Langkah-langkah Menulis Puisi
a. Mencari
Ide
Kebanyakan
orang menyebut ide pemikiran istilah ilham. Ada pula yang menyebutnya
inspirasi. Ilham didapat dengan cara perenungan mendalam, berjalan-jalan,
tamasya ke pantai, mengunjungi teman sakit, bersepedah di gunung, dan
lain-lain. Pendek kata bahwa ide bisa didapatka ketika orang bergerak keluar
rumah maupun pada saat merenung di dalam rumah.
Menurut
Panuju dalam buku Suyanto (2010: 2), bahwa semua rangsangan (stimulus) yang tertangkap panca indra
mempunyai potensi menjadi materi tulisan asal kesadaran diri bekerja secara
baik. Kemampuan memaknai sesuatu merupakan keterampilan mencari dan menyajikan
fakta, fenomena, atau apapun istilahnya, sehingga menjadi tulisan yang
mengandung dua hal: Pertama, unsur
penting (important), artinya bahwa
hal itu berdamak luas bagi kehidupan masyarakat, sesuatu yang baru sehingga
harus segera dietahui publik, atau penting karena menyangkut
kewajiban-kewajiban publik yang harus ditunaikan. Kedua, unsur menarik (interesting), dapat berupa teknik
penyajiannya, materinya yang mengandung muatan kemanusiaan (humman interest) maupun karena pilihan katanya.
b. Pengolahan
dan Pematangan Ide
Setelah
ide diperoleh dan sudah dipositifkan untuk ditulis, maka sebaiknya segera
diolah. Jika tidak segera ditulis, dikhawatirkan gagasan-gagasan tersebut akan
mati dan sulit dikembangkan menjadi tulisan yang sempurna. Ide yang dipilih
dianggap sudah sangat matang untuk dijadikan tulisan yang berbobot. Jika ide
datang beraneka ragam, maka biasanya seseorang cenderung memilih yang paling
menarik atau diperkirakan mampu mengembangkannya menjadi karangan yang baik.
Karena itulah sebuah ide perlu dimatangkan, baik dalam bentuk pikiran secara
matang, diolah secara matang, dan disiapkan untuk ditulis secara konsentrasi
matang, agar hasil tulisannya kelak menjadi matang dan lebih berarti bagi
pembaca maupun bagi penulis sendiri.
c. Memulai
Menulis
Orang
yang akan menulis tentu harus mempunyai bekal yang diperlukan untuk kegiatan
menulis tersebut. Bekal tersebut bisa berupa kertas, pena (ATK), pengalaman,
keterampilan, kemampuan, dan semangat untuk berkarya, serta yang paling penting
dan harus ada adalah kemauan hati (mood).
Untuk memulai menulis dengan baik, lakukan kesiapan fisik dan mental, artinya
bahwa bahan-bahan sudah benar-benar dia dilakukan, dan kesehatan juga perlu
menunjang. Kemauan kuat untuk menulis (sastra), tetapi kena flu atau kepala
pusing, akan mengganggu aktivitas menulis seseorang, tulisan akan tidak
berhasil maksimal bahkan gagal ditengah jalan.
d. Menuangkan
ide ke dalam tulisan
Ide
adalah tamu besar yang harus dihargai kedatangannya, karena ide tersebut ada
saatnya cepat atau lambat akan menjadi tulisan yang enak dibaca. Apalagi ketika
seseorang telah mendapati perasaan hati (mood) untuk menulis. Ia akan terus
menulis dan pikirannya mengalir tak bertepi, lalu karya tulisanya begitu
banyak, dan jadilah ia penulis tenar yang memiliki kaliber.
Menurut
Vero dalam buku Suyanto (2010: 7), secara kodrati kita mempunyai empat
kebutuhan pokok yang bisa dipenuhi dengan wacana (1) ingin menerangkan atau
memberitahu sesuatu; (2) ingin meyakinkan orang tentang sesuatu; (3) ingin
menggambarkan rupa, suara, bau, atau rasa sesuatu; dan (4) ingin menceritakan apa yang terjadi. Dengan empat
kebutuhan pokok itu, terdapatlah empat jenis tujuan berkomunikasi dan empat
jenis wacana: eksposisi atau paparan,
argumentasi atau bincangan, deskripsi atau lukisan, dan narasi atau kisahan. Keempat kebutuhan
pokok tersebut biasanya disebut empat
kategori tradisional retorika.
e. Membaca
Tulisan Kita Sendiri
Setelah
karya sastra (puisi) dibuat, kemudian menyuruh teman dekat atau
teman sebangku kuliah agar mengkritisi kekurangan dan kelebihannya. Mahasiswa
yang berkarya tetapi tidak membuka kesempatan orang lain untuk memberi masukan,
akan membangun sikap anti kritik. Sikap ini benar-benar negatif dan samasekali
tidak menguntungkan.
Kadangkala
tulisan yang kita buat kita nilai terlalu rendah, tidak baik, dan belum
bernilai sastra, kemudian tidak segan-segan kita robek dan membuangnya ke tong
sampah atau membuang ke sungai agar hanyut bersama derasnya air mengalir. Apa
yang kita lakukan ini adalah aktivitas bersastra?, karena kegiatan tersebut bisa
menjadi cerita yang menarik di tangan orang lain. Begitulah, sastra terus
meneropong aktivitas manusia termasuk kita yang enggan menulis, terus-menerus
diintai oleh orang lain untuk dijadikan objek tulisan yang menarik baginya,
tetapi kita tidak mengerti maksud orang lain di balik aktivitas terjelek kita
tadi.
Karena
itu, sekali lagi diperlukan mitra, kolega, sahabat, relasi, dan kawan yang
peduli pada kegiatan tulis-menulis, baik di rumah maupun di lapangan yang lain.
Mereka akan membesarkan kita kelas sebagai penulis atau sekedar hanya hoby
menulis, dan ini adalah keuntungan besar bagi kita yang mau berfikir.
f. Merevisi
atau Mengedit Tulisan
Kegiatan
mengedit adalah aktivitas yang harus dilakukan oleh orang yang beraktivitas
menulis. Karena mengedit berarti berani menerima kritik, baik kritik dari dalam
diri kita sendiri (otokritik) maupun
kritik dari luar (orang lain) dalam hal ini pembaca. Mengedit merupakan upaya
mengadakan pembetulan tulisan sebelum karya dipublikasikan maupun sesudahnya (kritik ekstern) dari pembaca. Karena itu
pada umumnya penulis buku membuka (baca: mengharapkan) kritik dan saran yang konstruktif dari para pembacanya,
harapan dan permohonan sejujurnya ini ditunjukkan pada Kata Pengantar buku (karyanya) pada alinea terakhir. Hal-hal yang
dibetulkan meliputi tanda baca, ejaan yang disemurpurnakan (EYD) sudah
benar-benar diikuti oleh penulis apa tidak, kaidah bahasa Indonesia baku (untuk
karya tulis ilmiah), dan pilihan kata (diksi)
yang digunakan oleh penulis (Suyanto, 2010: 160).
Dari
definisi menulis puisi yang telah diuraikan di atas dapat diambil kesimpulan
langkah-langkah menulis puisi meliputi.
a. Menentukan
tema puisi yang akan ditulis, tema adalah pokok persoalan yang akan dikemukakan
oleh seorang penulis di dalam puisinya, tema puisi dapat diambil dari mana saja.
b. Mengembangkan
tema tersebut menjadi bait-bait atau
larik-larik dengan menggunakan kata-kata yang indah dan tepat.
c. Memilih
kata-kata yang tepat atau sesuai, yang dapat mewakili perasaan pengarang.
d. Menggunakan
atau memilih gaya bahasa yang akan
digunakan sehingga puisi tersebut akan menjadi indah bermakna kiasan dan enak
untuk dinikmati pembaca.
e. Menentukan
pengimajian puisi, manfaatkanlah imajinasi untuk membantu ekspresi.
f. Menentukan
bentuk tipografi atau perwajahan puisi, mulailah menulis dengan rasa cinta,
kesukacitaan, dan gairah.
No comments:
Post a Comment