Metode Pembelajaran SMART
Metode SMART
Sukatman dkk (2013;33) berpendapat bahwa
sebuah model pembelajaran dikembangkan berdasarkan tiga alternatif yaitu
strategi, pendekatan, metode atau gabungan. Model Pembelajaran Kreatif
dikembangkan berdasarkan keterampilan berpikir kritis-kreatif. Pengembangan
model ini diharapkan dapat mengantarkan peserta didik untuk berpikir,
bertindak, dan mempertahankan hidup secara kreatif. Metode SMART merupakan
bagian dari Model Pembelajaran Kreatif (MPK).
Naiman (dalam Sukatman dkk, 2012;34) kreativitas
adalah sebuah tindakan yang mengarah pada kebaruan dan merealisasikan ide-ide
imajinatif ke dalam kegiatan nyata. Kreativitas melibatkan dua proses yaitu berpikir
dan menghasilkan. Kreativitas ditandai dengan selalu menciptakan hal baru,
memerlukan tanggung jawab dan keuletan, biasanya melahirkan kisah sukses dan
simbol kebanggaan, menyedot perhatian, dan melahirkan sesuatu yang tidak
terpikirkan sebelumnya.
Sukatman dkk (2013;40) menyatakan bahwa
kegiatan kreativitas ditandai oleh salah satu indikator antara lain: siswa
mampu melaksanakan rencana belajar dalam proses belajar secara nyata dan
efektif, siswa mampu memecahkan persoalan ilmu pengetahuan dan keterampilan
secara efisien, dan siswa mampu menemukan kiat, cara, formula atau teori baru
pada suatu proses belajar.
Kegiatan metode SMART guru membimbing siswa agar mampu berpikir kreatif.
Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran mencangkup kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Nama
metode SMART berasal dari rangkaian kegiatan: (a) belajar dengan teman Sebaya,
(b) belajar (ulang) dengan memanfaatkan Media dengan didampingi
guru/narasumber, (c) menAplikasikan teori/keterampilan untuk memecahkan kasus
sehari-hari, (d) Remidi atau mengulangi pembelajaran pada materi yang belum
dikuasai siswa, (e) latihan mengerjakan Tes (soal-soal latihan) (Sukatman et
al.,2013;67-66).
Adapun langkah-langkah kegiatan metode
SMART dalam pembelajaran menulis wacana argumentasi akan dibahas dalam sub bab
berikut ini.
Langkah-langkah
Kegiatan
Sukatman dkk (2013;68)
menyatakan langkah-langkah kegiatan metode SMART sebagai berikut: (1) siswa
belajar berkelompok dan saling membantu belajar (tutor sebaya); (2) guru
menuntaskan residu masalah belajar dengan menfungsikan media pembelajaran; (3)
mengaplikasikan contoh soal dalam persoalan sehari hari; (4) mengulangi
pembelajaran (remidi) terhadap materi yang sulit, bermasalah, dan merupakan materi prasyarat
dan; (5) latihan pemecahan soal (tes) secara kreatif. Pelaksanaan metode SMART
ini bisa jam reguler atau jam tambahan sehingga jadwal harian sekolah tidak terganggu.
Langkah-langkah
pembelajaran metode SMART secara urut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Langkah-langkah Kegiatan
No
|
|
Langkah-langkah Kegiatan
|
1
|
S
|
Belajar secara berkelompok-saling
membantu antar teman sebaya.
Siswa akan belajar secara berkelompok
dan dibantu oleh teman sebaya untuk memahami materi pelajaran yang diberikan
lewat kegiatan diskusi.
|
2
|
M
|
Menuntaskan residu masalah belajar
dengan memberdayakan media.
Media pembelajaran yang digunakan pada
kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk memudahkan siswa dalam menuntaskan
permasalahan pada saat diskusi berlangsung.
|
3
|
A
|
Mengaplikasi hasil belajar untuk
pemecahan contoh soal yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, secara
individual.
Soal yang diberikan berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari agar siswa dapat mengaplikasikan hasil belajar yang
telah diperoleh selama proses belajar mengajar. Dilakukan secara individual
untuk mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
|
4
|
R
|
Mengajarkan ulang (remidi) materi yang sulit dan
bermasalah.
Siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami materi maka akan dilakukan kegiatan remidi sehingga siswa menjadi
paham dan mengerti pada materi yang dianggap sulit dan bermasalah sebelumnya.
|
5
|
T
|
Tes, latihan soal, atau pemecahan masalah secara
kreatif.
Evaluasi hasil belajar siswa diperoleh
dari hasil tes tulis yang tersusun dari beberapa soal uraian atau berupa
pemecahan masalah secara kreatif. Tes ini diberikan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam memahami materi yang sudah diajarkan.
|
(Sukatman et al.,2013;68 – 69)
Penerapan metode pembelajaran di atas memiliki kelebihan sebagai berikut: (a) dengan
latihan soal, siswa lebih tertantang; (b) siswa mempunyai wawasan tentang
bentuk soal, terampil menyelesaikan soal, dan “siap tempur” menghadapi soal
ujian; (c) latihan soal siswa dapat mengukur kemampuan siswa; (d) siswa
tertantang belajar ulang saat gagal menyelesaikan soal; (e) siswa berlatih
berpikir keras, teliti, dan kreatif dalam memecahkan persoalan.
Pembelajaran Menulis
melalui Metode SMART
Menulis merupakan salah satu aspek
keterampilan yang diajarkan di semua jenjang pendidikan. Menulis merupakan
proses menuangkan gagasan melalui tulisan. Dalam proses penuangan gagasan
tersebut melibatkan serangkaian proses berpikir. Supriadi (dalam Syaifudin dan
Pratiwi, 2011;67) berpendapat bahwa menulis merupakan suatu proses kreatif yang
banyak melibatkan cara berpikir divergen/menyebar daripada konvergen/memusat.
Menulis tidak ubahnya dengan melukis. Penulis memiliki banyak gagasan dalam
menuliskannya. Banyak orang yang mempunya ide-ide bagus di benaknya sebagai
hasil dari pengamatan, penelitian, diskusi, atau membaca. Akan tetapi, begitu
ide tersebut dilaporkan secara tertulis, laporan itu terasa amat kering, kurang
menggigit, dan membosankan.
Bloom (dalam Ahmadi 1988:24) berpendapat
karangan merupakan produk komunikasi yang unik, dimana penulis mencoba dan
berupaya menyampaikan gagasan, ide, atau perasaan kepada orang lain (audiens). Karangan merupakan hasil
ungkapan ide, gagasan, perasaan, pengetahuan, dan pengalaman yang diperoleh
melalui proses berpikir kritis (belahan otak kiri) dan kreatif (belahan otak
kanan). Dengan demikian, kegiatan menulis karangan mempekerjakan dua belahan
otak sekaligus. Sebelum menuangkan ide, gagasan, perasaan, pengetahuan, dan
pengalamannya, siswa harus memikirkan dahulu hal-hal yang akan dituliskan dan
sehingga menghasilkan tulisan yang baik. Gagasan, ide, perasaan, pengalaman,
dan pengetahuan dapat digali dari informasi yang telah tersimpan kuat dalam LTM
(Long Term Memory).
Dilihat dari segi maksudnya, karangan
dapat dibedakan menjadi eksposisi, deskripsi, narasi, dan argumentasi. Pada bab
ini akan dipaparkan tentang karangan argumentasi saja. Argumentasi dilakukan
untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar percaya dan bertindak
sesuai dengan apa yang diinginkan penulis. Proses menulis terdiri atas tahapan-tahapan
mulai dari pramenulis sampai pada kegiatan publikasi. Kegiatan tersebut
merupakan kegiatan yang sifatnya fleksibel dan tidak kaku.
a)
Tahap Prapenulisan
Pembelajaran prapenulisan merupakan
segala sesuatu yang dilakukan sebelum proses penulisan. Pada tahap ini
dilakukan penggalian ide, mengingat, dan memunculkan serta menghubung-hubungkan
ide. Fokus pembelajaran pada tahap pramenulis meliputi (1) pencurahan topik
sesuai dengan tema/petunjuk yangdiberikan (2) pemilihan topik, dan (3)
penyusunan kerangka karangan berdasarkan ide dan imajinasinya. Dalam hal ini,
peran guru sangat diperlukan untuk membangkitkan dan mendorong siswa untuk
menulis.
Guru diharapkan dapat menggunakan metode
SMART untuk menggerakkan pikiran dan merangsang siswa dalam memaparkan ide-ide
yang akan ditulis. Pada tahap prapenulisan, guru mulai mengenalkan cara
menggunakan metode SMART. Melalui pengenalan tersebut, siswa diharapkan
memperoleh pemahaman bentuk karangan, ketepatan, kelengkapan, kesesuaian, dan
keutuhan dalam pengungkapan karangan.
b)
Tahap Pengedrafan
Kegiatan yang dilakukan siswa pada tahap
ini adalah mengembangkan kerangka karangan yang telah disusun berdasarkan topik
yang telah diambil dari media massa. Pada tahap ini siswa mengembangkan topik
sesuai bacaan yang dibaca dari media massa dan fakta-fakta yang ada di lapangan.
Setelah itu, topik yang telah dibuat dan kerangka karangan yang telah ditulis
dikembangkan menjadi rangkaian kalimat dan paragraf dengan memperhatikan aspek
isi dan kebahasaan.
Pada proses pengedrafan ini, siswa
menulis berdasarkan topik yang telah dibuat dan kerangka karangan yang telah
ditulis. Pada tahap ini, guru terus memandu dan mendorong siswa hingga siswa
dapat mengembangkan topik dan kerangka yang telah ditulis menjadi sebuah
karangan argumentasi yang mampu mempengaruhi sikap pembaca untuk percaya dan
bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan penulis.
c)
Tahap Perbaikan dan
Penyuntingan
Pada tahap perbaikan, siswa memperbaiki
kerincian dan kejelasan fakta-fakta yang ada dilapangan sehingga dapat ditarik
kesimpulannya yang sukar dibantah kebenarannya. Dalam hal ini, guru dapat
membantu dan mengarahkan siswa untuk melakukan perbaikan terhadap karangannya
sendiri. Tahap perbaikan ini menitikberatkan karangan argumentasi dari segi
isi. Pada tahap ini, kegiatan ini dilakukan secara implisit. Kegiatan perbaikan
dilakukan ketika siswa menulis. Guru dan peneliti membimbing siswa untuk
mencari kesalahan dan membetulkannya sendiri. Untuk menghasilkan tulisan yang
baik, siswa melakukan tahap penyuntingan yang menyangkut aspek mekanik. Aspek
mekanik tersebut, yaitu (1) menulis huruf kapital, (2) penguasaan diksi, dan
(3) pemakaian tanda baca.
d)
Tahap Publikasi
Tahap publikasi ini merupakan tahap akhir
dari kegiatan menulis. Siswa mengkomunikasikan hasil karangannya dengan
membacakan karangannya di depan teman-temannya, kemudian mengumpulkannya kepada
guru. Kegiatan ini dilakukan karena terkadang orang bisa dengan lantang dan
jelas mengungkapkan gagasan dalam bentuk tulisan tetapi sulit untuk
mengkomunikasikannya di depan umum, dan sebaliknya. Di akhir kegiatan, semua
tulisan argumentasi siswa yang telah terkumpul ditempelkan di mading kelas.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, dkk. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
BumiAksara.
Parera, D. 1993. Menulis Tertib dan Sistematik.
Jakarta: Erlangga.
Sukatman, dkk. 2013. Model Pembelajaran Kreatif. Yogyakarta:
Gress Publishing.
Suparno. 2011. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Wibowo, Wahyu. 2003. Manajemen Bahasa. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
No comments:
Post a Comment