Tuesday, August 9, 2016

ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER (UTS)



ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER (UTS) BAHASA INDONESIA KELAS VII SMP NEGERI 2 PANTI

DIDIK RUSMIYANTO
1210221113

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
2016


Abstrak
Tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Dikatakan baik karena memiliki tingkat kesukaran yang seimbang. Daya pembeda soal adalah pengukuran sejauh mana suatu soal mampu membedakan peserta didik yang belum atau sudah menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu (Arifin, 2014:273). Permasalahan yang muncul dari latar belakang adalah bagaimana tingkat kesukaran soal dan daya beda soal Ulangan Tengah Semester (UTS). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat kesukaran soal ulangan tengah semester dan mendeskripsikan daya beda soal ulangan tengah semester bahasa indonesia. Hasil analisis data menunjukkan bahwa analisis tingkat kesukaran soal termasuk dalam kriteria seimbang karena tingkat kesukaran yang hampir sama yaitu (30%). Analisis daya pembeda soal menunjukkan bahwa soal tergolong dalam kriteria kurang karena menunjukkan angka yang paling besar yaitu mencapai (64%) dengan kriteria kurang. Simpulan penelitian ini adalah soal Ulangan Tengah Semester di SMP Negeri 2 Panti semester genap tahun ajaran 2015/2016, belum bisa dikatakan layak untuk diujikan kepada siswa-siswi disekolah tersebut karena masih perlu banyak perbaikan lagi dalam menganalisis daya pembeda soal., sedangkan dilihat dari segi menganalisis tingkat kesukaran soal sudah dapat dikatakan layak jika diujikan di sekolah tersebut karena hasil penganalisisan dan perhitungan sudah seimbang dalam menentukan proporsi dari masing-masing kriteria soal baik dalam kriteria sedang, mudah, dan sukar.
Kata kunci: Analisis tingkat kesukaran soal dan daya beda soal




Abstract
About the difficulty level is a measurement of the degree of difficulty of a problem. Said to be good because it has a balanced level of difficulty. The problem is distinguishing the measurement of the extent to which a matter of being able to distinguish students who have already mastered the competencies or according to certain criteria (Arifin, 2014: 273). The problems that arise from the background is the matter of how the level of difficulty and different power about Deuteronomy Central Semester (UTS). The purpose of this study was to describe the level of difficulty of the test questions midterm and describe different power test questions midterm Indonesian. The result showed that the analysis of the level of difficulty in the assessment including balanced criteria for the level of difficulty which is almost the same (30%). Analysis of distinguishing matter indicates that the matter pertained in less criteria for greatest figures show that reach (64%) with less criteria. The conclusions of this research is a matter of Deuteronomy Central Semester at SMP Negeri 2 Panti second semester of the 2015/2016 academic year, can not be considered eligible to be tested to the students to the school because they need much more improvement in analyzing distinguishing matter., While in terms of analyze the level of difficulty of questions can already be said to be feasible if tested in the school because analyzing the results and the calculations are balanced in determining the proportion of each criterion about both the criteria of being easy and difficult.
Keywords: Analysis of the level of difficulty of questions and different power problems




1.    PENDAHULUAN
Peningkatan kualitas pendidikan terusdilakukan secara inovatif baik dari sistem maupun dari teknik pengajaran oleh Guru dikelas. Peningkatan yang dilakukan berupa perubahan dalam berbagai sistem pendidikan seperti: kurikulum, alat bantu belajar, strategi pembelajaran komponen dalam pembelajaran yang meliputi: tujuan pembelajaran, proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Proses belajar mengajar termasuk tujuan pembelajaran.
Alat evaluasi yang sering dipakai dalam proses pembelajaran adalah tes. Tes merupakan alat ukur yang perlu direncanakan secara khusus sesuai dengan tujuan pembelajaran dan perlu dipersiapkan dengan baik sesuai kaidah penyusunannya. Pengukuran sangat diperlukan tes dengan kualitas yang baik, sebab baik buruknya kualitas tes akan menentukan kualitas data yang dihasilkan. Suatu tes dapt dikatakan sabagai alat pengukur yang baik jika memenuhi persyaratan dalam hal: (a) tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajad kesukaran suatu soal, (b) daya pembeda soal adalah pengukuran sejauh mana suatu soal mampu membedakan peserta didik yang belum atau yang sudah menguasai materi. Disamping itu soal tes juga harus sesuai dengan isi yang terkandung dalam krurikulum yang berlaku. Oleh karena itu kurikulum harus menjadi pedoman setiap guru dalam kegiatan proses belajar mengajar, sehingga pelajaran yang diterima siswa juga sesuai dengan kurikulum yang ada.
Apabila soal-soal ulangan tengah semester tidak sesuai dengan kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum, maka soal ulangan tengah semester sebagai alat evaluasi tidak berfungsi sebagai mana mestinya. Oleh karena itu, soal-soal ulangan tengah semester perlu dikaji lagi apakah soal-soal tersebut memiliki kriteria sebagai soal yang baik atau tidak. Hal ini sangat diperlukan karena soal yang baik akan mempengaruhi perolehan hasil belajar siswa.
Kualitas tes dapat dilihat dari butir soalnya melalui analisis butir soal. Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan mutu soal yang dibuatnya. Tujuannya adalah untuk mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang bermutu sebelum soal tersebut diujikan atau sesudah diujikan. Disamping itu, tujuan analisis butir soal juga untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif, serta untuk mengetahui informasi pada siswa apakah mereka sudah atau belum memahami materi yang telah diajarkan.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti masalah tersebut kedalam skripsi dengan judul “ Analisis Butir Soal Ulangan Tengah Semester (UTS) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII di SMP Negeri 2 Panti Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016”

2.    METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi objek penelitian sebagai berikut: (a) jenis penelitian, (b) lokasi penelitian, (c) populasi dan sample, (d) teknik pengumpulan data, dan (f) teknik analisis data. Berikut pemaparannya dari masing-msing sub bab tersebut
Jenis penelitiannya yaitu termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukn untuk mengetahui keadaan dan perkembangan suatu hal atau fenomena tertentu dan memaparkn hal tersebut secara terperinci dan apa adanya. Penelitian ini bersifat deskriptif karena untk memaparkan gambaran kongkrit tentang kualitas butir soal Ulangan Tengah Semester Genap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan hasil analisis tingkat kesukaran soal dan daya beda soal.
Lokasi dalam penelitian ini yaitu tepatnya di SMP Negeri 2 Panti. Jl. Rajawali 108 kemuningsari lor, tlp/fax. 0331712378 panti jember 68153. Dengan pemilihan lokasi tersebut, peneliti diharapkan dapat menemukan hal-hal yang baru dan penelitian tersebut dapat bermakna bagi masyarakat luas.peneliti melakukan olah tempat pada hari dan tanggal senin, 07 maret 2016 pukul 09.00 pada jam istirahat sekolah, untuk meminta ijin sekaligus meminta soal ulangan tengah semester dan selanjutnya peneliti meminta nilai hasil ulangan tengah semester serta dokumen penting lainnya.
Populasi dalam penelitian ini adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang memiliki kualitas dan karakter tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa-siswi kelas tujuh D di SMP Negeri 2 Panti. Peneliti memilih kelas tujuh D karena peneliti merasa cukup mudah untuk mendapatkan data-data apa saja yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi (sugiono, 2012:80). Sampel penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh karena penentuan teknik ini bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering digunakan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara mengumpulkan data-data yang berupa dokumen-dokumen dari sekolah sebanyak mungkin dari guru bahasa indonesia mengapa metode dokumentasi ini digunakan karena dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen ini bisa berbentuk tulisan, gambar, dan lain-lainnya.
Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang akan diamati (sugiono, 2012:102). Istrumen penelitian ini digunakan untuk mengukur nilai variabel yang akan diamati. Istrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah itrumen tingkat kesukaran dan istrumen daya pembeda soal yaitu melalui tabel/biasa disebut dengan tabulasi.
Teknik analisis data dalam yang di gunakan dalam penelitian ini adalah teknik formal dan non formal. Proses menganalisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (a) Reduksi data merupakan proses seleksi dan penyederhanaan data diperoleh. (b) Pengumpulan data marupakan mengumpulkan data-data apa yang dibutuhkan dalam penelitian ini untuk menjadikan data tersebut menjadi data yang valid. (c) penganalisisan data yaitu proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan dengan baik. (d) penafsiran data yaitu setelah menganalisis data peneliti segera menafsirkan semua hasil data-data untuk dipertanggung jawabkan sesuai permasalahan yang telah dirumuskan. (e) tahap akhir yaitu penyimpulan data dilakukan dengan cara merumuskan hasil penefsiran secara ringkas dan jelas.



3.    PAPARAN DAN PEMBAHASAN
Paparan temuan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi objek penelitian sebagai berikut: (a) tingkat kesukaran soal (b) daya pembeda soal. Tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajad kesukaran suatu soal. Dikatakan baik karena sama-sama memiliki analisis tingkat kesukaran yang seimbang (Arifin, 2014:266). Jadi setelah melalui proses perhitungan dapat dilihat bahwa soal Ulangan Tengah Semester (UTS) ditinjau dari tingkat kesukaran untuk soal pilihan ganda termasuk kriteria sedang, karena presentase dengan kriteria sedang menunjukkan presentase lebih besar yaitu dari 50 butir soal pilihan ganda 15 butir soal (30%) dengan kriteria mudah, 19 butir soal (38%) dengan kriteria sedang, dan 16 butir soal (32%) dengan kriteria sukar.
Daya pembeda soal adalah pengukuran sejauh mana suatu soal mampu membedakan peserta didik yang belum atau sudah menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu (Arifin, 2014:273). Jadi setelah dianalisis dan dihitung dapat dilihat bahwa soal Ulangan Tengah Semester (UTS) ditinjau dari daya beda soal untuk soal pilihan ganda termasuk kriteria kurang, karena presentase dengan kriteria kurang menunjukkan presentase yang paling besar yaitu dari 50 butir soal pilihan ganda 32 butir soal (64%) dengan kriteria kurang, 5 butir soal (10%) dengan kriteria cukup, 7 butir soal (14%) dengan kriteria baik, dan 6 butir soal (12%) dengan kriteria baik sekali.
Pembahasan dalam hasil penelitian skripsi ini meliputi pembahasan tentang ” Analisis Butir Soal Ulangan Tengah Semester Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016” yaitu tentang: (a) analisis tingkat kesukaran soal, dan (b) analisis daya pembeda soal.
Tingkat Kesukaran Soal adalah pengukuran seberapa besar derajad kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran yang sama maka soal tersebut dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Dikatakan baik karena sama-sama memiliki tingkat kesukaran yang seimbang. Suatu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah (Arifin, 2014:266). Analisis tingkat kesukaran soal merupakan pengukuran seberapa besar derajad siswa yang menjawab benar dan salah. Jika nantinya dalam satu kelas memiliki proporsi tingkat kesukaran yang sama, yaitu tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. maka dapat di katakan bahwa soal tersebut layak untuk di teskan dalam ulangan tengah semester pada siswa-siswi SMP Negeri 2 Panti.
Soal yang termasuk dalam kriteria mudah yaitu (0% - 27%) menurut analisis tingkat kesukaran soal. Peneliti mengambil tiga contoh soal yang termasuk dalam kriteria mudah Soal dapat dikatakan mudah karena sudah melalui proses penghitungan dan penganalisisan yang sudah dapat dipaparkan dan dilihat di bab empat sebelumnya. Selain itu soal tersebut dikatakan mudah karena hampir semua siswa-siswi yang menjawab soal dengan benar di sekolah tersebut terutama kelas VII.
soal yang termasuk dalam kriteria mudah yaitu (0% - 27%) menurut hasil perumusan analisis tingkat kesukaran soal. Siswa bisa menjawab soal dengan benar jika dapat memahami penggalan cerita tersebut. Soal nomor 21,22,24 dikatakan mudah bagi siswa karena soal tersebut memiliki kedalaman kesukaran kata kerja operasional revisi taksonomi bloom pada tingkat C2 yaitu (memahami). Jadi soal nomor 21,22,24 belum layak digunakan disekolah tersebut karena soal tersebut sudah jelas dari analisis tingkat kesukaran soal bahwa soal tersebut tergolong dalam kriteria mudah untuk dijawab oleh siswa.
Soal yang termasuk dalam kriteria sedang yaitu (28% - 72%) menurut analisis tingkat kesukaran soal. Peneliti mengambil tiga soal yang termasuk dalam kriteria sedang. Soal tersebut dikatakan sedang karena dalam proses penghitungan dan penganalisisan yang sudah dapat dipaparkan di dalam bab empat sebelumnya. Selain itu soal tersebut dikatakan sedang karena dari 31 siswa hanya ada sebagian siswa-siswi yang menjawab soal dengan benar di sekolah tersebut.
Soal diatas merupakan contoh soal yang termasuk dalam kriteria sedang yaitu (28% - 72%). Siswa bisa menjawab dengan benar jika bisa memahami penggalan cerita diatas. Soal nomor 20 dan 23 dikatakan sedang bagi siswa karena soal tersebut memiliki kedalaman kesukaran kata kerja operasional revisi taksonomo bloom pada tingkat C3 yaitu (mengaplikasikan). Soal nomor 42 dikataka sedang bagi siswa karena soal tersebut memiliki kedalaman kesukaran kata kerja operasional revisi taksonomi bloom pada tingkat C2 yaitu (memahami) apa yang dibahas dalam kutipan cerpen diatas. Jadi soal nomor 20,23,42 sudah dapat dikatak layak digunakan disekolah tersebut karena soal itu sudah jelas dari analisis tingkat kesukaran soal bahwa soal tersebut tergolong dalam kriteria sedang, sehingga sudah layak untuk digunakan tetapi Guru harus tetap berusaha untuk bisa membuat soal dengan analisis tingkat kesukaran soal dalam kriteria baik tiap butir soal agar bisa mencetak siswa-siswi yang berkualitas.
soal yang termasuk dalam kriteria sukar menurut analisis tingkat kesukaran soal. Peneliti mengambil tiga contoh soal yang termasuk dalam kriteria sukar. Soal tersebut dikatakan sukar karena dalam proses penghitungan dan penganalisisan yang sudah dipaparkan di bab empat sebelumnya. Selain itu soal tersebut dikatakan sukar karena ada banyak siswa-siswi yang menjawab soal dengan salah di sekolah tersebut.
soal yang termasuk dalam kriteria sukar karena dalam hasil penghitungan dan penganalisisan soal menunjukkan (73% - 100%) siswa-siswi yang menjawab soal dengan salah, itu merupakan presentase yang besar menurut analisis tingkat kesukaran soal. Soal nomor 31 dan 34 dikatakan mudah bagi siswa karena soal tersebut mimiliki kedalaman kesukaran kata kerja operasional revisi taksonomi bloom pada tingkat C2 yaitu (memahami). Soal nomor 36 dikatakan mudah bagi siswa karena soal tersebut memiliki kedalam kesukaran kata kerja operasional revisi taksonomi bloom pada tingkat C4 yaitu (menganalisis). Jadi soal nomor 31,34,36 belum layak digunakan atau diujikan disekolah tersebut karena soal itu sudah jelas dari analisis tingkat kesukaran soal bahwa soal tersebut tergolong dalam kriteria sukar jika dijawab oleh siswa-siswi disekolah tersebut.
Tingkat kesukaran dalam soal Ulangan Tengah Semester (UTS) ini secara keseluruhan tergolong dalam kriteria soal yang seimbang karena dari masing-masing presentase dengan kriteria mudah, sedang, dan sukar menunjukkan lebih dari (30%). Angka presentase yang sama besar kriterianya, meskipun demikian dalam tingkat kesukaran suatu soal tidak serta merta menunjukkan bahwa soal tersebut baik atau buruk. akan tetapi butir soal tersebut sukar atau mudah untuk kelompok siswa tertentu.
Butir soal yang memiliki tingkat kesukaran dengan kriteria mudah dan sukar bukan berarti soal tersebut baik untuk digunakan, begitu pula dengan butir soal dengan kriteria sedang bukan berarti butir soal tersebut tidak boleh dipakai, melainkan butir soal tersebut dapat digunakan sesuai dengan kondisi siswa yang akan menjadi tes. Contohnya untuk mengetahui hasil belajar siswa pandai sebaiknya digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran dengan kriteria sukar. Demikian pula sebaliknya, untuk mengetahui hasil belajar siswa yang kurang pandai digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran dengan kriteria mudah.
Soal Ulangan Tengah Semester (UTS) yang telah dianalisis ini, secara keseluruhan tingkat kesukaran soal tergolong dalam kriteria seimbang, sedangkan siswa yang mengikuti tes tidak hanya dari kelompok siswa yang pandai maupun yang kurang pandai. Jadi, soal tersebut setelah melalui dalam proses penghitungan dan penganalisisan diatas dapat disimpulkan bahwa soal tersebut sudah cocok ketika diujikan pada semua kelompok siswa, baik yang pandai maupun yang kurang pandai, mengapa demikian karena pada kondisi semacam ini, dimana siswa yang mengikuti tes tidak hanya dari siswa yang pandai melainkan yang kurang pandai juga mengikuti tes, maka soal tes seharusnya pembagiannya harus proporsional antara soal yang mudah, sukar dan sedang. Jadi dalam pembagian soal Ulangan Tengah Semester (UTS) Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Panti ini sudah dikatakan cocok karena pembagian proporsionalnya sudah seimbang dan merata antara soal yang mudah, sukar dan sedang. (b) Daya pembeda soal adalah pengukuran sejauh mana suatu soal mampu membedakan peserta didik yang belum atau sudah menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu soal, semakin mampu soal tersebut membedakan antara peserta didik yang menguasai kompetensi dengan peserta didik yang kurang menguasai kompetensi (Arifin, 2014:273). Analisis daya pembeda soal yaitu pengukuran suatu soal yang dapat membedakan antara  peserta didik yang sudah menguasai materi dan peserta didik yang belum menguasai materi. Daya pembeda soal digunakan bahwa untuk mengetahui antara siswa yang bisa menjawab soal dengan benar dari siswa yang pandai dan siswa yang menjawab dengan benar dari siswa yang kurang pandai.
soal analisis daya pembeda dengan kriteria kurang yaitu (0,00 – 0,19). Peneliti mengambil tiga yang termasuk dalam kriteria kurang. Soal  dikatakan kurang karena dalam proses penghitungan penganalisisan yang sudah dipaparkan di bab empat sebelumnya. Soal tersebut tidak dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Siswa pandai tidak terlihatan pandai disekolah tersebut karena hasil yang diperoleh hampir sama dengan nilai yang diperoleh siswa yang kurang pandai.
Soal yang tergolong dalam kriteria kurang yaitu (0 - 0,19) dilihat dari analisis daya pembeda soal. Soal yang tergolong dalam kriteria kurang karena tidak dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Selain itu, juga disebutkan dalam penghitungan hasil analisis daya beda soal bahwa, soal tersebut tidak layak diujikan dengan siswa-siswi disekolah tersebut. Solusi yang harus dilakukan oleh pembuat soal, baik itu Guru maupun Tim pembuat soal yaitu harus bisa serta memperhitungkan analisis daya pembeda dari setiap butir soal sehingga dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Jadi Guru maupun Tim pembuat soal yang profesional harus lebih hati-hati lagi dalam membuat soal dan terus berusaha belajar yang terbaik demi anak didik bangsa kita.
soal yang berkriteria cukup yaitu (0,20 – 0,29) dilihat dari analisis daya pembeda soal. Peneliti mengambil contoh soal yang berkriteria cukup. Soal tersebut tergolong dalam kriteria cukup karena sudah melalui proses penganalisisan penghitungan yang sudah dipaparkan di bab empat sebelumnya. Soal tersebut dapat dikatakan cukup baik jika diujikan dengan siswa-siswi disekolah tersebut.
soal yang tergolong dalam kriteria cukup yaitu (0,20 – 0,29) dilihat dari segi penghitungan analisis daya pembeda soal. Soal tersebut merupakan contoh kongkrit bahwa soal termasuk dalam kriteria cukup jika diujikan dengan sisw-siswi di Sekolah tersebut, namun pada dasarnya soal tersebut perlu diperbaiki lagi agar bisa mencetak soal yang sangat berkualitas kedepannya. Soal yang berkualitas otomatis siswa yang mengikuti tes atau yang mengerjakan soal tersebut termasuk siswa yang berkualitas juga. Guru juga harus memiliki bekal yang cukup untuk bisa membuat soal yang berkualitas, contohnya guru haru memiliki pengalaman dalam membuat soal dan juga harus berpengalaman dalam mengajar, agar bisa mengerti dan mengetahui antara siswa yang mampu menguasai materi dengan siswa yang belum mampu menguasai materi.

soal yang tergolong dalam kriteria baik yaitu (0,30 – 0,39) dilihat dari analisis daya pembeda soal. Peneliti mengambil soal nomor 5,7,26 sebagai contoh dasarnya. Soal tersebut tergolong dalam kriteria baik karena dilihat dari hasil analisis daya beda soal dan penghitungannya menunjukkan bukti yang sangat kuat karena sudah dihitung menggunakan rumus para ahli yang sudah cukup terkenal di bab empat sebelumnya.
soal yang berkriteria baik yaitu (0,30 – 0,39) dilihat dari hasil analisis daya pembeda soal, dari hasil penganalisisan soal menunjukkan angka yang sama besar yaitu 0,37. Angka tersebut sudah termasuk dalam kriteria baik. Jadi soal sudah dapat dikatakan sangat cocok jika diujikan disekolah tersebut  karena sudah memenuhi syarat dan menunjukkan daya pembeda soal yang tergolong dalam kriteria baik. Jadi solusinya guru haru mempertahankan dan berusaha lebih baik lagi dalam membuat soal dalam membedakan siswa yang sudah menguasai materi dengan siswa yang belum menguasai materi. Semakin baik daya pembeda soal maka semakin baik pula siswa yang akan mengikuti tes nantinya.
soal hasil analisis daya pembeda soal yang berkriteria baik sekali (0,40 – 0,100). Peneliti mengambil soal nomor 12,19,20 sebagai contoh dasarnya. Soal tersebut tergolong dalam kriteria baik sekali karena dilihat dari hasil analisis daya beda soal dan penghitungannya menunjukkan bukti yang sangat kuat karena sudah melalui proses perhitungan menggunakan rumus para ahli yang sudah cukup terkenal di bab empat sebelumnya.
soal yang termasuk dalam kriteria baik sekali yaitu (0,40 – 0,100) di lihat dari hasil analisis daya pembeda soal. Soal tersebut menunjukkan bahwa tergolong dalam berkriteria baik sekali karena sudah melalui proses penganalisisan dan penghitungan. Sehingga data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan dengan kebenarannya dan untuk dalam menghitung menggunakan rumus para ahli yang sudah cukup terkenal. Jadi solusinya Guru dan Tim pembuat soal harus terus mempertahankan dan berusaha lebih baik lagi dalam membuat soal agar soal tersebut baik sekali jika digunakan atau diteskan dengan siswa-siswi di sekolah tersebut dan dapat membedakan peserta didik yang sudah menguasai materi dengan peserta didik yang kurang menguasai materi.
Analisis daya beda soal dari keseluruhan dapat disimpulkan bahwa, soal Ulangan Tengah Semester (UTS) Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Panti tahun ajaran 2015/2016 Semester Genap. Presentase kriteria kurang yaitu mencapai (64%) angka yang besar dari keseluruhan kriteria yang lain. Bahkan sebagian besar soal sudah termasuk dalam kriteria jelek, dengan demikian hal tersebut sudah terbukti dalam data-data diatas bahwa soal pilihan ganda termasuk dalam kriteria kurang karena presentase soal paling besar yaitu mencapai (64%). jadi soal tersebut belum dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Siswa yang pandai tidak terlihat pandai karena hasil nilai yang diperoleh hampir sama dengan siswa yang kurang pandai. Sehingga soal tersebut tidak cocok diujikan disekolah tersebut jika dilihat dari segi analisis daya pembeda soal. Soal yang baik harus memenuhi syarat tingkat daya pembeda soal sehingga jika sudah memenuhi syarat maka dapat dikatak bahwa soal sudah memenuhi syarat dan layak diujikan  dengan siswa-siswi disekolah tersebut.

4.    SIMPULAN
Berdasarkan hasil paparan penelitian dan pembahasan dapat di simpulkan bahwa soal-soal Ulangan Tengah Semester (UTS) mata pelajaran Bahasa Indonesia belum sempurna. Hasil tabel analisis dapat dilihat bahwa tingkat kesukaran untuk soal pilihan ganda termasuk dalam kriteria seimbang, dan dari hasil tabel analisis dapat dilihat bahwa daya pembeda untuk soal pilihan ganda termasuk dalam kriteria kurang. Analisis butir soal yang mencakup tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal pada soal Ulangan Tengah Semester (UTS) Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Panti Semester Genap.adalah sebagai berikut:
a)    Ditinjau dari analisis tingkat kesukaran soal bahwa soal pilihan ganda tergolong dalam kriteria seimbang atau sedang karena soal yang termasuk dalam kriteria mudah sebanyak 15 butir soal (30%), sedang 19 butir soal (38%), sukar 16 butir soal (32%).
b)   Ditinjau dari analisis daya pembeda soal bahwa soal pilihan ganda termasuk dalam kriteria kurang karena soal yang termasuk dalam kriteria jelek sebanyak 32 butir soal (64%), cukup 5 butir soal (10%), baik 7 butir soal (14%), dan baik 6 butir soal (12%).
   Soal yang baik adalah soal yang bisa mengukur kemampuan siswa secara umum disetiap tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal. Soal yang sama belum tentu dapat dikerjakan oleh semua siswa atau pengikut tes, karena ada banyak faktor yang menyebabkan soal tidak bisa dijawab oleh siswa. Soal yang baik di sekolah satu belum tentu menjadi soal yang baik di sekolah lainnya hal ini bisa di mungkinkan dengan kesesuaian karakter yang dimiliki oleh siswa dalam sekolahnya masing-masing. Soal yang baik adalah soal yang merujuk pada kompetensi dasar atau standar kompetensi karena itu merupakan standar pembelajaran di Indonesia, dan soal yang baik adalah soal yang juga merujuk pada segi analisis tingkat kesukaran soal dan analisis daya pembeda soal.

5.    UCAPAN TERIMA KASIH
     Peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada orang tua saya yng telah memberi semangat dan yang membiayai saya seperti sekarang ini dan saya juga berterimakasih kepada dosen pembimbing saya yaitu bapak Agus Milu S, M.pd dan Ibuk Dina Merdeka C, M.pd yang telah sabar membimbing saya selama proses penelitian atau pembuatan skripsi ini berlangsung hampir lima bulan. Dan saya juga berterimakasih kepada guru SMP Negeri 2 Panti yang telah bersedia menerima saya untuk melakukan penelitian disekolah tersebut. Dan yang terakhir buat teman dan sahabat saya dan yang saya sayangi terimakasih telah membantu saya dalam proses penyelesaian penelitian ini

6.    REFERENSI
Arifin, Zaenal. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, dan Prosedur.      Bandung: Bumi Aksara
Hidayati, R. 2008. Analisis Soal UAN SMP. Surabaya:http://rosyidatul hidayati.blogspot.com/2008/03/analisis-soal-uan-smp.html.
Karzuni. 2011. Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester (UAS) Mata Pelajaran  Bahasa Indonesia SMK Kelas X Semester Gasal Tahun Ajaran 2010/2011. (Studi Kasusu di SMK Muhammadiyah Ungaran). Skripsi. Univesitas Negeri Semarang.
Kunandar. 2014. Penilaian Autetik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Lababa, J. 2008. Evaluasi Pendidikan. http://evaluasipendidikan.blogspot. com /2008/03/tes-prestasi-hasil-belajar.html.
Nurung, M. 2008. Kualitas Tes Ujian Akhir Sekolah berstandar Nasional (UASBN) IPA SD Tahun Pelajaran 2007/2008 di kota Kendari. Dalam jurnal LPMP Sultra, Volume 3 No. 1. http://mardikanyom.tripot.com/ kualitas%20tes.pdf.
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sudjana, Nana dan Ibrahim.Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudrajat, A. 2008. Penilaian Hasil Belajar. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/01/Penilaian-Hasil-Belajar/.
Sudijono, A. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.


No comments:

Post a Comment