Sunday, June 12, 2016

Pembelajaran Menulis Kreatif Puisi Dengan Menggunakan Metode Group Field Tour



Pengembangan Metode Pembelajaran Pembelajaran Menulis Kreatif Puisi Dengan Menggunakan Metode Group Field Tour


         Oleh Arisul Ulumuddin            
Jumat, 22 Oktober 2010 09:48

http://www.saveourcemeteries.org/wp-content/uploads/2012/01/Group-Tour-SOC-Tides_Class-9_9966620875-1024x682.jpg

      Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi, sedangkan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan kemanusiaannya. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulis serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia.
        Aspek bersastra memiliki kedudukan yang sama penting dengan aspek berbahasa, bahkan keduanya tidak dapat dipisahkan karena bahasa adalah media pengucapan karya sastra. Keterampilan bersastra diperkaya oleh fungsi utama sastra untuk penghalusan budi, peningkatan rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya dan penyaluran gagasan, imaginasi, dan ekspresi secara kreatif dan konstruktif, baik secara lisan maupun tulis.
         Pentingnya pembelajaran sastra di sekolah, termasuk pembelajaran menulis kreatif puisi, guru harus berusaha untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis kreatif puisi dengan berbagai upaya dan metode yang diajarkan, karena pembelajaran sastra khususnya puisi sampai saat ini masih menghadapi berbagai masalah. Masalah yang dihadapi antara lain jumlah dan mutu pengajar, jumlah dan mutu buku teks yang dipergunakan, proses pembelajaran yang cenderung monoton dan hasil belajar siswa yang kurang memuaskan, hal ini menimbulkan kurang minatnya siswa terhadap pembelajaran sastra tersebut, sehingga hasil karya puisi siswa tidak mengandung unsur keindahan.
       Keindahan puisi yang bersifat etis adalah keindahan yang berupa nilai-nilai yang ingin disampaikan penyair dalam puisinya. Nilai tersebut diperoleh di luar karya sastra atau unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik puisi yaitu nilai didaktis atau pendidikan nilai sosial, nilai kebangsaan dan nilai ketuhanan. Keindahan puisi yang bersifat estetis adalah keindahan puisi yang bersumber dari unsur pembangun yang berasal dari dalam puisi atau unsur instrinsik. Unsur instrinsik puisi yaitu tema, imajinasi, diksi, majas, rima, irama, dan suasana. Nilai ekstrinsik dan intrinsik pada puisi dapat menjadikan siswa arif dan bijaksana dalam menyikapi kehidupan.
        Dalam pembelajaran menulis kreatif puisi, guru sebagai fasilitator mempunyai kontribusi yang cukup berarti. Kontribusi guru ini dapat berwujud pemberian rangsangan, dorongan, dan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan ketrampilan menulis kreatif puisi.

http://chicago.cubs.mlb.com/chc/images/ballpark/y2011/tour_youth_4_300x200.jpg

Puisi
        Keterampilan menulis puisi adalah keterampilan berekspresi yang menonjolkan penekanan pada ekspresi diri secara pribadi, diantaranya yaitu penekanan pengekspresian emosi, gagasan, atau ide. Perlu diperhatikan dalam menulis karya sastra (puisi) harus lebih mengutamakan prinsip litentia poetica yaitu kebebasan penyair dalam menggunakan bahasa. Bahasa dalam puisi tidak harus mengikuti kaidah-kaidah kebahasaan yang berlaku, tetapi penulis diberi kesempatan untuk melanggar atau menyeleweng ketika mereka menulis puisi (Depdiknas 2006:17). Menurut Keraf (1980:93), sasaran yang akan dicapai oleh penulis deskripsi adalah memugkinkan terciptanya daya khayal atau imajinasi kepada para pembaca, seolah-olah mereka melihat sendiri secara keseluruhan yang dialami secara fisik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis puisi adalah kegiatan mengungkapkan pikiran dan perasaan secara apresiatif dalam bentuk puisi sebagai sesuatu yang bermakna dengan memanfaatkan berbagai pengalaman dalam kehidupan nyata. Keterampilan menulis puisi termasuk jenis tulisan deskripsi yang melukiskan atau mengemukakan tentang sifat, tingkah laku seseorang dan suasana suatu tempat seperti apa adanya.
Unsur-unsur Puisi
         Unsur-unsur puisi tidaklah berdiri sendiri, tetapi merupakan sebuah struktur. Seluruh unsur merupakan kesatuan, unsur yang satu dengan unsur yang lainnya menunjukkan hubungan keterjalinan satu dengan yang lainnya. Puisi terdiri atas dua struktur yaitu struktur fisik dan struktur batin. Struktur puisi terdiri atas diksi, pengimajian, kata kongret, bahasa figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah (tipografi), sedangkan struktur batin puisi meliputi tema, perasaan, nada, dan suasana, serta amanat atau pesan yang terkandung dalam puisi.

 https://www.arbordayfarm.org/images/hero-tour-tree-planting.jpg

Penerapan metode Group Field Tour
       Group Field Tour adalah metode baru yang memberikan siswa kebebasan kepada siswa untuk melakukan penjelajahan di luar kelas, sebagai upaya menggairahkan dan menggugah inspirasi siswa untuk berbicara yang di ubahnya menjadi bentuk tulisan (puisi). Karena pengajaran yang baik harus memperhatikan lingkungan tempat belajar. Hal ini seperti yang dinyatakan Jeannette Vos (Gordon Dryden 2001: 303) yang menyatakan ada enam kiat pengajaran yang efektif salah satunya penciptaan kondisi belajar yang terbaik bagi siswa. Dr. Nurhadi dalam pembelajaranyya menyatakan bahwa belajar akan berjalan efektif jika dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting didepan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan (Nurhadi 2003: 18)
         Pembelajaran berkembang cepat dan mudah melalui penjelajahan dan kesenangan. Kondisi kelas yang baik adalah kondisi suasana pembelajaran siswa merasa senang dan bergairah untuk belajar secara maksimal (Gordon Dryden 2001: 303). Lingkungan luar kelas merupakan tempat belajar yang efektif karena siswa merasa bebas dan senang untuk mencari pengalaman yang akan diceritakan untuk melatih keterampilan menulis kreatif puisi, sehingga siswa dapat melihat langsung ke obyek yang akan ditulis menjadi puisi. Ketika seseorang banyak berinteraksi dengan lingkungan, maka semakin mahir pula ia mengatasi situasi-situasi yang menantang dan semakin mudah mendapat informasi baru.
      Field Tour ini merupakan sebuah metode pembelajaran yang berpijak pada keinginan untuk menghidupkan kelas. Kelas yang hidup adalah kelas yang memberdayakan siswa dengan segala aktivitas belajarnya untuk mencapai kompetensi yang diinginkan (Nurhadi 2003: 100). Pembelajaran ini bermula dari filsafat progressive John Dewey. Pembelajaran ini menyatakan bahwa cara belajar terbaik adalah siswa mengontruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
       Dalam kelas, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberitahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan sebagainya. Kelompok belajar siswa bisa sangat bervariasi bentuknya, baik anggotanya maupun jumlahnya.
       Dalam pembelajaran learning community siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri. Learning community memberikan siswa pengalaman belajar yang nyata dan aktif. Siswa diharapkan dapat mengambil inisiatif. Mereka dilatih memecahkan masalah, membuat keputusan, dan memperoleh keterampilan. Dalam pembelajaran, setiap siswa harus memainkan dan memfungsikan talentanya masing-masing.
      Pengelompokan ini merupakan pembelajaran kooperatif yang mempunyai banyak keunggulan seperti memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial, mengembangkan kegembiraan yang sejati, memungkinkan siswa untuk saling belajar mengenai sikap, pengalaman, informasi dan dapat menjadi acuan bagi perkembangan kepribadian yang sehat (Nurhadi 2003:62).
       Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa learning community merupakan salah satu prinsip pembelajaran grouping yang membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil belajar. Dalam pembelajaran siswa dituntut untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dan kerjasama dengan anggota kelompok. Dengan keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi siswa.
        Group Field Tour adalah metode pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan cara melakukan perjalanan atau penjelajahan di lingkungan luar kelas secara berkelompok, dalam perjalanan tersebut siswa menemukan sesuatu yang menarik kemudian satu persatu anggota kelompok berdiskusi, dalam diskusi tersebut melalui perasaan sehingga muncul kata-kata yang akan dituliskan menjadi sebuah puisi, sesuai dengan aspek yang telah ditentukan guru sebelumnya mengenai unsur pembangun puisi yaitu: diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, tipografi, sarana retorika, tema, perasaan, nada, suasana, amanat yang hendak disampaikan.
         Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan mengalami perubahan perilaku ke arah positif. Tujuan dari metode Group Field Tour adalah pembentukan manusia, dengan pembelajaran ini diharapkan dapat menghasilkan output (siswa) yang menguasai kompetensi-kompetensi tertentu yang dibutuhkan dalam kehidupannya sebagai anggota keluarga atau anggota masyarakat.
        Pembelajaran pada metode ini siswa tidak menghafal materi tetapi langsung mempraktekan materi tersebut, sehingga siswa mengalami sendiri secara langsung. Pusat pembelajaran kontekstual pada kegiatan belajar, siswa diarahkan untuk aktif, sedangkan guru mengarahkan dan membimbing siswa dalam kegiatannya. Pembelajaran ini dapat dikatakan sebagai proses pendidikan bukan pengajaran.
         Metode pembelajaran yang digunakan juga berusaha memecahkan masalah kesulitan belajar yang dialami siswa. Siswa diarahkan untuk mampu menemukan pemecahan masalahnya sendiri. Dalam penilaian hasil belajar siswa tidak hanya diukur dengan tes, tetapi juga performan atau penampilan siswa.
       Pembelajaran dengan metode Group Field Tour memiliki karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran yang menggunakan dengan metode lain. Dalam pembelajaran ada kerja sama antar siswa, antara siswa dengan guru sebagai fasilitator dan motifator. Karakteristik yang kedua yaitu saling menunjang dalam kegiatan pembelajaran, menyenangkan dan tidak membosankan sehingga siswa lebih bergairah dalam belajar.
           Siswa saat di dalam kelas aktif dan senantiasa sharing atau diskusi dengan teman mengenai materi yang sedang mereka pelajari. Siswa juga kritis terhadap pelajaran yang sedang dipelajari. Guru hanya sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa, meskipun demikian guru juga harus kreatif dalam mengelola kelas agar kelas tersebut tidak membosankan dan dapat membangkitkan gairah belajar siswa.

No comments:

Post a Comment