Tuesday, June 21, 2016

Definisi Kalimat dan Unsurnya

Definisi Kalimat dan Unsurnya



Menurut Rahardji (2009 : 127) “Kalimat adalah hal yang sangat mendasar bagi siapa saja yang hendak berkecimpung dan menceburkan diri dalam tulis menulis atau karang mengarang.” Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam bahasa resmi, baik itu dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis, harus memiliki unsur pokok yang lazim disebut dengan subjek atau predikat. Kalau tidak memiliki kedua unsur pokok tersebut, bentuk kebahasaan tersebut bukanlah sebuah kalimat, tetapi hanyalah frasa atau kelompok kata. 
Menurut Kurniasari (2014 : 99) “Kalimat adalah kumpulan kata yang mengandung pengertian dan menyatakan oikiran yang lengkap.” Dari pengertian diatas, kalimat mempunyai tiga pokok utama yaitu, kumpulan kata, mengandung pengertian, menyatakan pikiran yang lengkap.jika tidak mengandung tiga unsur pokok diatas kumpulan kata biasa dapat disebutkaliamat? Jawabannya tidak. Setiap klaimat sekurang-kurangnya mengandung tiga pokok diatas. Menurut Chaer (2009:44) “kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang baiasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.”  Kalimat tersebut terdiri

dari konstituen dasar dan intonasi final, sebab konjungsi bila diperlukan. Konstituen dasar biasanya berupa klausa. Maka kata dan frasa pun bisa menjadi konstituen dasar, yaitu pada kalimat “jawaban singkat” atau kalimat minor yang baisanya bukan “kalimat bebas”. Hal ini berbeda kalau konstituen dasarnya berupa klausa, maka dapat terbentuk sebuah kalimat bebas.
Intonasi final yang merupakan syarat penting dalam pembentukan sebuah kalimat dapat berupa intonasi deklaratif  (yang dalam bahasa ragam tulis diberi tanda titik), intonasi introgatif  (yang dalam bahasa ragam tulis di beri tanda tanya), intonasi imperatif (yangdalam bahasa ragam tulis di beri tanda seru), dan intonasi interjektif (yang dalam bahasa ragam tulis diberi tanda seru), tana intonasi final ini sebuah klausa tidaka akan menjadi sebuah kalimat.
Sedangkan menurut Wiyanto  (2012 : 37) “Kalimat adalah bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan intinasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap.”  Jadi, setiap kalimat yang diucapkan selalu didahului oleh kesenyapan  (diam) dan diakhiri oleh kesanyapan pula. Dalam bahasa tulis, kalimat selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Itu merupakn ciri ”lahir” kalimat. Selain mempunyai ciri lahir, kalimat juga mempunyai ciri “batin”, yaitu sebuah kalimat selalu mengundang makna.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Penulisan sebuah kalimat dimulai dengan huruf kapital dandiakhiri dengan tanda titik (.), tanda seru (!), dan tanda  tanya (?). sekurang-kurangnya harus memiliki subjek (S) dan predikat (P).

Unsur-unsur kalimat
Menurut Wiyanto (2012:37) “ kalimat mempunyai bagian-bagian atau unsur-unsur. Tiap-tiap unsur yang berupa kata atau frasa itu mempunyai fungsi tertentu.”  Fungsinya seebagai subjek (s),  predikat (p), objek (o), pelengkap (pel), atau keterngan (k).

a.       Subjek
Subjek adalah unsur kalimat yang menjadi pokok kalimat, menjadi titik tolak pembicaraan atau produk pembicaraan.
Contoh:
1.      Kucing melompat
2.      Bola kulit di tendang-tendang
3.      Pedagang tanaman hias menikmati keuntungan
4.      Semua siswa mendengarkan ceramah keagamaan
5.      Para pendaki gunung itu beristiraat sejenak.

b.      Predikat
Predikat  adalah unsur kalimat yang memberi keterangan atau penjelasan, atau menyebutkan sesuatu tentang subjek.
Contoh :
1.      Candra sedang membaca
2.      Lukanya diobati
3.      Gadis itu cantik sekali
4.      Bahan makan sudah diangkat
5.      Dinyalakan semua lampu itu.




c.       Objek
Objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa kata kerja trnstifif.
 Contoh:
1.      Mereka membeli nasi goreng
2.      Pak guru menulis papan tulis
3.      Saya ingin menemui Pak Umar
4.      Pembantu membersihkan kamar saya


Objek pada kalimat transitif akan menjadi subjek bila kalimat itu di pasifkan.
Contoh:
1.      Kamar saya dibersihkan pembantu
2.      Papan tulis ditulis pak guru.

d.      Pelengkap
Orang yang mencampur adukkan pengertian objek dan pelengkap hal ini dapat dimengerti karena antara jeduanya memang terdapat kemiripan, yaitu berada di belakang predikat.
Perhatikan contoh berikut ini.
1.      Dia mendagangkan kain batik di temanggung
2.      Dia berdagang kain batik di temanggung

Pada kalimat pertama frasa kain batik  dinamakan objek sedangkan pada kalimat kedua disebut pelengkap.
Contoh pelengkap yang lain seperti dibawah ini.
1.      Negara kita berlandaskan hukum
2.      Beliau suka bermain tenis


e.       Keterangan
Unsur kalimat yang tidak termasuk ,S,P,O, dan pel hampir dapat dipastikan berfungsi sebagai keterngan. Keterngan adalah unsur kalimatyang paling mudah berpindah tempat, yaitu dapat berada diakhir, diawal, dan bahkan ditengah kalimat.
Contoh.
1.      Dia memotong rambutnya dengan gunting
2.      Di kamar dia memotong rambutnya
3.      Dia kemarin  memotong rambutnya.

Berdasarkan maknanya terdapat bermacam-macam keterngan seperti dibawah ini.
a)      Keterangan tempat
Contoh: di jalan, di kota, ke Bandung, dari toko, pada permukaan, pada kulit.
b)      Keterangan waktu
Contoh: tadi pagi, setahun yang lalu, seminggu, setelah makan siang, sebelum tidur.
c)      Keterangan alat
Contoh: dengan pisau cukur, dengan cankul, dengan mobil, dengan traktor.
d)     Keterngan tujuan
Contoh: supaya kamu pintar, untuk kemerdekaan, agar badannya sehat, demi kekasihnya.
e)      Keterangan cara
Contoh: secara cepat, dengan hati-hati, dengan cara damai, dengan berunding.


f)       Keterangan penyerta
Contoh dengan adiknya, bersama orang tuanya, beserta teman-teman sekelasnya.
g)      Keterangan similatif.
Contoh: seperti angin puyuh, bagaikan istana, laksana bintang dilangit.
h)      Keterangan sebab
Contoh: karena ketidaktahuannya, karena malas, sebab kecerobohannya, sebab bingung.
i)        Keterangan kesalingan
Contoh: satu sama lain.

             Unsur-unsur kalimat menurut Kurniasari (2014: 99) “Kalimat mempunyai dua unsur yaitu unsur sigmental dan unsur suprasegmental”. Unsur suprasegmental kalimat yakni unsur bagian dari kalimat yang berupa kata, frasa atau klausa. Unsur segmental kalimat didalamnya berupa kata, frasa, atau klausa harus mengandung makna.
             Unsur segmental kalimat yakni unsur darikalimat yang berupa tekanan, nada, tempo, jeda, dan intonasi.
Contoh:
a.       Mereka makan
b.      Mereka makan?
c.       Mereka makan!



Ketiga contoh diatas adalah kalimat, yang mempunyai unsur segmental yang sama, yakni “mereka makan”, meski mpunyai unsur segmental yang sama. Kalimat pertama menggunakan tanda titik (.), oleh karena itu kalimat pertama disebut dengan kalimat berita. Kalimat kedua menggunakan tanda tanya (?), oleh karena itu kalimat kedua disebut dengan kalimat tanya. Kalimat ketiga menggunakan tanda seru (!), oleh karena itu kalimat ketika disebut dengan kalimat seruan.
            Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru itulah yang membuat kalimat yang mempunyai unsur segmental. Jika diucapkan ketika kalimat tersebut tentu saja yang mempunyai tekanan, tempo panjang pendek, dan intonasi yang berbeda. 







Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dalman, H. 2014. Keterampilan Menulis. Jakarta: Rajawali Pers.
Kurniasari, Anna Nurlaila. 2014. Sarikata Bahasa dan Sastra Indonesia Superkomplit. yogyakarta: CV Solusi Distribusi.

Moleong, Lexy, J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset.

Moleong, Lexy, J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogjakarta: AR-Ruzz Media.

Rahardi, Kunjana. 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesiauntuk Karang-Mengarang. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Wiyanto, Asul.2012. Kitab Bahasa Indonesia. Yogyakarta. Jogja Bangkit Publisher.
 

No comments:

Post a Comment