PERIODISASI SASTRA
Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah
Kepulauan Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa
akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu
turunannya). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan
sebagai sastra yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga
beberapa negara berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula
bangsa Melayu yang tinggal di Singapura. Sastra Indonesia dibagi menjadi 2
bagian besar yaitu (a) lisan dan (b) tulisan. Secara urutan waktu sastra
Indonesia dibagi menjadi beberapa angkatan.
2.1 Angkatan
Pujangga Lama
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya
sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya
satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara,
budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar
negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul
karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah
Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga
Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik
selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan
Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.
Karya
Sastra Pujangga lama
Sejarah
|
Sejarah Melayu
(Malay Annals)
|
Hikayat
|
Hikayat Abdullah
Hikayat Aceh
Hikayat Amir Hamzah
Hikayat Andaken Penurat
Hikayat Bayan Budiman
Hikayat Djahidin
Hikayat Hang Tuah
Hikayat Iskandar Zulkarnain
Hikayat Kadirun
Hikayat Kalila dan Damina
Hikayat Masydulhak
Hikayat Pandawa Jaya
Hikayat Pandja Tanderan
Hikayat Putri Djohar Manikam
Hikayat Sri Rama
Hikayat Tjendera Hasan
Tsahibul Hikayat
|
Syair
|
Syair
Bidasari
Syair Ken
Tambuhan
Syair Raja
Mambang Jauhari
Syair Raja
Siak
|
Kitab Agama
|
Syarab al-'Asyiqin (Minuman
Para Pecinta) oleh Hamzah Fansuri
Asrar al-'Arifin
(Rahasia-rahasia para Gnostik) oleh Hamzah Fansuri
Nur ad-Daqa'iq (Cahaya pada
kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin Pasai
Bustan as-Salatin (Taman
raja-raja) oleh Nuruddin ar-Raniri
|
2.2 Sastra
Melayu Lama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun
1870 - 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti
"Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya", orang
Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar
tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat. Karya
sastra melayu lama antara lain: Robinson Crusoe (terjemahan), Lawan-lawan
Merah, Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan), Graaf de Monte Cristo
(terjemahan), Kapten Flamberger (terjemahan), Rocambole (terjemahan), Nyai
Dasima oleh G. Francis (Indo), Bunga Rampai oleh A.F van Dewall, Kisah
Perjalanan Nakhoda Bontekoe, Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan, Kisah
Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya, Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer
(Indo), Cerita Nyi Paina, Cerita Nyai Sarikem, Cerita Nyonya Kong Hong Nio,
Nona Leonie, Warna Sari Melayu oleh Kat S.J, Cerita Si Conat oleh F.D.J.
Pangemanan, Cerita Rossina, Nyai Isah oleh F. Wiggers, Drama Raden Bei
Surioretno, Syair Java Bank Dirampok, Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang, Cerita
Oey See oleh Thio Tjin Boen, Tambahsia, Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo, Nyai
Permana, Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti (indo), dan masih ada sekitar
3000 judul karya sastra Melayu-Lama lainnya.
2.3 Angkatan
Balai Pustaka
Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di
Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai
Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai
menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah
sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah
pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu
Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki
misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu
bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas
dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja
Angkatan Balai Pustaka" oleh sebab banyak karya tulisnya pada masa tersebut.
Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa
novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "novel
Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.
Pada masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi
karya yang cukup penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap
adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Dalam perkembangannya,
tema-teman inilah yang banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa
itu.
Penuli
dan Karya Angkatan Balai Pustaka
NAMA
PUJANGGA
|
HASIL KARYA
|
Merari Siregar
|
Azab dan Sengsara (1920)
Binasa kerna Gadis Priangan (1931)
Cinta dan Hawa Nafsu
|
Marah Roesli
|
Siti Nurbaya (1922)
La Hami (1924)
Anak dan Kemenakan (1956)
|
Muhammad Yamin
|
Tanah Air (1922)
Indonesia, Tumpah Darahku (1928)
Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
Ken Arok dan Ken Dedes (1934)
|
Nur Sutan Iskandar
|
Apa Dayaku karena Aku Seorang
Perempuan (1923)
Cinta yang Membawa Maut
(1926)
Salah Pilih (1928)
Karena Mentua (1932)
Tuba Dibalas dengan Susu
(1933)
Hulubalang Raja (1934)
Katak Hendak Menjadi Lembu
(1935)
|
Tulis Sutan Sati
|
Tak Disangka (1923)
Sengsara Membawa Nikmat
(1928)
Tak Membalas Guna (1932)
Memutuskan Pertalian (1932)
|
Djamaluddin Adinegoro
|
Darah Muda (1927)
Asmara Jaya (1928)
|
Abas Soetan Pamoentjak
|
Pertemuan (1927)
|
Abdul Muis
|
Salah Asuhan (1928)
Pertemuan Djodoh (1933)
|
Aman Datuk Madjoindo
|
Menebus Dosa (1932)
Si Cebol Rindukan Bulan (1934)
Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)
|
2.4 Pujangga
Baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor
yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa
tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan
kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual,
nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang
dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane.
Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942),
dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang, menjadi
salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain
Layar Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan
Kalau Tak Untung menjadi karya penting sebelum perang.
Penulis
dan Karya Sastra Pujangga Baru
NAMA PUJANGGA
|
HASIL KARYA
|
Sutan
Takdir Alisjahbana
|
Sutan
Takdir Alisjahbana
Dian Tak
Kunjung Padam (1932)
Tebaran
Mega - kumpulan sajak (1935)
Layar
Terkembang (1936)
Anak
Perawan di Sarang Penyamun (1940)
|
Hamka
|
Di Bawah
Lindungan Ka'bah (1938)
Tenggelamnya
Kapal van der Wijck (1939)
Tuan
Direktur (1950)
Didalam
Lembah Kehidoepan (1940)
|
Armijn
Pane
|
Belenggu
(1940)
Jiwa
Berjiwa
Gamelan
Djiwa - kumpulan sajak (1960)
Djinak-djinak
Merpati - sandiwara (1950)
Kisah
Antara Manusia - kumpulan cerpen (1953)
|
Sanupasi
Pane
|
Pancaran
Cinta (1926)
Puspa Mega
(1927)
Madah
Kelana (1931)
Sandhyakala
Ning Majapahit (1933)
Kertajaya
(1932)
|
Tengku
Amir Hamzah
|
Nyanyi
Sunyi (1937)
Begawat
Gita (1933)
Setanggi
Timur (1939)
|
Roestam
Effendi
|
Bebasari: toneel dalam 3 pertundjukan
Pertjikan Permenungan
|
Sariamin
Ismail
|
Kalau Tak Untung (1933)
Pengaruh Keadaan (1937)
|
Anak Agung
Pandji Tisna
|
Ni Rawit
Ceti Penjual Orang (1935)
Sukreni
Gadis Bali (1936)
I Swasta
Setahun di Bedahulu (1938)
|
J.E.Tatengkeng
|
Rindoe
Dendam (1934)
|
Fatimah
Hasan Delais
|
Kehilangan
Mestika (1935)
|
Said Daeng
Muntu
|
Pembalasan
Karena
Kerendahan Boedi (1941)
|
Karim
Halim
|
Palawija
(1944)
|
2.5 Angkatan 1945
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya
sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding
karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada
angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti
halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni
yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini
menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam
kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini
cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai karya
pembaharuan prosa Indonesia.
Penulis
dan Karya Sastra Angkatan 1945
NAMA
|
HASIL
KARYA
|
NAMA
|
HASIL
KARYA
|
Chairil Anwar
|
Kerikil Tajam (1949)
Deru Campur Debu (1949)
|
Idrus
|
Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
Aki (1949)
Perempuan dan Kebangsaan
|
Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar
|
Tiga Menguak Takdir (1950)
|
Achdiat K. Mihardja
|
Atheis (1949)
|
Trisno Sumardjo
|
Katahati dan Perbuatan (1952)
|
Utuy Tatang Sontani
|
Suling (drama) (1948)
Tambera (1949)
Awal dan Mira - drama satu babak (1962)
|
Suman Hs.
|
Kasih Ta' Terlarai (1961)
Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
Pertjobaan Setia (1940)
|
|
|
2.6 Angkatan
1950 - 1960-an
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B.
Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita
pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan
diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang
bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra
realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di
antara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan berhentinya
perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada
tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
Penulis
dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an
NAMA
|
HASIL
KARYA
|
NAMA
|
HASIL
KARYA
|
Pramoedya Ananta Toer
|
Kranji dan Bekasi Jatuh (1947)
Bukan Pasar Malam (1951)
Di Tepi Kali Bekasi (1951)
Keluarga Gerilya (1951)
Mereka yang Dilumpuhkan (1951)
Perburuan (1950)
Cerita dari Blora (1952)
Gadis Pantai (1965)
|
Sitor Situmorang
|
Dalam Sadjak (1950)
Djalan Mutiara: kumpulan tiga sandiwara (1954)
Pertempuran dan Saldju di Paris (1956)
Surat Kertas Hidjau: kumpulan sadjak (1953)
Wadjah Tak Bernama: kumpulan sadjak (1955)
|
Nh. Dini
|
Dua Dunia (1950)
Hati jang Damai (1960)
|
Mochtar Lubis
|
Tak Ada Esok (1950)
Jalan Tak Ada Ujung (1952)
Tanah Gersang (1964)
Si Djamal (1964)
|
Marius Ramis Dayoh
|
Putra Budiman (1951)
Pahlawan Minahasa (1957)
|
Ajip Rosidi
|
Tahun-tahun Kematian (1955)
Ditengah Keluarga (1956)
Sebuah Rumah Buat Hari Tua (1957)
Cari Muatan (1959)
Pertemuan Kembali (1961)
|
Ali Akbar Navis
|
Robohnya Surau Kami - 8 cerita pendek pilihan (1955)
Bianglala - kumpulan cerita pendek (1963)
Hujan Panas (1964)
Kemarau (1967)
|
Toto Sudarto Bachtiar
|
Etsa sajak-sajak (1956)
Suara - kumpulan sajak 1950-1955 (1958)
|
Ramadhan K.H
|
Priangan si Jelita (1956)
|
W.S. Rendra
|
Balada Orang-orang Tercinta (1957)
Empat Kumpulan Sajak (1961)
Ia Sudah Bertualang (1963)
|
Subagio Sastrowardojo
|
Simphoni (1957)
|
Nugroho Notosusanto
|
Hujan Kepagian (1958)
Rasa Sajangé (1961)
Tiga Kota (1959)
|
Trisnojuwono
|
Angin Laut (1958)
Dimedan Perang (1962)
Laki-laki dan Mesiu (1951)
|
Toha Mochtar
|
Pulang (1958)
Gugurnya Komandan Gerilya (1962)
Daerah Tak Bertuan (1963)
|
Purnawan Tjondronagaro
|
Mendarat Kembali (1962)
|
Bokor Hutasuhut
|
Datang Malam (1963)
|
2.7 Angkatan
1966 - 1970-an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan
Mochtar Lubis.[3] Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini.
Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra
dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip,
dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan
karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga
termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro,
Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan
Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara,
Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad,
Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik
Ismail, dan banyak lagi yang lainnya.
Penulis
dan Karya Sastra Angkatan 1966
NAMA
|
HASIL
KARYA
|
NAMA
|
HASIL
KARYA
|
Taufik Ismail
|
Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
Tirani dan Benteng
Buku Tamu Musim Perjuangan
Sajak Ladang Jagung
Kenalkan
Saya Hewan
Puisi-puisi Langit
|
Sutardji Calzoum Bachri
|
O
Amuk
Kapak
|
Abdul Hadi WM
|
Meditasi (1976)
Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975)
Tergantung Pada Angin (1977)
|
Sapardi Djoko Damono
|
Dukamu Abadi (1969)
Mata Pisau (1974)
|
Goenawan Mohamad
|
Parikesit (1969)
Interlude (1971)
Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang
(1972)
Seks, Sastra, dan Kita (1980)
|
Umar Kayam
|
Seribu Kunang-kunang di Manhattan
Sri Sumarah dan Bawuk
Lebaran di Karet
Pada Suatu Saat di Bandar Sangging
Kelir Tanpa Batas
Para Priyayi
Jalan Menikung
|
Danarto
|
Godlob
Adam Makrifat
Berhala
|
Nasjah Djamin
|
Hilanglah si Anak Hilang (1963)
Gairah untuk Hidup dan untuk Mati (1968)
|
Putu Wijaya
|
Bila Malam Bertambah Malam (1971)
Telegram (1973)
Stasiun (1977)
Pabrik
Gres
Bom
|
Djamil Suherman
|
Perjalanan ke Akhirat (1962)
Manifestasi (1963)
|
Titis Basino
|
Dia, Hotel, Surat Keputusan (1963)
Lesbian (1976)
Bukan Rumahku (1976)
Pelabuhan Hati (1978)
Pelabuhan Hati (1978)
|
Leon Agusta
|
Monumen Safari (1966)
Catatan Putih (1975)
Di Bawah Bayangan Sang Kekasih (1978)
Hukla (1979)
|
Iwan Simatupang
|
Ziarah (1968)
Kering (1972)
Merahnya Merah (1968)
Keong (1975)
RT Nol/RW Nol
Tegak Lurus Dengan Langit
|
M.A Salmoen
|
Masa Bergolak (1968)
|
Parakitri Tahi Simbolon
|
Ibu (1969)
|
Chairul Harun
|
Warisan (1979)
|
Kuntowijoyo
|
Khotbah di Atas Bukit (1976)
|
M. Balfas
|
Lingkaran-lingkaran Retak (1978)
|
Mahbub Djunaidi
|
Dari Hari ke Hari (1975)
|
Wildan Yatim
|
Pergolakan (1974)
|
Harijadi S. Hartowardojo
|
Perjanjian dengan Maut (1976)
|
Ismail Marahimin
|
Dan Perang Pun Usai (1979)
|
Wisran Hadi
|
Empat Orang Melayu
Jalan Lurus
|
|
|
2.8 Angkatan
1980-1990-an
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai
dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada
masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar
luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara
lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira
Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat,
Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan
Tajuddin Noor Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang
menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah
Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah
satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya
pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik
dengan pemikiran timur.
Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol
dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh
utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel
Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh
utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme,
karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra
yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh
Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah
diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya
yang lebih berat.
Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang
dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne
de Fretes, dan Oka Rusmini.
Penulis
dan Karya Sastra Angkatan 1980 - 1990an
NAMA
|
HASIL
KARYA
|
NAMA
|
HASIL
KARYA
|
Ahmadun Yosi Herfanda
|
Ladang Hijau (1980)
Sajak Penari (1990)
Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
Sembahyang Rumputan (1997)
|
Darman Moenir
|
Bako (1983)
Dendang (1988)
|
Y.B Mangunwijaya
|
Burung-burung Manyar (1981)
|
Budi Darma
|
Olenka (1983)
Rafilus (1988)
|
Sindhunata
|
Anak Bajang Menggiring Angin (1984)
|
Arswendo Atmowiloto
|
Canting (1986)
|
Hilman Hariwijaya
|
Lupus - 28 novel (1986-2007)
Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)
Olga Sepatu Roda (1992)
Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)
|
Dorothea Rosa Herliany
|
Nyanyian Gaduh (1987)
Matahari yang Mengalir (1990)
Kepompong Sunyi (1993)
Nikah Ilalang (1995)
Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)
|
Gustaf Rizal
|
Segi Empat Patah Sisi (1990)
Segi Tiga Lepas Kaki (1991)
Ben (1992)
Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
|
Remy Sylado
|
Ca Bau Kan (1999)
Kerudung Merah Kirmizi (2002)
|
Afrizal Malna
|
Tonggak Puisi Indonesia Modern 4 (1987)
Yang Berdiam Dalam Mikropon (1990)
Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (1991)
Dinamika Budaya dan Politik (1991)
Arsitektur Hujan (1995)
Pistol Perdamaian (1996)
Kalung dari Teman (1998)
|
|
|
2.9 Angkatan
Reformasi
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ
Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul
wacana tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini
ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang
bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian
Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli
bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan
penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema
sosial-politik.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang
terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses
reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi
kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu.
Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti
Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono
Benny Hidayat dengan media online: duniasastra(dot)com -nya, juga ikut
meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka. Penulis dan Karya
Sastra Angkatan Reformasi, contohnya Widji Thukul (Puisi Pelo dan darman).
2.10
Angkatan 2000-an
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun
tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun
Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan
Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya
diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair,
cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan
2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal
Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada
akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.
Penulis
dan Karya Sastra Angkatan 2000
NAMA
|
HASIL
KARYA
|
NAMA
|
HASIL
KARYA
|
Ayu Utami
|
Saman (1998)
Larung (2001)
|
Seno Gumira Ajidarma
|
Atas Nama Malam
Sepotong Senja untuk Pacarku
Biola Tak Berdawai
|
Dewi Lestari
|
Supernova 1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001)
Supernova 2.1: Akar (2002)
Supernova 2.2: Petir (2004)
|
Raudal Tanjung Banua
|
Pulau Cinta di Peta Buta (2003)
Ziarah bagi yang Hidup (2004)
Parang Tak Berulu (2005)
Gugusan Mata Ibu (2005)
|
Habiburrahman El Shirazy
|
Ayat-Ayat Cinta (2004)
Diatas Sajadah Cinta (2004)
Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)
Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
Dalam Mihrab Cinta (2007)
|
Andrea Hirata
|
Laskar Pelangi (2005)
Sang Pemimpi (2006)
Edensor (2007)
Maryamah Karpov (2008)
Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas (2010)
|
Ahmad Fuadi
|
Negeri 5 Menara (2009)
Ranah 3 Warna (2011)
|
Tosa
|
Lukisan Jiwa (puisi) (2009)
Melan Conis (2009)
|
No comments:
Post a Comment