Sunday, June 12, 2016

Pembelajaran Menulis Pantun dengan Teknik "Magic Box"

http://www.si-pedia.com/wp-content/uploads/2015/02/writing.jpg



Latar Belakang
Jika kita membaca pantun, hal yang pertama kita rasakan, adalah rasa lucu, senang, bahagia, dan perasaan yang lain. Kenapa bahasa bisa disusun, menjadi susunan bagus, dan yang membacanya akan sangat menyenanginya. Lalu terlintas dipikiran kita, bagaimana orang yang membuat pantun, begitu pintar menyusun, memadukan kata demi katadan menjadi pantun yang enak dibaca. Apakah yang membuat sudah mahir, atau sudah terlatih membuat pantun. Terkadang kita tidak memperhitungkan siapa yang menulisnya, yang penting kita ingin bisa menulis pantun, sebagus pantun yang kita pernah baca.
            Di lingkungan sekolah, siswa telah di ajarkan tentang membuat pantun. Hal tersebut didukung oleh kurikulum KTSP yang salah satu KD nya berbunyi “menulis pantun yang sesuai dengan syarat-syarat pantun”. Dengan adanya kurikulum itu siswa diharapkan menjadi mahir membuat pantun. Dalam pemberlajaran dikelas, seorang guru harus pandai menggunakan dan memilih berbagai macam strategi dan metode dalam proses pembelajarannya. Termasuk pada pembelajaran menulis puisi,  seorang guru harus menggunakan metode dan strategi tertentu agar proses pembelajaran menulis pantun lancar dan kompetensi didapatkan siswa.  
            Menulis pantun tidak sembarangan kemampuan kognitif bisa diterapkan, harus ada unsur seni dalam pembuatan puisi. Pembuatan pantun, meliputi proses perencanaan, meliputi pemilihan ide, merumuskan tujuan, pemilihan bahan. Setelah tahap itu terlewati tahap berikutnya adalah tahap penulisan dan jika terjadi kesalahan, tahap yang terakhir adalah tahap penyempurnaan. Dari latar belakang tersebut, maka penulis menawarkan salah satu strategi dalam pembelajaran menulis puisi dengan judul, “ Pengembangan Penulisan Sastra dengan Metode Magic Box”






Landasan Teori
            Landasan teori yang dipakai dalam metode ini, adalah konsep belajar konstruktivisme. Dalam konsep ini, ada 4 konsep dasar yaitu skemata, asimilasi, akomodasi dan keseimbangan. Dalam pembelajaran menulis puisi skemata siswa tentang pantun itu sendiri sangat membantu siswa dalam kegiatan menulis pantun berikutnya. Siswa kelas VII tentunya sudah pernah mendengar atau membaca puisi. Di tahap ini, siswa memiliki skemata tentang bagaimana itu pantun, bentun tulisan dari pantun, serta bentuk-bentuk pantun. Pengentahuan yang terbatas ini, sangat diperlukan, untuk proses pembutan pantun. Di sisi lain asimilasi dan akomodasi, tidaklah merubah skemata yang sudah dimiliki sebelumnya. Malah, tahap asimilasi dan akomodasi sangat membantu, pada tujuan atau pengetahuan yang baru. Hal tersebut jika diterapkan pada penulisan pantun, seorang siswa yang sudah mempunyai skemat pantun sebelumnya, dan ditugasi untuk menulis pantun, siswa akan menggunakan skemata yang lama sebagai refleksi. Dan penyerap dan memodifikasi pengatahuan yang baru, sehingga bila saja membuat pantun yang bagus dengan tuntunan dari seorang guru, tanpa guru harus mencontohkan dan membantu sepenuhnya. Jika tahap di atas berjalan lancar, proses keseimbangan dari pengetahuan lama dan baru akan berjalan dengan seimbang, dan kompetensi baru pun bisa dikuasai siswa dengan baik. Dalam hal ini khususnya kompetensi untuk menulis pantun.
            Sesuai dengan kompetensi yang akan dikuasai oleh siswa, dan melihat juga model yang dipakai maka konsep pembelajaran ini adalah pembelajaran kooperatif. Siswa salah satu makhluk sosial dan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, tidaklah. Maka dari itu, dalam metode yang dipakai ini, diharapkan ada kerja sama antara sesama siswa. Kerja salam ini dapat bersifat: saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, dan keterampilan menjalin hubungan antar pribadi. Konsep kooperatif ini berjalan dengan metode yang dikembangkan oleh penulis yaitu “magis box”.


 http://floressastra.com/wp-content/uploads/2016/01/Publication2-16.jpg

Hakikat Menulis
Menulis sebagai Suatu Keterampilan
Sebagai suatu keterampilan, menulis mempunyai sifat seperti halnya keterampilan-keterampilan yang lain, misalnya keterampilan mengendarai sepeda motor, keterampilan menjahit, keterampilan main bola, dan lain-lain. Pertama, sebagai suatu keterampilan, keterampilan menulis hanya dapat dikuasai melalui latihan. Latihan yang baik adalah yang sering dilakukan dan ajeg. Semakin sering pelaksanaannya, akan semakin baik hasilnya. Begitu juga, semakin seseorang sering berlatih menulis, akan semakin besar kemungkinan seseorang tersebut menguasai keterampilan menulis yang baik.

Menulis sebagai Suatu Proses
Sebagai suatu proses, keterampilan menulis tidak dapat dibinakan secara seketika, tetapi setahap demi setahap. Keberhasilan pembinaan menulis pada suatu tahap akan menjadi kunci keberhasilan pembinaan pada tahap berikutnya, begitu seterusnya. Untuk itu, agar pembinaan keterampilan menulis memperoleh hasil yang optimal, perlu dilakukan secara sistematis, dan terencana.
Proses pembinaan yang baik akan memiliki kemungkinan menghasilkan penguasaan keterampilan menulis yang baik pula. Sebagai contoh, keterampilan menyusun ringkasan tulisan/karangan hendaknya dibinakan secara bertahap oleh guru mulai dari meringkas tulisan yang sederhana dan pendek berangsur-angsur ke meringkas tulisan yang panjang dan kompleks, dari tulisan yang lugas ke tulisan yang bertafsir, dari tulisan yang bersifat kronologis ke yang tidak kronologis.

Menulis sebagai Kegiatan Berpikir
Kegiatan menulis melibatkan aktivitas berpikir. Aktivitas berpikir tersebut digunakan penulis, mulai dari pemilihan dan penentuan topik/masalah, penjabaran topik/masalah, penyusunan kerahgka karangan, penyusunan paragraf, sampai dengan pengembangan karangan secara utuh. Menulis merupakan aktivitas berpikir, agar seseorang memiliki keterampilan menulis yang baik, kepadanya perlu dibinakan kemampuan berpikir yang baik pula.
Menulis Sebagai Aktivitas Mengungkapkan Isi Pikiran dan Perasaan
Sebagai suatu bentuk kegiatan mengungkapan isi pikiran dan perasaan dalam bentuk tertulis, kegiatan menulis meliputi dua kemampuan dasar. Kedua kemampuan itu ialah kemampuan menguasai isi pikiran dan perasaan juga kemampuan menggunakanbahasa tulis. Kemampuan pertama berkaitan dengan penguasaan masalah hakikat, ruang lingkup, dan sistematika permasalahan yang akan dibahas. Kemampuan kedua berkenaan dengan kemampuan menggunakan bahasa tulis, mulai dari penggunaan ejaan sampai dengan pengembangan karangan secara utuh.
Agar siswa memiliki pengusaan topik/permasalahan dengan baik, mereka perlu sering dilatih untuk memilih dan menemukan topik/permasalahan, merinci topik/permasalahan, dan mengembangkan kerangka karangan (dalam berbagai jenis). Semakin sering siswa dilatih keterampilan tersebut, akan semakin besar kemungkinan siswa menguasai keterampilan menulis dengan baik.
Agar siswa meiliki kemampuan menggunakan bahasa tulis untuk mewadahi isi pikiran dan perasaannya, pada diri siswa perlu ditumbuhkan dan dikembangkan keberanian dan kelancaran mengungkapkan isi pikiran dan perasaannya. Hal itu akan lebih mudah dan lebih cepat dimiliki oleh siswa jika siswa banyak mendapat dorongan dan pengarahan, dan bukan kritik yang dapat membuat siswa ketakutan menulis. Hal itu menjadi lebih penting lagi pada saat siswa belum terlatih menulis.

Definisi “Magis Box”
Magic Box yang dimaksud adalah kotak atau kubus yang ukurannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tidak tembus pandang. Kotak tersebut digunakan untuk tempat atau wadah untuk gulungan kertas yang berisi kata-kata yang pada akhirnya kata tersebut digunakan siswa untuk menjadi pantun yang bertema sesuai kemauan siswa. Sehingga siswa akan mudah dan pintar dalam serta mahir dalam proses pembuatan pantun. Kelak diharapkan siswa bisa menulis pantun tanpa menggunakan strategi “Magic Box”.


Tujuan pembelajaran dan dampak Pengiring
            Adapun tujuan dan dampak dari pengiring yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.    Tujuan Istitusi
a.  Meningkatkan siswa dalam penulisan pantun dengan benar.
b.  Meningkatkan kreatifitas siswa dalam menulis pantun
c.  Mengurangi kebingungan siswa dalam membuat karya sastra
2.    Dampak Pengiring
a.  Harapan pada masa mendatang, agar siswa bisa membuat pantun dengan benar.
b.  Bagi guru dengan metode ini bisa meningkatkan kreatifitas kinerja mengajar, khususnya untuk mengajaran menulis pantun.

Struktur Model
Strategi ini dapat memberikan kemudahan siswa untuk membuat pantun. Pantun yang dibuat itupun dengan kehendak siswanya, tanpa ada campur tangan dari gurunya. Guru hanya menentukan tema pantun yang akan dibuat. Untuk itu, proses pembelajaran dapat di deskripsikan sebagai berikut.
1.    Setiap siswa menyediakan 4 lembar kertas kecil, dan menuliskan kata-kata yang sesuai dengan instruksi guru.
2.    Setelah seluruh siswa selesai, kemudian kertas-kertas itu di gulung kecil dan dimasukkan ke dalam kotak  yang telah disediakan guru terlebih dahulu.
3.    Secara bergantian siswa maju ke depan kelas dan mengambil 4 gulungan tadi yang telah diacak.
4.    Setelah semua siswa mengambil, lalu membukanya, dan setiap siswa telah mempunyai 4 kata yang sesuai dengan intruksi guru.
5.    Dari 4 kata itu, siswa disuruh menggunakannya untuk membuat pantun tentang tema yang telah ditentukan terlebih dahulu. 

 https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQzZmY3OeImdMPW6F-1GHocnCv3BG7xWXTST_3sSRu2le39X-Ba


Hakikat Pantun
Pantun merupakan salah satu karya sastra Melayu yang sampai sekarang masih dikembangkan. Kata pantun mempunyai arti ucapan yang teratur, pengarahan yang mendidik. Pantun juga dapat berarti sindiran.
Zaman dahulu, pantun digunakan sebagai bahasa pengantar atau bahasa pergaulan. Pantun dikenal di berbagai daerah, namun dengan nama yang berbeda. Di Jawa Tengah dikenal dengan parikan, di Toraja dikenal bolingoni, di Jawa Barat dapat ditemukan pantun dalam bentuk nyanyian doger, di Surabaya ludruk, di Banjarmasin tirik dan ahui, gandrung di Banyuwangi, dan di Makassar kelong-kelong. Selain merupakan ungkapan perasaan, pantun dipakai untuk menghibur orang.
Ciri-ciri pantun
Pantun memiliki ciri-ciri tersebut, antara lain:
a. mempunyai bait dan isi,
b. setiap bait terdiri atas baris-baris,
c. jumlah suku kata dalam tiap baris antara delapan sampai dua belas,
d. setiap bait terdiri atas dua bagian, yaitu sampiran dan isi.
e. Bersajak ab ab

Bentuk dan jenis pantun
Pantun yang sering dipakai adalah pantun dua baris dan empat baris. Bentuk pantun bermacam-macam, misalnya: pantun anak-anak, pantun jenaka, pantun suka cita, pantun kiasan, pantun nasehat, pantun duka cita, pantun budi pekerti, pantun agama, dan lain-lain.
Pantun 2 baris
Anjing hutan suka melolong (sampiran)
Jangan suka bicara bohong (isi)
Pintu diketuk ada tamu (sampiran)
Rajin membaca bertambah ilmu (isi)


Pantun empat baris
Desa sawah mulai menghijau (sampiran)
Di tengah ada pematang (sampiran)
Apa arti bertindak maju
Kalau tanpa pemikiran matang

Pantun anak
Enak nian buah belimbing
Mencari ke pulau sebrang
Main bola ada pembimbing
Binatang apa berhidung panjang?

Pantun jenaka
Orang mudik bawa barang
Pakai kain jatuh terguling
Kamu senang dilirik orang
Setelah sadar ternyata juling

Indah nian sinar mentari
Purnama datang tak berbelah
Melihat orang malas berlari
Ternyata sandal tinggi sebelah

Pantun sukacita
Gurih nian ikan gurami
Tambah nikmat dengan kacang
Alangkah senang hati kami
Panen raya telah datang

Pantun kiasan
Luas nian samudra raya
Pagi-pagi nelayan melaut
Tak berguna memberi si kaya
Bagai menebar garam di laut

Pantun nasihat
Jalan-jalan ke Semarang
Bawa bandeng tanpa duri
Belajar mulai sekarang
Untuk hidup kemudian hari

Pantun dukacita
Beras miskin disebut raskin
Yang mendapat tak semua
Aku ini anak miskin
Harta benda tak kupunya

Pantun budi pekerti
Siapa yang tak simpatik
Melihat bunga dahlia
Kulit putih berwajah cantik
Sudah ayu berhati mulia

Pantun agama
Minum susu di pagi hari
Tambah nikmat tambah cokelat
Pandai-pandai membawa diri
Siapa tahu kiamat sudah dekat

Pantun berbalas
Pantun berbalas adalah pantun yang dimainkan dua kelompok. Kelompok tersebut dapat dikembangkan menjadi kelompok “pro” dan “kontra” atau kelompok gadis dan kelompok jejaka. Jumlah anggota per kelompok tiga sampai lima orang. Berbalas pantun dipimpin oleh seorang moderator yang bertugas untuk menengahi permainan. Setiap sesi berbalas pantun harus mempunyai tema. Urutan berbalas pantun terdiri atas pembukaan, isi, dan penutup.

7 Asumsi yang perlu digunakan di dalam membuat kerangka untuk pengajaran menulis.
  1. Tugas-tugas menulis dalam kelas harus diarahan untuk mencapai tujuan utama, yaitu membuat siswa bisa menulis teks secara utuh yang dapat menjadi sebuah bentuk komunikasi yang koheren, terkontekstualisasi dan memenuhi kaidah-kaidah penulisan.
  2. Siswa perlu diberi kesempatan untuk mempraktikkan berbagai bentuk dan fungsi di dalam menulis.
  3. Tugas-tugas menulis dalam kelas harus dirancang sedemikian rupa agar siswa melakukan proses penulisan yang baik
  4. Di dalam merancang tugas menulis, guru perlu menyebutkan jenis pembaca yang dituju oleh tulisan siswa.
  5. Proses penilaian terhadap hasil tulisan siswa yang biasanya difokuskan pada koreksi kesalahan oleh guru perlu diubah kepada aktifitas siswa.
  6. Siswa perlu diberi waktu di dalam kelas untuk membuat tulisan.
  7. Perlu adanya kerja sama untuk menyelesaikan tugas di dalam kelas.

Tahap-Tahap Penulisan Pantun
            Pantun merupakan salah satu sastar melayu klasik. Penulisannya pun sangat diperhatikan, sama halnya dengan menulis puisi, atau sastra prosa yang lain. Tahap-tahap penulisan puisi sebagai berikut:
  1. Penulisan sampiran. Umumnya sampiran adalah dua baris. Perbedaan baris pertama dengan baris kedua, terletak pada rima, bunyi akhir pada kata terakhir yang berbeda.
  2. Kata-kata yang dipilih dalam sampiran adalah kata-kata pembuka, pemancing yang untuk bisa digunakan menyampaikan isi. Rima baris pertama, berbeda dengan rima baris kedua.
  3. Penulisan isi pantun, sangat mempertahatikan sampiran yang terlebih dahulu dikerjakan. Apabia rima baris pertama pada sampira berbunyi a maka baris isi pertama adalah juga a, demikian dengan sampiran baris kedua rimanya berbunyi i maka isi baris kedua harus berima i juga.
  4. Pada baris isi yang umumnya terdiri dari dua kalimat atau dua baris. Isinya dapat berupa, nasehat, sindiran, suka cita, tebak-tebakan dll.
















Contoh Skenario Pembelajaran
Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia
            Kelas / Semester          : VII/ 1
            Tahun Ajaran              : -
            Alokasi Waktu            : 2 x 45 menit
            Kemampuan                : Bersastra

Standar Kompetesi
Mengespresikan pikiran dan perasaan dan pengalaman melalui pantun dan dongeng.

Kompetensi Dasar
Menulis pantun yang sesuai dengan syarat-syarat pantun

Indikator
a.    Siswa mampu mendaftar kata yang bisa dijadikan baris-baris pantun
b.    Siswa mampu menyusun kata-kata menjadi baris /larik-larik pantun
c.    Siswa mampu menulis sampiran pantun
d.    Siswa mampu menulis isi pantun
e.    Siswa mampu membuat satu contoh pantun dengan memperhatikan syarat-syarat pantun yang benar.


Materi Pembelajaran
Menulis pantun pantun
Ciri-ciri pantun yang benar
Bagian-bagian pantun

Metode Pembelajaran
Metode “magic box”


Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan awal
a.    Guru memberikan penjelasan singkat tentang tujuan pembelajaran kali ini.
b.    Guru memberikan apersepasi tentang cara menulis pantunpada siswanya.

Kegiatan inti
a.    Setiap siswa menyiapkan 2 lembar kertas yang telah digunting dengan rapi
b.    Siswa memilih 2 kata benda yang mempunyai huruf akhir atau berbunyi a dan i atau yang bersuku kata akhir yang bermiliki vocal atau berbunyi a atau i. jenis kata yang dipilih adalah kata benda yang nantinya digunakan untuk sampiran dan isi pantun.
c.    Setelah siswa telah menentukan kata dan menuliskannya ke dalam dua kertas tadi, dan memasukkannya ke kotak menurut jenis kata.
d.    Dari 2 kata yang telah didapat, siswa menuliskannnya ke buku mereka dengan bergantian katanya. Dan mengembalikan kata tersebut ke dalam kotak. Yang akan menjadi sampiran dari pantun dan isinya di buat siswa dengan menggunkan kata yang mirip bunyi suku akhirnya.
Misalnya
Durian
Cincin
e.    Dari susunan tersebut telah membentuk alur atau rima dari sebuah pantun.
f.     Masing-masing kata dari susunan itu, masing –masing siswa membuat kalimat yang berakhiran kata yang telah disusun tadi.
       Misalnya akan tersusun seperti berikut:

Ke pasar minggu beli durian
Jangan lupa membeli cincin
Jika kamu sedang berjalan-jalan
Marilah kita berhati-hati

g.    Jika setiap siswa telah membuat pantun, maka siswa menentukan sajak dari pantun yang telah di buatnya tadi.
h     Siswa menentukan definisi dan cirri-ciri dari pantun dengan pemahaman siswa sendiri.

Kegiatan penutup
a.    Melakukan refleksi dari pembelajaran yang telah dilakukan
b.    Membahas hasil pekerjaan siswa
c.    Guru menarik kesimpulan dari hasil pembelajaran
d.    Guru melakukan penilaian dan mengakhiri pembelajaran

Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat dan bahan yang digunakan dalam Magic Box adalah:
1.    Alat tulis
2.    Kertas
3.    Gunting
4.    2 kotak yang tidak tembus pandang bisa terbuat dari kertas, kardus atau yang lainnya yang sudah disediakan oleh gurunya.

Aspek Penilaian
a.    Siswa mampu membuat sampiran pantun dengan benar
b.    Siswa bisa membuat isi sesuai dengan sampiran dengan benar
c.    Siswa membuat pantun dengan benar    











DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti. 1997. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Nurhadi & Senduk Agus, G. 2009. Pembelajaran Kontekstual. Malang: Universitas Malang.
Hanurawan, Fattah. 2006. Filsafat Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Indrawati, Dewi. 2008. Aktif Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran, (Online), (dikases  29 November 2010).
Suriamiharja, dkk. 1997. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Depdikbud.



No comments:

Post a Comment