Tuesday, June 21, 2016

Hakikat Wawancara

Hakikat Wawancara



  Wawancara
Menurut wiyanto (2012 : 165) ” Wawancara adalah percakapan terpimpin yang dicatat”. Dikatakan terpimpin d an tercatat, karena percakapan itusudah diatur dan direncanakan lebih dulu, kemudian hasilnya dicatat untuk bahan penulian kembali. Wawancara dilaksanakan oleh satu atau beberapa pewawancara terhadap satu atau beberapa narasumber yang diwawancarai. Biasanya, pewawancara mengorek informasi yang diperlukan mengenai suatu masalah kepada narasumber. Namun, adakalanya narasumber yang berniat menyampaikan informasi kepada pewawancara agar disebarluaskan.

                                     
a.      Tujuan wawancara
Berdasarkan tujuannya wawancara digolongkan menjadi tiga jenis yaitu sebagai berikut.
(1)   Wawancara untuk memperoleh informasi, komentar, atau pendapat narasumber yang ahli atau kompeten dibidangnya. Misalnya, wawancara terhadap ahli kebumian tentang sebab terjadinya gempa, daerah mana saja yang eawan gempa, atau wawancara kepada sekolah tentang penegakan ketertiban dilembaga pendidikan yang dipimpin.
(2)   Wawancara untuk menonjolkan kepribadian seseorang. Misalnya, wawancara dengan seorang penyanyi yang sedang naik ngan sedaun itu, bagaimana usaha yang dilakukannya, perstasi apa yang pernah diraihnya, dan lain-lain. akan tetapi jika wawancara dengan seorang penyanyi itu untuk mengetahui pendepatnya tenyang dunia hiburan, khusunya dunia tarik suara dewasa ini, wawncara itu termasuk kategori untuk memperoleh informasi atau konfrensi pers.
(3)   Konfrensi pers yang dilakukan oleh seorang atau beberapa orang tokoh, seprti pejabat, usahawan, politikus, atau artis dihadapan beberpa wartawan daro berbagia media. Pada umumnya, konfrensi pers dilaksanakan atas kehnedak narasumber agar informasi yang disampaikan diketahui masyarakatluas. Oleh karena itu konfresndi pers cenderung hannya mengungkapkan hal-hal yang baik untuk kepentingan promosi, popularitas atau saran untuk “mmebersihkan” diri.   


b.      Cara Melakukan Wawancara
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam melaksankan wawancara, antra lain,
(1)   Sebelum mewanwancarai narasumber, kita harus berusaha memahami masalah yang akan kita tanyakan. Kadang-kadang, pemahaman masalah ini jauh lebih penting dari pada wawancara. Apabila tidak memahami masalahnya, yang kita ajukan mungkin pertanyaan akan sembarangan. Kemungkinan lain, wawancara yang kita lakukan akan terhenti di tengah jalan karena kita kehabisan pertanyaan. Jika hal itu terjadi, kita tidak memperoleh informasi lengkap sesuai dengan harapan kita.
(2)   Kita harus menyusun daftar pertanyaan secara sistematis meskipun daftar pertanyaan itu tidak kita bacakan dalam wawancara. Daftar pertanyaan itu harus terfokus pada masalah yang sudah kita tentukan. Dari pertanyaan-pertanyaan itu, kita harapkan muncul informasi pendapat atau komentar narasumber. Meskipun daftar pertanyaan sudah kita siapkan, kita harus mampu mengembangkannya. Sebab, setelah narasumber menjawab mungkin kita menemukan pertanyaan lain untuk “memburu” informasi yang lebih lengkap.
(3)   Jika naraumber termasuk orang yang sibuk sebaiknya kita menghubungi terlabih dahulu, minta kesediaannya, dan minta kepastian kapan dan dimana wawancara akan dilaksanakan. Jika sudah ada kesepakatan, kita harus datang tepat waktu. Kita tidak boleh datang terlambat, apalagi sampai tidak datang tanpa menyampaikan alasan.
(4)   Penampilan kita didepan narasumber, baik dalam berpakaian, bersikap, maupun berbicara harus dapat menimbulkan kesan baik.
(5)   Setelah memperkenalkan diri, kita dapat saja melakukan pembicaraan pembuka mengenai hal-hal yang disukai narasumber. Pembicaraan pembuka itu bertujuan agar wawancara dapat berlangsung dalam suasana yang tidak kaku. Akan tetapi, kita harus berupaya agar pembicaraan pembuka itu tidak panjang.
(6)   Kita harus selalu ingat bahwa kita datang untuk mencari informasi, bukan untuk berdebat. Oleh karena itu, kita tidak boleh membantah pendapat narasumber meskipun kita tahu bahwa keterangnnya itu kliru, slah, atau kurang benar. Lebih baik kita ajukan pertanyaan lain untuk mengingatkan atau memancing argumentasi.
(7)   Dalam mengajukan pertanyaan, kadang-kadang kita perlu mengurai latar belakang masalah. Kita harus dapat menyapaikan latar belakang masalah itu dengan ringkas ehingga kita tidak terlalu lama berbicara.
(8)   Jika wawancara sudah selesai, jangan lupa mengucapakan terimakasih kepada narasumber sebelum berpamitan.

Demikian hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan dalam melakukan wawancara. Secara teknis, ketika akan mewawncarai seseorang tokoh atau narasumber,  perlu mempersiapkan daftar pertanyaan lebih dahulu. Angkah-langkah dalam menyusun daftar pertanyaan adalah:
a)      Menentukan rujukan
b)      Menentukan narasumber yang akan diwawancarai
c)      Menetukan tempat dan wakti wawancara 
d)   Menentukan pokok-pokok pertanyaan untuk memperoleh jawaban (informasi) yang diperlukan.




     Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dalman, H. 2014. Keterampilan Menulis. Jakarta: Rajawali Pers.
Kurniasari, Anna Nurlaila. 2014. Sarikata Bahasa dan Sastra Indonesia Superkomplit. yogyakarta: CV Solusi Distribusi.

Moleong, Lexy, J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset.

Moleong, Lexy, J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogjakarta: AR-Ruzz Media.

Rahardi, Kunjana. 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesiauntuk Karang-Mengarang. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Wiyanto, Asul.2012. Kitab Bahasa Indonesia. Yogyakarta. Jogja Bangkit Publisher.

No comments:

Post a Comment