Konsep: (1) pengertian puisi, (2) ciri-ciri puisi, (3) ragam puisi,
dan (4) unsur batin puisi.
Kali ini diuraikan tentang kajian
teori antara lain: (1) pengertian puisi, (2) ciri-ciri puisi, (3) ragam puisi,
dan (4) unsur batin puisi. Pemakaian teori dalam penelitian ini dimaksudkan
untuk mempertanggungkan keilmiahannya.
Pengertian Puisi
Secara teoritis telah banyak batasan
yang dirumuskan orang tentang puisi, dan diantaranya terdapat perbedaan dan
perasamaan sekaligus. Oleh karena itu, mendefinisikan puisi secara tepat
tidaklah mudah. Setiap orang mempunyai persepsi sendiri mengenai puisi.
Puisi merupakan salah satu karya
estetis yang memanfaatkan sarana bahasa secara khas, Sejalan dengan pandangan yang menyatakan
bahwa, jika sesuatu ungkapan yang memanfaatkan sarana bahasa itu luar biasa.
Hal itu disebut sebagai ungkapan sastra atau bersifat sastrawi. Puisi merupakan bagian dari karya sastra yang memiliki
ciri dan karakter yang membedakan dengan karya sastra lainya
dalam puisi terdapat adanya aturan mengenai persajakan,
rima dan
kebaitan.
Menurut Kosashi (2006;18) puisi bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata
yang indah dan kaya makna. Senada dengan itu, Situmorang (1980:9) puisi adalah
ekspresi yang
kongkret
dan bersifat artistic dari pikiran amnesia dalam bahasa emosional dan berirama.
Berdasarkan beberapa pendapat
diatas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa pengertian puisi adalah
sebuah ciptaan manusia berupa ungkapan jiwa yang ditampilakan secara ekspresif
dituangkan dalam bentuk bahasa indah, kata-kata yang estetis, rangkaian bunyi
yang anggun dan memiliki daya tarik bagi para pembacanya.
Ciri-Ciri Puisi
Menurut ( Wortsworth, dalam semi
1993:93) ciri-ciri puisi sebagai berikut :
a) Ciri
formalnya adalah bahasa dalam baris dan bait, sedangkan unsur nonformalnya
adalah irama.
b) Puisi
tidak mengutamakan plot karena tidak dimaksudkan sebagai karya sastra yang
bercerita, lebih bersifat monolog atau lirik yang ekspresif.
c) Kosakatanya
terikat dalam struktur yang ritmik bukan struktur yang sintatik.
d) Kata-katanya
merujuk kapada makna konotatif (tidak langsungan makna sebagai akibat
terjadinya penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti baru).
e) Pembaca
memperlakukan dan membacanya sebagai puisi (Atmazaki 1993:11-13).
Ragam Puisi
Ditinjau
dari bentuk dan isinya, puisi dapt dibedakan menjadi 10 bagian.
a)
Puisi Balada,
menurut Zaidan dkk (1994:41), istilah
balada berasal dari bahasa belanda ballade.
Istilah in merujuk kepada sajak kisahan yang mula-mula dimaksudkan untuk
dinyanyikan, sering memakai bahasa sederhana, mengisahkan cerita malang melalui
percakapan atau pemerian lakuan, dan kadang-kadang menggunakan larik-larik
ulang.
Contoh.
Terbunuhnya Atmo Karpo
Dengan
kuku-kuku besi kedua menebah perut bumi
Bulan
berhianat gosok-gosokan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengempit
kuat-kuat lutut penunggang peramppok yang diburu
Surai bau
keringat basah, jenawipun telanjang
Segenap warga desa mengepung hutan itu
Dalam pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah dibahu kiri
Satu demi satu yang maju tersadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka
-Nyawamu barang pasar, hai orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa
b) Puisi
roman menurut Zidan dkk ( 1994:184), istilah romansa berasal dari bahasa
Belanda romantisch. Istilah ini
merujuka pada keadaan kejiwaan yang penuh daya khayal dan perasaan batin
tentang dunia.
Contoh
Arti
cinta
Diriku tanpa dirimu di sini
Apalah arti cinta
Hidupku bagaikan hampa
Bila engakau tak menaruh cinta padaku
Beri
aku segenggam harapan
Cinta
yang tulus pada diriku
Agar
aku bisa memilihmu
Tuk
menjadi penjaga hatiku
Cinta
tlah membawa anganku jauh
Cinta
tlah membawa aku dalam mimpi
Mimpi
indah saat bersamamu
Seakan
dunia ini milik kita berdua
Kan
ku beritakan kebahagiaan ini\
Pada
bulan, bintang di sana
Yang
tersenyum melihat kita berdua
Insane
yang sedang jatuh cinta
c) Puisi
eligi menurut Zaidan dkk (1994:67),
elegi adalah sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh resah
karena sedih, rindu, atau murung.
Contoh
Kepedihan
Hati
Ingin rasanaya aku berlari
Tuk mengejar terangnya bulan
Tapi aku terpaut dalam gelap
Kepedihan hatiku tak tertahan lagi
Aku
ini insan yang rendah
Tak
punya gairah teguh
Semangat
dan harapan selalu melekat di hati
Tapi
apa daya tuk menggapainya
Aku
bagaikan insan terasing
Yang
memiliki semanagat hidup
Yang
sulit untuk aku buktikan
Apa
daya tangan tak sampai
d) Puisi
Ode, menurut semi (1993:106) adalah puisi yang berisi pujian terhadap sesorang
atau sesuatu hal, atau suatu keadaan yang terjadi dalam masyarakat.
Contoh
Guruku
Guruku…
Engkau
pahlawanku
Pahlawan
tanpa tanda jasa
Engkau
menemaniku
Saatku
di sekolah
Saatku
belum mengenalmu
Engkau
mengajariku
Mulai
dari taman kanak-kanak
Hingga
sampai aku kuliah….
e)
Puisi Himne,
menurut Zaidan dkk (1994:84), adalah sajak lirik yang dinyanyikan untuk
mengungkapkan tekad memuliakan Tuhan, pahlawan, bangsa atau ideologi. Biasanya
mengandung tema keagamaan atau moral.
Contoh
Padamu Jua
Habis kikis
segala cintaku hilang terbang
pulang kembali aku padamu
seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap
pelita jendela di malam gelap
melambai pulang perlahan
sabar, setia selalu.
Satu kekasihku
aku manusia
segala cintaku hilang terbang
pulang kembali aku padamu
seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap
pelita jendela di malam gelap
melambai pulang perlahan
sabar, setia selalu.
Satu kekasihku
aku manusia
f)
Puisi
epigram menurut Semi (1993:106) adalah sejenis puisi yang sangat pendek,
biasanya dua, empat, atau enam baris. Menurut Zaidan dkk (1994:69) epigram
adalah pernyataan arif, ringkas, dan yang diungkapkan denga gaya yang halus.
Contoh
Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujn bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu dijalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucap
Diserap akar pohon bunga itu
(Sapardi
Djoko Damono)
Dari
beberapa ragam puisi di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam puisi terdapat;
irama, nada, kata-kata kiasan, kata-kata yang tersusun begitu rupa, kepadatan
(semuanya termasuk unsur fisik puisi), emosi, ide, imajinasi, kesan pancaindra,
pemikiran, persaan yang bercampur baur (semuanya termasuk dalam unsur batin
puisi).
Struktur Batin Puisi
Struktur batin adalah medium untuk
mengungkapkan makna yang hendak disampaikan penyair(Waluyo, 1987:106). Sedangkan menurut A Richards (dalam Waluyo, 1987:106)
menyebutkan bahwa makna atau struktur batin dengan istilah hakekat puisi. Ada
empat unsur batin puisi, yaitu tema (sense),
perasaan penyair (feeling), nada atau
sikap penyair terhadap pembaca (tone),
dan amanat.
Struktur
batin puisi merupakan isi atau makna yang sesungguhnya ingin diekspresikan
penyair melalui puisinya. Karena struktur batin itu merupakan sesuatu yang
tersirat di balik yang tersurat, maka pembaca harus terlibat secara mendalam,
baik fisik, mental maupun pikiran untuk mengetahui atau memahami hakekat makna
sebuah puisi yang sesungguhnya. Struktur batin puisi merupakan kesatuan makna
puisi secara keseluruhanyang tidak dapat dipisahkan dengan struktur fisik.
Struktur batin puisi yang terdapat dalam
puisi sebagai berikut.
Tema
Tema
adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair lewat puisinya. Tema puisi
biasanya mengungkapkan persoalan manusia yang bersifat hakiki, seperti: cinta
kasih, keadilan kebahagiaan, kritik sosial dan protes (Djojosuroto, 2005:24).
Contoh
Doa
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih ingat namaMu
Biar susuah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
Cahayamu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
…..
(
Karya Cahiril Anwar )
Puisi di atas bertema tentang Ketuhanan,
karena dalam puisi tersebut penyair
benar-benar berserah diri dan ingin senantiasa hihup di dalam cahaya Tuhan. Penyair merasa tidak berdaya
tanpa Tuhan.
Contoh
AKU
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini bintang jalang
Dari kumpulanya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa lari-lari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih baik perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
(karya
Chairil Anwar)
Tema
pada puisi diatas, menggambarkan kegigihan dan semangat perjuangan untuk
membebaskan diri dari belenggu penjajahan, dan semangat hidup seseorang yang
ingin selalu memperjuangkan haknya tanpa merugikan orang lain, walaupun banyak
rintangan yang ia hadapi. Dari judul diatas sudah terlihat bahwa puisi ini
menceritakan kisah ‘AKU’ yang mencari tujuan hidup.
Nada
Nada
adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan
(tema) dan sikap penyair terhadap pembaca. Nada yang berhubungan dengan
tema menunjukan sikap penyair terhadap terhadap objek yang digarapnya.
Misalnya, jika penyair menggarap objek seorang perampok, penyair dapat bersikap
antisipasi atau benci, tetapi juga bisa sebaliknya yang bersikap simpati atau
terharu.
Nada
yang berhubungan dengan pembaca, mislanya nada filosofis, menggurui, menghasut,
santai dan sinis. Dalam puisi WS Rendra menunjukan rasa simpatinya kepada Atmo
Karpo yang berprofesi sebagai perampok yang kemudian menyesali perbuantanya
(Djojosuroto, 2005:26).
Contoh
Terbunuhnya Atmo Karpo
Dengan
kuku-kuku besi kedua menebah perut bumi
Bulan
berhianat gosok-gosokan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengempit
kuat-kuat lutut penunggang peramppok yang diburu
Surai bau
keringat basah, jenawipun telanjang
Segenap warga desa mengepung hutan itu
Dalam pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah dibahu kiri
Satu demi satu yang maju tersadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka
-Nyawamu barang pasar, hai orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa
Pada puisi di atas, nada pasrah
diungkapkan oleh penyair. Bahwasanya
masyarakat telah mengetahui persembuyian dari seorang perampok. Dan ia
menyadari bahwa perbuatan yang selama ini ia lakukan salah. Ia pun menyadari
bahwa kematian akan datang padanya.
Contoh
Sajak putih
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku tertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalung bergelut senda
Sepi
menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak
muka air kolam jiwa
Dan
dalam dadaku memerdu lagu
Menarik
menari seluruh aku
Hidup dari hidupku,pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita mati datang tidak
Membelah….
(karya
Chairil Anwar)
Nada
yang ditunjukan dalam puisi “Sajak Putih” ini adalah kegembiraan dan
kebahagiaan. Nada gembira dan bahagia
ini muncul karena rasa gembira seorang pria yang memiliki seorang gadis yang
mempunyai cinta yang sangat tulus dan suci terlihat pada kata tali warna
pelangi, sutra senja, menarik menari. Maka munculah benih-benih cinta diantara
mereka.
Perasaan
Persaan dapat mengungkapkan benci,
cinta, dendam, gelisah, gembira, penasaran, rindu, sedih, takut dan terharu.
Bahasa puisi mempunyai fungsi apektif, emotif dan simbolik (Suriasumantri,
1985:181, Djojosuroto, 2005:26). Dari 3 fungsi itu emotif mendapat porsi yang
dominan, sehingga pemahaman makna puisi oleh pembaca harus disertai dengan
proses pelibatan emosi pembaca kedalam emosi penyair (Djosuroto, 2005:26-27).
Contoh
Senja Di Pelabuhan Kecil
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan
bisa terdekap
(karyaChairil Anwar)
Pada puisi di atas, perasaan sedih
diungkapkan oleh penyair dalam “senja di pelabuhan kecil”. Pada bait terakhir
penyair sudah sendiri tanpa seorang teman karena di tingal pergi oleh sang
kekasih.
Contoh
Hampa
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.Lurus kaku pohonan
Tak bergerak sampai ke puncak. sepi
memagut, tak satu kuasa
Melepas-rengut segala menanti. Menanti.
Menanti.
Sepi
Tambah ini menanti jadi mencekik.
Memberat mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa.
Udara bertuba. Setan bertempik. Ini sepi terus ada dan menanti
(karya
Chairil Anwar)
Pada
puisi diatas menggambarkan bahwa perasaan penyair merasa kesepian dalam penantian seseorang yang
sangat berarti untuknya. Di suasana hati yang sangat merasa kesepian dia hanya
bisa menanti dan menanti sampai datangnya sang pujaan hati.
Amanat
Amanat
adalah kesimpulan tentang nilai yang dihimbaukan, dipesankan atau disampaikan
penyair kepada pembaca. setiap pembaca dapat menafsirkan amanat puisi secara
individual, sehingga diantara banyak pemabaca sering terjadi perbedaan dalam
penafsiran maknanya (Djojosuroto, 2005:27)
Contoh.
Dari seorang guru kepada murid-muridnya
Adakah yang ku punya anak-anakku
Selain buku-buku dan sedikit ilmu
Sumber pengabdianku kepadamu
Kalau hari minggu engkau datang ke
rumahku
Aku takut anak-anakku
Kursi-kursi tua yang ada disana
Dan meja tulis sederhana
…..
(
Karya Hartoyo )
Amanat yang ingin disampaikan oleh
penyair pada puisi di atas adalah hormatilah guru yang hidupnya menderita namun
tetap berbakti dengan penuh semangat dan jangan menilai harkat guru dari harta
kekayaannya tetapi dari keseluruhan martabatnya.
Contoh
DOA
Tuhanku
Dalam termenung
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk remuk
Aku mengembara di negri asing
Tuhanku
Di pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
(karya
Chairil Anwar)
Pada puisi diatas , puisi ‘DOA’ ini
berisi amanat kepada pembaca agar
menghayati hidup dan selalu merasa dekat dengan tuhan. Agar bisa
melakukan amanat tersebut, pembaca bisa merenung (termenung) seperti yang
dicontohkan penyair. Penyair juga mengingatkan pada hakikatnya hidup kita
hanyalah sebuah ’pengembara di negri asing’ yang suatu saat akan kembali juga.
Hal ini dipertegas penyair pada bait terakhir.
DAFTAR RUJUKAN
Atmosuwito,
Subijantoro. (2010). PerihalSastradanReligiusitasdalamSastra.
Bandung: SinarBaruAlgensindo.
Dardiri. (2008). Penelitian: Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Jember: Program Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah
Jember.
Ganie,TajuddinNoor.
(2015). BukuIndukBahasa Indonesia.
Yogyakarta: Araska Publisher.
Pradopo,
RachmadDjoko. (2012). PengkajianPuisi.
Yogyakarta: GadjahMada University
Press.
Prastowo,
Andi. (2011). MetodePenelitianKualitatifdalamPrespektifRancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Samosir,
Tiorida. (2013). ApresiasiPuisi.
Bandung: YramaWidya.
Soekidjo.
2003. PendidikandanPerilakuKesehatan.
Jakarta: PT RinekaCipta.
Suyanto.
(2014). Ayo MengarangSastra.
Lamongan: PustakaIlalang.
Moleong, Prof. Dr Lexy J.MA. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung
: PT. Remaja Rosda Karya.
Hamizan, Yafiq. (2015). Kumpulan Puisi
Sang Pujangga. Jakarta: Seruni Multi Aksara.
No comments:
Post a Comment