Tuesday, June 21, 2016

Langkah-langkah Menulis Puisi




 Langkah-langkah Menulis Puisi
a.    Mencari Ide
Kebanyakan orang menyebut ide pemikiran istilah ilham. Ada pula yang menyebutnya inspirasi. Ilham didapat dengan cara perenungan mendalam, berjalan-jalan, tamasya ke pantai, mengunjungi teman sakit, bersepedah di gunung, dan lain-lain. Pendek kata bahwa ide bisa didapatka ketika orang bergerak keluar rumah maupun pada saat merenung di dalam rumah.
Menurut Panuju dalam buku Suyanto (2010: 2), bahwa semua rangsangan (stimulus) yang tertangkap panca indra mempunyai potensi menjadi materi tulisan asal kesadaran diri bekerja secara baik. Kemampuan memaknai sesuatu merupakan keterampilan mencari dan menyajikan fakta, fenomena, atau apapun istilahnya, sehingga menjadi tulisan yang mengandung dua hal: Pertama, unsur penting (important), artinya bahwa hal itu berdamak luas bagi kehidupan masyarakat, sesuatu yang baru sehingga harus segera dietahui publik, atau penting karena menyangkut kewajiban-kewajiban publik yang harus ditunaikan. Kedua, unsur menarik (interesting), dapat berupa teknik penyajiannya, materinya yang mengandung muatan kemanusiaan (humman interest) maupun karena pilihan katanya.

b.    Pengolahan dan Pematangan Ide
Setelah ide diperoleh dan sudah dipositifkan untuk ditulis, maka sebaiknya segera diolah. Jika tidak segera ditulis, dikhawatirkan gagasan-gagasan tersebut akan mati dan sulit dikembangkan menjadi tulisan yang sempurna. Ide yang dipilih dianggap sudah sangat matang untuk dijadikan tulisan yang berbobot. Jika ide datang beraneka ragam, maka biasanya seseorang cenderung memilih yang paling menarik atau diperkirakan mampu mengembangkannya menjadi karangan yang baik. Karena itulah sebuah ide perlu dimatangkan, baik dalam bentuk pikiran secara matang, diolah secara matang, dan disiapkan untuk ditulis secara konsentrasi matang, agar hasil tulisannya kelak menjadi matang dan lebih berarti bagi pembaca maupun bagi penulis sendiri.



c.    Memulai Menulis
Orang yang akan menulis tentu harus mempunyai bekal yang diperlukan untuk kegiatan menulis tersebut. Bekal tersebut bisa berupa kertas, pena (ATK), pengalaman, keterampilan, kemampuan, dan semangat untuk berkarya, serta yang paling penting dan harus ada adalah kemauan hati (mood). Untuk memulai menulis dengan baik, lakukan kesiapan fisik dan mental, artinya bahwa bahan-bahan sudah benar-benar dia dilakukan, dan kesehatan juga perlu menunjang. Kemauan kuat untuk menulis (sastra), tetapi kena flu atau kepala pusing, akan mengganggu aktivitas menulis seseorang, tulisan akan tidak berhasil maksimal bahkan gagal ditengah jalan.

d.   Menuangkan ide ke dalam tulisan
Ide adalah tamu besar yang harus dihargai kedatangannya, karena ide tersebut ada saatnya cepat atau lambat akan menjadi tulisan yang enak dibaca. Apalagi ketika seseorang telah mendapati perasaan hati (mood) untuk menulis. Ia akan terus menulis dan pikirannya mengalir tak bertepi, lalu karya tulisanya begitu banyak, dan jadilah ia penulis tenar yang memiliki kaliber.
Menurut Vero dalam buku Suyanto (2010: 7), secara kodrati kita mempunyai empat kebutuhan pokok yang bisa dipenuhi dengan wacana (1) ingin menerangkan atau memberitahu sesuatu; (2) ingin meyakinkan orang tentang sesuatu; (3) ingin menggambarkan rupa, suara, bau, atau rasa sesuatu; dan (4) ingin  menceritakan apa yang terjadi. Dengan empat kebutuhan pokok itu, terdapatlah empat jenis tujuan berkomunikasi dan empat jenis wacana: eksposisi atau paparan, argumentasi atau bincangan, deskripsi atau lukisan, dan narasi atau kisahan. Keempat kebutuhan pokok tersebut biasanya disebut empat kategori tradisional retorika.

e.    Membaca Tulisan Kita Sendiri
Setelah karya sastra  (puisi)  dibuat, kemudian menyuruh teman dekat atau teman sebangku kuliah agar mengkritisi kekurangan dan kelebihannya. Mahasiswa yang berkarya tetapi tidak membuka kesempatan orang lain untuk memberi masukan, akan membangun sikap anti kritik. Sikap ini benar-benar negatif dan samasekali tidak menguntungkan.
Kadangkala tulisan yang kita buat kita nilai terlalu rendah, tidak baik, dan belum bernilai sastra, kemudian tidak segan-segan kita robek dan membuangnya ke tong sampah atau membuang ke sungai agar hanyut bersama derasnya air mengalir. Apa yang kita lakukan ini adalah aktivitas bersastra?, karena kegiatan tersebut bisa menjadi cerita yang menarik di tangan orang lain. Begitulah, sastra terus meneropong aktivitas manusia termasuk kita yang enggan menulis, terus-menerus diintai oleh orang lain untuk dijadikan objek tulisan yang menarik baginya, tetapi kita tidak mengerti maksud orang lain di balik aktivitas terjelek kita tadi.
Karena itu, sekali lagi diperlukan mitra, kolega, sahabat, relasi, dan kawan yang peduli pada kegiatan tulis-menulis, baik di rumah maupun di lapangan yang lain. Mereka akan membesarkan kita kelas sebagai penulis atau sekedar hanya hoby menulis, dan ini adalah keuntungan besar bagi kita yang mau berfikir.
f.     Merevisi atau Mengedit Tulisan
Kegiatan mengedit adalah aktivitas yang harus dilakukan oleh orang yang beraktivitas menulis. Karena mengedit berarti berani menerima kritik, baik kritik dari dalam diri kita sendiri (otokritik) maupun kritik dari luar (orang lain) dalam hal ini pembaca. Mengedit merupakan upaya mengadakan pembetulan tulisan sebelum karya dipublikasikan maupun sesudahnya (kritik ekstern) dari pembaca. Karena itu pada umumnya penulis buku membuka (baca: mengharapkan) kritik dan saran yang konstruktif dari para pembacanya, harapan dan permohonan sejujurnya ini ditunjukkan pada Kata Pengantar buku (karyanya) pada alinea terakhir. Hal-hal yang dibetulkan meliputi tanda baca, ejaan yang disemurpurnakan (EYD) sudah benar-benar diikuti oleh penulis apa tidak, kaidah bahasa Indonesia baku (untuk karya tulis ilmiah), dan pilihan kata (diksi) yang digunakan oleh penulis (Suyanto, 2010: 160).
Dari definisi menulis puisi yang telah diuraikan di atas dapat diambil kesimpulan langkah-langkah menulis puisi meliputi.
a.    Menentukan tema puisi yang akan ditulis, tema adalah pokok persoalan yang akan dikemukakan oleh seorang penulis di dalam puisinya, tema puisi dapat diambil dari mana saja.
b.    Mengembangkan tema  tersebut menjadi bait-bait atau larik-larik dengan menggunakan kata-kata yang indah dan tepat.
c.    Memilih kata-kata yang tepat atau sesuai, yang dapat mewakili perasaan pengarang.
d.   Menggunakan atau  memilih gaya bahasa yang akan digunakan sehingga puisi tersebut akan menjadi indah bermakna kiasan dan enak untuk dinikmati pembaca.
e.    Menentukan pengimajian puisi, manfaatkanlah imajinasi untuk membantu ekspresi.
f.     Menentukan bentuk tipografi atau perwajahan puisi, mulailah menulis dengan rasa cinta, kesukacitaan, dan gairah.

No comments:

Post a Comment