Sunday, June 5, 2016

Contoh cerpen "TITIP RINDU UNTUK MALAIKATKU"



TITIP RINDU UNTUK MALAIKATKU

 http://www.ummiindonesia.com/wp-content/uploads/2016/01/Tips-Pengubat-Rindu-Pada-Insan-Tersayang.jpg

       Bu Ranti adalah seorang janda yang suaminya telah meninggal saat Auliya Nadira berusia 10 tahun, dira merupakan anak satu-satunya dalam keluarga tersebut. Selepas kepergian pak Rahmat kehidupan bu Ranti dan Dira menjadi serba kekurangan pasalnya pak Rahmat merupakan tulang punggung keluarga tersebut, sehingga memaksa bu Ranti untuk menggantikan posisi pak Rahmat sebagai tulang punggung sekaligus orangtua tunggal bagi Dira, dengan penuh kesabaran bu Ranti membesarkan Dira.
       Tepat pukul tiga pagi asap menari-nari didapur bu Ranti, karena sejak tadi bu Ranti sibuk membuat kue untuk dijual kepasar, dengan keadaan masih mengantuk Dira mencoba membantu ibunya untuk membuat kue.
“loh kok sudah bangun nak, inikan masih jam tiga nanti kamu ngantuk lho disekolah” tanya bu Ranti.
“Dira sudah cukup tidurnya kok bu, ini buktinya Dira gak ngantuk hehe” Dira berbohong. “Dira ingin jadi wanita yang pinter masak seperti ibu, Dira bantuin ibu buat kue ya bu” tanya Dira dengan suara manjanya.
 “boleh kok nak”. Mereka asyik mebuat kue sehingga suara alarm mengagetkan mereka. Dira segera bergegas mandi setelah siap berangkat sekolah Dira mencium tangan bu Ranti
“Dira berangkat dulu ya bu” pamit Dira.
 “iya sayang, semangat sekolahnya nak” seru bu Ranti sambil melambaikan tangannya.
       Dira merupakan salah satu siswi di SMA 09 HARAPAN BANGSA, Dira termasuk siswi yang sangat pandai dikelasnya saat ini Dira duduk dikelas 3 SMA. Saat teman-teman Dira sibuk mencari tempat bimbel untuk tambahan pelajaran. Dira saat itu yang tidak memiliki cukup uang untuk mengikuti bimbel hanya mengandalkan otak cerdasnya untuk belajar mandiri dirumahnya.
       Senja menyapa Dira dan bu Ranti yang saat itu baru pulang berjualan kue dipasar. “Ibu sudah pulang? Bagaimana kuenya bu, pasti laris manis hehe” Dira menyambut ibunya dengan hangat
“Alhamdulillah laris, berkat doa Dira ni”
“ah ibu ada-ada saja, yaudah mandi dulu gih bu biar cantiknya gak hilang” Dira menggoda ibunya itu
“siap tuan putri” sahut bu Ranti.
            Pukul sepuluh malam bu Ranti hendak menemani gadis kesayangannya belajar, ternyata Dira sudah tertidur pulas dimeja belajarnya. Melihat pemandangan itu bu Ranti tak sampai hati untuk membangunkan anaknya itu yang terlihat sangat kelelahan “semoga kelak Dira bisa menjadi dokter ya nak” bu Ranti mendoakan anaknya sambil mengelus rambut Dira yang terurai panjang. Bu Ranti dan pak Rahmat memang sejak dulu menginginkan anaknya kelak bisa menjadi dokter, karena saat ini didesa mereka tepatnya didesa Melati sangat minim petugas kesehatan sehingga para penduduk desa apabila sakit harus menempuh perjalanan kurang lebih 7 km untuk sampai ke puskesmas. Namun keadaan saat ini membuatnya ragu, karena Dira tidak mungkin bisa menjadi seorang Dokter karena untuk makan sehari-hari saja Bu ranti harus bekerja dari pagi sampai cahaya matahari mulai terbenam, tak terasa air mata menetes dipipi janda tersebut. Bu Ranti segera menghapus air matanya karena takut Dira terbangun dan melihat dirinya sedang bersedih. Bu Ranti bergegas menyelimuti Dira dengan selimut kesayangan pak rahmat, dan bu Ranti tidur di sofa samping Dira.
            Keesokan harinya Dira bangun dengan keadaan kaget karena hari ini Dira harus mengikuti pelajaran tambahan disekolahnya jam enam pagi Dira segera bergegas kesekolah tanpa sarapan pagi.
“Bu, Dira berangkat sekolah dulu ya Dira lupa kalo hari ini ada tambahan pelajaran disekolah”
 “sarapan dulu dir, makanannya sudah siap dimeja makan kok” jawab bu Ranti dengan nada khawatir
 “gak usah bu Dira masih belum lapar kok, lagian kalo Dira sarapan nanti Dira terlambat bu” Dira berlari keluar rumahnya menuju sekolah.
       Bu Ranti yang sangat mengkhawatirkan keadaan anaknya itu segera bergegas untuk merapikan kue dagangannya dan tak lupa bu Ranti membawakan bekal untuk Dira. Jarak dari rumah kesekolah Dira kurang lebih 2km. Bu Ranti berjalan dengan pasti menyusuri persawahan warga untuk sampai kesekolah Dira.
       Saat itu dira lagi asyik menggerak-gerakkan jarinya karena saat itu Dira sedang mengerjakan tugas matematika yang  diberikan oleh guru Dira hingga suara satpam mengejutkan ruang kelas
 “apakah ada yang namanya Auliya Nadira dikelas ini?” tanya satpam berkumis tebal itu “ssaa ssayaa pak, ada apa?” jawab Dira dengan nada gugup
“ada kiriman dari ibu kamu, katanya jangan lupa sarapan” satpam itu tersenyum dan memberikan bekal itu ke Dira
“makasih ya pak, maaf kalo Dira ngerepotin pak satapam”
“tidak apa-apa kok nak” jawab satpam itu sambil membalikkan punggungnya dan berjalan menuju tempat kerjanya. Alangkah terenyuhnya hati Dira melihat pengorbanan dari sang ibu, bayangkan untuk menuju kepasar tempat bu Ranti berjualan beliau harus berjalan kaki sepanjang 2km dan pagi ini bu Ranti harus menambah perjalanannya 2km untuk mengantarkan bekal kesekolah Dira jadi total perjalan bu Ranti pagi ini 4km. Dira menangis terharu, Dira merenung apakah kelak dia bisa membalas kebaikan ibunya.

 http://kiokarma.com/wp-content/uploads/2014/10/rindu_logo.jpg




       Tak terasa Sembilan bulan sudah Dira lewati di bangku kelas tiga SMA, besok dira harus mengikuti UAN {Ujian Akhir Nasional}. Dengan segala persipan yang telahDira siapkan jauh-jauh hari dan inilah yang ditunggu-tunggu oleh semua pelajar di Indonesia khususnya Dira, pasalnya ujian yang berlangsung tiga hari ini menjadi babak penentu apakah siswa tersebut layak lulus atau tidak.
       Sebelum berangkat sekolah untuk mengikuti UAN Dira memeluk ibunya dengan erat
“bu, doain Dira ya semoga Dira lancar ngerjakan soalnya dan nilainya memuaskan” pinta gadis cerdas itu yang tidak sengaja meneteskan air mata dipipinya.
“tenang.. gadis pintar seperti Dira pasti bisa mengerjakan soal dengan baik, tanpa Dira mintapun ibu selalu doain Dira kok” jawab bu Ranti sambil menghapus air mata Dira.
“siap bu... Dira akan melakukan yang terbaik untuk malaikat Dira” Dira menjawab sambil mencium kening bu Ranti.
            Tiga hari berlalu itu artinya UAN telah selesai dan liburan panjang sudah di depan mata, tapi liburan panjang kali ini membuat Dira resah karena Dira bingung apakah dia bisa melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, apalagi sejak dulu impian Dira dan kedua orang tuanya bahwa gadis manis itu bisa melanjutkan kuliahnya di fakultas kedokteran Universitas Gajah Mada. Dira terdiam beberapa saat dan melihat ibunya dari balik selambu Dira benar-benar kaget saat ibunya batuk dan mengeluarkan cairan berwarna merah dari mulutnya, dia langsung menghampiri ibunya.
“ibu kenpa? Ibu sakit?” tanya gadis itu khawatir
“ibu gak papa kok nak, Cuma batuk biasa kamu gak usah khawatir” bu Ranti menenangkan anaknya itu.
            Ketika cahaya matahari tergantikan dengan cahaya bulan gadis pintar itu duduk termenung didepan teras rumahnya seraya memikirkan penyakit ibunya itu sehingga Dira tidak yakin dan mengurungkan niatnya untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
“ibu sakit dan aku gak punya uang untuk membawa ibu ke dokter, dan juga kayanya aku gak bakalan kuliah deh lebih baik aku bantuin ibu berjualan di pasar terus uangnya buat ibu ke dokter, tapiiii.. aku juga pengen kuliah seperti temen-temenku yang lain” gadis itu menangis sejadi-jadinya
Tiba-tiba suara bu Ranti menghentikan tangisan Dira “anak ibu kok nangis? Ibuk gak papa kok nak dan Dira sebentar lagi bakalan kuliah, trus apa yang membuat Dira menangis?”
“ibu bohong, ibu sakitkan? Jelas-jelas tadi Dira melihat ibu muntah darah dan Dira gak mungkin bisa kuliah buk, kuliah itu mahal apalagi di kedokteran” Dira pergi meninggalkan ibunya
Tapi tangan halus itu menghentikan dira “kamu salah lihat nak, ibu memang batuk tapi tidak mengeluarkan darah dan Dira harus kuliah ibu punya banyak uang jadi Dira gak usah berfikiran seperti itu” bu Ranti berbohong
“beneran bu? Ibu gak bohongkan?” Gadis itu mulai percaya apa yang dikatakan ibunya tadi
”mana mungkin ibu tega mebohongi anak ibu sendiri” wanita itu berusaha meyakinkan anaknya
            Kuk ku ruyukkkk ayam sudah mulai bernyanyi itu artinya hari sudah pagi. Pagi itu Dira sangat bersemangat menyiapkan berkas untuk persyaratan mendapatkan beasiswa.
“bu pagi ini aku akan kesekolah untuk menyerahkan berkas ini, doakan ya bu semoga Dira bisa mendapatkan beasiswa itu” Dira meminta izin kepada ibunya
“iya nak Dira pasti dapat beasiswa itu, percaya sama ibu” bu Ranti menenangkan anaknya.
            Sebulan bukan waktu yang sebentar bagi Dira, sebulan lamanya dia menantikan kabar beasiswa yang tak pasti dan pengumuman SNMPTN di Universitas Gajah Mada, fakultas kedoteran, dan hari ini tepat pukul duabelas siang Dira mendapatkan kiriman surat yang bertuliskan “SELAMAT ANDA LOLOS” itu berarti Dira akan melanjutkan pendidikannya di fakultas kedoteran Universitas Gajah Mada
Dira berteriak sukuat mungkin di dalam kamarnya “yeeeeeee....akhirnya Dira bakalan jadi dokter, aku akan merawat dan mengobati sendiri ibuku kelak” dia mulai berkhayal
“aku saat ini lolos di kedokteran, tapi kalau beasiswanya gak lolos gimana?” Dira mulai sedih lagi dia menangis dan tertidur pulas.
“Dirrrrrrraaaaaaaaa kamu dimana nak?” bu Ranti mengagetkan Dira yang saat itu tertidur”
“Dira disini bu, ibu sudah pulang?” Dira kaget
“iya ibu sudah pulang, bagaimana beasiswa dan pengumuman SNMPTNnya?”
“SNMPTNnya lolos kalo beasiswanya belum tahu bu”
“wih anak ibu bakalan jadi dokter ni, sekarang sudah jam lima lewat lima belas menit lho dir, katanya pengumuman beasiswanya jam lima?
“oh iya Dira lupa, sebentar aku lihat dulu bu” Dira panik
SELAMAT, lagi-lagi tulisan SELAMAT itu membuat Dira berteriak dan memeluk erat ibunya
“selamat gadis pintar, ibu bangga” bu Ranti meneteskan air mata
            Tanggal 9 september 2015 Dira dan ibunya bersiap untuk pergi ke Jogjakarta. Meraka bertolak dari desa melati menuju Jogjakarta menggunakan kereta kelas ekonomi dengan perjalanan kurang lebih 8 jam. Tepat jam tiga sore mereka sampai dikota tempat Dira akan menuntut ilmu selama beberapa tahun. Setelah menemukan kossan untuk Dira, mereka berdua merapikan ruangan kecil itu yang berukuran 2 x 3 meter dengan penuh rasa syukur. Tiga jam berlalu bu Ranti harus kembali ke pampung halaman dan terpaksa meninggalkan Dira seorang diri di kota orang, dengan rasa sedih yang teramat mendalam Dira mengantarkan ibunya ke stasiun kereta api.
            Dira menjalani ke hidupan barunya di kota orang tanpa seorangpun yang dia kenal. Hari pertama kuliah mengantarkan dia untuk berkenalan dengan seorang pria bernama Rangga, Rangga merupa pria baik dan pintar yang saat ini sedang sibuk mengurus skripsinya dan sebentar lagi dia akan di wisuda otamatis namanya akan bertambah menjadi Rangga Aldiyansyah S.T.P. mereka tidak sengaja bertemu di sekitaran food court saat Dira tersesat dan lupa jalan menuju kossnya.
            Hubungan mereka semakin dekat, namun setelah Rangga di wisuda pria itu bekerja di Jakarta. Sehingga mereka terpisahkan jarak.
            Setelah beberapa tahun Dira menuntut ilmu akhirnya satu minggu lagi Dira akan di wisuda, dengan nada penuh gembira Dira menghubungi ibunya.
“bu satu minggu lagi Dira di wisuda lho bu, ibu datangkan?”
“ibu pasti datang, ibu sudah tidak sabar ingin melihat dr. Dira”
“ahh ibu bisa saja”
Setelah berbincang dengan ibunya lewat telephone, Dira lalu mengirim pesan lewat HP murahnya itu untuk menghubungi Rangga
‘Rangga, satu minggu lagi aku wisuda kamu harus dateng!”
“siap dr.Dira”
            Kringgggg-kringg HP Dira berbunyi
“haloo, ibu? Ada apa bu?”
“ini bukan ibumu nak, ini bu Sri tetanggamu”
“ohh iya, ada apa bu?”
“ibumu sakit parah sekarang dia ada di rumah sakit Harapan Bangsa”
Pyarrrr HP Dira terjatuh, dengan langkah cepatnya Dira langsung menuju kampung halamannya menggunakan kereta api. Setelah sampai di rumah sakit Dira memeluk ibunya.
“Dira, ngapain kamu disini? Lima hari lagi kamu di wisuda lho”
“ibu kenapa gak bilang kalo ibu sakit?”
“ibu cuma pusing biasa” lagi-lagi bu Ranti berbohong
Dira keluar ruangan dan menghampiri dokter dan menanyakan penyakit ibuya, dan dokter itu mengatakan bahwa ibunya sakit kanker hati, dan sudah tidak bisa bertahan lebih lama karena keadaan semakin memburuk
            Dira terduduk lemas di pinggir tempat tidur ibunya. Saat itu bu Ranti menatap Dira dan meminta maaf.
“ibu minta maaf kalo ibu ngerepotin Dira, tapi Dira gak usah khawatir dengan keadaan ibu”
“ibu gak usah minta maaf, ibu gak pernah ngerepotin Dira. Harusnya aku yang minta maaf sama ibu”
“tinggal menghitung hari Dira akan di wisuda, ibu akan datang ke acara termegah dalam hidup ibu” bu Ranti menangis
“ibu jangan nangis, iya nanti kita berangkat bareng ya bu ke acara wisudanya”
            Malam itu bu Ranti tidur dengan pulas, Dira memcium kening ibunya dan berharap ibunya cepat sembuh.
            Pagi menyapa, saat  Dira bermaksut membangunkan ibunya namu apa daya bu Ranti tak dapat lagi membuka matanya seketika itu Dira berteriak sehingga dokter dan suster memasuki ke dalam ruangan tempat dimana ibunya dirawat. Dokter mengatakan bahwa bu Ranti sudah tak bernyawa lagi. Dira tertunduk lemas dan menangis sejadi-jadinya
            H-2 wisuda, sepeninggal ibunya Dira menjadi tak bersemangat mengikuti wisuda, namun setelah di Rangga membujuk Dira akhirnya gadis itu bertolak ke Jogja untuk mengikuti wisuda
            Hari ini Dira tampil sangat cantik, di ruangan itu Dira merasakan bahwa ibunya melihat dirinya. Jantung Dira berdebar tak menentu saat namanya disebut “dr.Auliya Nadira” dia perlahan menuju kedepan dengan langkah pastinya. Setelah acara wisuda selesai, Rangga dan Dira keluar dari  Graha Sabha Pramana UGM meski dengan perasaan yang tak menentu antara bahagia dan hampa sewaktu didalam tadi, dia tak henti menyeka air mata, lelehan dari kelopak matanya tak henti-hentinya mengucur saat melihat wisudawan lain datang dengan didampingi kedua orang tuanya.
            Setelah disibukkan dengan acara wisuda mereka ber dua menuju rumah Dira di desa melati. Dengan langkah perlahan Dira dan Rangga menuju tanah berhiaskan batu nisan dan bertulisakn Ranti Binti Soejiono. Di depan pusara ibunya Dira memanjatkan doa kepada Tuhan.
Ya ALLAH titip pelukan hangat untuk Ibu
Titip kecupan dikening Ibu
Titip genggaman erat ditangan Ibu
Titip belaian sayang di pipi Ibu
Titip doa untuk Ibu agar Ibu selalu dalam perlindunganMu, agar ibu tidak merasakan gelap di balik tanah, agar Ibu mendapat rumah di syurga milikMU
Dan  titip rindu untuk malaikatku didunia Ya Allah.

No comments:

Post a Comment