Model
Pembelajaran Sastra
“ Urutan Alur”
Latar Belakang: Pembelajaran Sastra dilakukan dalam konteks
keterampilan berbahasa yang menggunakan materi sastra, sehingga model
pembelajaran mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (yang telah
diungkapkan di muka/postingan terdahulu) dapat diterapkan dalam pembelajaran
sastra.
Pada
kesempatan ini, ada beberapa model atau teknik pembelajaran khas sastra yang
akan saya sampaikan.
Model pembelajaran
sastra tersebut yaitu : Urutan Alur
Model Pembelajaran Sastra Urutan Alur merupakan pembelajaran lanjutan dari model
pembelajaran Ganti Latar pada model pembelajaran Sastra.
Urutan Alur dalam pembelajaran sastra meliputi : perkenalan, tampilan
masalah, klimaks, antiklimaks, penyelesaian.
Tujuannya agar dalam model pembelajaran sastra
ini siswa diajarkan dan dilatih bagaimana menentukan atau mendiskripsikan
bagian dari alur cerita yang termasuk perkenalan, tampilan masalah, klimaks
dan antiklimaksnya. Di sini siswa tidak melakukan perubahan tokoh, latar
atau pun alur cerita . Untuk pemilihan metode dan Media Pembelajarannya tergantung situasi pembelajaran
seperti apa yang akan dikehendaki/diinginkan, dan relevansinya dengan tujuan
pembelajaran. Belajar menulis pada hakekatnya belajar mengungkapkan sesuatu
dalam bentuk kata dan kalimat/tulisan, namun pada pembelajaran ini siswa belum
sampai pada tingkatan menulis cerita secara utuh.
Alternatif langkah-langkah pembelajarannya, sebagai
berikut :
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
- Siswa dibagi dalam beberapa kelompok beranggotakan 3-4 siswa (namun tidah harus kelompok).
- Guru menjelaskan secara singkat cara menentukan/mendiskripsikan bagian-bagian dari alur cerita.
- Guru menyiapkan Lembar Kerja berupa teks cerita sejumlah kelompok, lalu dibagikan.
- Setiap kelompok mengerjakan tugas LK sesuai petunjuk guru yaitu menuliskan urutan alur cerita.
- Setelah selesai, guru menunjuk salah satu kelompok untuk menampilkan/membacakan hasil pekerjaanya.
- Setiap satu kelompok selesai langsung diberi aplaus, lalu giliran kelompok yang lain. Demikian seterusnya sampai seluruh kelompok tampil membacakan hasil pekerjaannya.
- Evaluasi,
- Kesimpulan.
Kemampuan membuat desain pembelajaran merupakan fokus
kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru yang profesional. Alasannya,
kemampuan mendesain pembelajaran sangat berkaitan langsung dengan pelaksanaan
tugas guru di lapangan sebagai pemegang kendali proses pembelajaran yang
berlangsung di dalam kelas.
Tidak ada metode pembelajaran sastra yang demikian sempurna,
maka seorang Guru diharapkan untuk mampu memilah dan memilih serta menentukan
media dan metode pembelajaran yang paling relevan dengan tujuan dan situasi
yang dihadapinya di kelas.
Demikianlah, mudah-mudahan postingan ini dapat menambah
khasanah pembelajaran bahasa Indonesia kita khususnya pembelajaran sastra,
sehingga pembelajaran bahasa Indonesia yang dirancang lebih bervariatif, bermakna,
menantang namun juga menyenangkan bagi siswa/peserta didik.
Model Pembelajaran Sastra
“Skema Tokoh”
Latar Belakang Pembelajaran Sastra dilakukan dalam konteks keterampilan berbahasa yang menggunakan materi sastra, sehingga model pembelajaran mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (yang telah diungkapkan di muka/postingan terdahulu) dapat diterapkan dalam pembelajaran sastra.
Pada kesempatan ini, ada beberapa model atau teknik
pembelajaran khas sastra yang akan saya sampaikan.
Model pembelajaran sastra
tersebut yaitu : Skema Tokoh
Model pembelajaran Sastra Skema Tokoh merupakan pembelajaran
lanjutan dari model pembelajaran Urutan Alur pada model pembelajaran Sastra.
Dalam model pembelajaran sastra ini siswa diajarkan dan dilatih
menggambarkan skema tokoh. Skema tokoh artinya para tokoh cerita yang sudah
diidentifikasikan lalu dibuat skema hubungan antar tokoh tersebut. Bisa saja
hubungan family, hubungan kerja, hubungan persahabatan, atau yang lainnya.
Di sini siswa tidak melakukan perubahan tokoh, latar atau pun alur
cerita.
Untuk pemilihan metode dan Media Pembelajarannya tergantung situasi pembelajaran
seperti apa yang akan dikehendaki/diinginkan, dan relevansinya dengan tujuan
pembelajaran. Belajar menulis pada hakekatnya belajar mengungkapkan sesuatu
dalam bentuk kata dan kalimat/ tulisan, namun pada pembelajaran ini siswa belum
sampai pada tingkatan menulis cerita secara utuh atau lengkap.
Alternatif langkah-langkah pembelajarannya, sebagai
berikut :
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
- Siswa dibagi dalam beberapa kelompok beranggotakan 3-4 siswa (namun tidah harus kelompok).
- Guru menjelaskan secara singkat bagaimana menggambarkan skema tokoh dari sebuah cerita.
- Guru menyiapkan Lembar Kerja berupa teks cerita sejumlah kelompok, lalu dibagikan.
- Setiap kelompok mengerjakan tugas LK sesuai petunjuk guru yaitu menuliskan skema tokoh dari sebuah cerita.
- Setelah selesai, guru menunjuk salah satu kelompok untuk menampilkan/membacakan hasil pekerjaanya.
- Setiap satu kelompok selesai langsung diberi aplaus, lalu giliran kelompok yang lain. Demikian seterusnya sampai seluruh kelompok tampil membacakan hasil pekerjaannya.
- Evaluasi.
- Kesimpulan.
Kemampuan membuat desain pembelajaran merupakan fokus
kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru yang profesional. Alasannya,
kemampuan mendesain pembelajaran sangat berkaitan langsung dengan pelaksanaan
tugas guru di lapangan sebagai pemegang kendali proses pembelajaran yang
berlangsung di dalam kelas.
Tidak ada metode pembelajaran sastra yang demikian sempurna,
maka seorang Guru diharapkan untuk mampu memilah dan memilih serta menentukan
media dan metode pembelajaran yang paling relevan dengan tujuan dan situasi
yang dihadapinya di kelas.
Demikianlah, mudah-mudahan postingan ini dapat menambah
khasanah pembelajaran bahasa Indonesia kita khususnya pembelajaran sastra,
sehingga pembelajaran bahasa Indonesia yang dirancang BapakIbu Guru dapat lebih
bervariatif, lebih bermakna, menantang namun juga menyenangkan bagi
siswa/peserta didik.
No comments:
Post a Comment