Friday, June 10, 2016

Aliran Realisme Magis dalam Sastra

Aliran Realisme Magis dalam Sastra

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGrpKpOaSZU1PWzs8Fw9HuGpHWXDwQvWzilBZVRJvRLwXSWhVk9xWL8ct17VOq0j1KDxWhxBeYtTlUEu4O3sMRoBT-nnFKEHIZqHBBnqvzSjUm8eWng2erU2Bx2k0u2-kIubyDJbh97RKH/s1600/BUKU+4+PEREMPUAN+POPPO.jpg



Dalam dunia kesusastraan ada banyak gerakan dan aliran sastra yang berkembang di dalamnya. Baik sebagai hasil dari saripati yang diperas dari karakteristik karya yang berkembang maupun sebagai karakter yang sengaja dimunculkan dalam sebuah karya sastra sastra sebagai pengokoh keberadaan sebuah garakan atau aliran kesusastraan tertentu.
Secara sederhana aliran besar yang terdapat dalam kesusatraan dunia adalah romantisme, realism, modernism, dan pascamodernisme. Sementara gerakan-gerakan yang dianggap sebagai aliran kecil yang mempengaruhi aliran besar di atas adalah klasisisme, neoklasisme, praromantisme, ghotik, dadaisme, naturalism, impresionisme, dekaden, absurdisme, dan eksistensialiesme.
Setiap gerakan maupun aliran memiliki karakteristik yang khas yang sedikit banyak menampakkan kondisi zaman di mana aliran tersebut berkembang. Aliran yang dinobatkan berasal dari Eropa dan Inggris tersebut tentunya mangalami migrasi. Mengalir dan berkembanng ke penjuru dunia termasuk di Indonesia.


1. Penemu Realisme Magis
            Penggunaan istilah realisme magis dimunculkan oleh kritikus seni Frans Roh pada tahun 1925 untuk melihat kembalinya pelukis pada realisme suseudah banyak sekali yang berkarya dengan lukisan-lukisan abstrak. Roh melihat pada karya-karya pelukis seperti Dix Otto dan Giorgio di Chirio, realisme tidak tampil sebagai realisme semata, tetapi terdapat elemen magis di dalamnya, elemen magis ini intuisif dan tidak terjelaskan.
            Dalam perjalanan seni, sampai tahun 1955 istilah realisme magis tidak diperkenankan, hingga kemudian kritikus sastra meminjam isrilah ini untuk melihat karya sastrawan Amerika Latin seperti Marquez, Borges, yang pada dasarnya mirip karya realis, tetapi mengandung elemen-elemen magis yang intuitif., pada penulis ini melihat kenyataa  sehari-hari sebagaimana kenyataan sehari-hari yang biasa terlihat dan sesuatu yang sangat luar biasa di balik kenataan itu. Realisme magis ini diterjemahkan dari Lo Real Maravilosso yang artinya Kenyataan yang Ajaib.   

https://sokocon.files.wordpress.com/2015/12/salman-rushdie-duniazat.jpg?w=365&h=365&crop=1
2 Pengertian Realisme Magis
            Realisme magis didefinisikan sebagai gaya estetika atau mode di mana elemen magis ini dicampur ke dalam suasanan relaistik untuk mengakses pemahaman yang lebih dalam kenyataan. Unsur-unsur magis tersebut dijelaskan seperti kejadian normal yang disajikan secara langsung dan unemblellished yang memungkinkan ‘rela’ dan ‘fantasi’ untuk dapat diterima dalam aliran pemikiran yang sama. Telah banyak digunakan dalam kaitannya dengan sastra, seni dan film.
            Realisme magis juga mendakukan kenyataan. Namun, realisme magis mengajukan sebuah dunia magis, dunia penuh keajaiban yang tak bisa dicerna akal sehat yang mendahului pengalaman sehari-hari manusia. Manusia luput melihatnya. Realisme magis berusaha memunculkan hal magis itu atau melihat kenyataan secara magis atau ajaib. Dunia magis, ini tidak terlepas dari kenyataan dan terpantulkan dalam kenyataan sehari-hari. Itu sebabnya, dalam karya-karya para sastrawan realisme magis seperti Borges, Marques, Okri atau Allende kerap mencul peristiwa, makhluk, lokasi, dan situasi yang ajaib dan magis. Semua keajaiban itu terjadi dalam kenyataan, bukan mistik yang mengingkari kenyataan.
            Kata mempunyai beberapa fungsi. Fungsi secara bahasa dan fungsi secara keindahan sastra. Penempatan serta penyuntikan pemaparan tentang kekuatan yang dimiliki oleh sebuah kata seperti ini terkadang tidak diperhatikan. Penyair dalam kacamata awam hanya memiliki konsep tersendiri tentang pengamatan karanter serta watak dari setiap kata yang dijajarkannya. Jika seperti ini, maka bagaimana jika kodrat dari kata tersebut hanya sebuah konjungsi, penghubung, atau kata yang harus didongkrak maupun mendongkrak kawan kata lainnya untuk menimbulkan sebuah pengertian.
            Dari segi keindahan sastra, kadang kata-kata melalui komunitasnya yng naratif dapat menghadirkan sebuah keajaiban dan pemaknaan baru tentang ketidakmungkinan, kadang berifat mistik, tetapi tetap bergerak pada gambaran kenyataan bahkan dalam wacana keseharian. Ketikan terkemas dalam wilayah sastra konkret tersebut lazim disebut dengan realisme magis atau magis-realis.

http://loka-majalah.com/wp-content/uploads/2014/04/Marquez.jpg
3 Ciri-Ciri Realisme Magis
            Dari literature yang penulis baca, adapun ciri-ciri dari realisme magis yang dapat disimpulkan, antara lain:
  1. Terdapat elemen magis yang dicampur ke dalam suasana realistic untuk mengakses pemahaman yang lebih dalam kenyataan.
  2.  Realisme Magis berusaha memunculkan hal magi situ atau meihat dalam kenyataan sehari-hari.
  3. Semua keajaiban itu terjadi dalam kenyataan, bukan mistik yang mengingkari kenyataan .
  4. Aliran ini memandang dunis penuh kejaiban yang tak bisa dicerna akal sehat yang mendahului pengalaman sehari-hari manusia namun manusia luput untuk melihatnya. Realisme magis berusaha memunculkan hal magi situ atau melihat dalam kenyataan sehari-hari.

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhN3waM-lGh2TYZ2dfVTEro0WnMxjn7pqRRS-oEQyjM_zLmtlNCJCcfbZZMRZHf_Qn9U0O3WHSADMWG_5DG8cb86Yu6jDto6IOOfvSw-Rn-_aXeSc-cfPIRp4mzHkI4MoS7TJ-4TWTtEXI/s1600/1394389_10151661337816951_302366333_n.jpg


4 Unsur-Unsur Realisme Magis
            Terdapat dua unsur yang sangat menjadi corak dari aliran realisme magis ini, dua unsur itu sebagai berikut.
  1. Realisme/Kenyataan
Unsur realisme dalam suatu karya sastra yang berusaha menggambarkan/memaparkan sesuatu keadaan sebagaimana mestinya. Unsure ini umumnya lebih objektif memandang segala sesuatu (tanpa mengikutsertakan perasan). Sebagaimana kita tahu, Plato dalam teorinya mimetiknya pernah menyatakan bahsa sastra adalah tiruan kenyataan/realitas.
Di kehidupan nyata banyak terdapat kenyataan yang dapat ditangkap oleh indra manusia, banyak aktifitas, dan kegiatan yang dilakukan oleh manusia, hewan ataupun tumbuhan yang semuan itu dapat mengilhami sasatrawan untuk menciptakan karya sastra meskipun dengan atau tanpa melibatkan perasaan
  1. Magis/Keajaiban
Tidak hanya semua yang ada di dunia, di alam sadar manusia adalah kenyataan yang riil. Serta apa yang dilihat mata, adalah Cuma kenyataan tanpa arti. Namun realisme magis mengungkap bahwa dibalik kenyataan yang terjadi terdapat kenyataan yang tidak kasat mata, dan tidak bisa dicerna dengan akal sehat. Dan manusia menganggap hal yang megis adalah suatun keanehan. Sebenarnya keanehan itu mempunyai makna atau arti untuk manusia.
Ketika beribicara tentang kekhasan dan keunikan dari relisme-magis adalah tentang keunggulannya untuk mengajukan sebuah dunia magis, dunia penuh keajaiban yang tak bisa dicerna akal sehat yang mendahului pengalaman sehari-hari manusia namun manusia luput untuk melihatnya. Realisme-magis berusaha memunculkan hal magis itu atau melihat dalam kenyataan sehari-hari. Itu sebabnya, dalam karya-karya para sastrawan realisme-magis seperti Borges, Marquez, Okri, atau Allende kerap muncul peristiwa, tokoh, makhluk, lokasi, dan situasi yang ajaib dan magis. Semua keajaiban itu terjadi dalam kenyataan, bukan mistik yang mengingkari kenyataan.

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-Qm5pEZMmDgKIJvpcxZsM6jSHl0GUU5MQFEnlJ8nAPRSZKw4So9GUGaxl3oTywXZPGkSGG0EMXUalx6zpBEMtPGUCzRP-qYZ2RXpt0EQgc3P5BIjynpOzLVpt0UGQSR_V76FstgbfHJFa/s400/cil.jpg


5 Sinopsis Cantik Itu Luka
Novel Cantik Itu Luka (2004) karya Eka Kurniawan bercerita mengenai keluarga besar Ted Stamler, seorang Belanda yang malang-melintang bekerja sebagai pejabat di akhir masa kolonial Belanda di Halimunda. Tempat itu adalah sebuah kota yang dilukiskan pengarang sebagai tempat menarik, penuh mitos dan begitu penting di ujung masa kolonial.
Tokoh sentral dalam novel ini adalah Dewi Ayu, anak Aneu Stamler atau cucu Ted Stamler. Dewi Ayu adalah anak perkawinan luar nikah dari dua bersaudara lain ibu. Namun kedua orang tua Dewi Ayu, Henri Stamler dan Anue Stamler meninggalkan Dewi Ayu begitu saja di depan pintu rumahnya dan mereka pergi angkat kaki ke negeri Belanda. Inilah awal kisahnya.
Di zaman Jepang sebagian besar penduduk ditangkapi oleh Jepang, terutama yang dianggap pro Belanda, termasuk Dewi Ayu. Ia diasingkan ke sebuah pulau kecil yang seram dan terpencil. Pulau ini, Bloedenkamp, adalah sebuah tempat yang mengerikan dan menjijikkan. Selain dkenal angker, di sana juga tak ada makanan disediakan . Karena itu para tawanan umumnya memakan apa yang ada di sekitar mereka termasuk cacing, ular ataupun tikus. Kekejaman dan kehausan seksual Jepang di Bloedenkamp telah memanggil nurani Dewi Ayu untuk memberikan dirinya kepada seorang tentara Jepang untuk disetubuhi.
Dewi Ayu sendiri, sebagaimana kenyataan di ujung Pemerintahan Kolonial Belanda, berada dalam kesulitan sosial dan ekonomi. Setelah mengalami kegetiran bersama penduduk di Bloedenkamp, Dewi Ayu bersama gadis-gadis lainnya dibawa diam-diam oleh Jepang ke tempat pelacuran Mama Kalong di Halimunda. Mereka dipaksa menjadi pelacur. Mama Kalong adalah germo yang paling terkenal dan profesional di sana. Namun pada masa berikutnya rumah pelacuran Mama Kalong menjadi terkenal dan identik dengan Dewi Ayu, ia menjadi selebriti di kota tersebut. Ketenarannya menyamai nama-nama penguasa di kota tersebut. Bahkan Halimunda sendiri menjadi identik dengan kecantikan pelacur Dewi Ayu.
Dewi Ayu melahirkan empat anak yang tidak dikehendakinya, tiga di antaranya sangat cantik dan diminati banyak lelaki di kota Halimunda. Ketiga putrinya yang cantik itu adalah Alamanda, Adinda dan Maya Dewi. Kecantikan tiga putri itu juga menjadi malapetaka bagi keluarganya sendiri. Karena itu, saat ia hamil pada keempat kalinya, ia berdoa agar anaknya dialahirkan buruk rupa. Sebab kecantikan akan membawa mereka ke dalam petaka. Anaknya yang keempat ini benar lahir dengan menjijikkan namun punya keajaiban, ia diberi nama Cantik. Namun si buruk rupa akhirnya juga terjebak dalam perselingkuhan dengan sepupunya, Krisan.
Alamanda dikawini paksa oleh seorang komandan tentara, Shodanco, setelah diperkosa. Perkwinan itu sungguh tidak dengan rasa cinta, melainkan kebencian yang begitu bergelora. Karena itu 5 tahun perkawinan mereka tak melahirkan anak sebab Alamanda selalu memakai celana besi dan azimat. Dari perkawinan mereka melahirkan anak Nuraini. Adinda menikah dengan Kamerad Kliwon, seorang pemuda genteng, tokoh politik dan terkenal di kota itu. Kamerad Kliwon adalah mantan pacar sejati Alamanda. Perkawinan mereka melahirkan anak Krisan. Maya Dewi menikah dengan seorang tokoh preman dan penguasa terminal, namanya Maman Gendeng. Mereka menikah saat Maya Dewi berumur dua belas tahun tetapi baru disetubuhi saat umur 17 tahun. Kemudian mereka dikaruniai anak, Rengganis Si Cantik.
Si Cantik, anak Dewi Ayu keempat, si bungsu buruk rupa, hidup bersama pembantu yang bisu, Rosina. Ia bercinta-buta dengan Krisan setelah kematian Rengganis Si Cantik. Cantik dan Krisan melahirkan seorang anak yang meninggal sebelum diberi nama. Sebelumnya Krisan juga bercinta buta dengan anak tantenya, Rengganis Si Cantik. Rengganis Si Cantik melahirkan juga seorang anak tak bernama, kemudian diserahkan pada ajak-ajak liar. Krisan membunuh Rengganis Si Cantik di tengah laut untuk menutupi perbuatan zinanya itu. Kinkin adalah anak penggali kuburan yang bisa berhubungan dengan roh orang mati dengan permainan jelangkung. Ia satu kelas dengan Rengganis Si Cantik. Walaupun penampilannya kumal dan pendiam namun diam-diam ia mencintai Rengganis Si Cantik. Ketika Rengganis Si Cantik diketahui hamil dengan isu bahwa seekor anjing telah memperkosanya, ia sangat kecewa.
Kinkin tetap tak percaya bahwa Anjing telah memperkosa Rengganis Si Cantik. Namun ia mau menjadi bapak anak yang dikandung Rengganis tetapi tidak kesampaian. Setelah kematian Rengganis Si Cantik, Kinkin selalu mencari siapa pembunuh orang yang dicintainya itu. Roh Rengganis pun tidak mau mengatakan pembunuh dirinya, sebab ia sangat mencintai orang yang membunuhnya. Akhirnya, lewat susah-payah ia menemukan juga pembunuh Rengganis dari roh yang tidak dikenal. Pembunuhnya adalah Krisan, sepupunya, sekaligus kekasih yang sangat dicintai Rengganis. Setelah itu Kinkin mencari Krisan, dan membunuhnya di rumah Cantik si buruk rupa.
Paragraf pembuka novel ini sungguh menakjubkan, kalimatnya lancar dan puitik. Ada jalinan keindahan logika yang teratur. Pengarang memulai cerita dengan sesuatu yang menyentak, membuat pembaca tertarik. Kalimat-kalimat awal membawa pembaca mulai bertyanya-tanya tentang peristiwa apa yang akan terjadi berikutnya. Novel yang terkesan mendekonstruksi dunia sosial-budaya dan pikiran ini sengaja diantarkan oleh pengarang dengan kekacauan suasana pada awal cerita. Kebangkitan Dewi Ayu, seorang pelacur terkenal di Halimunda, membuat orang kampung heboh; orang-orang dan benda-benda tunggang-langgang ketakutan dan takjub. Dewi Ayu meninggal 21 tahun lalu, setelah 12 hari klelahiran Cantik si buruk rupa. Dewi Ayu sendiri mati dengan keanehan; ia sendiri tahu jam kematiannya, sehingga ia memandikan badannya sendiri serta mengkafani dengan kain putih.
Sebagaimana tergambar dalam awal cerita, buku ini ditulis dengan “menunggang-langgangkan” cara berpikir pembaca, mengedepankan dekonstruksi bentuk dan ide. Lembaran pertama dari buku ini sesungguhnya lembaran kehidupan baru, cerita hari ini. Kemudian, halaman 3-10 adalah episode terakhir dari kehidupan Dewi Ayu. Namun lompatan dari “kini” dan masa “lampau” tidak begitu susah bagi pengarang, ia hadir bagai angin menelusup ke jeruji-jeruji besi, atau mengibas ke dalam pakaian dalam kita. Tak terasa, menyegarkan, sehingga pembaca menginginkan bersamanya lebih lama. Pembaca tergoda untuk menelusuri kisahnya. Pengarang tampaknya meniru model penulisan sejarah kritis, mulai dari akibat (masa kini) terus mencari ke sebab dengan menerangkan struktur-struktur sosial-budaya yang ada di dalamnya. Novel ini berada dalam bingkai diakronik, atau prosesual sejarah. Unsur waktu dalam novel ini bergerak dari zaman akhir kolonial, zaman Jepang, pergolakan politik tahun 1960-an dan sesudahnya. Dewi Ayu sendiri adalah keturunan “nyai” zaman kolonial. Putri-putrinya walaupun tidak menjadi pelacur tetapi mengalami tragedi-tragedi seksual dan keperempuanan. Keturunan Dewi Ayu, sebagaimana Dewi Ayu tidak mengalami cinta sebagaimana dikehendaki, cinta mereka penuh hambatan, tantangan dan siksaan. Tragedi cinta itulah yang diolah oleh pengarang, dengan memberinya latar sosio-politik dan kultural yang kuat.

http://www.cekricek.co.id/images/cantikituluka1.jpg
6 Analisis Realisme Magis pada Novel Cantik itu Luka
            Adapun hal-hal yang terdapat dalam novel Cantik itu Luka yang bisa penulis nilai sebagai realisme magis, antara lain:
  1. Kekejaman dan kehausan seksual Jepang di Bloedenkamp (pulau pengasingan bagi tentara belanda) telah memanggil nurani Dewi Ayu untuk memberikan dirinya kepada seorang tentara Jepang untuk disetubuhi.
  2. Ma Gedik tidak pernah bisa mencintai perempuan lain selain Ma Iyang. Cinta sejatinya hanya tertuju pada Ma Iyang. Salah satu buktinya adalah penyakit gilanya berangsur-angsur sembuh bersama semakin dekatnya pertemuan keduanya. Ma Gedik dan Ma Iyang mengikrarkan pertemuan setelah enam belas tahun perpisahan yang menyedihkan.
  3. Dewi Ayu melahirkan empat anak yang tidak dikehendakinya, tiga di antaranya sangat cantik dan diminati banyak lelaki di kota Halimunda. Ketiga putrinya yang cantik itu adalah Alamanda, Adinda dan Maya Dewi. Kecantikan tiga putri itu juga menjadi malapetaka bagi keluarganya sendiri. Karena itu, saat ia hamil pada keempat kalinya, ia berdoa agar anaknya dialahirkan buruk rupa. Sebab kecantikan akan membawa mereka ke dalam petaka. Anaknya yang keempat ini benar lahir dengan menjijikkan namun punya keajaiban, ia diberi nama Cantik.
  4. Alamanda dikawini paksa oleh seorang komandan tentara, Shodanco, setelah diperkosa. Perkwinan itu sungguh tidak dengan rasa cinta, melainkan kebencian yang begitu bergelora. Karena itu 5 tahun perkawinan mereka tak melahirkan anak sebab Alamanda selalu memakai celana besi dan azimat.
  5. Si Cantik, anak Dewi Ayu keempat, si bungsu buruk rupa, hidup bersama pembantu yang bisu, Rosina. Ia bercinta-buta dengan Krisan setelah kematian Rengganis Si Cantik. Cantik dan Krisan melahirkan seorang anak yang meninggal sebelum diberi nama. Sebelumnya Krisan juga bercinta buta dengan anak tantenya, Rengganis Si Cantik. Rengganis Si Cantik melahirkan juga seorang anak tak bernama, kemudian diserahkan pada ajak-ajak liar.
  6. Ma Gedik tidak pernah bisa memaafkan keluarga Stammler sampai kapan pun setelah hidupnya hancur karena perlakuan Ted Stammler kepadanya. Ia menghancurkan keluarga Stammler meski ia sendiri sudah meninggal. Rohnya menyusup dalam kehidupan anak cucu Stammler, dan mengobrak-abrik kehidupan mereka.
  7. Ia (Dewi Ayu) merelakan tubuhnya diperkosa tentara Jepang untuk menebus obat dan dokter bagi temannya yang sedang sakit di penjara tersebut. Ia menjadi pelacur untuk petinggi-petinggi Jepang. Dan ia kemudian memilih pelacur sebagai profesi seumur hidupnya setelah Jepang tidak lagi berada di Halimunda.



Daftar Pustaka

Fananic, Zainunndin. 2000. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press
Kurniawan, Eka. Novel Cantik itu Luka. (diakses pada 11,24,2010)




 

No comments:

Post a Comment