Pengembangan Model Pembelajaran Sastra
Standar
Kompetensi (SK) : Mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi.
Sedangkan
kompetensi dasar (KD) : menulis
kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam
Kelas/Semester :
Tujuh/dua
A. Nama model
pembelajaran :
KAPAS (akronim dari karya puisi alam sekitar)
B. Latar Belakang
Pemilihan Model KAPAS
Keterampilan berbahasa
meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu kelemahan pembelajar bahasa
Indonesia di banyak sekolah adalah kurangnya keterampilan dalam menulis,
Khususnya menulis satra. Keterampilan menulis saatra dirasa sulit untuk
diterapkan siswa. Oleh karena itu banyak latihan menulis kreatif akan
meningkatkan daya imajinasi dan fantasi siswa. Sedangkan pengembangan imajinasi
dan fantasi siswa akan meningkatkan kreatifitas siswa. Banyak guru menganggap
peningkatan daya fantasi kurang baik sehingga tidak pernah dilakukan.
Peningkatan fantasi, imajinasi dan kreatifitas dapat dilakukan dengan cara-cara
sederhana, dan dapat menjadikan mata pelajaran bahasa dan satra menjadi
pelajaran yang menarik, menantang dan menyenangkan. Dalam menulis puisi kelihatannya
gampang. Setelah di praktekkan teryata siswa kesulitan menulis puisi yang berisi
keindahan alam dengan pilihan kata, rima yang tepat, serta penuh makna, padat, bermajas, dan menarik.
Pembelajaran dikelas
pada dasarnya dimaksudkan untuk membantu siswa untuk bertahan hidup atau bahkan
mewarnai kehidupan. Karena itu, pembelajar disekolah tidak seharusnya diarahkan
untuk sekedar mengenal, mengingat, atau memahami ilmu pengetahuan. Mereka harus
mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya untuk bekal mereka dalam
mengenali dan mengatasi masalah kehidupan, atau bahkan dalam menciptakan
sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan. Dengan demikian penulis membuat model
pembelajaran yang bernama KAPAS (karya puisi alam sekitar) dengan model
pembelajaran ini siswa semakin mudah untuk membuat puisi dan tidak memakan biaya
banyak untuk membuat media pembelajaran. Karena media yamg akan digunakan
adalah alam sekitar sekolah.
C.
Landasan Teori
Ada kecendrungan dewasa
ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika
lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami
apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi
pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka
pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan
jangka panjang.
Dalam sebuah
pembelajaran diperlukan suatu pendekatan supaya proses belajar siswa berjalan
efektif. Salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan
keefektifan siswa adalah kontruktivisme. Konstruktivisme (Construktivisme)
merupakan landasan berfikir (filosofis) pembelajaran konstekstual, yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil
dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata. (Nurhadi & Agus, 2009:39)
Siswa perlu dibiasakan
untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan
kepada siswa. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka sendiri.
Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan
mentransformasi suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila
dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. (Nurhadi & Agus,
2009:40).
Dengan dasar itu,
Pembelajar harus dikemas menjadi proses’ mengkontruksi’ bukan menerima’
pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan
mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa
menjadi pusat kegiatan, bukan guru.
Dalam kelas kontektual,
tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih
banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu
yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan
sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola
dengan pendekatan kontekstual. Pembelajarn kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning),
menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan
(Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment). Dari ketujuh
komponen itu, model pembelajaran KAPAS menekankan pada inquiri dan learning
Community.
a.
Menemukan
(inquiri)
Inkuiri pada dasarnya
suatu ide yang kompleks, yang berarti banyak hal, bagi banyak orang, dalam
banyak konteks (aconplex idea that means many things to many people in many
contexts). Inkuiri adalah bertanya. Bertanya yang baik, bukan asal bertanya.
Pertanyaan harus berhubungan dengan apa yang harus dibicarakan. Pertanyaan yang
diajukan harus dapat dijawab sebagian atau keseluruhannya. Pertanyaan harus
dapat diuji dan diselidiki secara bermakna.
Sebagaimana dikemukakan
sebelumnya, menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan
hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Guru harus selalu merangcang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan,
apapun materi yang diajarkannya. Kegiatan inkuiri sebenarnya sebuah siklus.
Siklus itu terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Merumuskan
masalah
Bagaimanakah cara melukiskan
suasana menikmati ikan bakar di tepi panntai Kenari? (bahasa Indonesia)
(2) Mengumpulkan
data melalui observasi
·
Membaca buku atau sumber lain untuk mendapatkan informasi
pendukung.
·
Mengamati dan mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya dari sumber yang diamati.
(3) Menganalisis
dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, karya
lainnya.
·
Siswa membuat paragrap diskripsi sendiri.
(4) Mengkomunikasikan
atau menyajikan hasil karya pada membaca, teman sekelas, atau audiens yang lain
·
Karya siswa disampaikan teman sekelas
untuk mendapatkan masukan
·
Bertanya jawab dengan teman
·
Memunculkan ide-ide baru
·
Melakukan refleksi
·
Menempelkan gambar, karya tulis, peta
dan sejenisnya di dinding kelas, majalah dindind,majalah sekolah dll.(Nurhadi
& Agus, 2009:51).
Menurut Ellis (dalam Fredericks, 1991)
pendekatan inkuiri didasarkan atas tiga pengertian, yaitu siswa terlibat dalam
kesempatan belajar dengan derajat “self-direction” yang tinggi; siswa dapat
mengembangkan sikap yang baik terhadap belajar, juga siswa dapat menjaga dan
menggunakan informasi untuk waktu yang lama. Seif (1979) juga menambahkan bahwa
inkuiri mempunyai 4 ciri penting, yaitu: Pertama, inkuiri ini melibatkan
pendekatan pembelajaran untuk “menanyakan” dan terbuka untuk menerima gagasan
dan pemikiran baru. Kedua, seseorang yang berorientasi pada inkuiri adalah
orang yang sangat penyabar. Ketiga, inkuiri didasarkan atas asumsi ”kebebasan
ide”, sebuah asumsi bahwa individu diijinkan dan diharapkan untuk memiliki
“gagasan cemerlang” (wonderful ideas). Keempat, inkuiri adalah sebuah proses
yang melibatkan pertumbuhan.
b.
Kooperatif
(Cooperatil Learning)
Pengajaran kooperatif
(Cooperative Learning) memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar
dalam mencapai tujuan belajar (Holubec, 2001)
Pembelajaran kooperatif
merupakan istilah yang mengacu kepada metode pembelajaran dimana siswa dari
semua tingkat kemampuan bekerja bersama dalam kelompok-kelompok kecil terkait
dengan suatu tujuan belajar. Fitur esensial dari pembelajaran kooperatif adalah
bahwa keberhasilan dari seorang siswa akan membantu siswa lainnya untuk
mencapai keberhasilan.
Beberapa hal yang
diharapkan terjadi melalui pembelajaran kooperatif adalah:
1. siswa
akan menghasilkan ide yang lebih banyak dan lebih baik
2. siswa
akan memecahkan permasalahan lebih cepat
3. siswa
menghasilkan solusi yang lebih baik
4. siswa
akan lebih produktif
5. siswa
akan lebih bersahabat, suka membantu, dan memiliki perhatian terhadap lainnya
6. siswa
meningkatkan perilakunya dalam pemecahan permasalahan
Temuan-temuan
menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif untuk bahasa
Indonesia dan sastra telah meningkatkan hubungan yang positif antar individu.
Individu-individu yang bekerja bersama untuk suatu tujuan, telah membuat mereka
belajar sebagaimana yang lainnya. Kekuatan menonjol dari pembelajaran
kooperatif adalah pencapaian hasil yang positif, memperbaiki hubungan antar
siswa, dan meningkatkan prestasi belajar. Apek lain dari pembelajaran
kooperatif adalah penggunaan yang mudah. Secara keseluruhan pembelajaran
kooperatif akan meningkatkan pengalaman pendidikan dari banyak siswa, dan hal
demikian akan terus berlanjut.
D. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dengan model
KAPAS akronim dari karya puisi alam sekitar adalah:
1) Untuk
meningkatkan kemampuan imajinasi, kreatifitas siswa dalam menulis puisi yang
berkanaan dengan keindahan alam dengan pilihan kata, rima yang tepat, serta penuh makna, padat, bermajas, dan menarik.
2) Memudahkan
siswa dalam menulis puisi yang berkanaan dengan keindahan alam dengan pilihan
kata, rima yang tepat, serta penuh
makna, padat, bermajas, dan menarik.
3) Membuat
pelajaran menulis puisi menyenagkan, tidak membosankan karena siswa diajak
keluar ruangan sehingga siswa tidak jenuh.
4) Tidak
memerlukan biaya banyak untuk membuat media pembelajaran.
Dampak negatif pada pembelajaran model KAPAS adalah:
1) Memerlukan
waktu yang agak banyak,
2) Bagi
siswa yang agak males belajar mereka lebih senang menikmati keindahan alam
sekitar dibandingkan dengan tugasnya.
Dampak positif pada pembelajaran model KAPAS adalah:
1) Siswa
lebih fres karena suasana yang berbeda/di luar kelas
2) Pikiran
siswa jadi ringan seperti kapas karena bisa mendata secara langsung objek yang
ada dan jg bisa merasakan langsung suasana yang dialaminya.
3) Puisi
yang telah dibuatnya tidak mudah terlupakan karena siswa langsung terjun ke
lokasi dan bergelut dengan benda-benda yang dilihat, dipegang, dirasakan.
E.
Struktur Model (skenario pembelajaran)
AdapunLangkah-langkah yang diterapkan
strategi model KAPAS antara lain:
·
Mengimpormasikan kompetensi dasar serta
memberi pertanyaan lesan.
·
Membentuk kelompok kecil.
·
Siswa diajak ke luar kelas untuk
mengamati objek serta suasana disekeliling kelas.
·
Siswa mendata pencitraan yang muncul
setelah melihat objek.
·
Siwa kembali kekelas untuk mendiskusikan
data-data yang diperoleh dalam mengamati objek.
·
Siswa menggabungkan?mengemas kata-kata
tersebut menjadi puisi yang penuh makna, padat, bermajas, dan menarik.
·
Masing-masing kelompok mempresentasikan
puisi yang telah ditulis .
·
Masing-masing kelompok memberi komentar
terhadap puisi yang telah dipresentasikan.
·
Siswa memilih puisi yang terbaik.
F.
Media dan Alat
Dalam pembelajaran
model KAPAS ini menggunakan media lingkungan sekitar sekolah. Adapun alat yang
digunakan hanya pensil, kertas, dan buku diktat bahasa Inadonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Nurhadi, Gerrad Senduk,
Agus. 2009. Pembelajaran
Kontekstual(Contextual Teaching Learning/CTL). NAMA PENERBIT.
Modul Pelatihan. 2009. Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna 2 (Better Teaching and learning3). Decentralized
Basic Education: USAID.
Modul Pelatihan. 2006. Asyik
Belajar Dengan PAKEM:BAHASA INDONESIA.MANAGING BASIC EDUCATION: USAID.
Kuntjojo.2009.
Model-model Pembelajaran. Departemen PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI Kediri Panitia SERTIFIKASI
GURU (PSG)RAYON 43.
No comments:
Post a Comment