HAKIKAT PROSA
1.1 Pengertian prosa
Kata prosa diambil dari bahasa Inggris, prose.
Kata ini sebenarnya mengacu pada pengertian yang lebih luas, tidak hanya
mencakup pada tulisan yang digolongkan sebagai karya sastra, tapi juga karya
non fiksi, seperti artikel, esai, dan sebagainya.
Prosa adalah karangan bebas yang tidak terikat oleh banyaknya baris,
banyaknya suku kata, dalam setiap baris serta tak terikat oleh irama dan
rimanya seperti dalam puisi. Prosa berbeda dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar,
serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal
dari bahasa Latin "prosa"
yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan
untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan
untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis
media lainnya. Prosa kadangkala juga disebut dengan istilah
"gancaran".
J. Budhy Raharjo (1986:16) menyatakan bahwa prosa adalah karangan bebas
yang tidak terikat pada bentuk, irama dan sajak. Keindahan terletak pada gaya
bahasa pengarang dan kata-kata mengalir
tak terbatas, mencerminkan jiwanya dalam menyusun dan menyampaikan buah
pikirannya. Plot cerita sepenuhnya berada dalam kemampuan pengarang merangkaikan
kata, menjalin narasi dan percakapan.
Aminuddin (1985: 66) menyatakan bahwa istilah prosa fiksi atau cukup
disebut karya fiksi, biasa juga disebut dengan prosa cerita, prosa narasi,
narasi, atau cerita berplot. Pengertian prosa fiksi tersebut adalah kisahan
atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranananya,
latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil
imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita.
Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (nartive text) atau wacana naratif (narrative
discource). Sehingga istilah prosa atau fiksi atau teks naratif, atau
wacana naratif berarti cerita rekaan (cerkan) atau cerita rekaan.
Fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyarankan (tidak mengacu)
pada kebenaran sejarah (Abrams, 1981:61). Istilah fiksi sering dipergunakan
dalam pertentangannya dengan realitas (sesuatu yang benar ada dan terjadi
didunia nyata sehingga kebenarannya pun dapat dibuktikan dengan data empiris).
Benar tidaknya, ada tidaknya, dan dapat
tidaknya, sesuatu yang dikemukakan dalam
suatu karya yang dibuktikan secara empiris, inilah antara lain, yang membedakan
karya fiksi dengan karya nonfiksi. Tokoh, peristiwa, dan tempat yang
disebut-sebut dalam fiksi adalah bersifat imajinatif, sedang pada karya
nonfiksi bersifat faktual.
Sebagai karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan
kemanusiaan, hidup dan kehidupan, yang dituangkan secara sungguh-sungguh
melalui perenungan yang intens dan bukan hanya sebagai hasil lamunan saja,
tetapi penuh tanggung jawab dan kesadaran kreativitas yang diungkapkan kembali
melalui sarana fiksi. Oleh karena itu fiksi dapat diartikan sebagai ‘prosa
naratif’ yang bersifat imajinatif, sekaligus masuk akal dan mengandung
kebenaran yang mendramatisasikan interaksi manusia-lingkungan-dan tuhannya.
(Altenbernd dan Lewis, 1966:14)
Dengan demikian, karya prosa fiksi merupakan karya naratif yang isinya
mengacu/menyarankan pada karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan,
khayalan, sesuatu yang tidak ada dan tidak terjadi sungguh-sungguh sehingga tak
perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata.
1.2 Pembagian prosa
Prosa dapat
dibedakan berdasarkan pembabakannya, menjadi :
Prosa lama adalah prosa bahasa indonesia
yang belum terpengaruhi budaya barat,
Prosa baru adalah prosa yang dikarang bebas
tanpa aturan apa pun.
1.3 Prosa Lama
Prosa lama adalah prosa yang hidup dan berkembang dalam masyarakat lama
Indonesia. Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari
sastra atau kebudayaan barat. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul dan
disampaikan secara lisan, disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan.
1.3.1 Ciri-Ciri Prosa Lama
A.
Statis,
lamban perubahannya
B.
Istana
Sentris, bersifat kerajaan
C.
Bersifat
fantastis, bentuknya hikayat, dongeng
D.
Di
pengaruhi sastra Hindu dan Arab
E.
Tidak
ada pengarang atau anonim
1.3.2 Jenis-Jenis Prosa Lama
Setelah masyarakat Indonesia menjadi akrab dengan tulisan, maka karya
sastra berbentuk tulisan pun mulai banyak dikenal. Sejak itulah sastra tulisan
mulai dikenal dan sejak itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam rentetan
sejarah sastra Indonesia mulai ada.
Prosa lama
terbagi atas:
A.
Bidal
Bilal, adalah cara berbicara dengan menggunakan bahasa kias. Bidal terdiri
dari beberapa macam, diantaranya:
a)
Pepatah
Pepatah adalah suatu peri bahasa yang mengunakan bahasa kias dengan maksud
mematahkan ucapan orang lain atau untuk menasehati orang lain. Contoh: Malu
bertanya sesat di jalan. Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna.
b)
Tamsil
Tamsil (ibarat) adalah suatu peribahasa yang berusaha memberikan penjelasan
dengan perumpamaan dengan maksud menyindir, menasihati, atau memperingatkan
seseorang dari sesuatu yang dianggap tidak benar. Contoh: Tua-tua keladi, makin
tua makin menjadi. Keras-keras kersik, kena air lemut juga.
c)
Kiasan
Ungkapan tertentu untuk menyampaikan maksud yang sebenarnya kepada
seseorang, karena sifat, karakter, atau keadaan tubuh yang dimilikinya.
Kata-kata sebutan yang digunakan dengan cara tersebut dinamakan bahasa kiasan. Contoh:
Makan tangan = memperoleh keuntungan besar. Buah hati = kekasih atau orang yang
sangat dicintai.
d)
Perumpamaan
Perumpamaan adalah suatu peribahasa yang digunakan seseorang dengan cara
membandingkan suatu keadaan atau tingkah laku seseorang dengan keadaan alam,
benda, atau makhluk alam semesta. Contoh: Seperti anjing makan tulang. Seperti
durian dengan mentimun.
e)
Pemeo
Pemeo adalah suatu peribahasa yang digunakan untuk berolok-olok, menyindir
atau mengejek seseorang atau suatu keadaan. Contoh: Ladang Padang, orang
Betawi: maksudnya berlagak seperti orang Padang padahal dia orang Betawi atau
orang Betawi yang berlagak kepadang-padangan. Bual anak Deli: maksudnya membual
seperti membualnya daerah Deli yang terus menerus, namun isinya tidakbermakna.
B.
Hikayat
Hikayat berasal dari India dan Arab, yaitu bentuk sastra lama yang
berisikan cerita kehidupan para dewa-dewi, peri, pangeran, putri kerajaan,
serta raja-raja yang memiliki kekuatan gaib. Kesaktian dan kekuatan luar biasa
yang dimiliki seseorang, yang diceritakan dalam hikayat, kadang tidak masuk
akal. Namun dalam hikayat banyak mengambil tokoh-tokoh dalam sejarah. Contoh:
Hikayat Hang Tuah, Kabayan, Si Pitung, Hikayat Si Miskin, Hikayat Indra
Bangsawan, Hikayat Sang Boma, Hikayat Panji Semirang, Hikayat Raja Budiman.
C.
Sejarah
atau Tambo
Sejarah disebut juga Tambo, berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata sajaratun yang berarti pohon. Sejarah
adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu
peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan dengan
fakta.
Tambo atau cerita sejarah, kadang tidak sepenuhnya mengandung kebenaran,
karena dicampurkan dengan hal-hal yang tidak masuk akal atau dongeng. Selain
berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah raja-raja. Sejarah yang
berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan masyarakat lama. Contoh:
Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang yang
ditulis tahun 1612, Tambo Bengkahulu, Silsilah Raja Bugis (Raja Ali Haji)
D.
Dongeng
Bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa
yang bersifat khayalan dari pengarangnya. Jadi dongeng bukan merupakan cerita
yang benar-benar terjadi. Fungsi dongeng hanyalah sebagai penghibur hati saja
atau pelipur lara. Itulah sebabnya dongeng disebut juga cerita pelipur lara.
Bentuk-bentuk
cerita dongeng:
a)
Mite
(Mitos)
Mite (Mitos), adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan
terhadap sesuatu benda atau hal yang gaib, alam gaibatau yang dipercayai
mempuyai kekuatan gaib, seperti dewa, peri ataupun Tuhan. Contoh-contoh sastra
lama yang termasuk jenis mitos, adalah: Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng
tentang Gerhana, Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau Jadi-Jadian,
Puntianak, Kelambai,Dongeng Abu Nawas, Dewi Sinta yang diculik oleh Rahwana.
Mahabharata, Ramayana, Hikayat Illias dan Odyes karangan Homerus dan lain-lain.
b)
Sage
Sage, adalah cerita lama yang di dalamnya mengandung unsur sejarah atau
yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan tentang
kepahlawanan,keperkasaan, serta kesaktian, keberanian, dan keajaiban para raja,
pangeran atau tokoh-tokoh tertentu. Beberapa contoh sage, adalah: Calon Arang,
Ciung Wanara, Airlangga, Panji, Smaradahana, Kesaktian Hang Tuah, Lutung Kasarung,
Damarwulan, Angleng Darma Dongeng Kesaktian dan keperkasaan Patih Gajah Mada
dll.
c)
Fabel
Fabel adalah dongeng tentang binatang yang bisa berbicara dan bertingkah
laku seperti manusia, sebagai lambang pengajaran moral (biasa pula disebut
sebagai cerita binatang). Contoh: Cerita
Si Kancil yang Cerdik, Kancil dengan Buaya, Kancil dengan Harimau, Hikayat
Pelanduk Jenaka, Kancil dengan Lembu, Buaya dan Kera, Burung Gagak dan
Serigala, Anjing yang Loba, Pelanduk Jenaka, Burung Bangau dengan Ketam, Siput
dan Burung Centawi,Dongeng Perlombaan kancil dan siput
d)
Legenda
Dongeng atau cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu
tempat atau wilayah, tentang suatu kejadian alam, asal-usul suatu benda, atau
kejadian di suatu tempat atau daerah. Contoh: Cerita tentang Tangkuban perahu,
Dongeng Malinkundang, Legenda Banyuwangi, Dongeng terjadinya Kota Bandung, Nyai
Rara Kidul
e)
Penggeli
Hati (Dongen Jenaka)
Penggeli hati adalah cerita komedi yang berkembang dalam suatu masyarakat
atau cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas, atau cerdik dan
masing-masing dilukiskan secara humor. Contoh: Si Kabayan, Pak Pandir, Cerita
Lebai Malang, Joko Kendil, Pak Belalang, Abu Nawas, dll.
f)
Cerita
perumpamaan
Dongeng yang mengandung kiasan atau ibarat yang berisi nasihat dan bersifat
mendidik. Misalnya, orang yang pelit akan dinasehati dengan cerita Haji Bakhil
atau Haji Pelit. Yang sombong akan dinasehati dengan cerita Firaun.
g)
Parabel
Parabel, adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan
dengan menggunakan ibarat atau perbandingan. Contoh: Kisah Para Nabi, Hikayat
Bayan Budiman, Mahabarata, Bhagawagita, dll.
E.
Kisah
Karya sastra lama yang berisikan cerita tentang, cerita perjalanan atau
pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh kisah dalam karya
sastra lama, antara lain:
a. Kisah
Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan
b. Kisah
Abdullah ke Jedah.
F.
Cerita
berbingkai
Cerita berbingkai adalah cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi, yang
dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Cerita dalam cerita itu disebut cerita
sisipan. Kadang kala cerita sisipan itu di dalamnya ada pula cerita. Sehingga
cerita berbingkai ini menjadi cerita yang bersusun. Ceritra berbingkai biasanya
bertemakan pendidikan akhlak, agar manusia tidak berbuat jahat atau lalim
terhadap sesamanya. Contoh: Seribu Satu Malam, Hikayat Kalilah dan Daminah,
Hikayat Bayan Budiman
G.
Cerita-cerita
Panji
Disebut juga hikayat yang berasal dari kesusastraan Jawa yang berkisah
tentang 4 kerajaan di pulau Jawa yaitu : kerajaan Jenggala, Kediri, Ngurawan
dan Singosari. Contoh : Hikayat Panji Semirang dan Hikayat Dalang Indra Kusumah
1.4 Prosa Baru
Bila dalam prosa lama kita dibawa pada alam khayal atau santai, namun dalam
prosa baru kita dibawa pada peristiwa-peristiwa yang kita hayati dan alami tiap
hari.
Prosa baru
dapat dibedakan menjadi :
1.4.1 Ciri-Ciri Prosa baru
A.
Dinamis,
perubahannya cepat
B.
Rakyat
Sentris, mengambil bahan dari rakyat sekitar
C.
Realistis,
bentuknya roman, novel, cerpen, drama, kisah, dsb.
D.
Di
pengaruhi sastra Barat
E.
Nama
pencipta selalu dicantumkan
1.4.2 Jenis-Jenis Prosa Baru
A.
Roman
Kehadiran dan keberadaan roman sebenarnya lebih tua dari pada novel. Roman
(romance) berasal dari jenis sastra
epik dan romansa abad pertengahan. Jenis sastra ini banyak berkisah tentang
hal-hal yang sifatnya romantik, penuh dengan angan-angan, biasanya bertema
kepahlawanan dan percintaan. Istilah
roman dalam sastra Indonesia diacu pada cerita-cerita yang ditulis dalam bahasa
roman (bahasa rakyat Prancis abad pertengahan) yang masuk ke Indonesia melalui
kesusastraan Belanda. Di Indonesia apa yang diistilahkan dengan roman, ternyata
tidak berbeda dengan novel, baik bentuk, maupun isinya. Oleh karena itu,
sebaiknya istilah roman dan novel disamakan saja.
Roman ialah cerita yang melukiskan sesuatu kehidupan manusia atau
pelaku-pelakunya dari awal sampai akhir, baik perbuatan lahir maupun
peristiwa-peristiwa batinnya. Dari kecil, remaja, dewasa, sampai meninggal.
Dalam roman sudah menjadi cirri khas adanya lukisan percintaan. Itulah sebabnya
para orang tua zaman dahulu melarang anaknya membaca buku roman sebelum dewasa.
Berdasarkan kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain
sebagai berikut:
a.
Roman
bertendens
Roman
yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang mengandung pandangan hidup
yang dapat dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar Terkembang oleh
Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda oleh
Adinegoro.
b.
Roman
Sosial
Roman
memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat. Biasanya yang dilukiskan
mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan. Contoh: Sengsara
Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia oleh Adinegoro.
c.
Roman
Sejarah
Roman
yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa sejarah,
atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja oleh Nur
St. Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul Muis.
d.
Roman
psikologis
Roman
yang lebih menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari segala tindak dan
perilaku tokoh utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat Kartamiharja, Katak Hendak
Menjadi Lembu oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh Armijn Pane.
e.
Roman
Detektif
Roman
yang isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi
pelaku utamanya seorang agen polisi yang tugasnya membongkar berbagai kasus
kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh Suman HS, Percobaan Seria
oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS.
B.
Novelet
Di dalam khasanah prosa, ada cerita yang yang panjangnya lebih panjang dari
cerpen, tetapi lebih pendek dari novel. Jadi, panjangnya antara novel dan
cerpen. Jika dikuantitaatifkan, jumlah dan halamannya sekitar 60 s.d 100
halaman. Itulah yang disebut novelet.
Dalam penggarapan unsur-unsurnya : tokoh, alur, latar, dan unsur-unsur
yang lain, novelet lebih luas cakupannya dari pada cerpen. Namun, dimaksudkan
untuk memberi efek tunggal.
C.
Novel
Bila dalam roman biasanya dikisahkan seluruh kisah hidup tokohnya, dari masa
kanak-kanak hingga dewasa sampai meninggal dunia, tetapi dalam novel yang
dilukiskan hanya sebagian dari hidupnya tokoh cerita, yaitu bagian hidupnya
yang merubah nasib tokoh tersebut. Bila roman beraliran romantik, sedangkan
novel beraliran ralisme (kenyataan), kadang-kadang naturalisme (alamiah). Contoh
: Pulang (Toha Mukhtar), Perburuan (Pramudia A. Toer).
Kata novel berasal dari bahasa Italia, novella,
yang berati barang baru yang kecil. Pada awalnya, dari segi panjangnya noovella memang sama dengan cerita
pendek dan novelet. Novel kemudian berkembang di Inggris dan Amerika. Novel di
wilayah ini awalnya berkembang dari bentuk-bentuk naratif nonfiksi, seperti
surat, biografi, dan sejarah. Namun seiring pergeseran masyarakat dan
perkembangan waktu, novel tidak hanya didasarkan pada data-data nonfiksi,
pengarang bisa mengubah novel sesuai dengan imajinasi yang dikehendakinya.
Yang membedakan novel dengan cerpen dan novelet adalah segi panjang dan
keluasan cakupannya. Dalam novel, karena jauh lebih panjang, pengarang dapat
menyajikan unsur-unsur pembangun novel itu: tokoh, plot, latar, tema, dll.
Secara lebih bebas, banyak, dan detil. Permasalahan yang diangkatnya pun lebih
kompleks. Dengan demikian novel dapat diartikan sebagai cerita berbentuk prosa
yang menyajikan permasalahn-permasalahan secara kompleks, dengan penggarapan
unsurunsurnya secara lebih luas dan rinci.
D.
Cerpen
Sesuai dengan namanya, cerita pendek dapat diartikan sebagai cerita
berbentuk prosa yang pendek. Ukuran pendek di sini bersifat relatif. Menurut
Edgar Allan Poe, sastrawan kenamaan Amerika, ukuran pendek di sini adalah
selesai dibaca dalam sekali duduk, yakni kira-kira kurang dari satu jam. Adapun
Jakob Sumardjo dan Saini K.M (1995:30)
menilai ukuran pendek ini lebih didasarkan pada keterbatasan pengembangan
unsur-unsurnya. Cerpen memiliki efek tunggal dan tidak kompleks. Cerpen adalah
semacam cerita rekaan. Cerpen lebih pendek daripada novel, sehingga bisa
selesai dibaca dalam tempo satu atau dua jam. Dalam novel krisis (pergolakan)
jiwa pelaku mengakibatkan perubahan nasib, tetapi dalam cerpen kritis tersebut
tidak harus mengakibatkan perubahan nasib tokoh pelakunya. Cerpen dapat kita
temui dalam majalah-majalah. Cerpen meliputi kisah, cerita ataupun lukisan.
Cerpen ,dilihat dari segi panjangnya, cukup bervariasi. Ada cerpen yang
pendek (short short story), berkisar
500-an kata; ada cerpen yang panjangnya cukupa (middle short story), dan ada
cerpen yang panjang (long short story) biasanya terdiri atas puluhan ribu kata.
Dalam kesusastraan di Indonesia, cerpen yang diistilahkan dengan short short story, disebut dengan cerpen
mini. Sudah ada antologi cerpen seperti ini, misalnya antologi : Ti Pulpen Nepi
Ka Pajaratan Cinta. Contoh untuk cerpen-cerpen yang panjangnya sedang (middle short story) cukup banyak.
Cerpen-cerpen yang dimuat di surat kabar adalah salah satu contohnya.. Adapun
cerpen yang long short story biasanya cerpen yang dimuat di majalah. Cerpen
„”Sri Sumariah” dan “Bawuk” karya Umar Khayam juga termasuk ke dalam cerpen
yang panjang ini.
E.
Kisah
Pengertian lama kisah ialah ceritra tentang perjalanan. Dalam kesusastraan
modern kisah sama saja dengan cerita biasa, yaitu yang menceritakan tentang
sesuatu hal baik benda hidup maupun benda mati. Contoh : Kisah pelayaran
Abdullah dari Singapura ke Kelantan (Kisah Lama), Kisah Sebuah Celana Pendek
(Kisah Modern).
F.
Biografi
dan Otobiografi
Biografi ialah catatan riwayat hidup seseorang, jasanya dalam masyarakat,
yang ditulis oleh orang lain. Contoh : Dr. Sutomo (Wahid Ratu), W.R. Supratman
(Matu Mona). Otobiografi ialah catatan riwayat hidup yang ditulis oleh diri
sendiri. Contoh : Kenangan Pangeran Ahmad Djajadiningrat
G.
Kritik
Karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan
memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang
sifatnya objektif dan menghakimi.
H.
Resensi
Prosa yang pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film,
drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut
dari ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga
disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut
dibaca atau dinikmati.
I.
Drama
Ialah ceritra atau karangan yang berbentuk skenario lengkap, dimana
semuanya telah diuraikan secara rinci oleh penulis drama, misalnya
kalimat-kalimat yang harus diucapkan oleh pemain, sikap dan gerak-gerik yang
harus dimainkan oleh pemain juga tempat adegan dalam cerita drama diuraikan
secara rinci oleh penulisnya. Bahasa yang dipakai disesuaikan dengan bahasa
golongan pelaku. Bahasa jongos berbeda dengan bahasa majikan, guru, dokter,
pujangga dan lain-lain. Drama biasanya untuk pentas dipanggung atau
disandiwarakan. Drama dibagi atas beberapa bagian yang disebut babak dan babak
dibagi pula atas adegan.
Didalam drama
biasanya terdapat :
a.
Dialog
: Percakapan antara dua orang sesuai dengan perbuatannya.
b.
Prolog
: Kata pendahuluan, maksudnya untuk menarik minat penonton terhadap apa yang
akan di pertunjukkan.
c.
Epilog
: Kata penutup untuk mencantumkan dan mengikhtisarkan nilai-nilai yang
dikandung.
J.
Esai dan Kritik
Esai ialah suatu kupasan atau pembicaraan tentang obyek kebudayaan atau
seni. Peninjauan obyek itu sendiri pandangan penulis esai tersebut, itulah
sebabnya esai bersifat subyektif. Penulis esai tidak menggubah sesuatu, ia
hanya membicarakan suatu cipta hasil karya orang lain.
Kritik lain dengan esai, kalau esai sifatnya subyektif maka kritik sifatnya
haruslah obyektif. Dalam kritik penulis mengemukakan kebaikan maupun kekurangan
dari tulisan yang dikritiknya. Sehingga kritik bisa diterima oleh semua pihak,
baik orang lain maupun penulis yang dikritiknya. Kritik sering tidak
mengenakkan orang yang dikritiknya.
Yang termasuk
essayist (ahli essay) antara lain :
a. Armin Pane
: Mengupas Kesusastraan Indonesia Baru
b. Adiegoro :
Mengupas Revolusi dan Kebudayaan
c. Asmar
Ismail : Mengupas Drama
DAFTAR
PUSTAKA
Abrams, M.H. 1981. A Glossary of
Literary Terms. New york: Holt, Rinehart and
Winston
Aminuddin. 1987.Pengantar
Apresiasi Karya Sastra.Bandung:Sinar Baru
Dola, Abdullah.2007.Apresiasi Prosa Fiksi dan Drama.Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.
Keraf, Gorys.1981.Diksi
dan Gaya Bahasa. Ende Flores: Nusa Indah
Mahayana, Maman S. 2007. Apresiasi Sastra Indonesia di Sekolah.
Online (http://johnherf.wordpress.com). Diakses 23 Februari 2008.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Pradopo, Rachmat Djoko.1999.Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta:
Kanisius
Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1995. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia
Tang, Muhammad Rapi. 2007. Pengantar Teori Sastra Yang Relevan Makassar: PPs UNM
Teeuw, A. 1984. Sastra
dan Ilmu Sastra. Pengantar Ilmu Sastra. Bandung: Pustaka Jaya
Waluyo, Herman. 1987. Apresiasi
Puisi. Jakarta: Erlangga.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan (terjemahan). Jakarta:
Gramedia
No comments:
Post a Comment