PENERAPAN TEKNIK
PEER CORRECTION DAN MEDIA GAMBAR
UNTUK
KETERAMPILAN MENULIS PUISI
Merlin Hilda
Kusnia
Pendidikan
bahasa, sastra Indonesia dan Seni, FKIP, Universitas Muhammadiyah Jember
Abstrak
Kata Kunci: Peer Correction, Media Gambar, Menulis Puisi
Penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa pada mata pelajaran
bahasa Indonesia. Teknik
Peer Correction dan Media Gambar
sangat penting untuk memudahkan siswa menulis. Setelah diterapkannya teknik peer correction pada pembelajaran,
teknik peer correction dapat
digunakan pada semua materi pembelajaran sedangkan untuk media gambar hanya
bisa digunakan untuk sebagian materi seperti menulis poster, menulis berita,. Jenis
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Desain penelitian ini
adalah bersifat kolaboratif. Subjek pada
penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII A SMP Negeri 2 Kalibaru. Tempat Penelitian
di SMP Negeri 2 Kalibaru, Pada tanggal 11 April 2016. Prosedur penelitian ini,
Studi Pendahuluan, Perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi.
Kriteria kesuksesan, kesuksesan individual dan kesuksesan klasikal. teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, wawancara dan
dokumentasi dan intrumennya menggunakan lembar observasi, lembar tes, lembar
wawancara dan lembar dokumentasi. Berdasarkan
hasil belajar siswa setelah diterapkan pada penelitian tindakan kelas. Dapat
disimpulkan bahwa teknik peer correction dan
media gambar dapat meningkatkan menulis puisi siswa. Pada hasil prasiklus 26%
yaitu sebanyak 6 siswa yang mencapai ketuntasan. Pada siklus I terjadi
peningkatan klasikal dengan rata-rata 64 dengan 48% yaitu sebanyak 11 siswa
yang mencapai ketuntasan. Pada siklus II yang mencapai ketuntasan belajar
rata-rata 83 terdapat 21 siswa atau 91%. Berdasarkan hasil tersebut, simpulan
dari hasil penelitian ini adalah bahwa dengan penerapan teknik peer correction dan media gambar baik
digunakan dalam pembelajaran menulis puisi.
namun dalam pembelajaran lain teknik peer
correction dapat digunakan untuk segala jenis materi dan juga mata
pelajaran, sedangkan.
1.
PENDAHULUAN
Bahasa
merupakan salah satu mata pelajaran wajib mulai dari sekolah tingkat dasar
hingga menengah. Bahkan bahasa indonesia juga diberikan di perguruan tinggi,
sebenarnya bahasa indonesia sudah dipelajari sebelum memasuki bangku sekolah,
karena bahasa indonesia sudah digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam
konteks ini Tarigan (2008:1) menjelaskan bahwa dalam memeroleh keterampilan
biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula pada masa kecil
belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu belajar membaca dan
menulis. Menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat
keterampilan tersebut merupakan suatu kesatuan yang saling berkaitan dan
merupakan catur-tunggal.
Dari
keempat aspek tersebut yang menuai banyak kendala dalam pembelajaran adalah
berbicara dan menulis, siswa cenderung lebih menyukai yang bersifat reseptif
atau menerima dari pada yang bersifat produktif atau menghasilkan. Dalam
pembahasan ini penulis memilih satu aspek yang akan menjadi pokok bahasan yaitu
keterampilan menulis.
Sekolah
sebagai lembaga pendidikan merupakan sarana potensial untuk mengadakan
pembinaan dan pengembangan bahasa. Menulis merupakan suatu keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak
bertatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang
produktif dan efektif.
Keterampilan
menulis dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berbahasa yang
diperlukannya. Siswa dapat menuangkan segala ide dan gagasan dalam sebuah
tulisan. Ide dan gagasan akan lebih berarti jika diuangkapkan dalam sebuah
karya tulis.
Hasil
dari observasi dan wawancara dengan guru dan siswa SMP Negeri 2 Kalibaru, bahwa
pembelajaran Bahasa Indonesia pada kelas VII A masih rendah dilihat dari hasil belajar
siswa yang rata-rata masih kurang dari KKM. Faktor lain penyebab rendahnya
menulis pada siswa adalah guru, guru tidak pernah menggunakan metode, teknik
dan media apapun guru hanya terpaku pada LKS hal ini membuat siswa pasif dalam
pembelajaran.
Hasil
wawancara dari siswa kelas VII A
membuktikan bahwa siswa lebih menyukai pembelajaran membaca puisi dari
pada menulis puisi. Siswa menyukai membaca puisi karena yang harus dipahami dalam membaca puisi
adalah isi dari puisi, sangat berbeda dengan menulis puisi yaitu siswa harus
mencari kata yang tepat, kesesuaian tema dengan judul, majas dalam puisi. Hal
tersebut membuat siswa tidak menyukai dalam pembelajaran menulis puisi.
Berdasarkan
kondisi di atas, maka guru perlu mengupayakan suatu teknik pembelajaran yang
dapat mendukung peningkatan kemampuan menulis puisi siswa. Upaya ini perlu
dilakukan agar siswa mampu mengkomunikasikan setiap ide melalui media tulis
dengan baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah guru perlu menerapkan
teknik dan media pembelajaran menulis puisi yang tepat, kreatif, inovatif, dan
mampu mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Berkaitan dengan hal
tersebut peneliti memilih untuk menerapkan teknik peer correction (koreksi teman sebaya) dan media gambar.
Purwanto (dalam
Ulfah, dkk. 2013:03) menyatakan bahwa teknik
peer-correction menunjuk pada
kegiatan atau aktivitas siswa dalam membaca tulisan temannya kemudian membuat
respon (berupa koreksi) dalam posisinya sebagai pembaca. Teknik peer correction jika dibandingkan dengan
teknik lain seperti teknik teacher
correction(Koreksi Guru)adalah dalam pelaksanaannya. Teknik peer correction (koreksi teman sebaya),
siswa yang berperan secara aktif dalam mengoreksi hasil pekerjaan temannya
sehingga, siswa dapat berperan langsung
Teknik peer correction jika dibandingkan dengan
teknik lain seperti teknik teacher
correction (Koreksi Guru)adalah dalam pelaksanaannya. Teknik peer correction (koreksi teman sebaya),
siswa yang berperan secara aktif dalam mengoreksi hasil pekerjaan temannya
sehingga, siswa dapat berperan langsung dalam mengoreksi kesalahan. Siswa juga
dapat belajar dari kelebihan dan kekurangan hasil pekerjaan temannya dan
mengetahui kekurangan pada hasil pekerjaannya sendiri, selain itu siswa dapat
memahami materi dengan mencari kesalahan yang terdapat pada pekerjaan temannya,
karena siswa bertindak langsung dalam pengoreksian dan juga tidak bertindak
pasif dalam pembelajaran. Sedangkan pada teknik teacher correction yaitu guru yang berperan besar dalam proses pembelajaran,
siswa hanya mengerjakan tugas yang ditugaskan guru tanpa ikut campur dalam
proses pengoreksian, jadi siswa hanya mengerti hasil yang didapatkan dari hasil
pekerjaannya tanpa mengetahui letak kesalahannya. Dari perbedaan tersebut dapat
dilihat bahwa teknik peer correction
sangat cocok bila diterapkan dalam pembelajaran dari pada teknik pengoreksian
yang lain.
Media gambar
merupakan alat bantu yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis puisi.
Siswa mengamati objek tertentu yang ada dalam gambar dan mencari beberapa diksi
(kata) sesuai dengan tema yang akan di kerjakan. Diksi (kata) yang ditemukan
dibuat kalimat panjang dengan dibumbui majas.
Berdasarkan
hasil pemamparan di atas, jika hasil pekerjaan siswa dikoreksi oleh guru tanpa
melibatkan siswa secara langsung akan membuat siswa lebih mudah melupakan
kesalahan yang telah dilakukan, mereka cenderung menerima hasil atau nilai dari
guru. Namun, jika koreksi yang dilakukan melibatkan para siswa, akan memberikan
dampak yang baik bagi siswa dalam memberikan pelatihan untuk mengenali
kesalahan yang dilakukan siswa atau yang dilakukan oleh temannya. Selain itu
kegiatan koreksi yang melibatkan siswa secara langsung dapat membuat ingatan
siswa bertahan lama dibandingkan dengan belajar hafalan dan juga jika guru
menerapkan media gambar siswa akan lebih mudah mengembangkan imajinasi yang ada
pada diri siswa masing-masing.
Bardasarkan
latar belakang di atas, maka perlu diadakan suatu penelitian yang berjudul “Penerapan Teknik Peer Correction dan Media
Gambar untuk meningkatkan kemampuan menulus puisi pada siswa kelas VII A SMP
Negeri 2 Kalibaru-Banyuwangi
2.
METODE PENELITIAN
Jenis
penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2013:30) PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang
sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.
Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kolaboratif. Penelitian
kolaboratif yaitu antara peneliti dan guru saling bekerja sama dalam melakukan
penelitian. Peneliti juga bertindak sebagai guru yang melaksanakan tindakan
untuk memperbaiki permasalahan yang ada. Pada pelaksanaan tindakan kelas,
peneliti dibantu oleh guru pembimbing khusus yang bertindak sebagai observer.
Selain itu, peneliti juga dibantu oleh satu orang teman yang bertindak sebagai
observer. Hal ini dilakukan agar hasil penelitian lebih akurat.
Tahap-tahap
penelitian tindakan kelas ini secara garis besar terdapat empat tahapan yang
lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4)
refleksi (Arikunto dkk., 2014:16). Apabila sudah diketahui letak keberhasilan
dan hambatan dari tindakan yang baru selesai dilaksanakan dalam satu siklus,
guru pelaksana (bersama peneliti pengamat) menentukan rancangan untuk siklus
kedua.
Subjek
penelitian dalam penelitian ini ialah seluruh kelas VII A SMP Negeri 2 Kalibaru
tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 23 siswa, 9 siswa perempuan dan 14
siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan pada semester genap. Berdasarkan
informasi yang diperoleh siswa kelas VII A ini mengalami kesulitan dalam
mengembangkan imajinasi dan pemilihan diksi dalam pembuatan puisi. Hal ini mungkin kurangnya metode ataupun
media pembelajaran sehingga memudahkan siswa kelas VII A dalam membuat puisi. Lokasi
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah SMP Negeri 2 Kalibaru
Kabupaten Banyuwangi pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017 dengan
pertimbangan bahwa penelitian ini dilaksanakan karena ditemukan permasalahan
bahwa siswa SMP Negeri 2 Kalibaru masih mengalami kesulitan dalam pemilihan
diksi, pengimajian, pemilihan kata, dan kesesuaian tema dengan puisi.
Prosedur
penelitian ini meliputi 1) studi pendahuluan; 2) perencanaan tindakan; 3)
pelaksanaan; 4) observasi; dan 5) refleksi.
Kriteria
kesuksesan pada penelitian ini adalah
dengan mengukur ketuntasan belajar klasikal dan individual. Daya serap
klasikal, suatu kelas dikatakan tuntas dalam pembelajaran apabila di kelas
tersebut terdapat minimal 70% siswa yang telah mencapai ketuntasan individual ≥76
dari skor maksimal 100.Daya serap siswa
perorangan yaitu siswa dikatakan tuntas apabila mencapai di atas KKM yaitu ≥
76;.
Deskripsi
setting penelitian ini disesuaikan dengan studi penelitian, perencanaan
penelitian,perencanaan tindakan siklus I, dan Tindakan siklus II.
Hasil
prasiklus menunjukkan bahwa menulis siswa kelas VII A semester 2 SMP Negeri 2
Kalibaru Banyuwangi tahun pelajaran 2015/2016 masih rendah. Hal ini dibuktikan
dengan nilai siswa yang mencapai ketuntasan (≥75) sebanyak 6 siswa atau sebesar
26% dari total 23 siswa. Sisanya
sebanyak 17 siswa atau sebesar 74% dari total 23 siswa belum mencapai
ketuntasan nilai (≤75) . jadi total keseluruhan hasil presentase belajar siswa
masih mencapai 26% dan kurang dari 50% yang mencapai ketuntasan sehingga hasil
menunjukkan tidak baik.
Pada
tindakan siklus I, siswa di tugaskan untuk membuat puisi dengan tema peristiwa
yang pernah dialami adapun hasil tes yang diperoleh siswa yaitu menunjukkan
peningkatan dari hasil prasiklus sebelumnya.
Hasil
yang diperoleh siswa dalam pembelajaran masih hal ini ditunjukkan dengan siswa yang
mencapai ketuntasan nilai (≥75) sebanyak
11 siswa atau sebesar 48% dari total 23
siswa. Sisanya sebanyak 12 siswa atau sebesar 52% dari total 23 siswa belum mencapai
ketuntasan nilai (≤75) . jadi total keseluruhan hasil presentase belajar siswa
masih mencapai 48% dan kurang dari 50% yang mencapai ketuntasan, sehingga hasil menunjukkan tidak baik.
Pada
tindakan siklus II, siswa ditugaskan untuk menulis puisi kembali dengan tema
yang berbeda yaitu keindahan alam, hasil yang diperoleh siswa yaitu adanya
peningkatan terhadap hasil proses belajar dan juga nilai hasil tes menulis, hal
ini ditunjukkan dengan yang mencapai ketuntasan nilai (≥75) sebanyak 21 siswa atau sebesar
91% dari total 23 siswa. Sisanya
sebanyak 2 siswa atau sebesar 9% dari
total 23 siswa belum mencapai ketuntasan nilai (≤75) . jadi total keseluruhan
hasil presentase belajar siswa mencapai 91% dan lebih dari 90% yang mencapai
ketuntasan, sehingga hasil menunjukkan
sangat baik.
Setelah
dilaksanakan tindakan siklus II, siswa mengalami ketuntasan klasikal yaitu
sebesar 91%, dengan diterapkannya teknik peer
correction dan media gambar dapat meningkatkan menulis puisi.
3.
PEMBAHASAN
1)
Penerapan Teknik Peer Correction Dan Media Gambar
Yang Dapat Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi
Penerapan
pembelajaran menggunakan teknik peer
correction dan media gambar untuk meningkatkan menulis puisi siswa kelas
VII A SMP Negeri 2 Kalibaru, pada tindakan siklus I dan siklus II, menggunakan
materi yang sama namun dengan tema yang berbeda, hal ini menggunkan materi yang
sama karena penelitian ini memang ditujukan untuk menulis puisi, agar tidak
menggangu kegiatan pembelajaran disekolah dengan adanya penelitian ini, peneliti
menggunakan dua kompetensi dasar alasannya karena penelitian tindakan kelas
bukan remedial teaching, jadi tidak
harus mengulang pembelajaran yang sebelumnya sudah diajarkan pada siklus I.
Tahap-tahap
penerapan teknik peer correction dan
media gambar pada siklus I, sebagai berikut: (a) guru menjelaskan materi
tentang puisi, seperti pengertian puisi, hal yang harus diperhatikan dalam
menulis puisi, contoh puisi, proses menulis puisi, langkah-langkah menulis
puisi; (b) selanjutnya guru memberikan contoh pembuatan puisi di papan tulis
dengan menggunakan gambar, (c) guru membentuk kelompok siswa dua orang, sesuai
dengan tempat duduk; (d) guru menugaskan siswa untuk mengoreksi sebuah puisi
yang disediakan guru dan beserta pedoman pengoreksian,; (e) guru menugaskan
siswa untuk membuat puisi sesuai dengan gambar secara individu; (f) siswa
menukarkan hasil puisinya kepada teman sebangkunya/kelompoknya untuk
dikoreksi,; (g) setiap siswa membenarkan hasil puisi yang sudah dikoreksi
temannya ,
Hasil dari pembelajaran
siklus I, masih banyak terdapat kekurangan yaitu, guru kurang dapat mengatur
waktu, sehingga waktu yang digunakan tidak efektif, guru kurang mampu
membangkitkan membangkitkan minat dan semangat siswa dalam belajar, sehingga
siswa masih kurang aktif dalam pembelajaran. Sedangkan dari siswa adalah, siswa
masih kurang aktif dalam pembelajaran, banyak siswa yang masih malu-malu,
suasana kelas masih kurang kondusif, ada beberapa siswa yang membuat gaduh
kelas, siswa merasa sedikit kesulitan dalam mencari diksi, karena gambar yang
diberikan guru terbatas diksinya dan teman kelompoknya tidak membantu mencari
diksi.
Tahap-tahap
penerapan dalam Teknik peer correction dan
media gambar pada siklus II sebagai berikut: (a) guru membentuk ulang kelompok
menjadi lima orang, dan setiap kelompok ada ketua kelompok yang sudah
ditentukan oleh guru; (b) guru menjelaskan kembali tentang materi yang belum
dimengerti siswa atau sulit dan mengingatkan kembali tentang materi yang belum
dipahami siswa; (c) guru menugaskan siswa untuk membuat puisi secara
berkelompok berdasarkan gambar keindahan alam,; (d) guru menugaskan siswa untuk
menukar hasil kerjanya dengan kelompok lain, siswa saling mengoreksi hasil
puisi kelompok lain, (e), guru menugaskan siswa untuk membuat puisi secara
individu, namun mencari diksi secara kelompok, setiap anggota dapat membantu
anggota yang lain jika ada yang belum dimengerti, siswa secara bersama-sama
mencari diksi sesuai bersama kelompoknya saling berdiskusi dan anggota kelompok
saling membimbing; (f) siswa menukar hasil kerja dengan kelompok lain, meskipun
individu, namun anggota kelompok saling membantu, dan siswa sangat senang dalam
mengoreksi hal ini, karena siswa sudah paham terhadap apa yang akan dikoreksi
dan mencari kekurangan puisi dari kelompok lain; (g) siswa memperbaiki hasil
dari koreksian kelompok lain.
Hasil
pembelajaran siklus II, sudah lebih baik dibandingkan dengan siklus I, guru
sudah sangat baik dalam melakukan pembelajaran, guru dapat mengatur waktu dalam
pembelajaran, dan dapat mengatur kelas sehingga kondusif. Sedangkan siswa,
siswa sudah aktif dalam pembelajaran, hal ini karena kelompok yang sudah sesuai
dengan karakteristik siswa, jadi setiap anggota kelompok dapat membantu
kelompoknya, siswa tidak lagi kesulitan dalam mencari diksi dalam pembelajaran,
dan siswa juga dapat mengoreksi hasil puisi temannya dengan baik.
Selama proses
pembelajaran dilakukan pengamatan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru
terhadap proses pembelajaran di kelas, hal ini dilakukan untuk mengetahui
kekurangan yang ada dalam proses pembelajaran.
2)
Peningkatan
Hasil Belajar Menulis Puisi Pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Kalibaru
Melalui Teknik Peer Correction Dan
Media Gambar Tahun Pelajaran 2015/2016
Hasil
belajar siswa pada prasiklus dalam menulis puisi, tidak menggunakan metode atau media apapun dalam
proses pembelajaran dan hasil yang diperoleh belum memuaskan. Terdapat banyak
siswa yang tidak dapat mengubah teks wawancara menjadi narasi dan siswa banyak
tidak mengerti tentang kalimat langsung dan tidak langsung. Presentase yang
mencapai KKM sebanyak 6 siswa atau 26% dari jumlah keseluruhan 23 siswa dengan
kategori ketuntasan belajar tidak baik. Hasil penugasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa kemampuan menulis siswa perlu ditingkatkan lagi. Berdasarkan
pengamatan hasil belajar, maka dilakukan upaya perbaikan hasil belajar dengan
menggunakan penerapan teknik peer
correction dan media gambar yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II.
Kemampuan
hasil belajar siswa pada siklus I dalam materi menulis kreatif puisi berkenaan
dengan peristiwa yang pernah dialami melalui teknik peer correction dan media gambar siswa kelas VII A SMP Negeri 2
Kalibaru mengalami peningkatan. Rata-rata nilai yang didapat pada prasiklus
adalah 59. Terdapat 6 siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Siklus I
rata-rata yang didapat 64 jumlah siswa yang mencapai ketuntasan mengalami
peningkatan. Terdapat 11 siswa yang mencapai ketuntasan. Secara klasikal, pada
prasiklus hanya 26% siswa yang mengalami ketuntasan ,sedangkan pada siklus I
ketuntasan belajar siswa mencapai 48% dengan kategori ketuntasan belajar tidak
baik. Hasil belajar pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar
siswa walaupun belum maksimal.
Kemampuan
hasil belajar siswa pada siklus II dalam materi Menulis kreatif puisi berkenaan
dengan keindahan alam melalui teknik peer
correction dan media gambar siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kalibaru
mengalami peningkatan. Rata-rata siswa 83 pada siklus II. Terdapat 21 siswa
yang mencapai ketuntasan belajar dengan kategori ketuntasan belajar sangat
baik. Hasil belajar siklus II menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan
dengan siklus sebelumnya. Upaya perbaikan melalui pengulangan siklus tidak
diperlukan atau pelaksanaan tindakan dinyatakan selesai. Untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa pada tiap siklus, berikut ini
paparan perbandingan hasil belajar siswa dari prasiklus, siklus I, sampai
dengan siklus II.
Tabel
5.1 Kemampuan Hasil Belajar dan Persentase Ketuntasan Siswa Kelas Vii A Smp
Negeri 2 Kalibaru Dalam Menulis
Perolehan Nilai
|
Prasiklus
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||||||
Jumlah siswa
|
Rata-rata
|
presentase
|
Jumlah siswa
|
Rata-rata
|
presentase
|
Jumlah siswa
|
Rata-rata
|
presentase
|
|
≤ 75
|
17
|
|
74%
|
12
|
|
52%
|
2
|
|
9%
|
≥ 75
|
6
|
|
26%
|
11
|
|
48%
|
21
|
|
91%
|
Jumlah
|
23 siswa
|
59
|
100%
|
23 siswa
|
64
|
100%
|
23 siswa
|
83
|
100%
|
Sebelum
adanya tindakan, jumlah kemampuan siswa mencapai rata-rata 59 dengan ketuntasan
belajar sebanyak 6 siswa (26%) dan sebanyak 17 siswa (74%) masih belum tuntas.
Pada siklus I setelah pembelajaran menulis puisi menggunakan teknik peer
correction meningkat dengan rata-rata 64. Terdapat 11 siswa (48%) yang mendapat
nilai tuntas dan 12 siswa (52%) yang masih belum tuntas. Setelah tindakan
siklus II, jumlah siswa yang memperoleh nilai tuntas dengan rata-rata 83
sebanyak 21 siswa (91%) dan yang memperoleh nilai tidak tuntas sebanyak 2 siswa
(9%) sehingga rata-rata yang dicapai juga mengalami peningkatan.
Setelah
melihat adanya peningkatan hasil belajar
siswa pada siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis
puisi melalui kegiatan peer correction
dan media gambar memberikan dampak positif bagi peningkatan belajar siswa kelas
VIIA SMP Negeri 2 Kalibaru.
Penerapan
dengan teknik peer correction dan
media gambar dapat meningkatkan menulis puisi hal ini dapat dilihat nilai
prasiklus, siklus I dan siklus II. Sebelum adanya tindakan, jumlah kemampuan
siswa mencapai rata-rata 59 dengan ketuntasan belajar sebanyak 6 siswa (26%)
dan sebanyak 17 siswa (74%) masih belum tuntas. Pada siklus I setelah
pembelajaran menulis puisi menggunakan teknik peer correction meningkat dengan
rata-rata 64. Terdapat 11 siswa (48%) yang mendapat nilai tuntas dan 12 siswa
(52%) yang masih belum tuntas. Setelah tindakan siklus II, jumlah siswa yang
memperoleh nilai tuntas dengan rata-rata 83 sebanyak 21 siswa (91%) dan yang
memperoleh nilai tidak tuntas sebanyak 2 siswa (9%) sehingga rata-rata yang
dicapai juga mengalami peningkatan.
3)
Hipotesis
Tindakan
Setelah
dilakukan penelitian tindakan kelas di lapangan terdapat peningkatan hasil
belajar siswa secara klasikal pada saat prasiklus adalah 26%, siklus I adalah
48%, dan siklus II adalah 91%.Jadi hipotesis yang berbunyi Penerapan teknik
peer correction dengan menggunakan media gambar sangat baik untuk meningkatkan
kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas VII A SMP
Negeri 2 Kalibaru.
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan dari penerapan melalui teknik peer correction dan media gambar untuk meningkatkan kemampuan
menulis puisi pada kelas VII A SMPN 2 Kalibaru-Banyuwangi sebagai berikut:
Proses penerapan
teknik peer correction dan media gambar dalam pembelajaran pada
siklus I dan siklus II berjalan dengan lancar, hal ini dapat dilihat dengan
hasil kerja siswa yang sudah mampu membuat puisi dengan baik menggunakan
gambar, selain itu siswa sudah dapat mengoreksi hasil kelompok lain dengan
benar dan dapat memperbaiki kekurangan pada puisinya. Dengan menerapkan Teknik peer correction siswa dapat memahami
pembelajaran lebih serius dan dengan mengoreksi milik temannya, siswa akan
mengetahui kekurangan-kekurangan pada puisinya, selain itu siswa dapat bertukar
pikiran dengan kelompok. Pada pembelajaran siklus I dan siklus II dilakukan
dengan perlakuan yang berdeba dan menggunakan dua kompetensi dasar namun materi
sama yaitu menulis puisi dan mengalami peningkatan.
Peningkatan
tersebut dapat dibandingkan dengan hasil belajar pada tahap prasiklus, siklus I
dan siklus II. Persentase ketuntasan klasikal pada tahap prasiklus 26% yaitu
sebanyak 6 siswa yang mencapai ketuntasan dan 74%, yaitu sebanyak 17 siswa yang
tidak mencapai ketuntasan hasil belajar. Setelah di terapkan kegiatan peer correction dan media gambar pada
siklus I, terjadi peningkatan klasikal
dengan rata-rata 64 dengan 48% yaitu sebanyak 11 siswa yang mencapai
ketuntasan dan 52% yaitu sebanyak 12 siswa yang belum mencapai ketuntasan hasil
belajar. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan sebanyak 5 siswa. Kemudian
pada siklus II pembelajaran dilaksanakan dengan memperhatikan hasil refleksi
pada siklus I agar kesalahan-kesalahan yang dilakukan tidak terulang kembali
pada siklus II. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada siklus II
dengan rata-rata 83 terdapat 21 siswa atau 91%, sedangkan yang tidak mencapai
ketuntasan belajar berkurang menjadi 2 siswa atau 9%.
Dari tiap-tiap
siklus tersebut dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan.
Hasil akhir pada materi menulis kreatif puisi siswa kelas VII A SMP Negeri
Kalibaru mencapai ketuntasan belajar secara klasikal.
DAFTAR RUJUKAN
Tarigan, G. H . 2008. Menulis. Bandung: Angkasa Bandung
Ulfah, dkk. 2013. Teknik Peer Correction untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil
Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Siswa Sekolah
Menengah Atas: 1-12
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2014. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: PT Bumi Aksar
No comments:
Post a Comment