evaluasi dimaknai sebagai penilaian yang sistematis tentang manfaat atau kegunaan suatu objek. Dalam pelaksanaanya terdapat pertimbangan untuk menentukan nilai suatu program yang sedikit banyak mengandung unsur subjektif. Evaluasi memerlukan data hasil pengukuran dan informasi dari hasil penilaian yang multi dimensi yang mencakup kognitif, afektif, psikomotor, minat dll. Evaluasi merupakan suatu proses penilaian untuk mengambil keputusan yang menggunakan seperangkat hasil pengukuran dan berpedoman kepada tujuan yang ditetapkan. Evaluasi dilakukan untuk menjawab pertanyaan how good? Evaluasi ditindaklanjuti dengan pelaporan. Berdasarkan hasil evaluasi dapat diketahui hal-hal apa yang perlu ditindaklanjuti agar pembelajaran berlangsung efektif. Hasilnya pun juga dikomunikasikan kepada seluruh pihak yang mempunyai kepentingan. 

 Penilaian Pendidikan
            Dalam pembelajaran gurulah satu-satunya orang yang diberi tanggung jawab atas keberhasilan siswanya. Oleh karena itu guru harus dibekali dengan evaluasi untuk melihat sejauh mana siswanya menguasai kompetensi sehingga dapat bisa mengambil keputusan sebagai bentuk evaluasi pembelajaran. Kebehasilan siswa bukan saja ditunjukkan dengan prestasi atau nilai semata. Namun keberasilan proses pembelajaran bisa ditentukan oleh faktor yang sangan komplek. Berikut ini bagan yang menunjukkan proses penilaian.

Mengapa Menilai
  1. Makna bagi siswa
Siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Memuaskan, tentunya hal yang menyenangkan. Siswa akan mempunyai motivasi yang besar untuk belajar lebih giat. Harapannya bisa meningkatkan prestasinya. Ada keadaan yang sebaliknya yaitu ada siswa yang telah mendapatkan hasil baik, merasa puas dan tidak gigih untuk usaha selannjutnya. Tidak memuaskan, hal ini merupakan pukulan yang berarti yang berakibat siswa akan berintropeksi diri. Siswa akan belajar dari kesalahan. Namun ada juga siswa yang putus asa atas hasil yang kurang memuaskan.

  1. Makna bagi guru
 Guru akan memperoleh informasi tentang keberhasilan dan kegagalan dari seluruh siswanya. Guru akan memberi berhak kepada siswa yang berhasil untuk melajutkan materi pelajaran. Bagi siswa yang gagal, guru akan lebih memusatkan perhatiannya perhatiannya bagi siswa yang gagal. Guru akan memberikan perlakuan yang lebih teliti sehingga siswa yang gagal bisa memperoleh keberhasilan.
Guru akan mengetahui apakah materiatau metode yang diajarkan sudah tepat bagi siswa. Jika siswa sebagain besar mendapat angka jelek, makan guru akan mawas diri dan mencoba materi dan metode yang tepat demi keberhasilan dalam pembelajaran.

  1. Makna bagi sekolah
Sekolah akan memperoleh gambaran kualitas pendidikan yang telah berjalan. Informasi tentang SDM di sekolah tersebut. Selanjutnya hasilnya dapat digunakan sebagai pedoman agar menjadi sekolah yang bermutu, berstandar dan lebih baik dari tahun ke tahun.

Subjek dan Sasaran Evaluasi
  1. Subjek evaluasi, Subjek evaluasi adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Dengan kata lain pelaksana evaluasi adalah subjek evaluasi. Ada pandangan lain menyebutkan bahwa subjek evaluasi adalah siswa dan prestasi, kemampuan membaca dll adalah objek evaluasi. Pandangan lain malahan menyebutkan siswa adalah objek evaluasi dan guru adalah subjek evaluasi.
  1. Sasaran evaluasi, Sasaran evaluasi adalah objek evaluasi. Sasaran evaluasi adalah segala sesuatu yang menjadi fokus pengamatan karena yang diamati itu memiliki nilai dan dari nilai itulah menjadi informasi sebagai bahan pengambilan keputusan. Sasaran evaluasi mulai dari siswa (kemampuan, kepribadian, sikap, IQ), tranformasi/sekolah (kurikulum/meteri, personel, metode, sarpras, sistem administrasi), lulusan (kemampuan kognitif, sikap, keterampilan).


Prinsip dan Alat Evaluasi
  1. Prinsip evaluasi
Ada tiga hubungan erat (triangulasi) yang merupakan prinsip dasar evalusi. Berikut ini penjelasanya.

1)      Hubungan tujuan dan KBM
Sudah sepatutnya kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru bersama siswanya adalah untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan ini sudah tertera dalam kurikulum dan program sekolah. Sebaliknya, kurikulum dan sekolah memiliki tujuan kepada kebaikan dan mengembangkan potensi siswa dan itu bisa dicapai dengan kegiatan belajar dan pembelajaran.
2)      Hubungan tujuan dan evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian untuk mengambil keputusan yang menggunakan seperangkat hasil pengukuran dan berpedoman kepada tujuan yang ditetapkan. Tujuannya mulai dari kecil, dari setiap KD dan SK pasti memiliki tujuan atas pembelajaran yang diberikan, hingga tujuan kurikulum dan sekolah. Sebaliknya evaluasi yang dilakukan memilki tujuan yang ingin dicapai yaitu mengetahui sejauh mana keberhasilan dan pencapaian siswa.
3)      Hubungan KBM dan evaluasi
Setiap kegiatan belajar mengajar tentunya membutuhkan evaluasi. Pembelajaran tanpa adanya evaluasi sudah pasti tidak akan mengetahui hasil dari pembelajaran yang dilakukan. Sebaliknya evaluasi bisa dilaksanakan dan mendapatkan hasil kalau kegiatan pembelajaran sudah dilakukan

  1. Alat evaluasi
Alat adalah sesuatau yang dapat digunakan untuk memudahkan seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan  secara efektif dan efisien. Alat bisa juga disebut dengan instrumen. Alat terdiri dari dua jenis, tes dan non tes. Kedua jenis tersebut akan dijelaskan pada bab berikutnya.