Ragam Puisi
Menurut Aminuddin (1987: 135), ditinjau
dari bentuk maupun isinya, ragam puisi itu bermacam-macam. Ragam puisi itu
sedikitnya akan dibedakan antara.
a. Puisi
epik, yakni suatu puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik
kepahlawanan yang berhubungan dengan legenda, kepercayaan, maupun sejarah.
Puisi epik dibedakan antara folk epic, yakni bila nilai akhir puisi itu
untuk dinyanyikan, dan literary epic, yakni bila nilai akhir puisi itu
untuk dibaca, dipahami, dan diresapi maknanya. Contoh:
Generasi Sekarang
Karya : Asmara Hadi
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan
kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
b. Puisi
naratif, yakni puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita, dengan pelaku,
perwatakan, setting, maupun rangkaian
peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita. Termasuk dalam jenis puisi
naratif ini adalah apa yang biasa disebut dengan balada, yang dibedakan antara folk ballad,
dengan literary ballad, sebagai ragam suatu puisi yang berkisah tentang kehidupan
manusia dengan segala macam sifat pengasihnya, kecemburuan, kedengkian,
ketakutan, kepedihan, dan keriangannya. Jenis puisi lain yang termasuk dalam puisi naratif adalah poetic lale sebagai puisi yang berisi
dongeng-dongeng rakyat. Contoh:
Narasi Di suatu Pagi
Karya : W.S Rendra
Dan bukan karna,hujan,angin ataupun kemarau
Pada peta perjalanan masa jahiliyah…
Saat khilafah perjuangkan rakyat jelata
Dan bukan karna,asa,siksa,ataupun jera
Malaikat memjelma bagai seorang peminta
Pada peta perjalanan masa jahiliyah…
Saat khilafah perjuangkan rakyat jelata
Dan bukan karna,asa,siksa,ataupun jera
Malaikat memjelma bagai seorang peminta
Pagi, yang menghujamkan seribu bahasa
Dimulai saat ejaan kata tak lagi
mengisyaratkan wacana
Tercucur sudah darah-darah mengalir di
kediaman angan
Menghela nafas…
Embun terasa di kulit tangan..
Menyelinap butiran-butiran harapan
Pandanganku hanya tertuju pada langit…
Tentang keteguhan,moral yang seakan
dapat di bayar
Nadi ku seakan merasuk otakku
Teduh dalam kiasan..
Sendu dalam lamunan..
Embun itu merasuk hatiku…
Apakah ini…bukan sekedar narasi
Ataukah persepsi..
Dari asa yang tertinggal…
Dari hati yang berbekal…
Pagi itu..hanya aku yang tau..
Bunga mekar menakjubkan…
Angin riang menyanyikan..
Embun datang menyerukan
Kar’na aku masih ada di suatu pagi
Kar’na aku masih bisa bermimpi…
c. Puisi
lirik, yakni puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala
macam endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya. Jenis
puisi lirik umumnya paling banyak terdapat dalam khazanah sastra modern di
Indonesia seperti tampak dalam puisi-puisi Chairil Anwar, Sapardi Djokodamono,
Goenawan Mohammad, dan lain-lainnya. Contoh:
Karya : By
: Radhitya AN
Kaki
ini...semakin terasa berat...
Jalan ini...semakin terasa tak berujung...
Demi lepas darimu...dirimu yang menenggelamkanku...
Sesaat timbul sepercik hati yang membara...
Tapi keputus asaan siap melanda...
Ku terus berlari...menghindarimu...
Tuk mencari cahaya sejati...dalam diriku...
Ku berusaha lepas dari jeratan selubung gelapmu...
Jalanku masih panjang...
masih banyak harapan yang harus dilakukan...
Masih banyak mimpi yang harus menjadi nyata...
Keyakinanku tak akan goyah...
Api membaraku tak akan redup di tengah jalan...
Akan kubawa diriku sampai penghujung waktu...
dan lepas dari Bayangan Kelam...
Jalan ini...semakin terasa tak berujung...
Demi lepas darimu...dirimu yang menenggelamkanku...
Sesaat timbul sepercik hati yang membara...
Tapi keputus asaan siap melanda...
Ku terus berlari...menghindarimu...
Tuk mencari cahaya sejati...dalam diriku...
Ku berusaha lepas dari jeratan selubung gelapmu...
Jalanku masih panjang...
masih banyak harapan yang harus dilakukan...
Masih banyak mimpi yang harus menjadi nyata...
Keyakinanku tak akan goyah...
Api membaraku tak akan redup di tengah jalan...
Akan kubawa diriku sampai penghujung waktu...
dan lepas dari Bayangan Kelam...
d. Puisi
dramatik, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan
perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun monolog sehingga
mengandung suatu gambaran kisah tertentu. Dalam puisi dramatik dapat saja
penyair berkisah tentang dirinya atau orang lain yang diwakilinya lewat
monolog. Contoh:
DIPONEGORO
Karya : Chairil Anwar
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
e. Puisi
didaktik, yakni puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang umunya
tertampil eksplisit. Contoh:
Gurindam 12
Karya : raja ali haji
Barang siapa tiada memegang agama
Segala-gala tiada boleh dibilang nama
Barang siapa mengenal yang empat
Maka yaitulah orang yang ma’rifat
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tegaknya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal diri
Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri
Barang siapa mengenal dunia
Tahulah ia barang yang terpedaya
Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudharat.dst
Barang siapa tiada memegang agama
Segala-gala tiada boleh dibilang nama
Barang siapa mengenal yang empat
Maka yaitulah orang yang ma’rifat
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tegaknya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal diri
Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri
Barang siapa mengenal dunia
Tahulah ia barang yang terpedaya
Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudharat.dst
f. Puisi
satirik, yakni puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan
atau ketidakberesan kehidupan suatu masyarakat. Contoh:
Aku bertanya
Karya : WS. Rendra
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
g. Romance,
yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang kekasih.
Contoh:
Priangan Si Jelita
Karya: Ramadhan K H
Karya: Ramadhan K H
Seruling berkawan pantun,
Tangiskan derita orang priangan,
Selendang merah, merah darah
Menurun di Cikapundung.
Bandung, dasar di danau
Lari bertumpuk di bukit-bukit.
Seruling menyendiri di tepi-tepi
Tangiskan keris hilang di sumur
Melati putih, putih hati,
Hilang kekasih dikata gugur.
Bandung, dasar di danau
Derita memantul di kulit-kulit.
h. Elegi,
yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih seseorang. Contoh:
RINDU
Karya : Abd. Hamid Wahid
Selepas sepi kembali menggenggam,
suara nafiri sengkala rindu mengayun ufuk waktu.
Lengkingnya merobek senyap membacakan bait-bait sejarah cinta kita
dimasa-masa lalu.
Di kamar ini ada tanya tak berjawab dan jerit tak terucap..
Mensyaratkan rindu syahdu yang dihempas ombak tanpa pantai.
Kapan dapat menuntun khidmat hayatku,
Jika takdir tak berpihak kepada kehendak bersamamu.
Hanya letih dan jenuh yang bisa setia menemani sementara aku dan diriku bercakap-cakap.
Saat malam beranjak meninggi, Hanya rembulan
syahdu memandang berkaca-kaca.
Saat sinar surya merobek kalender,
Kupelajari cara berdesah panjang mengulum zaman.
Hari-hariku sepi, karena aku kubur seusai pemakaman.
Jiwaku perih tanpa bekas-bekas tergores.
Kepada Embun kepada Awan, Damai ada padamu saat fajar dan hujan.
Kusampaikan salam hormatku...
Semoga ketika kue ulang-tahun teriris lagi kelak,
peran sandiwara ini telah usai.
Karena aku tak hendak mengajukan keluhan, ke mahkamah agung dimana Tuhan bertahta
i.
Ode, yakni puisi yang
berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa ataupun sikap kepahlawanan. Contoh:
Teratai
Karya : Sanusi Pane
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai;
Tersembunyi kembang indah permai,
Tidak terlihat orang yang lalu.
Akarnya tumbuh di hati dunia,
Daun berseri Laksmi mengarang;
Biarpun ia diabaikan orang,
Seroja kembang gemilang mulia.
Teruslah, O Teratai Bahagia
Berseri di kebun Indonesia,
Biar sedikit penjaga taman.
Biarpun engkau tidak dilihat,
Biarpun engkau tidak diminat,
Engkau turut menjaga Zaman
j.
Himne, yakni puisi yang
berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangsa ataupun
tanah air. Contoh:
DOA
Karya : Chairil Anwar
Karya : Chairil Anwar
kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
DAFTAR RUJUKAN
Aminuddin. 1987. Pengantar
Apresiasi Karya Sastra. Malang: Sinar Baru Algensindo.
Arikunto. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Abbas, Ersis Warmansyah. 2007. Menulis Sangat Mudah. Jakarta: Mata Khatulistiwa.
Eddy,
Nyoman Tusthi. 1983. NUKILAN I 15 esai
tentang sastra. Flores: Nusa Indah.
Jabrohim, dkk. 2009. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kosasih. 2012. Dasar-Dasar
Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.
Kusuma, Indra. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bondowoso: UD Rani Maesan.
Moleong.
2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nikmah,
Rokhimatul. 2012. Kemampuan Menulis Puisi
Siswa Kelas VII Semester 2 SMP PGRI 1 Pesanggaran Banyuwangi Tahun Pelajaran
2012/2013. Skripsi tidak diterbitkan. Progam Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan
Bahasa Daerah Universitas Muhammadiyah Jember.
Rosidi, Imron. 2009. Menulis Siapa Takut?. Yogyakarta: Kanisius.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfabeta
Suyanto. 2010. Belajar
Menulis Karya Sastra. Banyuwangi: ForBuk dan KSI.
Tarigan, Henry Guntur. 1996. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Waluyo, Herman J. 2005. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
No comments:
Post a Comment