PEMBELAJARAN
Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi
sebagai hasil dari pengalaman. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang
manusia dapat melihat perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar
dapat belajar dengan baik.
Di sisi lain pembelajaran
mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai
konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta
didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu
objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan
sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta
didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu
pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya
interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung
dari motivasi pelajar dan kreativitas pengajar. Pembelajar yang memiliki
motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi
tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target
belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses
belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai,
ditambah dengan kreativitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai
target belajar.
Prinsip
Pembelajaran
Berikut ini adalah prinsip umum
pembelajaran yang penulis rangkum dari beberapa pakar pembelajaran yang
meliputi:
a. Perhatian
dan Motifvasi
Perhatian mempunyai peranan yang
penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi
terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Perhatian
terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan
kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang
dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan perhatian dan juga motivasi untuk
mempelajarinya. Apabila dalam diri siswa tidak ada perhatian terhadap pelajaran
yang dipelajari, maka siswa tersebut perlu dibangkitkan perhatiannya. Dalam
proses pembelajaran, perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya, kalau
peserta didik mempunyai perhatian yang besar mengenai apa yang dipelajari
peserta didik dapat menerima dan memilih stimuli yang relevan untuk diproses
lebih lanjut di antara sekian banyak stimuli yang datang dari luar. Perhatian
dapat membuat peserta didik untuk mengarahkan diri pada tugas yang akan
diberikan; melihat masalah-masalah yang akan diberikan; memilih dan memberikan
focus pada masalah yang harus diselesaikan.
Disamping perhatian, motivasi mempunyai peranan
penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan
mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat.
Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung
tertarik perhatiannya dan dengan dmikian timbul motivasi untuk mempelajarinya.
Misalnya, siswa yang menyukai pelajaran matematika akan merasa senang belajar
matematika dan terdorong untuk belajar lebih giat, karenanya adalah kewajiban
bagi guru untuk bisa menanamkan sikap postif pada diri siswa terhadap mata
pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Motivasi dapat diartikan sebagai
tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu
tujuan tertentu. Adanya tidaknya motivasi dalam diri peserta didik dapat
diamati dari observasi tingkah lakunya. Apabila peserta didik mempunyai
motivasi, ia akan (1) bersungguh-sungguh menunjukkan minat, mempunyai perhatian,
dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar; (2)
berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan
tersebut; (3) Terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan. Motivasi
dapat bersifat internal, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri peserta
didik dan juga eksternal baik dari guru, orang tua, teman dan sebagainya.
Berkenaan dengan prinsip motivasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, yaitu: memberikan dorongan,
memberikan insentif dan juga motivasi berprestasi.
b. Keaktifan
Menurut pandangan psikologi anak
adalah makhluk yang aktif. Anak mempuanyai dorongan untuk berbuat sesuatu,
mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh
orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Belajar hanya
mungkin terjadi apabila anak mengalami sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa
belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya
sendiri, maka inisiatif harus datang dari dirinya sendiri, guru hanya sebagai
pembimbing dan pengarah. Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya
jiwa yang aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar
menyimpan saja tanpa mengadakan tansformasi. Menurut teori ini anak memiliki
sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu mencari,
menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Thordike
mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum "law of exercise"-nya
yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Hubungan
stimulus dan respon akan bertambah erat jika sering dipakai dan akan berkurang
bahkan lenyap jika tidak pernah digunakan. Dengan kata lain, kegiatan belajar
diperlukan adannya latihan-latihan dan pembiasaan agar apa yang dipelajari
dapat diingat lebih lama. Semakin sering berlatih maka akan semakin paham. Hal
ini juga sebagaimana yang dikemukakan oleh Mc. Keachie bahwa individu merupakan
"manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu". Dalam proses belajar,
siswa harus menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik
yang mudah diamati maupun kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik
bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan dan
sebaginya. Kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang
dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan suatu konsep
dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan lain sebagainya
c. Keterlibatan
Langsung
Pengalaman belajar haruslah
dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami dan tidak bisa
dilimpahkan pada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar
mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman
langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar
mengamati, tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan
bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yag belajar
membuat tempe yang paling baik apabila ia terlibat secara langsung dalam
pembuatan, bukan sekedar melihat bagaimana orang membuat tempe, apalagi hanya
sekedar mendengar cerita bagaimana cara pembuatan tempe.
Pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan
aktivitas sendiri. Dalam konteks ini, siswa belajar sambil bekerja, karena
dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, pengalaman serta dapat
mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Hal ini
membuktikan bahwa anak memiliki
potensi-potensi yang masih terpendam, melalui belajar anak harus diberi
kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut.
Sesungguhnya anak mempunyai
kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya
sendiri. Dengan demikian, segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan
pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, bekerja sendiri,
dengan fasilitas yang diciptakan sendiri. Pembelajaran itu akan lebih bermakna
jika siswa "mengalami sendiri apa yang dipelajarinya" bukan
"mengetahui" dari informasi yang disampaikan guru. Siswa akan belajar
dngan baik apabila yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah
mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif
dalam proses belajar di sekolah.
Dari berbagai pandangan para ahli
tersebut menunjukkan berapa urgennya keterlibatan siswa secara langsung dalam
proses pembelajaran. Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan
oleh John Dewey dengan "learning by doing"-nya. Belajar sebaiknya
dialami melalui perbuatan langsung dan harus dilakukan oleh siswa secara aktif.
Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa para siswa dapat memperoleh lebih
banyak pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan proporsional,
dibandingkan dengan bila mereka hanya melihat materi/konsep. Modus pengalaman
belajar adalah sebagai berikut: kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20%
dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita
lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakana, dan 90% dari apa yang kita
katakana dan lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa jika guru mengajar dengan
banyak ceramah, maka peserta didik akan mengingat hanya 20% karena mereka hanya
mendengarkan. Sebaliknya, jika guru meminta peserta didik untuk melakukan
sesuatu dan melaporkannya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%.
d. Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan
perlunya pengulangan adalah teori psikologi daya. Menurut teori ini belajar
adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya
mengamati, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan
berkembang, seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka
daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan sempurna.
Selain itu, pada proses belajar,
semakin sering materi pelajaran diulangi maka semakin ingat dan melekat
pelajaran itu dalam diri seseorang. Mengulang besar pengaruhnya dalam belajar,
karena dengan adanya pengulangan "bahan yang belum begitu dikuasai serta
mudah terlupakan" akan tetap tertanam dalam otak seseorang. Mengulang
dapat secara langsung sesudah membaca, tetapi juga bahkan lebih penting adalah
mempelajari kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari misalnya dengan
membuat ringkasan. Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori
koneksionisme-nya Thordike. Dalam teori koneksionisme, ia mengemukakan bahwa
belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan
terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respon benar.
e. Tantangan
Teori medan (Field Theory) dari
Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam belajar berada dalam suatu medan.
Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi
selalu terdapat hambatan dalam mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif
untuk mengatasi hambatan itu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila
hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan
dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Menurut teori ini
belajar adalah berusaha mengatasi hambatan-hamnatan untuk mencapai tujuan. Agar
pada diri anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik,
maka bahan pelajaran harus menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan
belajar membuat siswa bersemangat untuk mengatasinya. Bahan pelajaran yang baru
yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk
mempelajarinya. Penggunaan metode eksperimen, inquiri, discovery juga
memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan
sungguh-sungguh. Penguatan positif dan negatif juga akan menantang siswa dan
menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukuman yang
tidak menyenangkan.
f. Balikan
dan Penguatan
Prinsip belajar yang berkaiatan
dengan balikan dan penguatan adalah teori belajar operant conditioning dari
B.F. Skinner.Kunci dari teori ini adalah law of effect-nya Thordike, hubungan
stimulus dan respon akan bertambah erat, jika diserta perasaan senang atau puas
dan sebaliknya bisa lenyap jika disertai perasaan tidak senang. Artinya jika
suatu perbuatan itu menimbulkan efek baik, maka perbuatan itu cenderung diulangi.
Sebaliknya jika perbuatan itu menimbulkan efek negatif, maka cenderung untuk
ditinggalkan atau tidak diulangi lagi. Siswa akan belajar lebih semangat
apabila mengetahui dan mendapat hasil yang baik. Apabila hasilnya baik akan
menjadi balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar
selanjutnya. Namun dorongan belajar itu tidak saja dari penguatan yang
menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenagkan, atau dengan kata lain adanya
penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar. Siswa yang belajar
sungguh-sungguh akan mendapat nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik
itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat
merupakan operan conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang
mendapat nilai yag jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas,
karena takut tidak naik kelas ia terdorong untuk belajar yang lebih giat.
Disini nilai jelek dan takut tidak naik kelas juga bisa mendorong anak untuk
belajar lebih giat, inilah yang disebut penguatan negatif.
g. Perbedaan
Individual
Siswa merupakan makhluk individu
yang unik yang mana masing-masing mempunyai perbedaan yang khas, seperti
perbedaan intelegensi, minat bakat, hobi, tingkah laku maupun sikap, mereka
berbeda pula dalam hal latar belakang kebudayaan, sosial, ekonomi dan keadaan
orang tuanya. Guru harus memahami perbedaan siswa secara individu, agar dapat
melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya itu. Siswa akan berkembang
sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Setiap siswa juga memilki tempo
perkembangan sendiri-sendiri, maka guru dapat memberi pelajaran sesuai dengan
temponya masing-masing.
Perbedaan individual ini
berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu
perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. Sistem pendidikan
klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan
individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa
sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama,
demikian pula dengan pengetahuannya.
Teori
Belajar dan Pembelajaran
Dua aliran psikologi yang sangat
besar mempengaruhi arah pengembangan teori dan praktik pembelajaran dewasa ini
adalah aliran behavioristik dan kognitif. Aliran behavioristik menekankan pada terbentuknya perilaku yang
nampak sebagai hasil belajar, sedangkan aliran kognitif lebih menekankan pada
pembentukan perilaku internal yang sangat mempengaruhi perilaku yang nampak
tersebut.
Teori behavioristik dengan model
hubungan Stimulus-Responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu
yang pasif. Respon (perilaku) tertentu dapat dibentuk karena dikondisi dengan
cara tertentu dengan menggunakan metode drill (pembiasaan) semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement, dan akan menghilang
bila dikenai hukuman. Hubungan S-R, individu pasif, perilaku yang nampak,
pembentukan perilaku dengan penataan kondisi secara ketat, reinforcement, dan
hukuman merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam teori behavioristik.
Teori ini hingga sekarang sedang merajai praktek pembelajaran. Buktinya nampak
jelas pada penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat yang paling dini, seperti
kelompok bermain, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, sampai dengan
Perguruan Tinggi, yaitu pembentukan perilaku dengan cara drill (pembiasaan)
yang disertai dengan reinforcement atau hukuman.
Aliran kognitif berupaya mendeskripsikan apa yang terjadi
dalam diri seseorang ketika ia belajar. Teori ini lebih menaruh perhatian pada
peristiwa-peristiwa internal. Belajar adalah proses pemaknaan informasi baru
dengan jalan mengaitkannya dengan struktur informasi yang telah dimiliki.
Belajar terjadi lebih banyak ditentukan karena adanya karsa individu. Penataan
kondisi bukan sebagai penyebab terjadinya belajar, tetapi sekedar memudahkan
belajar. Keaktifan siswa menjadi unsur yang sangat penting dalam menentukan
kesuksesan belajar. Kini teori ini diakui memiliki kekuatan yang dapat
melengkapi kelemahan dari teori behavioristik bila diterapkan dalam
pembelajaran. Munculnya Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), keterampilan proses,
dan penekanan pada berpikir produktif merupakan bukti bahwa teori kognitif
telah merambah praktek pembelajaran. Namun operasionalisasi dari teori ini nampak
tertinggal jauh jika dibandingkan dengan teori bahavioristik.
DAFTAR
PUSTAKA
Basiran, Mokh. 1999. Apakah
yang Dituntut GBPP Bahasa Indonesia Kurikulum 1994.Yogyakarta: Depdikbud.
Darjowidjojo, Soenjono. 1994. Butir-butir Renungan Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing.
Makalah disajikan dalam Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia
sebagai Bahasa Asing. Salatiga: Univeristas Kristen Satya Wacana.
Degeng, I.N.S. 1997. Strategi
Pembelajaran Mengorganisasi Isi dengan Model Elaborasi. Malang: IKIP dan
IPTDI.
Depdikbud. 1995. Pedoman
Proses Belajar Mengajar di SD. Jakarta: Proyek Pembinaan Sekolah Dasar.
Hamalik,
O. 1994. Media Pendidikan. Bandung:
Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.
Heinich,
R., Molenda, M., & Russel, J.D. 1993. Instructional
Media and the New Technologies of Instruction, 4th ed. New York: Macmillan
Publishing Company.
Machfudz, Imam. 2000. Metode
Pengajaran Bahasa Indonesia Komunikatif. Jurnal Bahasa dan Sastra UM.
Moeleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya.
Saksomo, Dwi. 1983. Strategi
Pengajaran Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang.
Sholhah, Anik. 2000. Pertanyaan
Tutor dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing di UM.
Skripsi. Tidak diterbitkan.
Sadiman,
A.S., Rahardjo, R., Haryono, A., & Rahadjito. 1990. Media Pendidikan: pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya, edisi 1.
Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.
Subyakto, Sri Utari. 1988. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Sudjana,
N. & Rivai, A. 1992. Media Pengajaran.
Bandung: Penerbit CV. Sinar Baru Badung.
No comments:
Post a Comment