Kalimat Imperatif
Kalimat Imperatif
Pengertian Kalimat Imperatif
Moeliono (1992:285)
menjelaskan bahwa kalimat perintah atau kalimat imperatif adalah kalimat yang
maknanya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu. Kalimat yang dapat
memiliki bentuk perintah pada umumnya adalah kalimat tak transitif atau
transitif (baik aktif maupun pasif). Contoh- contoh yang diberikan antara lain:
“Berliburlah ke tempat nenekmu” (kalimat perintah tak transitif); “Belikanlah
adikmu sepatu baru” (kalimat perintah bentuk pasif); “Coba panggillah Kepala Bagian
Umum” (Penghalusan kalimat perintah); “Jangan pergi sekarang” (Bentuk ingkar
pada kalimat perintah).
Menurut Chaer
(2009:197) kalimat imperatif juga biasa disebut dengan kalimat perintah adalah
kalimat yang berisi perintah atau berisi larangan yang harus dilakukan oleh
orang yang mendengarnya . Kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk
mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan. Moeliono (dalam Nadar ,2009:73)
kalimat perintah yang maknanya memberi perintah untuk melakukan sesuatu.
Khairah dan Ridwan (2014:222) berpendapat bahwa dalam bentuk tulisnya, kalimat
perintah atau yang disebut juga dengan kalimat imperatif biasanya diakhiri dengan tanda seru,
sedangkan dalam bentuk lisan, intonasi ditandai dengan nada rendah diakhir
tuturan. Pelaku tindakan tidak selalu terungkap dalam kalimat perintah. Keraf
(dalam Rahardi, 2005:27) menjelaskan kalimat perintah dalam bahasa Indonesia di
dalam karya kebahasaannya. Mendefinisikan kalimat perintah sebagai kalimat yang
mengandung perintah atau permintaan agar orang lain melakukan sesuatu, seperti
yang diinginkan orang yang memerintahkan. Pendapat Keraf (dalam Rahardi,
2005:27) kalimat perintah dapat berkisar antara suruhan yang sangat kasar
sampai dengan permintaan yang sangat halus. Bahwa kalimat perintah dapat
mengandung ciri-ciri berikut: (1) menggunakan intonasi keras, terutama,
perintah biasa dan larangan, (2) kata kerja yang mendukung isi perintah itu,
biasanya, kata dasar, dan (3) mempergunakan partikel pengeras –lah.
Chaer (2009:197) berpendapat bahwa menurut sifatnya kalimat perintah dapat
dibedakan menjadi kalimat perintah yang tegas, yang biasa, dan yang halus.
Kalimat perintah yang
tegas dibentuk dari sebuah klausa tidak lengkap, biasanya hanya berupa verba
dasar, disertai dengan intonasi kalimat perintah. Dalam bahasa tulis intonasi
diganti dengan tanda seru (!). Contoh: Sususunlah ! Disini verba itu
dapat pula dilengkapi dengan objek atau keterangan agar tidak menimbulkan salah
paham. Misalnya kalimat imperatif di atas menjadi, Susunlah petunjuk untuk pembuatan proposal di bawah ini ! .
Dalam situasi yang sudah diketahui akan apa yang harus dilakukan oleh
pendengar, maka kalimat imperatif itu dapat berupa hanya memberi perintah
kepada orang agar lebih memperhatikan apa yang harus dia lakukan .
Wujud Kalimat Imperatif
Rahardi (2000)
menyebutkan bahwa wujud formal imperatif dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan
menjadi imperatif aktif dan imperatif pasif. Wujud imperatif aktif dapat
dibedakan lagi berdasarkan penggolongan verba dalam kalimat perintah tersebut,
menjadi imperatif aktif yang berciri tidak transitif dan imperatif aktif
berciri transitif. Adapun mengenai wujud pragmatik imperatif dalam bahasa
Indonesia dapat berupa tuturan macam- macam dengan menggunakan konstruksi
imperatif maupun bukan imperatif (Rahardi, 2000:93-117); Lapoliwa, 1990:234)
sebagai berikut :
1)
Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif perintah, misalnya “Tendang dia!”
2)
Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan, misalnya “Coba susunlah petunjuk
dalam mengooperasikan laptop ini.”
3)
Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan, misalnya “Tolong hidupkan
lampunya.”
4)
Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif permohonan, misalnya “Maafkanlah
kesalahan saya, ya .”
5)
Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif desakan misalnya “Ayo, pergi ke
sekolah sekarang juga.”
6)
Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif bujukan, misalnya “Malam ini tidur
disini, ya.”
7)
Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif himbauan, misalnya “Jagalah
kebersihan.”
8)
Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif persilaan, misalnya “Silahkan makan.”
9)
Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif ajakan, misalnya “Mari kita berangkat
sekarang saja.”
10) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan ijin,
misalnya “Boleh saya meminjam tasnya?”
11) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif mengijinkan,
misalnya “Silahkan mengandakan bukunya kalau ingin.”
12) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif larangan,
misalnya “Jangan injak rumput itu.”
13) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif harapan,
misalnya “Harap patuhi rambu- rambu lalu lintas.”
14) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif umpatan,
misalnya”Rasakan akibatnya tu.”
15) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif pemberian ucapan
selamat, misalnya”Selamat menempuh hidup baru.”
16) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif anjuran,
misalnya”Setelah periksa ke dokter, sebaiknya langsung di minum obat dari
doketer tersebut agar lekas sembuh.”
17) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif Ngelulu,
misalnya”Tidak usah tidur nak. Belajar terus sampai pagi.”
Macam- macam kalimat imperatif dalam Bahasa Indonesia
Menurut
Dr. R. Kunjana Rahardi:79, kalimat
imperatif mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan
sesuatu sebagaimana diinginkan si penutur. Kalimat imperatif dalam Bahasa
Indonesia dapat berkisar antara suruhan yang sangat keras atau kasar sampai
dengan permohonan yang sangat halus atau santun. Kalimat imperatif dapat pula
berkisar antara suruhan untuk melakukan sesuatu sampai dengan larangan untuk
melakukan sesuatu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kalimat imperatif
dalam Bahasa Indonesia itu kompleks dan banyak variasinya. Kalimat imperatif Bahasa
Indonesia dapat diklasifikasikan secara normal, yakni :
1)
Kalimat
imperatif biasa
Kalimat imperatif biasa
di dalam Bahasa Indonesia memiliki ciri- ciri :
a)
Berintonasi
keras
b)
Didukung
dengan kata kerja dasar
c)
Berpartikel
pengeras- lah
Kalimat imperatif jenis
ini dapat berkisar antara imperatif yang sangat halus sampai dengan imperatif
yang sangat kasar.
Contoh :
“Rangkailah potongan bambu menyerupai bentuk segi tiga tanpa siku
!” ( DW.1 )
Informasi indeksial :
Dituturkan oleh seorang penulis terhadap pembaca dalam petunjuk
pembuatan layang- layang terdapat petunjuk yg harus dilakukan yaitu merangkai
potongan bambu menyerupai bentuk segi tiga tanpa siku.
“Potonglah kain keset bekas menjadi 3 cm ! “ ( ARMJ.1 )
Informasi indeksial :
Dituturkan oleh penulis kepada pembaca dalam petunjuk pembuatan
keset dari bahan kain bekas , salah satunya langkah- langkahnya yaitu di
harapkan memotong kain keset bekas terlebih dahulu menjadi 3 cm sebelum menuju
petunjuk yang selanjutnya.
2)
Kalimat
imperatif permintaan
Kalimat imperatif
permintaan adalah kalimat imperatif dengan kadar suruhan sangat halus. Kalimat
imperatif permintaan disertai dengan sikap penutur yang lebih merendah
dibandingkan dengan sikap penutur pada waktu menuturkan kalimat imperatif
biasa. Kalimat imperatif permintaan ditandai dengan pemakaian penanda
kesantunan tolong, coba, harap, mohon,
dan beberapa ungkapan lain, seperti sudilah
kiranya, dapatkah seandainya, diminta dengan hormat, dan di mohon dengan
sangat.
Contoh :
“Harap potong label baru dari lembaran kertas yang bersih. Lem
label itu menggunakan lem stik yang kuat !” ( EJ.2 )
Informasi indeksial :
Dituturkan oleh seorang penulis terhadap pembaca bahwasanya dalam
petunjuk pembuatan kotak pensil dari kotak bekas penulis berharap petunjuk yang
harus di lakukan yaitu memotong label baru dari lembaran kertas yang bersih.
Kemudian lem label itu menggunakan lem stik yang kuat.
3)
Kalimat
imperatif pemberian izin
Kalimat imperatif yang
dimaksudkan untuk memberikan izin ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan silakan, biarlah, dan beberapa ungkapan
lain yang bermakna mempersilakan, seperti diperkenankan,
dipersilahkan, dan diizinkan.
Contoh :
“ Silahkan cuci beras
terlebih dahulu dengan air bersih, lalu tiriskan !” ( MF.1 )
Informasi indeksial :
Dituturkan oleh seorang
penulis kepada pembaca pada saat menyampaikan petunjuk pembuatan lontong ,
tuturan yang di maksud memberi perintah namun bermakna mengizinkan dalam sebuah
petunjuk yaitu di harapkan mencuci beras terlebih dahulu dengan air bersih lalu
di tiriskan.
4)
Kalimat
imperatif ajakan
Kalimat perintah ajakan
adalah kalimat perintah yang didahului oleh kata- kata ajakan, seperti marilah, baiklah, ayolah.
Contoh :
“Ayo, rangkailah bunga plastik yang sudah jadi dan di tata di
dalam pot sehingga berbentuk lingkaran !” ( SK.4 )
Informasi indeksial :
Tuturan disampaikan oleh
seorang penulis kepada pembaca bahwa dalam petunjuk pembuatan bunga dari bahan
kain tas harapan dari penulis dapat mengajak pembaca yang mempraktikkan
pembuatan bunga tersebut untuk merangkai bunga plastik yang sudah jadi dan di
tata di dalam pot sehingga berbentuk lingkaran.
5)
Kalimat
imperatif suruhan
Kalimat imperatif
suruhan digunakan bersama penanda kesantunan ayo, biar, coba, harap, hendaklah,
hendaknya, mohon, silahkan, dan tolong.
Contoh :
“Silahkan cuci beras dengan air bersih, lalu tiriskan ! “( MFI.1 )
Informasi indeksial :
Dituturkan oleh seorang
penulis kepada pembaca yang memberi perintah bermakna suruhan dalam sebuah
petunjuk pembuatan lontong.
Daftar
Rujukan
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Dalman, 2012. Keterampilan Menulis. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Kosasih, E. 2006. Bahasa Indonesia untuk SMP/ Mts Kelas VIII.
Jakarta : Panti Darma Kolakatama.
Khairah, Miftahul dan Ridwan,
Sakura. 2014. Sintaksis Memahami Satuan
Kalimat Perspektif Fungsi. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Moleong, J Lexy. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset .
Nadar. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Putrayasa,
Ida Bagus. 2010. Kalimat Efektif.
Bandung : PT Refika Aditama.
Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional. 2008. Berbahasa dan
Bersastra Indonesia. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Nasional.
Rahardi, Kunjana. Pragmatik.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :
Alvabeta cv.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete