Wednesday, August 3, 2016

PENERAPAN TEKNIK PEER CORRECTION DAN MEDIA GAMBAR UNTUK KETERAMPILAN MENULIS PUISI (Artikel-Skripsi-merlin)





PENERAPAN TEKNIK PEER CORRECTION DAN MEDIA GAMBAR
UNTUK KETERAMPILAN MENULIS PUISI

Merlin Hilda Kusnia
Pendidikan bahasa, sastra Indonesia dan Seni, FKIP, Universitas Muhammadiyah Jember

Abstrak

          Kata Kunci: Peer Correction, Media Gambar, Menulis Puisi

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia.          Teknik Peer Correction dan Media Gambar sangat penting untuk memudahkan siswa menulis. Setelah diterapkannya teknik peer correction pada pembelajaran, teknik peer correction dapat digunakan pada semua materi pembelajaran sedangkan untuk media gambar hanya bisa digunakan untuk sebagian materi seperti menulis poster, menulis berita,. Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Desain penelitian ini adalah bersifat kolaboratif. Subjek  pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII A SMP Negeri 2 Kalibaru. Tempat Penelitian di SMP Negeri 2 Kalibaru, Pada tanggal 11 April 2016. Prosedur penelitian ini, Studi Pendahuluan, Perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi. Kriteria kesuksesan, kesuksesan individual dan kesuksesan klasikal. teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, wawancara dan dokumentasi dan intrumennya menggunakan lembar observasi, lembar tes, lembar wawancara dan lembar dokumentasi. Berdasarkan hasil belajar siswa setelah diterapkan pada penelitian tindakan kelas. Dapat disimpulkan bahwa teknik peer correction dan media gambar dapat meningkatkan menulis puisi siswa. Pada hasil prasiklus 26% yaitu sebanyak 6 siswa yang mencapai ketuntasan. Pada siklus I terjadi peningkatan klasikal dengan rata-rata 64 dengan 48% yaitu sebanyak 11 siswa yang mencapai ketuntasan. Pada siklus II yang mencapai ketuntasan belajar rata-rata 83 terdapat 21 siswa atau 91%. Berdasarkan hasil tersebut, simpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa dengan penerapan teknik peer correction dan media gambar baik digunakan dalam pembelajaran menulis puisi.  namun dalam pembelajaran lain teknik peer correction dapat digunakan untuk segala jenis materi dan juga mata pelajaran, sedangkan.

 

1.        PENDAHULUAN
Bahasa merupakan salah satu mata pelajaran wajib mulai dari sekolah tingkat dasar hingga menengah. Bahkan bahasa indonesia juga diberikan di perguruan tinggi, sebenarnya bahasa indonesia sudah dipelajari sebelum memasuki bangku sekolah, karena bahasa indonesia sudah digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam konteks ini Tarigan (2008:1) menjelaskan bahwa dalam memeroleh keterampilan biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula pada masa kecil belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut merupakan suatu kesatuan yang saling berkaitan dan merupakan catur-tunggal.
Dari keempat aspek tersebut yang menuai banyak kendala dalam pembelajaran adalah berbicara dan menulis, siswa cenderung lebih menyukai yang bersifat reseptif atau menerima dari pada yang bersifat produktif atau menghasilkan. Dalam pembahasan ini penulis memilih satu aspek yang akan menjadi pokok bahasan yaitu keterampilan menulis. 
Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan sarana potensial untuk mengadakan pembinaan dan pengembangan bahasa. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak bertatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan efektif.
Keterampilan menulis dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berbahasa yang diperlukannya. Siswa dapat menuangkan segala ide dan gagasan dalam sebuah tulisan. Ide dan gagasan akan lebih berarti jika diuangkapkan dalam sebuah karya tulis.
Hasil dari observasi dan wawancara dengan guru dan siswa SMP Negeri 2 Kalibaru, bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia pada kelas VII A masih rendah dilihat dari hasil belajar siswa yang rata-rata masih kurang dari KKM. Faktor lain penyebab rendahnya menulis pada siswa adalah guru, guru tidak pernah menggunakan metode, teknik dan media apapun guru hanya terpaku pada LKS hal ini membuat siswa pasif dalam pembelajaran.
Hasil wawancara dari siswa kelas VII A  membuktikan bahwa siswa lebih menyukai pembelajaran membaca puisi dari pada menulis puisi. Siswa menyukai membaca puisi karena  yang harus dipahami dalam membaca puisi adalah isi dari puisi, sangat berbeda dengan menulis puisi yaitu siswa harus mencari kata yang tepat, kesesuaian tema dengan judul, majas dalam puisi. Hal tersebut membuat siswa tidak menyukai dalam pembelajaran menulis puisi.
Berdasarkan kondisi di atas, maka guru perlu mengupayakan suatu teknik pembelajaran yang dapat mendukung peningkatan kemampuan menulis puisi siswa. Upaya ini perlu dilakukan agar siswa mampu mengkomunikasikan setiap ide melalui media tulis dengan baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah guru perlu menerapkan teknik dan media pembelajaran menulis puisi yang tepat, kreatif, inovatif, dan mampu mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Berkaitan dengan hal tersebut peneliti memilih untuk menerapkan teknik peer correction (koreksi teman sebaya) dan media gambar.
Purwanto (dalam Ulfah, dkk. 2013:03) menyatakan bahwa teknik  peer-correction menunjuk pada kegiatan atau aktivitas siswa dalam membaca tulisan temannya kemudian membuat respon (berupa koreksi) dalam posisinya sebagai pembaca. Teknik peer correction jika dibandingkan dengan teknik lain seperti teknik teacher correction(Koreksi Guru)adalah dalam pelaksanaannya. Teknik peer correction (koreksi teman sebaya), siswa yang berperan secara aktif dalam mengoreksi hasil pekerjaan temannya sehingga, siswa dapat berperan langsung
Teknik peer correction jika dibandingkan dengan teknik lain seperti teknik teacher correction (Koreksi Guru)adalah dalam pelaksanaannya. Teknik peer correction (koreksi teman sebaya), siswa yang berperan secara aktif dalam mengoreksi hasil pekerjaan temannya sehingga, siswa dapat berperan langsung dalam mengoreksi kesalahan. Siswa juga dapat belajar dari kelebihan dan kekurangan hasil pekerjaan temannya dan mengetahui kekurangan pada hasil pekerjaannya sendiri, selain itu siswa dapat memahami materi dengan mencari kesalahan yang terdapat pada pekerjaan temannya, karena siswa bertindak langsung dalam pengoreksian dan juga tidak bertindak pasif dalam pembelajaran. Sedangkan pada teknik teacher correction yaitu guru yang berperan besar dalam proses pembelajaran, siswa hanya mengerjakan tugas yang ditugaskan guru tanpa ikut campur dalam proses pengoreksian, jadi siswa hanya mengerti hasil yang didapatkan dari hasil pekerjaannya tanpa mengetahui letak kesalahannya. Dari perbedaan tersebut dapat dilihat bahwa teknik peer correction sangat cocok bila diterapkan dalam pembelajaran dari pada teknik pengoreksian yang lain.
Media gambar merupakan alat bantu yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis puisi. Siswa mengamati objek tertentu yang ada dalam gambar dan mencari beberapa diksi (kata) sesuai dengan tema yang akan di kerjakan. Diksi (kata) yang ditemukan dibuat kalimat panjang dengan dibumbui majas.

Berdasarkan hasil pemamparan di atas, jika hasil pekerjaan siswa dikoreksi oleh guru tanpa melibatkan siswa secara langsung akan membuat siswa lebih mudah melupakan kesalahan yang telah dilakukan, mereka cenderung menerima hasil atau nilai dari guru. Namun, jika koreksi yang dilakukan melibatkan para siswa, akan memberikan dampak yang baik bagi siswa dalam memberikan pelatihan untuk mengenali kesalahan yang dilakukan siswa atau yang dilakukan oleh temannya. Selain itu kegiatan koreksi yang melibatkan siswa secara langsung dapat membuat ingatan siswa bertahan lama dibandingkan dengan belajar hafalan dan juga jika guru menerapkan media gambar siswa akan lebih mudah mengembangkan imajinasi yang ada pada diri siswa masing-masing.
Bardasarkan latar belakang di atas, maka perlu diadakan suatu penelitian yang berjudul “Penerapan Teknik Peer Correction dan Media Gambar untuk meningkatkan kemampuan menulus puisi pada siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kalibaru-Banyuwangi

2.    METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah  Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2013:30) PTK merupakan  suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kolaboratif. Penelitian kolaboratif yaitu antara peneliti dan guru saling bekerja sama dalam melakukan penelitian. Peneliti juga bertindak sebagai guru yang melaksanakan tindakan untuk memperbaiki permasalahan yang ada. Pada pelaksanaan tindakan kelas, peneliti dibantu oleh guru pembimbing khusus yang bertindak sebagai observer. Selain itu, peneliti juga dibantu oleh satu orang teman yang bertindak sebagai observer. Hal ini dilakukan agar hasil penelitian lebih akurat.
Tahap-tahap penelitian tindakan kelas ini secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi (Arikunto dkk., 2014:16). Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang baru selesai dilaksanakan dalam satu siklus, guru pelaksana (bersama peneliti pengamat) menentukan rancangan untuk siklus kedua.
Subjek penelitian dalam penelitian ini ialah seluruh kelas VII A SMP Negeri 2 Kalibaru tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 23 siswa, 9 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan pada semester genap. Berdasarkan informasi yang diperoleh siswa kelas VII A ini mengalami kesulitan dalam mengembangkan imajinasi dan pemilihan diksi dalam pembuatan puisi.  Hal ini mungkin kurangnya metode ataupun media pembelajaran sehingga memudahkan siswa kelas VII A dalam membuat puisi. Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah SMP Negeri 2 Kalibaru Kabupaten Banyuwangi pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017 dengan pertimbangan bahwa penelitian ini dilaksanakan karena ditemukan permasalahan bahwa siswa SMP Negeri 2 Kalibaru masih mengalami kesulitan dalam pemilihan diksi, pengimajian, pemilihan kata, dan kesesuaian tema dengan puisi.
Prosedur penelitian ini meliputi 1) studi pendahuluan; 2) perencanaan tindakan; 3) pelaksanaan; 4) observasi; dan 5) refleksi.
Kriteria kesuksesan  pada penelitian ini adalah dengan mengukur ketuntasan belajar klasikal dan individual. Daya serap klasikal, suatu kelas dikatakan tuntas dalam pembelajaran apabila di kelas tersebut terdapat minimal 70% siswa yang telah mencapai ketuntasan individual 76  dari skor maksimal 100.Daya serap siswa perorangan yaitu siswa dikatakan tuntas apabila mencapai di atas KKM yaitu ≥ 76;.
Deskripsi setting penelitian ini disesuaikan dengan studi penelitian, perencanaan penelitian,perencanaan tindakan siklus I, dan Tindakan siklus II.
Hasil prasiklus menunjukkan bahwa menulis siswa kelas VII A semester 2 SMP Negeri 2 Kalibaru Banyuwangi tahun pelajaran 2015/2016 masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan nilai siswa yang mencapai ketuntasan (≥75) sebanyak 6 siswa atau sebesar 26%  dari total 23 siswa. Sisanya sebanyak 17 siswa atau sebesar 74% dari total 23 siswa belum mencapai ketuntasan nilai (≤75) . jadi total keseluruhan hasil presentase belajar siswa masih mencapai 26% dan kurang dari 50% yang mencapai ketuntasan sehingga hasil menunjukkan tidak baik.
Pada tindakan siklus I, siswa di tugaskan untuk membuat puisi dengan tema peristiwa yang pernah dialami adapun hasil tes yang diperoleh siswa yaitu menunjukkan peningkatan dari hasil prasiklus sebelumnya.
Hasil yang diperoleh siswa dalam pembelajaran masih hal ini ditunjukkan dengan siswa yang mencapai ketuntasan  nilai (≥75) sebanyak 11 siswa atau sebesar 48%  dari total 23 siswa. Sisanya sebanyak 12 siswa atau sebesar 52% dari total 23 siswa belum mencapai ketuntasan nilai (≤75) . jadi total keseluruhan hasil presentase belajar siswa masih mencapai 48% dan kurang dari 50% yang mencapai ketuntasan,  sehingga hasil menunjukkan tidak baik.
Pada tindakan siklus II, siswa ditugaskan untuk menulis puisi kembali dengan tema yang berbeda yaitu keindahan alam, hasil yang diperoleh siswa yaitu adanya peningkatan terhadap hasil proses belajar dan juga nilai hasil tes menulis, hal ini ditunjukkan dengan yang mencapai ketuntasan  nilai (≥75) sebanyak 21 siswa atau sebesar 91%  dari total 23 siswa. Sisanya sebanyak  2 siswa atau sebesar 9% dari total 23 siswa belum mencapai ketuntasan nilai (≤75) . jadi total keseluruhan hasil presentase belajar siswa mencapai 91% dan lebih dari 90% yang mencapai ketuntasan,  sehingga hasil menunjukkan sangat baik.
Setelah dilaksanakan tindakan siklus II, siswa mengalami ketuntasan klasikal yaitu sebesar 91%, dengan diterapkannya teknik peer correction dan media gambar dapat meningkatkan menulis puisi.

3.        PEMBAHASAN

1)      Penerapan Teknik Peer Correction Dan Media Gambar Yang Dapat Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi
Penerapan pembelajaran menggunakan teknik peer correction dan media gambar untuk meningkatkan menulis puisi siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kalibaru, pada tindakan siklus I dan siklus II, menggunakan materi yang sama namun dengan tema yang berbeda, hal ini menggunkan materi yang sama karena penelitian ini memang ditujukan untuk menulis puisi, agar tidak menggangu kegiatan pembelajaran disekolah dengan adanya penelitian ini, peneliti menggunakan dua kompetensi dasar alasannya karena penelitian tindakan kelas bukan remedial teaching, jadi tidak harus mengulang pembelajaran yang sebelumnya sudah diajarkan pada siklus I.
Tahap-tahap penerapan teknik peer correction dan media gambar pada siklus I, sebagai berikut: (a) guru menjelaskan materi tentang puisi, seperti pengertian puisi, hal yang harus diperhatikan dalam menulis puisi, contoh puisi, proses menulis puisi, langkah-langkah menulis puisi; (b) selanjutnya guru memberikan contoh pembuatan puisi di papan tulis dengan menggunakan gambar, (c) guru membentuk kelompok siswa dua orang, sesuai dengan tempat duduk; (d) guru menugaskan siswa untuk mengoreksi sebuah puisi yang disediakan guru dan beserta pedoman pengoreksian,; (e) guru menugaskan siswa untuk membuat puisi sesuai dengan gambar secara individu; (f) siswa menukarkan hasil puisinya kepada teman sebangkunya/kelompoknya untuk dikoreksi,; (g) setiap siswa membenarkan hasil puisi yang sudah dikoreksi temannya ,
Hasil dari pembelajaran siklus I, masih banyak terdapat kekurangan yaitu, guru kurang dapat mengatur waktu, sehingga waktu yang digunakan tidak efektif, guru kurang mampu membangkitkan membangkitkan minat dan semangat siswa dalam belajar, sehingga siswa masih kurang aktif dalam pembelajaran. Sedangkan dari siswa adalah, siswa masih kurang aktif dalam pembelajaran, banyak siswa yang masih malu-malu, suasana kelas masih kurang kondusif, ada beberapa siswa yang membuat gaduh kelas, siswa merasa sedikit kesulitan dalam mencari diksi, karena gambar yang diberikan guru terbatas diksinya dan teman kelompoknya tidak membantu mencari diksi.
Tahap-tahap penerapan dalam Teknik peer correction dan media gambar pada siklus II sebagai berikut: (a) guru membentuk ulang kelompok menjadi lima orang, dan setiap kelompok ada ketua kelompok yang sudah ditentukan oleh guru; (b) guru menjelaskan kembali tentang materi yang belum dimengerti siswa atau sulit dan mengingatkan kembali tentang materi yang belum dipahami siswa; (c) guru menugaskan siswa untuk membuat puisi secara berkelompok berdasarkan gambar keindahan alam,; (d) guru menugaskan siswa untuk menukar hasil kerjanya dengan kelompok lain, siswa saling mengoreksi hasil puisi kelompok lain, (e), guru menugaskan siswa untuk membuat puisi secara individu, namun mencari diksi secara kelompok, setiap anggota dapat membantu anggota yang lain jika ada yang belum dimengerti, siswa secara bersama-sama mencari diksi sesuai bersama kelompoknya saling berdiskusi dan anggota kelompok saling membimbing; (f) siswa menukar hasil kerja dengan kelompok lain, meskipun individu, namun anggota kelompok saling membantu, dan siswa sangat senang dalam mengoreksi hal ini, karena siswa sudah paham terhadap apa yang akan dikoreksi dan mencari kekurangan puisi dari kelompok lain; (g) siswa memperbaiki hasil dari koreksian kelompok lain.
Hasil pembelajaran siklus II, sudah lebih baik dibandingkan dengan siklus I, guru sudah sangat baik dalam melakukan pembelajaran, guru dapat mengatur waktu dalam pembelajaran, dan dapat mengatur kelas sehingga kondusif. Sedangkan siswa, siswa sudah aktif dalam pembelajaran, hal ini karena kelompok yang sudah sesuai dengan karakteristik siswa, jadi setiap anggota kelompok dapat membantu kelompoknya, siswa tidak lagi kesulitan dalam mencari diksi dalam pembelajaran, dan siswa juga dapat mengoreksi hasil puisi temannya dengan baik.
Selama proses pembelajaran dilakukan pengamatan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru terhadap proses pembelajaran di kelas, hal ini dilakukan untuk mengetahui kekurangan yang ada dalam proses pembelajaran.

2)   Peningkatan Hasil Belajar Menulis Puisi Pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Kalibaru Melalui Teknik Peer Correction Dan Media Gambar Tahun Pelajaran 2015/2016
Hasil belajar siswa pada prasiklus dalam menulis puisi, tidak  menggunakan metode atau media apapun dalam proses pembelajaran dan hasil yang diperoleh belum memuaskan. Terdapat banyak siswa yang tidak dapat mengubah teks wawancara menjadi narasi dan siswa banyak tidak mengerti tentang kalimat langsung dan tidak langsung. Presentase yang mencapai KKM sebanyak 6 siswa atau 26% dari jumlah keseluruhan 23 siswa dengan kategori ketuntasan belajar tidak baik. Hasil penugasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis siswa perlu ditingkatkan lagi. Berdasarkan pengamatan hasil belajar, maka dilakukan upaya perbaikan hasil belajar dengan menggunakan penerapan teknik peer correction dan media gambar yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II.
Kemampuan hasil belajar siswa pada siklus I dalam materi menulis kreatif puisi berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami melalui teknik peer correction dan media gambar siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kalibaru mengalami peningkatan. Rata-rata nilai yang didapat pada prasiklus adalah 59. Terdapat 6 siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Siklus I rata-rata yang didapat 64 jumlah siswa yang mencapai ketuntasan mengalami peningkatan. Terdapat 11 siswa yang mencapai ketuntasan. Secara klasikal, pada prasiklus hanya 26% siswa yang mengalami ketuntasan ,sedangkan pada siklus I ketuntasan belajar siswa mencapai 48% dengan kategori ketuntasan belajar tidak baik. Hasil belajar pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa walaupun belum maksimal.
Kemampuan hasil belajar siswa pada siklus II dalam materi Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam melalui teknik peer correction dan media gambar siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kalibaru mengalami peningkatan. Rata-rata siswa 83 pada siklus II. Terdapat 21 siswa yang mencapai ketuntasan belajar dengan kategori ketuntasan belajar sangat baik. Hasil belajar siklus II menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Upaya perbaikan melalui pengulangan siklus tidak diperlukan atau pelaksanaan tindakan dinyatakan selesai. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa pada tiap siklus, berikut ini paparan perbandingan hasil belajar siswa dari prasiklus, siklus I, sampai dengan siklus II.



Tabel 5.1 Kemampuan Hasil Belajar dan Persentase Ketuntasan Siswa Kelas Vii A Smp Negeri 2 Kalibaru Dalam Menulis
Perolehan Nilai
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
Jumlah siswa
Rata-rata
presentase
Jumlah siswa
Rata-rata
presentase
Jumlah siswa
Rata-rata
presentase
≤ 75
17

74%
12

52%
2

9%
≥ 75
6

26%
11

48%
21

91%
Jumlah
23 siswa
59
100%
23 siswa
64
100%
23 siswa
83
100%

Sebelum adanya tindakan, jumlah kemampuan siswa mencapai rata-rata 59 dengan ketuntasan belajar sebanyak 6 siswa (26%) dan sebanyak 17 siswa (74%) masih belum tuntas. Pada siklus I setelah pembelajaran menulis puisi menggunakan teknik peer correction meningkat dengan rata-rata 64. Terdapat 11 siswa (48%) yang mendapat nilai tuntas dan 12 siswa (52%) yang masih belum tuntas. Setelah tindakan siklus II, jumlah siswa yang memperoleh nilai tuntas dengan rata-rata 83 sebanyak 21 siswa (91%) dan yang memperoleh nilai tidak tuntas sebanyak 2 siswa (9%) sehingga rata-rata yang dicapai juga mengalami peningkatan.
Setelah melihat adanya peningkatan hasil belajar  siswa pada siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis puisi melalui kegiatan peer correction dan media gambar memberikan dampak positif bagi peningkatan belajar siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Kalibaru.
Penerapan dengan teknik peer correction dan media gambar dapat meningkatkan menulis puisi hal ini dapat dilihat nilai prasiklus, siklus I dan siklus II. Sebelum adanya tindakan, jumlah kemampuan siswa mencapai rata-rata 59 dengan ketuntasan belajar sebanyak 6 siswa (26%) dan sebanyak 17 siswa (74%) masih belum tuntas. Pada siklus I setelah pembelajaran menulis puisi menggunakan teknik peer correction meningkat dengan rata-rata 64. Terdapat 11 siswa (48%) yang mendapat nilai tuntas dan 12 siswa (52%) yang masih belum tuntas. Setelah tindakan siklus II, jumlah siswa yang memperoleh nilai tuntas dengan rata-rata 83 sebanyak 21 siswa (91%) dan yang memperoleh nilai tidak tuntas sebanyak 2 siswa (9%) sehingga rata-rata yang dicapai juga mengalami peningkatan.

3)   Hipotesis Tindakan
Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas di lapangan terdapat peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal pada saat prasiklus adalah 26%, siklus I adalah 48%, dan siklus II adalah 91%.Jadi hipotesis yang berbunyi Penerapan teknik peer correction dengan menggunakan media gambar sangat baik untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kalibaru.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari penerapan melalui teknik peer correction  dan media gambar untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi pada kelas VII A SMPN 2 Kalibaru-Banyuwangi sebagai berikut:
Proses penerapan teknik peer correction  dan media gambar dalam pembelajaran pada siklus I dan siklus II berjalan dengan lancar, hal ini dapat dilihat dengan hasil kerja siswa yang sudah mampu membuat puisi dengan baik menggunakan gambar, selain itu siswa sudah dapat mengoreksi hasil kelompok lain dengan benar dan dapat memperbaiki kekurangan pada puisinya. Dengan menerapkan Teknik peer correction siswa dapat memahami pembelajaran lebih serius dan dengan mengoreksi milik temannya, siswa akan mengetahui kekurangan-kekurangan pada puisinya, selain itu siswa dapat bertukar pikiran dengan kelompok. Pada pembelajaran siklus I dan siklus II dilakukan dengan perlakuan yang berdeba dan menggunakan dua kompetensi dasar namun materi sama yaitu menulis puisi dan mengalami peningkatan.
Peningkatan tersebut dapat dibandingkan dengan hasil belajar pada tahap prasiklus, siklus I dan siklus II. Persentase ketuntasan klasikal pada tahap prasiklus 26% yaitu sebanyak 6 siswa yang mencapai ketuntasan dan 74%, yaitu sebanyak 17 siswa yang tidak mencapai ketuntasan hasil belajar. Setelah di terapkan kegiatan peer correction dan media gambar pada siklus I,  terjadi peningkatan klasikal dengan rata-rata 64 dengan 48% yaitu sebanyak 11 siswa yang mencapai ketuntasan  dan 52% yaitu sebanyak 12  siswa yang belum mencapai ketuntasan hasil belajar. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan sebanyak 5 siswa. Kemudian pada siklus II pembelajaran dilaksanakan dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus I agar kesalahan-kesalahan yang dilakukan tidak terulang kembali pada siklus II. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada siklus II dengan rata-rata 83 terdapat 21 siswa atau 91%, sedangkan yang tidak mencapai ketuntasan belajar berkurang menjadi 2 siswa atau 9%.
Dari tiap-tiap siklus tersebut dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Hasil akhir pada materi menulis kreatif puisi siswa kelas VII A SMP Negeri Kalibaru mencapai ketuntasan belajar secara klasikal.

DAFTAR RUJUKAN
Tarigan, G. H . 2008. Menulis. Bandung: Angkasa Bandung
Ulfah, dkk. 2013. Teknik Peer Correction untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil
Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Sekolah Menengah Atas: 1-12
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2014. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: PT Bumi Aksar

No comments:

Post a Comment