Sunday, June 12, 2016

Pembelajaran Menulis Puisi dengan Teknik " KAPAS (akronim dari karya puisi alam sekitar)"





 Pengembangan Model Pembelajaran Sastra

 http://img.bisnis.com/posts/2015/09/03/468538/puisi-wikihow.jpg

Standar Kompetensi (SK)                    : Mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman     melalui   kegiatan  menulis kreatif puisi.
Sedangkan kompetensi dasar (KD)      : menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam
Kelas/Semester                                    : Tujuh/dua

A. Nama model pembelajaran         : KAPAS (akronim dari karya puisi alam sekitar)
B. Latar Belakang Pemilihan Model KAPAS
Keterampilan berbahasa meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.  Salah satu kelemahan pembelajar bahasa Indonesia di banyak sekolah adalah kurangnya keterampilan dalam menulis, Khususnya menulis satra. Keterampilan menulis saatra dirasa sulit untuk diterapkan siswa. Oleh karena itu banyak latihan menulis kreatif akan meningkatkan daya imajinasi dan fantasi siswa. Sedangkan pengembangan imajinasi dan fantasi siswa akan meningkatkan kreatifitas siswa. Banyak guru menganggap peningkatan daya fantasi kurang baik sehingga tidak pernah dilakukan. Peningkatan fantasi, imajinasi dan kreatifitas dapat dilakukan dengan cara-cara sederhana, dan dapat menjadikan mata pelajaran bahasa dan satra menjadi pelajaran yang menarik, menantang dan menyenangkan. Dalam menulis puisi kelihatannya gampang. Setelah di praktekkan teryata  siswa kesulitan menulis puisi yang berisi keindahan alam dengan pilihan kata, rima yang tepat, serta  penuh makna, padat, bermajas, dan menarik.
Pembelajaran dikelas pada dasarnya dimaksudkan untuk membantu siswa untuk bertahan hidup atau bahkan mewarnai kehidupan. Karena itu, pembelajar disekolah tidak seharusnya diarahkan untuk sekedar mengenal, mengingat, atau memahami ilmu pengetahuan. Mereka harus mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya untuk bekal mereka dalam mengenali dan mengatasi masalah kehidupan, atau bahkan dalam menciptakan sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan. Dengan demikian penulis membuat model pembelajaran yang bernama KAPAS (karya puisi alam sekitar) dengan model pembelajaran ini siswa semakin mudah untuk membuat puisi dan tidak memakan biaya banyak untuk membuat media pembelajaran. Karena media yamg akan digunakan adalah alam sekitar sekolah.

https://janelarie17.files.wordpress.com/2012/11/handpenpaper.jpg


C. Landasan Teori
Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Dalam sebuah pembelajaran diperlukan suatu pendekatan supaya proses belajar siswa berjalan efektif. Salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan keefektifan siswa adalah kontruktivisme. Konstruktivisme (Construktivisme) merupakan landasan berfikir (filosofis) pembelajaran konstekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. (Nurhadi & Agus, 2009:39)
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasi suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. (Nurhadi & Agus, 2009:40).
Dengan dasar itu, Pembelajar harus dikemas menjadi proses’ mengkontruksi’ bukan menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual. Pembelajarn kontekstual  melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment). Dari ketujuh komponen itu, model pembelajaran KAPAS menekankan pada inquiri dan learning Community.

a.      Menemukan (inquiri)
Inkuiri pada dasarnya suatu ide yang kompleks, yang berarti banyak hal, bagi banyak orang, dalam banyak konteks (aconplex idea that means many things to many people in many contexts). Inkuiri adalah bertanya. Bertanya yang baik, bukan asal bertanya. Pertanyaan harus berhubungan dengan apa yang harus dibicarakan. Pertanyaan yang diajukan harus dapat dijawab sebagian atau keseluruhannya. Pertanyaan harus dapat diuji dan diselidiki secara bermakna.
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merangcang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Kegiatan inkuiri sebenarnya sebuah siklus. Siklus itu terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
(1)   Merumuskan masalah
Bagaimanakah cara melukiskan suasana menikmati ikan bakar di tepi panntai Kenari? (bahasa Indonesia)
(2)   Mengumpulkan data melalui observasi
·         Membaca buku atau  sumber lain untuk mendapatkan informasi pendukung.
·         Mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber yang diamati.
(3)   Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, karya lainnya.
·         Siswa membuat paragrap diskripsi sendiri.
(4)   Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada membaca, teman sekelas, atau audiens yang lain
·         Karya siswa disampaikan teman sekelas untuk mendapatkan masukan
·         Bertanya jawab dengan teman
·         Memunculkan ide-ide baru
·         Melakukan refleksi
·         Menempelkan gambar, karya tulis, peta dan sejenisnya di dinding kelas, majalah dindind,majalah sekolah dll.(Nurhadi & Agus, 2009:51).
  Menurut Ellis (dalam Fredericks, 1991) pendekatan inkuiri didasarkan atas tiga pengertian, yaitu siswa terlibat dalam kesempatan belajar dengan derajat “self-direction” yang tinggi; siswa dapat mengembangkan sikap yang baik terhadap belajar, juga siswa dapat menjaga dan menggunakan informasi untuk waktu yang lama. Seif (1979) juga menambahkan bahwa inkuiri mempunyai 4 ciri penting, yaitu: Pertama, inkuiri ini melibatkan pendekatan pembelajaran untuk “menanyakan” dan terbuka untuk menerima gagasan dan pemikiran baru. Kedua, seseorang yang berorientasi pada inkuiri adalah orang yang sangat penyabar. Ketiga, inkuiri didasarkan atas asumsi ”kebebasan ide”, sebuah asumsi bahwa individu diijinkan dan diharapkan untuk memiliki “gagasan cemerlang” (wonderful ideas). Keempat, inkuiri adalah sebuah proses yang melibatkan pertumbuhan.

b.      Kooperatif (Cooperatil Learning)          
Pengajaran kooperatif (Cooperative Learning) memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Holubec, 2001)
Pembelajaran kooperatif merupakan istilah yang mengacu kepada metode pembelajaran dimana siswa dari semua tingkat kemampuan bekerja bersama dalam kelompok-kelompok kecil terkait dengan suatu tujuan belajar. Fitur esensial dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa keberhasilan dari seorang siswa akan membantu siswa lainnya untuk mencapai keberhasilan.
Beberapa hal yang diharapkan terjadi melalui pembelajaran kooperatif adalah:
1.      siswa akan menghasilkan ide yang lebih banyak dan lebih baik
2.      siswa akan memecahkan permasalahan lebih cepat
3.      siswa menghasilkan solusi yang lebih baik
4.      siswa akan lebih produktif
5.      siswa akan lebih bersahabat, suka membantu, dan memiliki perhatian terhadap lainnya
6.      siswa meningkatkan perilakunya dalam pemecahan permasalahan
Temuan-temuan menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif untuk bahasa Indonesia dan sastra telah meningkatkan hubungan yang positif antar individu. Individu-individu yang bekerja bersama untuk suatu tujuan, telah membuat mereka belajar sebagaimana yang lainnya. Kekuatan menonjol dari pembelajaran kooperatif adalah pencapaian hasil yang positif, memperbaiki hubungan antar siswa, dan meningkatkan prestasi belajar. Apek lain dari pembelajaran kooperatif adalah penggunaan yang mudah. Secara keseluruhan pembelajaran kooperatif akan meningkatkan pengalaman pendidikan dari banyak siswa, dan hal demikian akan terus berlanjut.

D. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dengan model KAPAS akronim dari karya puisi alam sekitar adalah:
1)      Untuk meningkatkan kemampuan imajinasi, kreatifitas siswa dalam menulis puisi yang berkanaan dengan keindahan alam dengan pilihan kata, rima yang tepat, serta  penuh makna, padat, bermajas, dan menarik.
2)      Memudahkan siswa dalam menulis puisi yang berkanaan dengan keindahan alam dengan pilihan kata, rima yang tepat, serta  penuh makna, padat, bermajas, dan menarik.
3)      Membuat pelajaran menulis puisi menyenagkan, tidak membosankan karena siswa diajak keluar ruangan sehingga siswa tidak jenuh.
4)      Tidak memerlukan biaya banyak untuk membuat media pembelajaran.
Dampak negatif pada pembelajaran model KAPAS adalah:
1)      Memerlukan waktu yang agak banyak,
2)      Bagi siswa yang agak males belajar mereka lebih senang menikmati keindahan alam sekitar dibandingkan dengan tugasnya.
Dampak positif pada pembelajaran model KAPAS adalah:
1)      Siswa lebih fres karena suasana yang berbeda/di luar kelas
2)      Pikiran siswa jadi ringan seperti kapas karena bisa mendata secara langsung objek yang ada dan jg bisa merasakan langsung suasana yang dialaminya.
3)      Puisi yang telah dibuatnya tidak mudah terlupakan karena siswa langsung terjun ke lokasi dan bergelut dengan benda-benda yang dilihat, dipegang, dirasakan.

E. Struktur Model (skenario pembelajaran)
AdapunLangkah-langkah yang diterapkan strategi model KAPAS antara lain:
·         Mengimpormasikan kompetensi dasar serta memberi pertanyaan lesan.
·         Membentuk kelompok kecil.
·         Siswa diajak ke luar kelas untuk mengamati objek serta suasana disekeliling kelas.
·         Siswa mendata pencitraan yang muncul setelah melihat objek.
·         Siwa kembali kekelas untuk mendiskusikan data-data yang diperoleh dalam mengamati objek.
·         Siswa menggabungkan?mengemas kata-kata tersebut menjadi puisi yang penuh makna, padat, bermajas, dan menarik.
·         Masing-masing kelompok mempresentasikan puisi yang telah ditulis .
·         Masing-masing kelompok memberi komentar terhadap puisi yang telah dipresentasikan.
·         Siswa memilih puisi yang terbaik.

F. Media dan Alat
Dalam pembelajaran model KAPAS ini menggunakan media lingkungan sekitar sekolah. Adapun alat yang digunakan hanya pensil, kertas, dan buku diktat bahasa Inadonesia.







 http://c.asstatic.com/images/785946_634311483009991250-1.jpg










DAFTAR PUSTAKA
Nurhadi, Gerrad Senduk, Agus. 2009. Pembelajaran Kontekstual(Contextual Teaching Learning/CTL). NAMA PENERBIT.
Modul Pelatihan. 2009. Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna 2 (Better Teaching and learning3). Decentralized Basic Education: USAID.
Modul Pelatihan. 2006. Asyik Belajar Dengan PAKEM:BAHASA INDONESIA.MANAGING BASIC EDUCATION: USAID.
Kuntjojo.2009. Model-model Pembelajaran. Departemen PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS  NUSANTARA PGRI Kediri Panitia SERTIFIKASI GURU (PSG)RAYON 43.







No comments:

Post a Comment