Tuesday, May 31, 2016

Kebiasaan Menyimak dan Pembelajaran Menyimak



http://koombis.com/wp-content/uploads/2014/10/tips-tentang-cara-mendengarkan-yang-baik-koombis.com_.png

KEBIASAAN JELEK DALAM MENYIMAK

            Menurut Nichols (dalam buku Tarigan, 1986: 107) menjelaskan bahwa terdapat beberapa kebiasaan buruk yang umum menggangu kegiatan menyimak. Kebiasaan-kebiasaan tersebut diuraikan sebagai berikut.
Menyimak Lompat Tiga
            Orang berbicara mempergunakan kata-kata dengan kecepatan kira-kira 125 kata per menit. Jika kecepatan ini juga diimbangi dengan kecepatan yang sama waktu kita berfikir. Akan tetapi orang berfikir diperkirakan lebih cepat dari pada berbicara sekitar 4 kali lipat dari berbicara. Oleh karena itu, saat berpikir harus menurunkan kecepetan berpikir untuk memahami orang yang sedang berbicara agar simakan efektif.
            Permasalahannya, terdapat pada saat kita kelebihan waktu dari pada kecepatan berbicara. Waktu yang lebih itu, sering mental kita berpetualang ke hal lain, memperkirakan materi simakan melebihi pembicara, dan kekeliruan apa yang dipikirkan dengan yang pembicaraan lakukan. Hal ini mengakibatkan konsentrasi menyimak terganggu.

Menyimak “saya dapat fakta”
            Umumnya kita sering berpikir, “kalai saya menyimak, maka sebenarnya mendapatkan fakta-fakta”. Jika anda memang seperti itu, maka termasuk penyimak yang salah. Mari kita ilustrasikan, suatu saat pimpinan kita menginstruksikan kepada kita berupa fakta-fakta A-Z. Pimpinan anda mulai berbicara fakta A, kita memikirkan dan mengingat fakta tersebut. Selanjutnya pimpinan menyampaikan instruksi lagi untuk fakta yang B, kita memikirkan dan mengingat fakta B, fakta kedua. Selanjutnya fakta C pun diberikan. Kita sibuk mengingat fakta yang telah diberikan dan lupa akan adanya fakta D, E sampai Z. Anda berusaha menangkap fakta A, B, C, memutarbalikkan fakta beberapa dan mengingatnya sehingga lupa dan kehilangan fakta lain.
            Solusinya adalah anda harus menyimak untuk mendapatkan ide, gagasan utama. Cobalah menyusun beberapa fakta yang ada dibenak kita dan menggabungkan untuk mendapatkan fakta inti dari isi simakan. Selanjutnya, ingat dan pahami ide atau fakta inti tersebut.

Noda-Noda Ketulian Emosional
Bagi kebanyakan kita, terdapat kata-kata dan frase-frase yang mengganggu atau membingungkan kita secara emosional. Kata-kata dan frase-frase tersebut mengganggu pendengaran atau penyimakan kita. Misalnya pada saat menyimak pembicaraan terdapat kata seperti: kurang ajar, tukang kredit, om girang, tante senang, seks, pelacur, anjing, bangsat. Sering kata-kata tersebut ada dalam bahan simakan sehingga mengganggu kegiatan penyimak. Oleh karena itu, isi pesan tidak dapat dipahami, karena fokus pada kata atau frasa yang mengganggu tadi.

Menyimak Supersensitif
            Seandainya anda telah mengembangkan pendapat-pendapat atau prasangka-prasangka yang mendalam maka seorang yang berbicara kepada anda mungkin sekali tanpa disadari secara lisan menghina anda. Anda mencoba menginterupsi dia, anda merencanakan suatu pertanyaan yang memalukannya, atau anda mempertimbangkan suatu tangkisan atau bantahan yang menusuk hatinya. Kalau memang terjadi seperti itu, maka secara tidak sadar anda telah berhenti menyimaknya. Hal itu karena anda sibuk dan muluk-muluk merengungkan sesuatu saat pembicara terus berbicara.
            Solusinya dengan awasilah diri anda sendiri, tetep fokus kepada pembicara. Kalau pembicara telah berhenti atau selesai berbicara barulah merencakan komentar, pertanyaan, atau reaksi bantahan ataupun penolakan kepadanya.

Menghindari Penjelasan-Penjelasan Sulit
            Anda akan mendapatkan diri sendiri tidak dapat luput dari menyimak suatu yang sulit, maka usaha untuk menghindari hal itu seolah-olah tidak akan ada gunanya dan anda tidak akan dapat menyimak secara efektif. Pemecahannya: simaklah baik-baik diskusi-diskusi mengenai subyek-subyek yang menuntun upaya untuk mamahami, mengerti, seperti dalam komentar-komentar radio atau diskusi-diskusi panel.

Penolakan secara gegabah terhadap suatu subyek
            Adakalanya saat pembicara memulai berbicara, mungki saja kita menyangka pembicaraannya tidak menarik, kurang menyenangkan, topiknya membosankan, atau sudah lama sehingga tidak membutuhkan konsentrasi, tidak perlu diperhtikan. Dengan demikian kita lantas dengan gegabah menolak atas pembicaraan tersebut. Hal ini termasuk kebiasaan yang tidak baik untuk ditiru. Solusinya dengan membuang jauh-jauh pikiran yang negatif tersebut, dan berpikiran bahwa pasti pembicaraan yang diikuti memiliki nilai positif. Pikiran yang negatif tersebut akan membuyarkan konsentrasi saat menyimak sehingga hasilnya tidak efektif.

Mengkritik cara dan gaya pembicara
            Adakalanya pembicara sepatunya jorok, seseorang yang bersepatu jorok, lusuh, tidak berkilat, dan berbicara pun teledor pula, maka dia tidak akan dapat berbicara banyak. Orang tersebut mungkin saja memberi kita kunci atau jalan menuju keberhasilan hidup, tetapi sayangnya kita tidak mendengarkan, tidak menyimaknya. Bahkan kita sering mengkritiknya meskipun dalam hati atau tidak diungkapkan. Kejadian seperti itu secara tidak sadar kita telah berhenti menyimaknya. Akan tetapi, boleh saja kita mengkritik cara dan gaya pembicara tetap tunggulah sampai orang itu selesai berbicara agar kita dapat memahami isi keseluruhan ujarannya itu.

Memberi Perhatian Semu
Kita akan jarang sekali mengelabui orang yang berbicara, karena menyimak menuntut suatu pengeluaran tenaga yang diakui paling sedikit secara tidak sadar olehnya. Kita menipu diri sendiri keluar dari suatu kesempatan untuk belajar dari ap yang telah dikatakan. Oleh karena itu kita lebih baik berhenti dari kepura-puraan itu dan benar-banar menyimak yang dibicarakan oleh pembicara.

Menyerah kepada Gangguan
            Polusi di segala bidang telah umum kita rasakan. Kegiatan menyimak sudah tentu akan dibarengi polusi disekitar kita. Polusi tersebut merupakan gangguan terhadap perhatian kita dalam menyimak. Seorang penyimak yang baik tentu akan berjuang menantang ganguan-ganguan tersebut. Misalnya menutup pintu, mengecilkan volume radio, tv, bergerak mendekat ke pembicara sampai menyuruhnya untuk berbicara lebih keras. Ganngguan-ganguan dalam menyimak harus segara diatasi, kalau tidak akan merusak konsentrasi, pemusatan perhatian dan mengganggu penangkapan ide dan gagasan dari pembicara. 

Menyimak dengan pensil dan kertas di tangan
            Beberapa orang beranggapan bahwa cara belajar dari menyimak adalah dengan jalan membuat banyak catatan. Mereka jadinya terlibat dalam kegiatan fisik menulis. Kerap kali mereka mencoba membuat kerangka apa-apa yang telah diutarakan pembicara dan menjadi rangkuman yang berupa simbol-simbol dan angka-angka. Mereka lupa bahwa sementara itu mereka hanya setengah menyimak. Solusinya adalah mencatatlah pada saat pembicara selesai berbicara dan catatlah secara singkat saja, seperti kata kunci, yang mudah dikembangkan serta mudah dipahami oleh penyimak.

http://image.slidesharecdn.com/12-140912192820-phpapp02/95/12-pembelajaran-menyimak-berbicara-1-638.jpg?cb=1410550162

PEMBELAJARAN MENYIMAK

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia salah satu keterampilan yang diajarkan adalah menyimak. Menyimak adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif. Ini berarti pembelajaran mendengarkan bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Ada dua jenis situasi dalam menyimak, yaitu mendengarkan secara interaktif dan menyimak secara noninteraktif (Mulyati, 2007:10) menyimak interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon dan sejenisnya sedangkan situasi menyimak noninteraktif yaitu menyimak radio, TV, film, khotbah atau menyimak dalam acara-acara seremonial.
Ada tiga tahapan proses pembelajaran menyimak yang dilakukan siswa. Pertama, menerima masukan auditori (auditory input). Pendengar menerima pesan lisan, mendengar pesan saja tidak menjamin berlangsungnya pemahaman. Kedua, memperhatikan masukan auditori. Pendengar berkonsentrasi secara fisik dan mental pada apa yang disajikan penutur. Ketiga, menafsirkan dan berinteraksi dengan masukan auditori. Pendengar tidak hanya mengumpulkan dan menyimpan pesan, akan tetapi juga mengklasifikasi, membandingkan, dan menghubungkan pesan dengan pengetahuan awal (previous knowledge).

Karakteristik Pembelajaran Mendengarkan
Keterampilan berbahasa meliputi empat keterampilan, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan menyimak dan keterampilan membaca bersifat reseptif sedangkan keterampilan membaca dan menulis bersifat ekspresif. Keterampilan menyimak adalah kegiatan berbahasa yang berupa memahami bahasa yang dihasilkan orang lain melalui sarana lisan (dan atau pendengaran).
Pembelajaran menyimak dalam pelaksanaannya mempunyai karakteristik dan tidak sama dengan keterampilan lainnya. Pada awal pembelajaran, pembacaan materi harus dilakukan atau diperdengarkan guru. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami informasi.
Menurut Clark dan Clark, 1977:133-179) dalam proses menyimak dimulai dengan menyerap rentetan bunyi bahasa (melalui syaraf sentrifugal) diteruskan menuju otak yang disebut ”perangkat ingatan pendek” untuk diproses dan dianalisis. Alat itu ialah pengetahuan bahasa. Apabila pemrosesan atas rentetan bunyi bahasa (bunyi, kosakata, struktur) berhasil berarti pendengar mengerti akan makna pesan atau isi informasi yang terkandung dalam rentetan bunyi bahasa tersebut. Selanjutnya isi informasi atau pesan tadi disimpan dalam bagian otak lain yang disebut perangkat ingatan jangka panjang. Oleh karena itu, yang disimpan itu bukan lagi rentetan bunyi bahasa atau lambang bahasa mentah, melainkan lambang bahasa yang telah terproses menjadi konsep.
Pembelajaran menyimak dapat berhasil dengan baik apabila guru memusatkan perhatian siswa pada apa yang akan dibacakan atau diperdengarkan. Selain itu juga siswa sambil menyimak dapat membuat catatan sesuai dengan apa yang diharapkan guru.

Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Menyimak
Pemilihan dan pengembangan bahan dalam pembelajaran menyimak disusun dengan memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa hal. Adapun prinsip pemilihan bahan kajian tersebut antara lain:
  1. Bahan harus disusun dari yang mudah ke yang sukar.
  2. Dari lingkungan yang paling dekat ke yang jauh.
  3. Dari bahan yang sederhana menuju kepada kajian yang rumit.
  4. Dari bahan yang sudah diketahui siswa menuju kepada bahan yang belum diketahui siswa.
  5. Dari bahan kajian kongkrit menuju pada kajian yang bersifat abstrak (Sabarti: 12).

Untuk lebih jelasnya, ada beberapa sumber atau bahan yang dapat digunakan dalam pengajaran menyimak yakni:
  1. Buku-buku
1)      Buku-buku pelajaran yang diwajibkan.
2)      Buku pelajaran yang pernah dipakai dan masih relevan.
3)      Buku pelengkap yang disahkan oleh Departemen Pendidikan
4)      Buku bacaan baik berupa saduran atau bukan saduran.

  1. Media Cetak
1)      Surat kabar
2)      Majalah

  1. Media Elektronika
1)      Radio
2)      Kaset
3)      Televisi
4)      CD
5)      DVD

Dalam menentukan bahan yang diambil dari media elektronik hal yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kesulitan penggunaan bahasa, panjangnya materi, dan tingkat kesukaran pemahaman materi. Oleh sebab itu, sebaiknya pengggunaan bahan mulailah dari sederhana sampai pada siswa dapat menyimak informasi melalui TV.

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyre2eRaORJHqEOhfE1a18lK9LUBnMGXDhu9uRRhZX9watLZ-NE_dwqN5R9FC6qrK22VU2A0UhBckyIZGgV49wTsAnvhdZvuZZjz86T6iba-QDT5YJbIoEuaQOfzUqHOMKq2TE1mHkvkA/s1600/wawancara_Fotor.jpg


Strategi Pembelajaran Menyimak
            Menurut Iskandarwasid (2011: 237) menjelaskan ada dua macam strategi membelajaran menyimak yaitu (1) menyimak umum dan (2) menyimak kritis. Berikut ini penjelasan masing-masing.
a.       Menyimak umum
1)      Mengingat rincian penting secara tepat mengenai ilmu pengetahuan khusu.
2)      Mengingat urutan-urutan sederhana, kata-kata dan gagasan.
3)      Mengikuti pengarahan-pengarahan lisan.
4)      Memparafrasekan suatu pesan lisan.
5)      Mengikuti suatu urutan dalam pengembangan plot, pengembangan watak dan argumentasi pembicara.
6)      Memahami makna denotasi kata-kata.
7)      Memahami makna konotasi kata-kata.
8)      Memahami makna kata melalui konteks percakapan.
9)      Mendengarkan untuk mencatan rincian penting.
10)  Mendengarkan untuk mencatat gagasan utama.
11)  Menjawab dan merumuskan pertanyaan.
12)  Mengidentifikasi gagasan utama dan unsur 5W+1H.
13)  Menghubungkan materi yang dilisankan dengan pemahaman sebelumnya.

b.      Menyimak kritis
1)      Membedakan fakta dari khayalan.
2)      Menentukan kebenaran gagasan utama, argumen dan hipotesis.
3)      Membedakan antara fakta, dan opini.
4)      Memeriksa, membandingkan dan mengkontraskan gagasan dan menyimpulkan pembicaraan.
5)      Mengevaluasi kesalahan-kesalahan lisan.
6)      Mengenal dan menentukan pengaruh berbagai alat yang mungkin dipakai oleh pembicara, (musik, kata yang tidak penting, intonasi, emosi, propaganda, dll).
7)      Melacak dan mengevaluasi bias dan prasangkan buruk dari pembicara dari sudut pandang tertentu.
8)      Mengevaluasi kualifikasi pembicara.

Untuk meningkatkan pengajaran menyimak, di bawah ini akan dijelaskan beberapa metode pengajaran menyimak. Tujuannya adalah:
a.      Bagi guru yang belum mengenal, mengetahui atau memahami maka contoh ini adalah hal baru yang perlu dipahami.
b.      Bagi guru yang sudah memahami atau mengetahuinya atau sudah mempraktekkannya, maka contoh ini sebagai penyegaran kembali terhadap hal yang sudah diketahui.

Oleh sebab itu, di bawah ini dipaparkan beberapa metode yaitu:
a.                  Simak- Tulis (Dikte)
Dalam teknik ini, guru membacakan atau memperdengarkan sebuah wacana singkat (diperdengarkan cukup satu kali). Siswa menyimak dengan baik.
Contoh :
Guru : Tes biasanya menilai keterampilan seseorang. Jika kita ingin menilai keterampilan seseorang dalam mengemudikan mobil, misalnya, maka orang tersebut disuruh menjalankan mobil, mundur, maju, belok, kencang, lambat, dan seterusnya.Contoh lain menilai kecakapan memotong rambut. Lalu kita mengamati bagaimana caranya ia memegang gunting, cara memotong rambut dan menyisirnya dan lain-lain.
Siswa: (Menuliskan hasil simakannya)

Tes biasanya menilai keterampilan seseorang. Jika kita ingin menilai keterampilan seseorang dalam mengemudikan mobil, misalnya, maka orang tersebut disuruh menjalankan mobil, mundur, maju, belok, kencang, lambat, dan seterusnya.Contoh lain menilai kecakapan memotong rambut. Lalu kita mengamati bagaimana caranya ia memegang gunting, cara memotong rambut dan menyisirnya dan lain lain.

b.                  Memperluas Kalimat
Guru menyuruh siswa mendeskripsikan suatu benda yang diperdengarkan atau dibacakan oleh guru. Siswa menyimak dengan tekun.
Contoh :
Guru : Harganya cukup murah hanya Rp. 200,- per kotak kecil. Isi kotak kecil itu panjangnya kira-kira 4-5 cm. Tangkainya biasanya terbuat dari kayu. Di ujung kayu itu terdapat bulatan yang berwarna coklat. Bulatan itu akan menyala bila digoreskan pada kotaknya. Apakah nama benda itu?
Siswa : (Menerka) Korek api.

c.                   Simon Berkata
Guru menyebutkan sebuah kalimat, siswa menyebutkan kalimat tersebut. Kembali guru mengulangi kalimat tadi. Kemudian guru mengucapkan kata atau kelompok kata lain. Siswa melengkapi kalimat tadi dengan kelompok kata yang disebutkan terakhir oleh guru. Hasilnya adalah kalimat yang sudah diperluas dengan menambahkan kata atau kelompok kata yang telah diucapkan.
Contoh :
Guru    : Ibu memasak nasi di dapur tadi malam.
Siswa   : Ibu memasak nasi di dapur tadi malam.
Guru    : Ibu memasak nasi di dapur tadi malam.
Siswa   : Ibu memasak nasi di dapu tadi malam sewaktu hujan lebat.

Seorang siswa berperan sebagai Simon dan maju ke depan kelas.

Setiap mengatakan Simon berkata “Silakan duduk” siswa lain menurutinya. Tetapi apabila Simon mengatakan “Simon” Siswa lainnya tidak boleh mengikutinya. Kecermatan menyimak ucapan Simon menentukan pemberian reaksi yang tepat atau salah. Siswa yang salah mendapat hukuman.
Contoh :
Siswa               : Semua berdiri
Simon berkata : “Duduklah!’.
Siswa               : Duduk. (Apabila ada yang berdiri maka dihukum)
Simon              : “Duduk!”
Siswa   : Tidak ada yang duduk. Apabila ada yang duduk, maka dihukuman.

d.                  Bisik Berantai
Bisik berantai ini dapat dilakukan secara berkelompok atau beberapa siswa. Apabila dilakukan oleh beberapa siswa maka guru membisikkan pada siswa pertama, siswa pertama membisikkan pada siswa kedua dan seterusnya, siswa terakhir harus menuliskan di papan tulis atau menyebukann kalimat tadi dengan nyaring.
Contoh :
Guru    : Ayah berharap ayah akan ke kantor bersama Deri dan Deri akan menurutinya.
Siswa   : A. Ayah berharap akan ke kantor bersama Deri dan Deri menurutinya
B. Ayah berharap ke kantor bersama Deri dan Deri menurutinya .................……………………………….....................
C.  Ayah ke kantor bersama Deri dan menurutinya
Guru    : Memeriksa ucapan terakhir siswa.

Perbedaan yang dilakukan secara berkelompok adalah masing-masing siswa terakhir yang terdapat dalam setiap kelompok menuliskan kalimatnya dalam secarik kertas dengan menuliskan nomor kelompok dan menyerahkannya pada guru. Tugas guru adalah menuliskan kalimat dari semua wakil kelompok di papan tulis. Dari beberapa kalimat tersebut maka dapat dibaca kalimat mana yang paling tepat.

e.                   Menyelesaikan Cerita
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok beranggotakan 3-4 orang. Guru memanggil anggota kelompok pertama, misalnya kelompok 1, ke depan kelas. Kelompok tersebut disuruh bercerita, judulnya bebas atau boleh juga ditentukan oleh guru. Setelah bercerita, beberapa menit kemudian, guru mempersilakannya untuk duduk. Cerita tersebut dilanjutkan oleh kelompok kedua, dan selanjutnya sampai selesai (kelompok empat).
Model ini boleh juga dilakukan dengan cara perorangan dengan cara yang sama.
Contoh :
Guru                  : Sekarang kita akan menyusun suatu cerita. Judulnya masih rahasia. Cerita ini akan disusun oleh empat kelompok. Bagian demi bagian akan ditampilkan di depan kelas. Setiap orang selalu siap melanjutkan cerita..Mari kita mulai. Rengga ke depan
Rengga            : (Ke depan.) Apa yang harus saya ceritakan Bu?
Guru                : Bebas, apa saja boleh
Rengga            : Pagi ini saya terlambat karena jam beker yang biasa membangunkan tidak berdering. Rupanya saya lupa memutarnya tadi malam. Cepat-cepat saya pergi mandi. Sialnya, badan sudah basah sabun mandi tidak ada.
Guru    : Bagus, Rengga! Silakan duduk. Cerita akan dilanjutkan oleh Sita.
Sita      : (Sita ke depan.) Mendehem-dehem sebentar, lalu melirik kepada guru!
Guru    : Ayo, lanjutkan cerita tadi, Sita!
Sita      : Cepat-cepat aku berpakaian. Tetapi sayang, semua pakaian kotor, sehingga aku memakai pakaian bekas kemarin.
Guru    : Bagus, bagus. Selanjutnya, cerita akan dilanjutkan oleh Fajar.
Fajar    : (Fajar ke depan,) kebingungan. Tidak tahu apa yang akan diceritakan karena tadi tidak menyimak.
Guru    : Ini suatu peringatan buat kalian, bahwa kalian ada yang melalaikan tugas. Fajar duduk kembali, penggantinya adalah Soni.
Soni     : Aku sarapan nasi, hangus pula. Lalu cepat-cepat aku pergi ke sekolah. Ternyata kendaraan yang akan kutumpangi selalu penuh. Dapat kenderaan yang kosong. Bannya kempes pula di tengah jalan. Turun dari kendaraan, aku disambut hujan lebat. Badan basah kuyup, terlambat di dekolah. Bu guru memarahiku lagi.
Guru    : Bagus, Soni. Sekarang bagian terakhir hanya satu kalimat. Coba, Reni ke depan.
Reni     : (Reni ke depan.) Berpikir keras. Memang nasibku, sungguh sial hari ini.
Guru    : Bagus, bagus. Dengan demikian lengkaplah sudah cerita kita.

Dalam sebuah wacana atau bacaan selalu memiliki sejumlah kata yang mengungkapkan isi keseluruhan kalimat, paragraf atau wacana. Kata-kata yang dapat mewakili seluruh isi tersebut disebut kata kunci (Key word).

f.                   Identifikasi Kata Kunci
Dalam menyimak suatu kalimat, paragraf atau wacana, kita tidak perlu menangkap semua kata-kata tetapi cukup diingat kata-kata kunci yang merupakan inti dari pembicaraan karena melalui kata-kata kuncilah menjadi kalimat-kalimat yang utuh sehingga sampai pada bahan simakan yang mempunyai makna yang lengkap.
Contoh :
Guru    : Simaklah kalimat berikut ini baik-baik! Carilah kata-kata kunci dari kalimat berikut. Manusia, baik yang primitif maupun yang modern, selalu cenderung hidup berkelompok.
Siswa   : Menyimak. Menentukan kata kunci. Manusia – hidup – berkelompok
Manusia hidup berkelompok.
Guru    : Bagus! Sekarang simak, saya akan bacakan kalimat lain. Carilah kata-kata kuncinya. Pesawat Garuda F.28 Cimanuk habis terbakar dalam hujan lebat setelah melandas di lapangan terbang Branti.
Siswa   : Siswa menyimak dengan teliti. Garuda – terbakar – Branti Garuda terbakar di Branti.
Guru    : Bagus.

g.                  Identifikasi Kalimat Topik
Dalam sebuah wacana terdiri dari beberapa paragraf. Setiap paragraf minimal mengandung dua unsur yaitu kalimat topik dan kalimat pengembang. Kalimat topik bisa terdapat di awal, tengah dan akhir paragraf.

Contoh :
Guru    : Simaklah baik-baik rekaman paragraf berikut. Menyetop bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan secara sempurna. Tembakan kaki kanan dan kiri tepat arahnya dan sangatlah keras. Sundulan kepalanya sering memperdayakan kiper lawan. Bola seolah-olah menurut kehendaknya. Larinya cepat bagaikan kijang. Lawan sukar mengambil bola dari kakinya. Operan bolanya tepat dan terarah. Amin benar-benar pemain bola jempolan.
Siswa   : Menyimak paragraf lisan secara cermat. Akhirnya, siswa dapat menentukan. Kalimat topiknya ialah “Amin benar-benar pemain bola jempolan”.
Guru    : Luar biasa! Tepat dan sangat bagus.

h.                  Menyingkat/ Merangkum
Menyimak bahan simakan yang agak panjang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah melalui menyingkat atau merangkum. Menyingkat atau merangkum berarti merangkum bahan yang panjang menjadi sesedikit mungkin. Namun, kalimat yang singkat tersebut dapat mewakili kalimat yang panjang.

Contoh :
Guru    : Simaklah baik-baik rekaman berikut! Rekaman hanya sekali diputar, kemudian rangkumlah isinya dalam beberapa kalimat.

Manfaat Bawang Putih
Bawang putih memang tak sedap baunya. Tapi khasiatnya sangatlah banyak.
Selain melezatkan makanan, bawang putih sejak lama diketahui amat
bermanfaat bagi kesehatan. Pendek kata ia bisa dijadikan obat sejumlah
penyakit.

Bawang putih segar atau mentah telah terbukti bisa menyembuhkan infeksi di
tenggorokan, perut, dan kulit. Kurang lebih bisa disamakan dengan antibiotik
karena bawang putih mengandung sulfur. Di samping itu bawang putih juga
menurunkan kolestrol dan mengurangi produksi lemak dalam tubuh. Bahkan
bila dikunyah mentah-mentah, bawang putih bisa menurunkan tekanan darah
bagi mereka yang menderita tekanan darah tinggi.

Sebab itu pula dua pabrik obat di AS tengah berlomba membuat obat-obatan
dengan bahan baku bahan putih. Terlebih setelah tahu bahwa bawang putih
juga dapat bekerja baik melawan jamus infeksi, penyakit yang kerap
menyerang kaki para atlet serta gatal-gatal pada kulit.
(KOMPAS, 23 Maret 2002)

Siswa   : Menyimak rekaman dengan penuh perhatian. Hasil rangkumannya adalah sebagai berikut. Biar aromanya kurang sedap, bawang putih berkhasiat banyak yaitu menyembuhkan bermacam penyakit. Oleh sebab itu beberapa pabrik obat di AS memproduksi bawang putih sebagai bahan baku.
Guru    : Bagus! Rupanya kalian sudah pintar.

i.                    Parafrase
Suatu cara yang digunakan orang dalam memahami isi puisi adalah dengan cara mengutakan isi puisi dengan kata-kata sendiri dalam bentuk prosa. Puisi yang sudah direkam atau dibacakan guru diperdengarkan kepada siswa. Setelah selesai, siswa mengutakan kembali dalam bentuk prosa.
Contoh :

Ibu, Adakah Tersisa Waktu Untukku

Ketika ibu bertanya padaku
Nak, sudah benarkah pilihan cintamu
Kujawab dengan hati yang tegar tetapi sendu
Benar ibu, telah kupilih tumpahan hatiku.

Walau kata pengabdian pada saat ini terasa semua
Namun hatiku telah terpateri tekadku
Hanya ini yang ingin kubaktikan sebagai balas budiku
Atas jerih payah serta curahan kasih sayang bundaku.

Dan bila sang suami bertanya lembut penuh rayu
Sayangku, sanggupkah engkau bagi waktumu
Antara tugas dan tanggung jawab yang penuh liku
Serta cinta, kasih dan bakti pada diriku.

Maka jawabku kadang bercampur ragu
Oh, suamiku, Tuhanlah Yang Maha Tahu
Beberapa besar nikmat dan karunia atasku
Karya, bakti dan ciptaku bisa terpadu.

Dan lemahlah akhirnya sendi tulangku
Bila datang si kecil anakku merajuk rayu
Ibu, adakah tersisa waktu untukku
Aku ingin bercanda, memanja dan mengadu

Oh anakku, kau adalah tumpuan harapan ayah bundamu
Kudambakan kau kelak jadi pimpinan negara dan bangsaku
Demi cinta, bakti dan masa depan tanah airku.

(Renungan seorang Polwan, Oleh Monalisa. Dikutip
dari buletin Polwan, September 1982)

Siswa   : Menyimak rekaman dengan penuh perhatian. Mereka mencoba memahami garis besar isi puisi. Hasilnya adalah sebagai berikut.

Seorang wanita memilih Polisi Wanita (Polwan) sebagai langkah
pengabdian. Melalui Polwan ini akan berbakti pada negara.
Melalui Polwan ini ia membalas kasih sayang ibundanya.
Banyak pertanyaan yang timbul atas pilihan wanita tersebut.

Pertanyaan dari ibunda, suami dan anaknya.
Ibunda bertanya, apakah pilihan itu sudah tepat. Ia menjawab
dengan pasti itulah pilihan hatinya.

Suaminya bertanya apakah ia dapat membagi waktu antara
tugas dan suami. Ia menjawab, cintanya pada suami tidak
berkurang. Tugasnyapun tidak akan diabaikan.

Anaknya juga bertanya. Apakah ia masih mempunyai waktu
untuk bercanda, memanjakan dan menampung pengaduan
anaknya.

Dengan bijaksana ia menjawab.
Kuharap dikau menjadi pimpinan negara. Ibu rela berkorban
demi cinta, bakti dan masa depan negara.



j.                    Menjawab Pertanyaan
Cara lain untuk mengajarkan menyimak yang efektif ialah melalui latihan dengan menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, di mana, mana, dan bilamana yang diajukan sesuai dengan bahan simakan.
Contoh :
Guru    : Simaklah baik-baik bacaan berikut ini. Setelah selesai, jawablah pertanyaan sesuai dengan hasil simakan.

Pendidikan Harus Hasilkan Pekerjaan serta Pendapatan

Pendidikan sekolah meupun luar sekolah yang menghasilkan anak didik yang bisa mendapat penghasilan sendiri atau bisa dapat bekerja adalah amat pentig agar pengangguran jangan sampai menggejala pada usia dini, sehingga kaum muda pada usia produktif tidak menganggur. “Karena itu lebih baik membuka sekolah kejuruan dari pada sekolah umum”. Ujar Mendiknas Prof. Malik Fajar hari Rabu di pelabuhan udara Selaparang, Mataram, pada akhir kunjungan kerja dua hari di Provinsi NTB.

Hal serupa dikemukakannya pula dalam pengarahan pada jajaran Depdiknas NTB, serta guru dan mahasiswa di Universitas Mataram, Selasa malam.

Menurut Malik Fajar, pendidikan luar sekolah seperti kursus harus menghasilkan anak yang siap dikerjakan. “Arus lulusan SMA tidak berhenti. Tiap tahun yang tidak diterima di perguruan tinggi bertambah”, katanya.

Selesai meninjau SMKK Mataram, Malik Fajar menyatakan gembira melihat minat masuk sekolah kejuruan tersebut. Setiap tahun biasanya siswa kelas I hanya sekitar 50 orang, namun pada tahun ajaran 2002 mencapai 300 siswa, “Ini kan bukti bahwa lulusan sekolah kejuruan ini mampu hidup dan menghasilkan” katanya.

Siswa   : Siswa menyimak dengan tekun
Guru    : Menyuruh siswa mengambil buku latihan dan menjawab pertanyaan guru.
a. Siapa yang berbicara?
b. Apa yang dibicarakan?
c. Di mana hal itu dibicarakan?
d. Bila hal itu dibicarakan?
e. Mengapa hal itu dibicarakan?
Siswa   : Menjawab pertanyaan guru.







DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur. 1989. Metodologi Pengajaran Bahasa: Suatu Penelitian Kepustakaan. Jakarta: P2LPTK Depdikbud.

Tarigan. Djago. Drs. dkk. 2006. Materi Pokok Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta:Universitas Terbuka.

Ghazali, Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan    Komunikatif – Interakif. Bandung: Refika Aditama

Tarigan dan Djago. 1987. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa