Hakikat Wawancara
Wawancara
Menurut wiyanto (2012 :
165) ” Wawancara adalah percakapan terpimpin yang dicatat”. Dikatakan terpimpin
d an tercatat, karena percakapan itusudah diatur dan direncanakan lebih dulu,
kemudian hasilnya dicatat untuk bahan penulian kembali. Wawancara dilaksanakan
oleh satu atau beberapa pewawancara terhadap satu atau beberapa narasumber yang
diwawancarai. Biasanya, pewawancara mengorek informasi yang diperlukan mengenai
suatu masalah kepada narasumber. Namun, adakalanya narasumber yang berniat
menyampaikan informasi kepada pewawancara agar disebarluaskan.
a.
Tujuan
wawancara
Berdasarkan tujuannya wawancara
digolongkan menjadi tiga jenis yaitu sebagai berikut.
(1) Wawancara
untuk memperoleh informasi, komentar, atau pendapat narasumber yang ahli atau
kompeten dibidangnya. Misalnya, wawancara terhadap ahli kebumian tentang sebab
terjadinya gempa, daerah mana saja yang eawan gempa, atau wawancara kepada
sekolah tentang penegakan ketertiban dilembaga pendidikan yang dipimpin.
(2) Wawancara
untuk menonjolkan kepribadian seseorang. Misalnya, wawancara dengan seorang
penyanyi yang sedang naik ngan sedaun itu, bagaimana usaha yang dilakukannya,
perstasi apa yang pernah diraihnya, dan lain-lain. akan tetapi jika wawancara
dengan seorang penyanyi itu untuk mengetahui pendepatnya tenyang dunia hiburan,
khusunya dunia tarik suara dewasa ini, wawncara itu termasuk kategori untuk
memperoleh informasi atau konfrensi pers.
(3) Konfrensi
pers yang dilakukan oleh seorang atau beberapa orang tokoh, seprti pejabat,
usahawan, politikus, atau artis dihadapan beberpa wartawan daro berbagia media.
Pada umumnya, konfrensi pers dilaksanakan atas kehnedak narasumber agar
informasi yang disampaikan diketahui masyarakatluas. Oleh karena itu konfresndi
pers cenderung hannya mengungkapkan hal-hal yang baik untuk kepentingan
promosi, popularitas atau saran untuk “mmebersihkan” diri.
b.
Cara
Melakukan Wawancara
Ada beberapa hal yang perlu kita
perhatikan dalam melaksankan wawancara, antra lain,
(1) Sebelum
mewanwancarai narasumber, kita harus berusaha memahami masalah yang akan kita
tanyakan. Kadang-kadang, pemahaman masalah ini jauh lebih penting dari pada
wawancara. Apabila tidak memahami masalahnya, yang kita ajukan mungkin
pertanyaan akan sembarangan. Kemungkinan lain, wawancara yang kita lakukan akan
terhenti di tengah jalan karena kita kehabisan pertanyaan. Jika hal itu
terjadi, kita tidak memperoleh informasi lengkap sesuai dengan harapan kita.
(2) Kita
harus menyusun daftar pertanyaan secara sistematis meskipun daftar pertanyaan
itu tidak kita bacakan dalam wawancara. Daftar pertanyaan itu harus terfokus
pada masalah yang sudah kita tentukan. Dari pertanyaan-pertanyaan itu, kita
harapkan muncul informasi pendapat atau komentar narasumber. Meskipun daftar
pertanyaan sudah kita siapkan, kita harus mampu mengembangkannya. Sebab,
setelah narasumber menjawab mungkin kita menemukan pertanyaan lain untuk
“memburu” informasi yang lebih lengkap.
(3) Jika
naraumber termasuk orang yang sibuk sebaiknya kita menghubungi terlabih dahulu,
minta kesediaannya, dan minta kepastian kapan dan dimana wawancara akan
dilaksanakan. Jika sudah ada kesepakatan, kita harus datang tepat waktu. Kita tidak
boleh datang terlambat, apalagi sampai tidak datang tanpa menyampaikan alasan.
(4) Penampilan
kita didepan narasumber, baik dalam berpakaian, bersikap, maupun berbicara
harus dapat menimbulkan kesan baik.
(5) Setelah
memperkenalkan diri, kita dapat saja melakukan pembicaraan pembuka mengenai
hal-hal yang disukai narasumber. Pembicaraan pembuka itu bertujuan agar
wawancara dapat berlangsung dalam suasana yang tidak kaku. Akan tetapi, kita
harus berupaya agar pembicaraan pembuka itu tidak panjang.
(6) Kita
harus selalu ingat bahwa kita datang untuk mencari informasi, bukan untuk
berdebat. Oleh karena itu, kita tidak boleh membantah pendapat narasumber
meskipun kita tahu bahwa keterangnnya itu kliru, slah, atau kurang benar. Lebih
baik kita ajukan pertanyaan lain untuk mengingatkan atau memancing argumentasi.
(7) Dalam
mengajukan pertanyaan, kadang-kadang kita perlu mengurai latar belakang
masalah. Kita harus dapat menyapaikan latar belakang masalah itu dengan ringkas
ehingga kita tidak terlalu lama berbicara.
(8) Jika
wawancara sudah selesai, jangan lupa mengucapakan terimakasih kepada narasumber
sebelum berpamitan.
Demikian hal-hal yang
perlu diperhatikan dan dilaksanakan dalam melakukan wawancara. Secara teknis,
ketika akan mewawncarai seseorang tokoh atau narasumber, perlu mempersiapkan daftar pertanyaan lebih
dahulu. Angkah-langkah dalam menyusun daftar pertanyaan adalah:
a) Menentukan
rujukan
b) Menentukan
narasumber yang akan diwawancarai
c) Menetukan
tempat dan wakti wawancara
d) Menentukan pokok-pokok
pertanyaan untuk memperoleh jawaban (informasi) yang diperlukan.
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dalman,
H. 2014. Keterampilan Menulis.
Jakarta: Rajawali Pers.
Kurniasari, Anna
Nurlaila. 2014. Sarikata Bahasa dan
Sastra Indonesia Superkomplit. yogyakarta: CV Solusi Distribusi.
Moleong, Lexy, J.
2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset.
Moleong, Lexy, J.
2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Prastowo, Andi.
2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian.
Yogjakarta: AR-Ruzz Media.
Rahardi, Kunjana.
2009. Penyuntingan Bahasa Indonesiauntuk
Karang-Mengarang. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono.
2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Wiyanto, Asul.2012.
Kitab Bahasa Indonesia. Yogyakarta. Jogja
Bangkit Publisher.
No comments:
Post a Comment