PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
A. Pengertian
PTK
Penelitian
tindakan telah mulai berkembang sejak perang dunia kedua. Oleh sebab itu,
terdapat banyak pengertian tentang PTK. Istilah PTK dideferensiasi dari
pengertianpengertian berikut.
Kemmis (1992): Action research as a
form of self-reflective inquiry
undertaken byparticipants in a social (including educational) situation
in order to improve therationality and justice of (a) their on social or
educational practices, (b) theirunderstanding of these practices, and (c) the
situations in which practices arecarried out.
McNeiff (2002): action research is a
term which refer to a practical way of looking at your own work to sheck that
it is you would like it to be. Because action research is done by you, the
practitioner, it is often referred to as practitioner based research; and
because it involves you thinking about and reflecting on your work, it can also
be called a form of self-reflective practice.
Berdasarkan
penjelasan Kemmis dan McNeiff tersebut, dapat dicermati pengertian PTK secara
lebih rinci dan lengkap. PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang
bersifat reflektif oleh pelaku tindakan. Tindakan tersebut dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan
tugas sehari-hari, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukan, serta memperbaiki kondisi di mana praktik-praktik pembelajaran
tersebut dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, PTK dilaksanakan
dalam proses berdaur (cyclical) yang terdiri dari empat tahapan, planing,
action, observation/evaluation, dan reflection.
B.
Karakteristik PTK
Karakteristik
PTK yang sekaligus dapat membedakannya dengan penelitian formal adalah sebagai
berikut.
1. PTK
merupakan prosedur penelitian di kelas yang dirancang untuk menanggulangi masalah
nyata yang dialami Guru berkaitan dengan siswa di kelas itu. Ini berarti, bahwa
rancangan penelitian diterapkan sepenuhnya di kelas itu, termasuk pengumpulan
data, analisis, penafsiran, pemaknaan, perolehan temuan, dan penerapan temuan.
Semuanya dilakukan di kelas dan dirasakan oleh kelas itu.
2. Metode
PTK diterapkan secara kontekstual, dalam arti bahwa variabel-variabel yang ditelaah
selalu berkaitan dengan keadaan kelas itu sendiri. Dengan demikian, temuan hanya
berlaku untuk kelas itu sendiri dan tidak dapat digeneralisasi untuk kelas yang
lain. Temuan PTK hendaknya selalu diterapkan segera dan ditelaah kembali efektivitasnya
dalam kaitannya dengan keadaan dan suasana kelas itu.
3. PTK
terarah pada suatu perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran, dalam arti
bahwa hasil atau temuan PTK itu adalah pada diri Guru telah terjadi perubahan, perbaikan,
atau peningkatan sikap dan perbuatannya. PTK akan lebih berhasil jika ada kerja
sama antara Guru-Guru di sekolah, sehingga mereka dapat sharing permasalahan,
dan apabila penelitian telah dilakukan, selalu diadakan pembahasan perencanaan tindakan
yang dilakukan. Dengan demikain, PTK itu bersifat kolaborasi dan kooperatif.
4. PTK
bersifat luwes dan mudah diadaptasi. Dengan demikian, maka cocok digunakan dalam
rangka pembaharuan dalam kegiatan kelas. Hal ini juga memungkinkan diterapkannya
suatu hasil studi dengan segera dan penelaahan kembali secara berkesinambungan.
5. PTK
banyak mengandalkan data yang diperoleh langsung atas refleksi diri peneliti. Pada
saat penelitian berlangsung Guru sendiri dibantu rekan lainnya mengumpulkan informasi,
menata informasi, membahasnya, mencatatnya, menilainya, dan sekaligus melakukan
tindakan-tindakan secara bertahap. Setiap tahap merupakan tindakan lanjut tahap
sebelumnya.
C.
Prinsip PTK
Menurut
Hopkins (1993: 57-61), terdapat 6 prinsip penelitian tindakan kelas.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
1. Sebagai
seorang guru yang pekerjaan utamanya adalah mengajar, seyogyanya PTK yang dilakukan
tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar. Ada dua hal penting terkait
dengan prinsip ini. Pertama, mungkin metode pembelajaran yang
diterapkannya dalam PTK tidak segera dapat memperbaiki pembelajarannya, atau
hasilnya tidak jauh berbeda dengan metode yang digunakan sebelumnya. Sebagai
pertanggungjawaban profesional, Guru hendaknya selalu secara konsisten
menemukan sebabnya, mencari jalan keluar terbaik, atau menggantinya agar mampu
memfasilitasi para siswa dalam belajar dan meningkatkan hasil belajar secara
lebih optimal. Kedua, banyaknya siklus yang diterapkan hendaknya
mengutamakan pada ketercapaian kriteria keberhasilan, misalnya pembentukan
pemahaman yang mendalam (deep understanding) ketimbang sekadar
menghabiskan kurikulum (content coverage), dan tidak semata-mata mengacu
pada kejenuhan informasi (saturation of information).
2. Teknik
pengumpulan data tidak menuntut waktu dan cara yang berlebihan. Sedapat mungkin
hendaknya dapat diupayakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangai sendiri,
sementara Guru tetap aktif sebagai mana biasanya. Teknik pengumpulan data diuapayakan
sesederhana mungkin, asal mampu memperoleh informasi yang cukup signifikan dan
dapat dipercaya secara metodologis.
3. Metodologi
yang digunakan hendaknya dapat dipertanggung jawabkan reliabilitasnya yang
memungkinkan Guru dapat mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis secara meyakinkan,
mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelas, serta memperoleh
data yang dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis tindakannya. Jadi,
walaupun terdapat kelonggaran secara metodologis, namun PTK mestinya tetap dilaksanakan
atas dasar taat kaidah keilmuan.
4. Masalah
yang terungkap adalah masalah yang benar-benar membuat Guru galau, sehingga
atas dasar tanggung jawab profesional, dia didorong oleh hatinya untuk memiliki
komitmen dalam rangka menemukan jalan keluarnya melalui PTK. Komitmen tersebut
adalah dorongan hati yang paling dalam untuk memperoleh perbaikan secara nyata
proses dan hasil pelayanannya pada siswa dalam menjalankan tugas-tugas
kesehariannya dibandingkan dengan proses dan hasil-hasil sebelumnya. Dengan
demikian, mengajar adalah penelitian yang dilakukan secara berkelanjutan dalam
rangka mengkonstruksi pengetahuan sendiri agar mampu melakukan perbaikan praktiknya.
5. Pelaksanaan
PTK seyogyanya mengindahkan tata krama kehidupan berorganisasi. artinya, PTK
hendaknya diketahui oleh kepala sekolah, disosialisasikan pada rekanrekan Guru,
dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan, dilaporkan hasilnya sesuai
dengan tata krama penyusunan karya tulis ilmiah, dan tetap mengedepankan kepentingan
siswa layaknya sebagai manusia.
6. Permasalahan
yang hendaknya dicarikan solusinya lewat PTK hendaknya tidak terbatas hanya
pada konteks kelas atau mata pelajaran tertentu, tetapi tetap mempertimbangkan perspektif
sekolah secara keseluruhan. Dalam hal ini, pelibatan lebih dari seorang pelaku
akan sangat mengakomodasi kepentingan tersebut.
D.
Tujuan PTK
Tujuan
PTK dapat digolongkan atas dua jenis, tujuan utama dan tujuan sertaan.
Tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Tujuan
utama pertama, melakukan perbaikan dan peningkatan layanan professional Guru
dalam menangani proses pembelajaran. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan
melakukan refleksi untuk mendiagnosis kondisi, kemudian mencoba secara
sistematis berbagai model pembelajaran alternatif yang diyakini secara teoretis
dan praktis dapat memecahkan masalah pembelajaran. Dengan kata lain, guru
melakukan perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan evaluasi, dan refleksi.
2. Tujuan
utama kedua, melakukan pengembangan keteranpilan Guru yang bertolak dari
kebutuhan untuk menanggulangi berbagai persoalan aktual yang dihadapinya
terkait dengan pembelajaran. Tujuan ini dilandasi oleh tiga hal penting, (1)
kebutuhan pelaksanaan tumbuh dari Guru sendiri, bukan karena ditugaskan oleh
kepala sekolah, (2) proses latihan terjadi secara hand-on dan mind-on,
tidak dalam situasi artifisial, (3) produknyas adalah sebuah nilai, karena
keilmiahan segi pelaksanaan akan didukung oleh lingkungan.
3. Tujuan
sertaan, menumbuh kembangkan budaya meneliti di kalangan Guru.
E.
Manfaat PTK
PTK
dapat memberikan manfaat sebagai inovasi pendidikan yang tumbuh dari bawah,
karena Guru adalah ujung tombak pelaksana lapangan. Dengan PTK Guru menjadi lebih
mandiri yang ditopang oleh rasa percaya diri, sehingga secara keilmuan menjadi
lebih berani mengambil prakarsa yang patut diduganya dapat memberikan manfaat
perbaikan. Rasa percaya diri tersebut tumbuh sebagai akibat Guru semakin banyak
mengembangkan sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman praktis. Dengan
secara kontinu melakukan PTK, Guru sebagai pekerja profesional tidak akan cepat
berpuas diri lalu diam di zone nyaman, melainkan selalu memiliki
komitmen untuk meraih hari esok lebih baik dari hari sekarang.
Dorongan ini muncul dari rasa kepedulian untuk memecahkan masalahmasalah praktis
dalam kesehariannya.
Manfaat
lainnya, bahwa hasil PTK dapat dijadikan sumber masukan dalam rangka melakukan
pengembangan kurikulum. Proses pengembangan kurikulum tidak bersifat netral,
melainkan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling terkait mengenai hakikat
pendidikan, pengetahuan, dan pembelajaran yang dihayati oleh Guru di lapangan.
PTK dapat membantu guru untuk lebih memahami hakikat pendidikan secara empirik.
No comments:
Post a Comment