Wednesday, August 3, 2016

Kalimat Imperatif

Kalimat Imperatif



Kalimat Imperatif
Pengertian Kalimat Imperatif
Moeliono (1992:285) menjelaskan bahwa kalimat perintah atau kalimat imperatif adalah kalimat yang maknanya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu. Kalimat yang dapat memiliki bentuk perintah pada umumnya adalah kalimat tak transitif atau transitif (baik aktif maupun pasif). Contoh- contoh yang diberikan antara lain: “Berliburlah ke tempat nenekmu” (kalimat perintah tak transitif); “Belikanlah adikmu sepatu baru” (kalimat perintah bentuk pasif); “Coba panggillah Kepala Bagian Umum” (Penghalusan kalimat perintah); “Jangan pergi sekarang” (Bentuk ingkar pada kalimat perintah).
Menurut Chaer (2009:197) kalimat imperatif juga biasa disebut dengan kalimat perintah adalah kalimat yang berisi perintah atau berisi larangan yang harus dilakukan oleh orang yang mendengarnya . Kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan. Moeliono (dalam Nadar ,2009:73) kalimat perintah yang maknanya memberi perintah untuk melakukan sesuatu. Khairah dan Ridwan (2014:222) berpendapat bahwa dalam bentuk tulisnya, kalimat perintah atau yang disebut juga dengan kalimat imperatif  biasanya diakhiri dengan tanda seru, sedangkan dalam bentuk lisan, intonasi ditandai dengan nada rendah diakhir tuturan. Pelaku tindakan tidak selalu terungkap dalam kalimat perintah. Keraf (dalam Rahardi, 2005:27) menjelaskan kalimat perintah dalam bahasa Indonesia di dalam karya kebahasaannya. Mendefinisikan kalimat perintah sebagai kalimat yang mengandung perintah atau permintaan agar orang lain melakukan sesuatu, seperti yang diinginkan orang yang memerintahkan. Pendapat Keraf (dalam Rahardi, 2005:27) kalimat perintah dapat berkisar antara suruhan yang sangat kasar sampai dengan permintaan yang sangat halus. Bahwa kalimat perintah dapat mengandung ciri-ciri berikut: (1) menggunakan intonasi keras, terutama, perintah biasa dan larangan, (2) kata kerja yang mendukung isi perintah itu, biasanya, kata dasar, dan (3) mempergunakan partikel pengeras –lah. Chaer (2009:197) berpendapat bahwa menurut sifatnya kalimat perintah dapat dibedakan menjadi kalimat perintah yang tegas, yang biasa, dan yang halus.
Kalimat perintah yang tegas dibentuk dari sebuah klausa tidak lengkap, biasanya hanya berupa verba dasar, disertai dengan intonasi kalimat perintah. Dalam bahasa tulis intonasi diganti dengan tanda seru (!). Contoh: Sususunlah ! Disini verba itu dapat pula dilengkapi dengan objek atau keterangan agar tidak menimbulkan salah paham. Misalnya kalimat imperatif di atas menjadi, Susunlah petunjuk untuk pembuatan proposal di bawah ini ! . Dalam situasi yang sudah diketahui akan apa yang harus dilakukan oleh pendengar, maka kalimat imperatif itu dapat berupa hanya memberi perintah kepada orang agar lebih memperhatikan apa yang harus dia lakukan .

Wujud Kalimat Imperatif
Rahardi (2000) menyebutkan bahwa wujud formal imperatif dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi imperatif aktif dan imperatif pasif. Wujud imperatif aktif dapat dibedakan lagi berdasarkan penggolongan verba dalam kalimat perintah tersebut, menjadi imperatif aktif yang berciri tidak transitif dan imperatif aktif berciri transitif. Adapun mengenai wujud pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia dapat berupa tuturan macam- macam dengan menggunakan konstruksi imperatif maupun bukan imperatif (Rahardi, 2000:93-117); Lapoliwa, 1990:234) sebagai berikut :
1)      Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif perintah, misalnya “Tendang dia!”
2)      Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan, misalnya “Coba susunlah petunjuk dalam mengooperasikan laptop ini.”
3)      Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan, misalnya “Tolong hidupkan lampunya.”
4)      Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permohonan, misalnya “Maafkanlah kesalahan saya, ya .”
5)      Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif desakan misalnya “Ayo, pergi ke sekolah sekarang juga.”
6)      Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif bujukan, misalnya “Malam ini tidur disini, ya.”
7)      Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif himbauan, misalnya “Jagalah kebersihan.”
8)      Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif persilaan, misalnya “Silahkan makan.”
9)      Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif ajakan, misalnya “Mari kita berangkat sekarang saja.”
10)  Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan ijin, misalnya “Boleh saya meminjam tasnya?”
11)  Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif mengijinkan, misalnya “Silahkan mengandakan bukunya kalau ingin.”
12)  Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif larangan, misalnya “Jangan injak rumput itu.”
13)  Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif harapan, misalnya “Harap patuhi rambu- rambu lalu lintas.”
14)  Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif umpatan, misalnya”Rasakan akibatnya tu.”
15)  Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif pemberian ucapan selamat, misalnya”Selamat menempuh hidup baru.”
16)  Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif anjuran, misalnya”Setelah periksa ke dokter, sebaiknya langsung di minum obat dari doketer tersebut agar lekas sembuh.”
17)  Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif Ngelulu, misalnya”Tidak usah tidur nak. Belajar terus sampai pagi.”

 Macam- macam kalimat imperatif dalam Bahasa Indonesia
Menurut Dr. R. Kunjana Rahardi:79, kalimat imperatif mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana diinginkan si penutur. Kalimat imperatif dalam Bahasa Indonesia dapat berkisar antara suruhan yang sangat keras atau kasar sampai dengan permohonan yang sangat halus atau santun. Kalimat imperatif dapat pula berkisar antara suruhan untuk melakukan sesuatu sampai dengan larangan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kalimat imperatif dalam Bahasa Indonesia itu kompleks dan banyak variasinya. Kalimat imperatif Bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan secara normal, yakni :
1)      Kalimat imperatif biasa
Kalimat imperatif biasa di dalam Bahasa Indonesia memiliki ciri- ciri :
a)      Berintonasi keras
b)      Didukung dengan kata kerja dasar
c)      Berpartikel pengeras- lah
Kalimat imperatif jenis ini dapat berkisar antara imperatif yang sangat halus sampai dengan imperatif yang sangat kasar.

Contoh :
“Rangkailah potongan bambu menyerupai bentuk segi tiga tanpa siku !” ( DW.1 )
Informasi indeksial :
Dituturkan oleh seorang penulis terhadap pembaca dalam petunjuk pembuatan layang- layang terdapat petunjuk yg harus dilakukan yaitu merangkai potongan bambu menyerupai bentuk segi tiga tanpa siku.
“Potonglah kain keset bekas menjadi 3 cm ! “ ( ARMJ.1 )
Informasi indeksial :
Dituturkan oleh penulis kepada pembaca dalam petunjuk pembuatan keset dari bahan kain bekas , salah satunya langkah- langkahnya yaitu di harapkan memotong kain keset bekas terlebih dahulu menjadi 3 cm sebelum menuju petunjuk yang selanjutnya.
2)      Kalimat imperatif permintaan
Kalimat imperatif permintaan adalah kalimat imperatif dengan kadar suruhan sangat halus. Kalimat imperatif permintaan disertai dengan sikap penutur yang lebih merendah dibandingkan dengan sikap penutur pada waktu menuturkan kalimat imperatif biasa. Kalimat imperatif permintaan ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan tolong, coba, harap, mohon, dan beberapa ungkapan lain, seperti sudilah kiranya, dapatkah seandainya, diminta dengan hormat, dan di mohon dengan sangat.
Contoh :
“Harap potong label baru dari lembaran kertas yang bersih. Lem label itu menggunakan lem stik yang kuat !” ( EJ.2 )

Informasi indeksial :
Dituturkan oleh seorang penulis terhadap pembaca bahwasanya dalam petunjuk pembuatan kotak pensil dari kotak bekas penulis berharap petunjuk yang harus di lakukan yaitu memotong label baru dari lembaran kertas yang bersih. Kemudian lem label itu menggunakan lem stik yang kuat.
3)      Kalimat imperatif pemberian izin
Kalimat imperatif yang dimaksudkan untuk memberikan izin ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan silakan, biarlah, dan beberapa ungkapan lain yang bermakna mempersilakan, seperti diperkenankan, dipersilahkan, dan diizinkan.
Contoh :
 “ Silahkan cuci beras terlebih dahulu dengan air bersih, lalu tiriskan !” ( MF.1 )
Informasi indeksial :
Dituturkan oleh seorang penulis kepada pembaca pada saat menyampaikan petunjuk pembuatan lontong , tuturan yang di maksud memberi perintah namun bermakna mengizinkan dalam sebuah petunjuk yaitu di harapkan mencuci beras terlebih dahulu dengan air bersih lalu di tiriskan.
4)      Kalimat imperatif ajakan
Kalimat perintah ajakan adalah kalimat perintah yang didahului oleh kata- kata ajakan, seperti marilah, baiklah, ayolah.
Contoh :
“Ayo, rangkailah bunga plastik yang sudah jadi dan di tata di dalam pot sehingga berbentuk lingkaran !” ( SK.4 )

Informasi indeksial :
Tuturan disampaikan oleh seorang penulis kepada pembaca bahwa dalam petunjuk pembuatan bunga dari bahan kain tas harapan dari penulis dapat mengajak pembaca yang mempraktikkan pembuatan bunga tersebut untuk merangkai bunga plastik yang sudah jadi dan di tata di dalam pot sehingga berbentuk lingkaran.
5)      Kalimat imperatif suruhan
Kalimat imperatif suruhan digunakan bersama penanda kesantunan ayo, biar, coba, harap, hendaklah, hendaknya, mohon, silahkan, dan tolong.
Contoh :
“Silahkan cuci beras dengan air bersih, lalu tiriskan ! “( MFI.1 )
Informasi indeksial :
Dituturkan oleh seorang penulis kepada pembaca yang memberi perintah bermakna suruhan dalam sebuah petunjuk pembuatan lontong. 


Daftar Rujukan
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Dalman, 2012. Keterampilan Menulis. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Kosasih, E. 2006. Bahasa Indonesia untuk SMP/ Mts Kelas VIII. Jakarta : Panti Darma Kolakatama.
Khairah, Miftahul dan Ridwan, Sakura. 2014. Sintaksis Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Moleong, J Lexy. 2014. Metode Penelitian Kualitatif.  Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset .
Nadar. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Putrayasa, Ida Bagus. 2010. Kalimat Efektif. Bandung : PT Refika Aditama.
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Nasional.
Rahardi, Kunjana. Pragmatik.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alvabeta cv.

 

1 comment: