Tuesday, August 9, 2016

HAKIKAT BERITA

HAKIKAT BERITA



Menulis Berita
Menulis berita merupakan suatu upaya menyampaikan kabar atau sebuah informasi mengenai sesuatu hal atau kejadian dalam bentuk tertulis. Seseorang penulis berita yang baik dapat menuliskan sebuah berita dengan lengkap dan komunikatif, sehingga pembaca berita dapat memahami segala sesuatu yang disampaikan dalam berita tanpa kesulitan dan tanpa adanya kesalahan tafsir (Wirajaya dan Sudarmawarti, 2008:152).
            Hal pertama yang harus dilakukan untuk meliput peristiwa menjadi sebuah berita adalah mencatat semua informasi yang berkaitan dengan unsur-unsur kelengkapan berita. Adapun kelengkapan dalam sebuah berita meliputi unsur-unsur pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, kapan, dan bagaimana, terkait isi berita.
            Selain memerhatikan unsur-unsur kelengkapan berita, dalam penulisan berita perlu juga memperhatiak bahasa yang singkat, padat, dan jelas. Hal itu bertujuan agar pembaca mudah memahami berita yang telah disampaikan. Berdasarkan informasi yang sudah dicatat,

informasi tersebut dapat disusun menjadi sebuah berita. (Wirajaya dan Sudarmawarti, 2008:152-153).
Menurut Chaer (2010:20-19) penulisan berita apapun jenisnya adalah kaidah karang- mengarang. Jadi, kaidah karang-mengarang haruslah diterapkan dalam penulisan berita itu, disamping rambu-rambu khusus yang berlaku dalam dunia jurnalistik. Rambu-rambu itu berkenaan dengan cara penulisan judul berita, teras berita (lead, intro), tubuh berita (detail), dan bagian penutup. Berikut cara-cara menulis semua bagian-bagian berita.
1)   Penulisan Judul Berita
           Judul berita, disebut juga kepala berita atau headline news, harus dibuat sedemikian rupa sehingga tampak menarik dan “hidup” misalnya utuk membuat judul lebih hidup dan lebih menarik perhatian, lazim dibuat dengan menanggalkan prefiks me- atau prefiks ber- yang ada pada verba atau kata kerjanya, padahal pada bahasa ragam baku kedua prefiks itu harus ditampilkan.
Contoh: - DPR akan Panggil Budiono
             - Sejumlah Elit Politik Kumpul di Senayan
Kedua model judul itu lebih sering digunakan karena memberi kesan lebih “hidup” dan lebih menarik.
2)        Penulisan Teras Berita
            Dalam jurnalistik indonesia ada beberapa istilah untuk menyebut Teras Berita (Inggris Lead), yaitu pengantar berita, awal berita, dan intro. Dalam rujukan ini digunakan istilah Teras Berita, istiah yaang ditetapkan oleh kantor berita “Antara” (Chaer, 2010:25).
            Teras berita adalah bagian yang penting dari sebuah berita, yang ditempatkan pada paragraf pertama dibawah judul berita. Teras berita dapat berupa sebuah kalimat atau beberapa kalimat (dua atau tiga buah kalimat) yang terikat pada sebuah paragraf. Teras berita harus manrik dan ditulis dalam kalimat-kalimat pendek.
            Teras berita harus menggambarkan isi berita pada tubuh berita (detail). Karena itu, sebuah teras berita mekipun ditulis dalam kalimat-kalimat singkat harus memuat unsur-unsur 5W dan 1H. Unsur mana yang harus di tonjolkan: apakah unsur what, unsur who, unsur why, unsur where, unsur when, banyak pendapat dengan berbagai alasan.
            Namun, ada kecenderungan untuk menonjolkan unsur who dalam teras berita. Lebih-lebih kalau who itu adalah seorang tokoh masyarakat, tokoh nasional, tokoh internasional, atau juga seorang selebritis yang terkenal. Kebanyakan jurnalis menganggap teras berita dengan menonjolkan unsur who pasti penting.
Contoh: - Presiden SBY di istana negara kemarin menerima Tim Delapan yang melaporkan
               hasil akhir kerja mereka
Teras berita di atas terdiri dari satu kalimat dengan unsur who-nya Presiden SBY, unsur what-nya menerima tim delapan..., unsur where-nya di istana negara, dan unsur when-nya kemarin. Memang unsur why-nya dan unsur how-nya tidak ada. Tetapi teras tersebut sudah cukup memadai.
3)        Penulisan Badan dan Penutup Berita
Badan berita merupakan penjabaran atau perincian yang lebih luas tentang teras berita. Misalnya dari contoh berita berikut.
             17 Pelaut WNI Disandera Perompak di Somalia
             Sebanyak 17 warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja sebagai aawak kapal
             tanker berbendera Singapura, M/V Pramoni, dibajak dan disandera perompak di
            Somalia. Selain WNI, awak kapal juga terdiri atas 5 warga China, dan masing
            masing 1 orang dari Nigeria dan Vietnam

            Pada contoh berita tersebut misalnya, teras berita tersebut yang berjudul “17 Pelaut WNI Disandera Perompak di Somalia” akan dijadikan badan berita, maka dari judul itu sudah disebutkan unsur who, yaitu pelaut WNI, unsur what yaitu disandera perompak, dan unsur where yaitu di Somalia.
            Teras berita unsur who itu diulang dengan diberi keterangan siapa mereka itu dan apa pekerjaanya, yaitu awak kapal berbendera Singapura, M/V Pramoni. Unsur what dan unsur where-nya juga diulang. Yang belum ada adalah unsur when, unsur why, dan unsur how-nya. Untuk mengisi ketiga unsur ini bisa diberitakan misalnya:
a)        Kapan peristiwa perompakan itu terjadi
b)        Mengapa bisa terjadi. Di sini bisa dikemukakan, misalnya, masalah keamanan, situasi politik di Somalia, dan sebagainya.
c)        Bagaimana sikap pemerintah Indonesia menghadapi hal ini, apakah sudah mengontak pihak pemerintah Somalia, mengontak perusahaan pemilik kapal yang dirompak itu, atau juga bagaimana reaksi dan emosi para anggota pelaaut yang dirompak itu.
Untuk bagian penutup, mungkin bisa dikemukakan harapan pada pemerintah untuk mengurus ke-17 pelaut itu melalui jalur diplomatik, dan sebagainya.

Pengertian Berita
            Secara sosiologis, berita adalah semua hal yang terjadi di dunia. Dalam gambaran yang sederhana. Seperti dilukiskan dengan baik oleh para pakar jurnalistik, berita adalah apa yang ditulis surat kabar, apa yang disiarkan radio, dan apa yang ditayangkan televisi. Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap fakta merupakan berita. Berita biasanya menyangkut orang-orang, tetapi tidak setiap orang bisa dijadikan berita. Berita merupakan sejumlah peristiwa yang terjadi di dunia, tetapi hanya sebagian kecil saja yang dilaporkan (Sumadiria, 2014:63).
            Berita merupakan sebuah informasi tentang kejadian yang benar-benar terjadi dalam kehidupan masyarakat. Siregar (dalam Chaer,2010:11) mengungkapkan bahwa berita adalah kejadian yang diulang dengan menggunakan kata kata. Sering juga ditambah dengan gambar, atau hanya berupa gambar-gambar saja.
Pernyataan ini menyiratkan adanya suatu peristiwa atau kejadian didalam masyarakat, lalu kejadian atau peristiwa itu diulangi dalam bentuk kata-kata yang disiarkan secara tertulis dalam media tulis (surat kabar, majalah, dll), atau dalam media suara (radio, dsb), atau juga dalam media suara dan gambar (televisi).

Jenis berita
            Menurut Chaer (2010:16-17) jenis-jenis berita yang dimuat pada setiap surat kabar lazim dibedakan atas tiga hal, yaitu: (1) berita langsung (straight news), (2) berita ringan (soft news), (3) berita kisah (feature).
a)    Berita Langsung (Straight news)
      Berita langsung adalah berita yang disusun untuk menyampaikan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang secepatnya harus diketahui oleh pembaca atau anggota masyarakat. Prinsip penulisannya adalah seperti piramid terbalik. Maksudnya, unsur-unsur yang penting dituliskan pada bagian pembukaan atau teras berita. Lalu, bagian-bagian yang kurang penting diuraikan dibawahnya. Tujuan penulisan berita langsung ini adalah menyampaikan berita secara cepat, supaya segera diketahui.
       Berita langsung ini lazim juga disebut sport news, yakni berita yang dihadapi sendiri oleh sang penulis. Andaikata sang penulis tidak dapat langsung menghadapinya, maka dia dapat merujuk pada persepsi orang lain. Lalu, berdasarkan persepsi orang lain itu, dia mencoba merekonstruksi (menyusun kembali) peristiwa yang akan ditulisnya.
       Unsur  penting pada sebuah berita langsung adalah adanya unsur keaktualan. Artinya, berita itu masih hangat karena baru terjadi. Peristiwa atau kejadian yang sudah lama terjadi tidak lagi bernilai untuk ditulis sebagai berita langsung, tetapi bila ada unsur kuat lain bisa ditulis sebagai berita ringan atau berita kisah. Lamanya suatu kejadian disebut aktual apabila kejadian masih hangat atau baru terjadi. Peristiwa yang terjadi kemarin masih bisa dianggap aktual, apalagi kalau belum diberitakan oleh surat kabar lain. Bisa juga peristiwa yang terjadi dua hari yang lalu, atau yang sudah terjadi seminggu yang lalu apabila baru saja diketahui. Misalnya, gempa bumi di daerah pedalaman papua, atau terjadinya bahaya kelaparan dipulau terpencil di ujung Nusa Tenggara Timur. Apabila kejadian-kejadian telah dimuat oleh surat kabar lain, maka kejadian itu telah tidak aktual lagi. Namun, kejadian yang telah tidak aktual karena sudah dimuat oleh surat kabar lain, masih layak dijadikan berita dengan cara memberikan latar belakang lain yang bersifat manusiawi.
b)   Berita Ringan (Soft News)  
Berita langsung mensyaratkan adanya unsur “penting” dan “keaktualan”, maka berita ringan tidak memerlukan kedua unsur itu, tetapi mementingkan unsur manusia dari peristiwa itu. Jadi, kalau sebuah peristiwa sudah dituliskan sebagai berita langsung, maka masih dapat dituliskan kembali sebagai berita ringan asal saja memasukkan unsur-unsur manusiawi itu di dalamnya. Yang utama atau ditonjolkan bukan unsur penting dari peristiwa itu, melainkan unsur yang menarik dan menyentuh perasaan pembaca. Maka bisa dikatakan berita ringan dapat tahan lama karena tidak terikat pada keaktualan. Namun, berita ini dapat memberikan atau menimbulkan rasa haru, rasa gembira, rasa sedih, dan sebagainya pada pembacanya.
c)    Berita Kisah (Feature)
Berita kisah atau fitur (Feature) adalah tulisan yang dapat menyentuh perasaan ataupun menambah pengetahuan. Berita kisah ini tidak terikat akan aktualitas karena nilai utamanya adalah pada unsur manusiawinya. Jadi, berita kisah ini dapat ditulis dari peritiwa-peristiwa dari masa lalu atau yang sudah lama terjadi. Misalnya, kejadian manusiawinya Tuanku Imam Bonjol, Sultan Hasanudin, ataupun Jendral Gatot Subroto. Begitupun kalau misalnya peristiwa yang terjadi pada masa kini, tidak dipersoalkan masa kekiniannya, atau waktunya. Jadi, berita kisah ini dapat menyangkut manusia yang sudah almarhum, yang sudah tidak ada, maupun manusia yang masih hidup. Begitu juga, berita kisah ini dapat mengenai makhluk lain yang bukan manusia maupun yang berupa benda, yang dapat menggugah perasaan atau emosi manusia.

Unsur Berita
            Menurut Chaer (2010:17-19) setiap berita, baik yang bersifat langsung, berita ringan, maupun berita kisah harus berisi fakta-fakta yang menyangkut manusia, meskipun yang diceritakan adalah hewan ataupun benda-benda yang terdapat dalam masyarakat. Semua berita itu harus mengungkap unsur 5W dan 1H yaitu what, apa yang terjadi, who siapa yang terlibat dalam kejadian, why mengapa kejadian itu timbul, where dimana tempat kejadian itu, when kapan terjadinya, dan how bagaimana kejadiaannya. Setiap berita harus mengandung keenam unsur itu dengan fakta-faktanya.
            Unsur what berkenaan dengan fakta-fakta yang berkaitan dengan hal-hal yang dilakukan oleh pelaku atau pun korban dari kejadian itu. Hal yang dilakukan dapat berupa penyebab kejadian, tetapi dapat pula berupa akibat kejadian. Nilai what itu ditentukan oleh kelayakan berita itu. Umpamanya, peristiwa tanah longsor yang menelan banyak korban di Sukabumi, Jawa barat, merupakan unsur what dalam berita itu. Contoh lain, peristiwa ditangkapnya seorang anggota DPR dan KPK-dengan tuduhan melakukan korupsi adalah unsur what dalam berita itu.
            Unsur who berkenaan dengan fakta-fakta yang berkaitan dengan orang atau pelaku yang terlibat dalam kejadian itu. Orang yang diberitakan harus bisa diidentifikasi namanya, umurnya, pekerjaanya, dan berbagai keterangan mengenai orang itu. Semakin banyak fakta atau keterangan yang terkumpul mengenai orang semakin lengkaplah berita yang disampaikan.
            Unsur why berkenaan dengan fakta-fakta mengenai latar belakang dari suatu tindakan ataupun suatu kejadian yang telah diketahui unsur what-nya adalah peristiwa tanah longsor yang menelan banyak korban, maka unsur why-nya adalah hal-hal yang menyebabkan terjadinya tanah longsor itu, seperti penggundulan hutan, dan sebagainya.
            Unsur where berkenaan dengan tempat peristiwa terjadi. Disini nama tempat harus dapat diidentifikasi dengan jelas. Ciri-ciri tempat kejadian merupakan hal yang penting untuk diberitakan.
            Unsur when berkenaan dengan waktu kejadian. Waktu mungkin ada yang sudah terjadi, tetapi mungkin juga yang sedang terjadi, ataupun yang akan terjadi. Waktu merupakan fakta dalam berita. Hanya saja perlu diketahui waktu yang sudah lama terjadi atau berlalu tidak punya nilai lagi. Oleh karena itu, jika peristiwa itu akan dijadikan berita harus dicariakan nilai lain dalam peristiwa itu. Misalnya, peristiwa mengenai oknum jaksa yang memeras tersangka jauh diluar daerah dan sudah lama terjadi, dan wartawan terlambat mengetahuinya. Maka andaikata mau diberitakan, harus dicari unsur layak berita lain yang terkandung dalam kejadian itu, seperti unsur manusiawi atau unsur sosial, atau unsur lainnya
            Untuk berita kisah (feature) unsur when ini tidak terlalu penting, malah ada yang mengatakan tidak penting. Tidak dikatakan penting karena yang penting adalah ditampilkannya latar belakang manusia yang terlibat dalam peristiwa itu. Latar belakang ini terutama mengenai perasaan watak, motif, ambisi dari who atau hal lainnya.
            Unsur how berkenaan dengan proses kejadian yang diberitakan. Misalnya, bagaimana terjadinya suatu peristiwa, bagaimana pelaku melakukan perbuatannya, atau bagiamana korban mengalami nasibnya. 




DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Akasara
Chaer, Abdul. 2010. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: PT Rineka Cipta
Dalman, H. 2015. Keterampilan Menulis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Hendriana, H. dan Afrilianto, M. 2014. Panduan bagi Guru Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: PT. Refika Aditama
Huda, M. 2015. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Presindo
Nurgiantoro, Burhan. 2014. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Sadikin, Asep Ganda, dkk. 2007. Kompeten Berbahasa Indonesia. Bandung: Grafindo Media
Pratama
Sanjaya, Wina. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana
Sumadiria, Haris. 2014. Jurnalistik Indonesia. Bandung: Sembiosa Rekatama
Wirajaya, Asep Yudha dan Sudarmawarti. 2008. Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
 

1 comment: