Sunday, June 12, 2016

PEMBELAJARAN MENYIMAK dan PENILAIANNYA



 https://0901.static.prezi.com/preview/qicy3fe52x4djtjfjhtv4u3ol36jc3sachvcdoaizecfr3dnitcq_0_0.png

A.    PEMBELAJARAN MENYIMAK
1.      Hakikat Menyimak
Menyimak merupakan suatu proses. Sebagai sebuah proses, peristiwa menyimak diawali dengan kegiatan menyimak bunyi bahasa secara langsung atau tidak langsung. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga diidentifikasi jenis dan pengelompokannya menjadi suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Jeda dan intonasi juga ikut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian ditafsirkan maknanya dan dinilai kebenarannya agar dapat diputuskan diterima tidaknya. Dengan kata lain, menyimak merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan menyimak bunyi bahasa, mengidentifikasi, menafsirkan, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalam wacana lisan.
Tujuan utama menyimak antara lain untuk mendapatkan fakta, menganalisis fakta, mengevaluasi fakta, mendapatkan inspirasi, mendapatkan hiburan, dan memperbaiki kemampuan berbicara.
Secara garis besar menyimak dibagi menjadi dua jenis, yakni menyimak ekstensif dan menyimak intensif. Menyimak ekstensif ialah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti menyimak radio, televisi, percakapan orang di pasar, dan menyimak pengumuman.
Jenis-jenis menyimak ekstensif meliputi (1) menyimak sekunder, yaitu menyimak yang terjadi secara kebetulan, misalnya, sambil memasak menyimak siaran berita, (2) menyimak sosial, yaitu menyimak yang berlangsung dalam situasi-situasi sosial seperti di pasar atau terminal, (3) menyimak apresiatif, yaitu menyimak untuk menghayati dan menikmati sesuatu, misalnya menyimak pembacaan puisi, atau menyimak drama, dan (4) menyimak pasif, yaitu menyimak yang dilakukan tanpa upaya sadar Jenis-jenis menyimak ini lebih banyak digunakan secara alamiah.
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh konsentrasi agar dapat menangkap makna yang dikehendaki. Menyimak intensif diakhiri dengan kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang dipahami secara lisan maupun tulis.

Jenis-jenis menyimak intensif adalah (1) menyimak kritis,  yaitu kegiatan menyimak untuk memberikan penilaian secara objektif mengenai kebenaran informasi yang disimak; (2) menyimak konsentratif, yaitu menyimak dengan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik tentang informasi yang disimak; (3) menyimak eksploratif, yaitu kegiatan menyimak yang dilakukan untuk menemukan informasi baru; (4) menyimak kreatif, yaitu kegiatan menyimak yang bertujuan mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas penyimak, misalnya dengan cara mengemukakan kembali gagasan pembicara; (5) menyimak interogatif, yaitu kegiatan menyimak yang bertujuan memperoleh informasi dengan cara mengajukan pertanyaan yang diarahkan kepada pemerolehan informasi tersebut; (6) menyimak selektif, yaitu kegiatan menyimak yang memusatkan perhatian pada hal tertentu yang sudah dipilih.
Agar pembelajaran menyimak dapat berlangsung dengan baik, paling tidak hal-hal di bawah ini hendaknya mendapat perhatian.
1.       Pelaksanaan pembelajaran menyimak perlu memperhatikan prinsip-prinsip pendekatan kontekstual.
2.       Jika bahan berupa teks yang dibacakan, usahakan agar teks tersebut belum dibaca oleh siswa.
3.       Usahakan agar model/pembaca teks membacakan teks secara jelas dan tepat sehingga tidak mengganggu proses pemahaman penyimak.
4.       Jika dalam pembelajaran menggunakan media (audio/audiovisual), usahakan agar kondisi media betul-betul siap pakai.
5.       Bahan yang diperdengarkan hendaknya tidak terlalu panjang (dibatasi waktunya) mengingat daya konsentrasi siswa terbatas.
6.       Usahakan agar tercipta suasana yang kondusif untuk menyimak.
7.       Sebelum kegiatan menyimak dilaksanakan, kemukakan secara jelas tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan.
8.       Ajaklah siswa untuk bersama-sama menilai unjuk kerja teman-temannya.

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifE_q2QK4t2mcUlZ-KjaZ1H0WYHXOBMYQBSCSgNIDf5aWMw54x9p5OOBhj2hBegg05c72JcA9VoS75MME2PWZ2YYyMNvHeoEOQNQXeS6MW4JFKtHnrKD1QTdCpBVuIVIhEh3ziu9cDBiE/s1600/nyimak.jpg


2.      Penilaian Kemahiran Menyimak
Tes kemampuan menyimak adalah kemampuan perserta tes untuk memahami isi wacana yang dikomunikasikan secara lisan langsung oleh pembicara, atau sekedar rekaman audio atau video. Pemahaman itu dapat mengacu kepada pemahaman secara umum seperti topik yang dibahas atau garis besar secara isinya atau bagian-bagian yag lebih terinci termasuk pelaku, lokasi, waktu, dan beberapa aspek yang menonjol. Pemahaman lewat menyimak dapat pula berkaitan dengan hal-hal yang lebih mendalam sifatnya, yang tidak terbatas pada hal-hal yang sangat tegas dan langsung terungkapkan. Pemahaman semacam ini hanya dapat diperoleh dengan mengubung-hubungkan bagian wacana tertentu atau mengambil kesimpulan dan implikasi berdasarkan pemahaman terhadap bagian-bagian wacana. Semua itu merupakan penjabaran dari apa yang seharusnya dipahami seseorang ketika menyimak suatu wacana yang dikomunikasikan secara lisan untuk disimakkan.
Menurut Djiwandono (2008:114) penetapan jenis sasaran kemampuan yang dijadikan fokus tes disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta tes. Untuk tingkat pemula, dapat digunakan butir-butir tes yang jawabannya memerlukan sekedar pemahaman tentang hal-hal yang secara langsung, kongkrit dan harfiah yang termuat dalam wacana. Pertanyaan-pertanyaan yang kurang langsung sifatnya, termasuk kaitan antara berbagai bagian wacana, menemukan implikasi dan menarik eksimpulan, sampai dengan menentukan sikap dan melakukan evaluasi terhadap isi wacana, lebih sesuai bagi peserta tes yang tingkat kemampuan bahasanya lebih tinggi seperti yang dibahasa secara lebih lengkap pada pembahasan tes memahami bacaan dibagian dua di bawah.
Di samping rincian identifikasi dan rincian kemampun tes menyimak seperti diuraikan di atas bagian penting lain adalah pemilihan wacana untuk dipahami dengan memperdengarkannya kepada peserta tes. Dari wacana itulah nantinya sejumlah pertannyaan dijawab oleh peserta tes sesuai dengan pemahamannya terhadap isi wacana. Pemilihan wacana itu perlu dilakukan atas dasar beberapa rambu, terutama yang berkaitan dengan isi dan masalah yang dibahas yang disesuaikan dengan bidang yang dikenalnya secara akrab, dan bukannya sesuatu di luar jangkauan bidangnya. Pendek kata wacana untuk tes menyimak sebaiknya tidak merupakan sesuatu yang asing dalam berbagai aspek, kecuali isi wacananya yang pemahamannya merupakan sasaran pokok dari tes menyimak.
Sementara itu amatlah penting untuk digaris bawahi bahwa sasaran menyimak adalah kemampuan memahami wacana dengan rincian dan tataran tingkat kemampuan seperti diuraikan di atas. Mengarahkan butir-butir tes menyimak keaspek-aspek lain selain kemampuan menyimak, seperti pengetahuan kosa kata dan tata bahasa yang penggunaannya tidak terkait dengan wacana yang disajikan, bahkan kadang-kadang ejaan, seperti sering ditemukan tidak hanya mengaburkan sasaran tes yang tepat melainkan juga membuang waktu dan tenaga peserta tes secara tidak bermanfaat. Praktek yang keliru semacam itu amat perlu dihindarkan.
Dalam kaitan dengan penetapan jenis tes yang digunakan untuk tes menyimak, khususnya pemilihan bentuk objektif dan subjektif, dan cara-cara perumusan butir-butir tesnya amat dianjurkan untuk memastikan dengan pencermatan dan kehati-hatian yang tinggi. Seperti juga jenis-jenis tes biasa yang lain, tes menyimak perlu disusun dengan mengindahkan berbagai kaidah dan persyaratan yang perlu dipenuhi bagi tes yang valid.

3.      Kriteria Penilaian Kemahiran Menyimak
Sesuai dengan namanya, tes menyimak, bahan tes yang diujikan disampaikan secara lisan dan diterima siswa melalui sarana pendengaran. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001: 239) penilaian menyimak dapat dilakukan dengan berbagai cara.
a.      Tingkat ingatan
Tes kemampuan menyimak pada tingkat ingatan untuk mengingat fakta atau menyebutkan kembali fakta-fakta yang terdapat dalam wacana yang diperdengarkan, dapat bberupa nama, peristiwa, angka, dan tahun. Tes bisa berbentuk tes objektif isian singkat atau pilihan ganda.
b.      Tingkat pemahaman
Tes pada tingkat pemahaman menuntut siswa untuk memahami wacana yang diperdengarkan. Kemampuan pemahaman yang dimaksud mungkin terhadap isi wacana, hubungan antaride, antarfaktor, antarkejadian, hubungan sebab akibat. Akan tetapi kemampuan pemahaman pada tingkat pemahaman (C 2) ini belum kompleks benar, belum menuntut kerja kognitif tingkat tinggi. Jadi, kemampuan pemahaman dalam tingkat yang sederhana. Dengan kata lain, butir-butir tes tingkat ini belum sulit.
c.       Tingkat Penerapan
Butir-butir tes kemampuan menyimak yang dapat dikategorikan tes tingkat penerapan adalah butir tes yang terdiri dari pernyataan (diperdengarkan) dan gambar-gambar sebagai alternatif jawaban yang terdapat di dalam lembar tugas.
d.      Tingkat Analisis
Tes kemampuan menyimak pada tingkat analisis pada hakikatnya juga
merupakan tes untuk memahami informasi dalam wacana yang diteskan. Akan tetapi, untuk memahami informasi atau lebih tepatnya memilih alternatif jawaban yang tepat itu, siswa dituntut untuk melakukan kerja analisis. Tanpa melakukan analisis wacana, jawaban yang tepat secara pasti belum dapat ditentukan. Dengan demikian, butir tes tingkat analisis lebih kompleks dan sulit daripada butir tes pada tingkat pemahaman. Analisis yang dilakukan berupa analisis detail-detail informasi, mempertimbangkan bentuk dan aspek kebahasaan tertentu, menemukan hubungan kelogisan, sebab akibat, hubungan situasional, dan lain-lain.

 https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSKEyvg51XJrBNLGBQGa290usMVhiIv1bE_UVCOOtkz7mkubmvg

4.      Penilaian Berbasis Kelas  dalam Pembelajaran Menyimak
Sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2004, penilaian pembelajaran menyimak mengacu pada penilaian berbasis kelas Penilaian berbasis kelas dalam arti penilaian sebagai assessment merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan informasi tentang hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar mengajar (KBM).

Adapun bentuk-bentuk alat penilaian berbasis kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menyimak antara lain sebagi berikut.
a.       Portofolio, yaitu kumpulan hasil karya siswa baik dalam bentuk tertulis, karya seni, maupun berbagai penampilan yang tersimpan dalam bentuk kaset video atau audio yang ditata untuk tujuan penilaian.
b.       Tes performasi, yaitu penilaian terhadap suatu kompetensi yang memfokuskan pada unjuk kerja siswa. Pada tes performansi, penilai mengamati penampilan/hasil karya siswa sesuai dengan pedoman yang telah dikembangkan.
c.       Rubrik, yaitu sebuah daftar yang memuat indikator-indikator dari sebuah kompetensi dan pemaknaannya. Rubrik merupakan alat untuk melakukan penyekoran, penilaian, dan menentukan 'grade' sebuah unjuk kerja. Rubrik merupakan pedoman penilaian pada tes performansi.
d.      Lembar Observasi yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang aspek afektif yang terjadi pada diri siswa, partisipasi siswa dalam pembelajaran, sikap khusus siswa, maupun respon siswa dalam mengikuti pembelajaran.

5.      Aspek Penilaian Kemahiran Menyimak
Aspek yang dinilai dalam menyimak didasarkan pada ruang lingkup dan tingkat kedalaman pembelajaran serta Kompetensi Dasar yang sudah ditetapkan di dalam Kurikulum khususnya dalam indikator. Bagi siswa, dapat diketahui bahwa aspek yang belum dikuasai dalam pengalaman belajar yang dikembangkan dari indikator. Sedangkan bagi guru dapat diketahui aspek apa yang belum diajarkan pada siswa. Selain itu penilaian pembelajaran menyimak ini tujuannya adalah untuk mengetahui apakah semua yang telah dialami siswa dalam proses pembelajaran sudah sesuai dengan kompetensi dasar khususnya dalam indikator.
Secara umum aspek yang dinilai dalam pembelajaran mendengarkan adalah sebagai berikut.
Aspek Kebahasaan:
1)        Pemahaman isi
2)        Kelogisan penafsiran
3)        Ketepatan penangkapan isi
4)        Ketahanan konsentrasi
5)        Ketelitian menangkap dan kemampuan memahami

Aspek Nonkebahasaan:
1)      Pelaksanaan dan Sikap
2)      Menghormati
3)      Menghargai
4)      Konsentrasi /kesungguhan mendengarkan
5)      Kritis

6.      Bentuk-Bentuk Pertanyaan Mendengarkan
Dalam penilaian menyimak, guru dapat memilih bentuk pertanyaan sebagai berikut.
a.       Mengucapkan kembali (menirukan) hal yang disimak.
Contoh: Soal : Diperdengarkan kata “pasif”
(Siswa menirukan/menuliskan)
b.      Melaksanakan petunjuk/perintah yang disimak.
Contoh: Soal: Diperdengarkan sebuah petunjuk/perintah
“Pelajaran di kelas dimulai pukul 7.05”. (Siswa menuliskan)
c.       Menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, bagaimana (berdasarkan pertanyaan yang disimak)
Contoh: Apakah yang dikerjakan siswa?
d.      Menerka nama benda, binatang atau tanaman dan lain-lain berdasarkan
deskripsi yang disampaikan.
Contoh: Seekor binatang yang merajai hutan, bertaring dan ganas dalam memangsa hewan tangkapan.
e.       Menerima dan menyampaikan pesan atau hal-hal penting yang diperoleh melalui telepon.
Contoh: Sejak tanggal 21 sampai dengan 30 Oktober 2001, kami berlibur ke Bandung.

f.       Menanyakan berbagai hal berdasarkan tema atau topik yang disimak.
Contoh: Bagaimana sifat tokoh A dalam cerita yang kamu simak tadi?
g.      Menentukan satu diantara empat gambar (A, B, C, D) berdasarkan karangan yang disimak.
Contoh: Setelah diperdengarkan beberapa kata atau kalimat, siswa disuruh menunjukkan nama atau kegiatan yang tepat berdasarkan gambar dari kata atau kalimat yang diperdengarkan.
Misalnya:
(1) Nani makan pisang.
(2) Darlis menulis surat.
(3) Kakak membaca koran.
(4) Ibu menanak nasi.

7.      Contoh Pelaksanaan Penilaian dalam Pembelajaran Menyimak
1. Penilaian Pembelajaran Menyimak Khotbah
a. Rubrik 
Pembelajaran Menyimak Khotbah
(untuk penilaian penyampaian secara lisan isi khotbah yang diperdengarkan)
No.
Aspek yang Dinilai
Pertanyaan Pemandu
Skor
1
2
3
4
5
1.
Kesesuaian isi
Apakah semua rincian sesuai dengan isi khotbah?





2.
Kelengkapan isi
Apakah rincian lengkap sesuai dengan butir-butir keseluruhan yang ada pada khotbah?





3.
Ketepatan simpulan
Apakah simpulan yang dibuat merangkum keseluruhan detil isi dan hal yang inti?





4.
Pelafalan & intonasi
Apakah pelafalannya tepat dan menggunakan intonasi yang bervariasi?





5.
Penggunaan Bahasa
Apakah menggunakan pilihan kata yang tepat dan kalimat yang baik dan benar?





6.
Kelancaran
Apakah penyampaiannya lancar, tidak tersendat-sendat?







JUMLAH SKOR    (maks.30)








b. Lembar Observasi
No.
Nama Siswa
ketekunan
Kerjasama
Keaktifan
Keberanian













c. Jurnal
Nama        :
Tanggal     :
Judul Wacana yang Disimak:

1. Yang saya pahami dari wacana yang diperdengarkan ……………………………..
2. Bagian yang saya sukai dan alasannya …………………………………………….
3. Bagian yang tidak saya pahami atau tidak saya sukai ………………………………
4. Yang saya harapkan dari pembelajaran kemampuan menyimak  ………………
5. Kesulitan yang saya alami dalam menyimak …………………………………...
6 dst.
8.      Bentuk Penugasan Kemahiran Menyimak
            Tugas menyimak bisa dirancang untuk berbagai macam tujuan. Tugas menyimak bisa meminta pembelajar untuk berbicara, membaca, menulis atau memberikan respon berupa tindakan terhadap sebuah situasi lisan tertentu. Pada saat yang sama, tugas manyimak ini bisa dilakukan dengan menggunakan strategi atas-bawahan atau bawah-atas. Tugas menyimak juga bisa menggunakan : (1) berbagai macam jenis teks, seperti pengumuman radio, lagu, dialog yang direkam, deskripsi lisan dengan diberi media visual, (2) berbagai macam topik, seperti makanan, cuaca, keluarga, olahraga, (3) berbagai macam fungsi bahasa, seperti member informasi, member peringatan, berusaha menyakinkan lawan bicara, memuji, member petunjuk arah, (4) berbagai struktur wacana, dan (5) berbagai macam unsur linguitik. Siswa bisa diminta untuk memerikan berbagai macam reaksi terhap teks lisan, seperti misalnya, siswa bisa diminta untuk:
a.         Membuat ringkasan
b.        Menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk menguji pemahaman (comprehension qoestion).
c.         Menyimak secaraa selektif untuk mendapatkan informasi tertentu.
d.        Membuat gambar berdasarkan deskripsi dalam teks lisan.
e.         Membuat dramatisasi terhadap teks lisan dengan menggunakan gambar objek nyata.
f.         Melaporkan secara lisan tentang pokok-pokok utama dari teks lisan.
g.        Membuat garis besar dari teks lisan.
h.        Mengisi bagan berdasarkan teks lisan.
i.          Mengulangi bahasa yang digunakan dalam teks lisan.
j.          Mengajukan pertanyaaan tentang isi dari teks lisan.
k.        Membuat dialog berdasarkan isi dari teks lisan.
l.          Membuat teks lisan yang mirip dengan teks lisan yang sudah disimakkan.

B.     PEMBELAJARAN BERBICARA
1.      Hakikat Berbicara
Pengertian Berbicara seperti telah kita ketahui bahwa dalam kegiatan menyimak aktivitas kita awali dengan mendengarkan dan diakhiri dengan memahami atau menanggapi. Kegiatan berbicara tidak demikian. Kegiatan berbicara diawali dari suatu pesan yang harus dimiliki pembicara yang akan disampaikan kepada penerima pesan agar penerima pesan dapat menerima atau memahami isi pesan itu.
Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan hubungan dan kerja sama dengan manusia lain. Hubungan dengan manusia lainnya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan perasaan, menyampaikan suatu informasi, ide atau gagasan serta pendapat atau pikiran dengan suatu tujuan.
Dalam menyampaikan pesan seseorang menggunakan suatu media atau alat yaitu bahasa, dalam hal ini bahasa lisan. Seorang yang akan menyampaikan pesan tersebut mengharapkan agar penerima pesan dapat memahaminya. Pemberi pesan disebut juga pembicara dan penerima pesan disebut penyimak atau pendengar. Peristiwa proses penyampaian pesan secara lisan seperti itu disebut berbicara. Dengan rumusan lain dapat dikemukakan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.
Anda sudah tidak asing lagi mendengar atau membaca istilah “berbicara” dan bahkan Anda setiap saat melakukan bicara. Nina dikatakan “berbicara” ketika
ia mengucapkan salam kepada ibunya. “Assalamualaikum.” Ibu Rita dikatakan“berbicara” ketika membicarakan kenaikan harga minyak tanah dalam pengajian. Ketua RT (Rukun Tetangga) dikatakan “berbicara” ketika mengajak warganya untuk bekerja bakti membersihkan jalan dan selokan air dalam rangka menyambut hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indnesia. Dian dikatakan “berbicara” ketika ia bertanya kepada gurunya tentang pelajaran yang ia belum ketahui. Anda dikatakan “berbicara” ketika Anda menjelaskan atau menjawab pertanyaan siswa Anda.
Lalu, apakah berbicara itu? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anton M. Moeliono, dkk., 1998:114) dinyatakan bahwa berbicara adalah berkata; bercakap; berbahasa; melahirkan pendapat dengan perkataan, tulisan dan sebagainya atau berunding.
Guntur Tarigan (1983 :15) berpendapat bahwa “ berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan ,menyatakan serta menyampaikan pikiran , gagasan, dan perasaan”.Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai suatu  alat untuk mengomunikasikan gagasan yang disusun dan dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Pembelajaran Berbicara.
Jadi, pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan
seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima pesan atau informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, berbicara itu dapat dibantu dengan mimik dan pantomimik pembicara.
Kemampuan berbicara merupakan tuntutan utama yang harus dikuasai oleh seorang guru. Jika seorang guru menuntut siswanya dapat berbicara dengan
baik, maka guru harus memberi contoh berbicara yang baik hal ini menunjukkan bahwa di samping menguasai teori berbicara juga terampil berbicara dalam kehidupan nyata. Guru yang baik harus dapat mengekspresikan pengetahuan yang dikuasainya secara lisan.


2.      Kriteria Penilaian Pembelajaran Berbicara
Ada dua jenis penilaian yang digunakan dalam pembelajaran berbicara, yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung untuk menilai sikap siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Penilaian hasil dilakukan berdasarkan unjuk kerja yang dilakukan siswa ketika menyajikan kompetensi berbicara yang dituntut kurikulum atau mempresentasikan secara individual.
Dalam penilaian proses digunakan lembar penilaian sikap (afektif) yang terdiri dari aspek: (1) kedisiplinan; (2) minat; (3) kerja sama; (4) keaktifan; dan (5) tanggung jawab. Dalam penilaian hasil digunakan rubrik penilaian untuk mengetahui kompetensi siswa dalam berbicara, misalnya menanggapi pembacaan puisi. Ada beberapa aspek yang dinilai, yaitu (1) kelancaran menyampaikan pendapat/tanggapan; (2) kejelasan vokal; (3) ketepatan intonasi; (4) ketepatan pilihan kata (diksi); (5) struktur kalimat (tuturan); (6) kontak mata dengan pendengar; (7) ketepatan mengungkapkan gagasan disertai data tekstual.
Penilaian kompetensi berbicara yang dilakukan dengan unjuk kerja/performance yang utama perlu diukur adalah yang berkaitan dengan penggunaan bahasa seperti penguasaan lafal, struktur, dan kekayaan kosa kata. Selain itu, juga penguasaan masalah yang menjadi bahan pembicaraan, bagaimana siswa memahami topik yang dibicarakan dan mampu mengungkapkan gagasan di dalamnya, serta kemampuan memahami bahasa lawan bicara ( Burhan Nurgiyantoro, 2001:276).
Penilaian kemampuan berbicara haruslah membiasakan peserta didik untuk menghasilkan bahasa dan mengemukakan gagasan melalui bahasa yang sedang dipelajarinya. Dengan kata lain, penilaian berbicara harus dilakukan dengan praktik berbicara. Jadi, bentuk penilaian pembelajaran  berbicara seharusnya memungkinkan siswa untuk tidak saja mengucapkan kemampuan berbahasanya, melainkan juga mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaannya sehingga penilaian ini bersifat fungsional (Burhan Nurgiyantoro,2001:278).
Berikut contoh model penilaian berbicara:
a.       Pembicaraan berdasarkan gambar
                                 i.      Pemberian pertanyaan
                               ii.      Bercerita (menceritakan gambar)
b.      Wawancara
c.       Bercerita
d.      Berpidato
e.       Diskusi
f.       Bermain peran
Dalam menggunakan bentuk-bentuk penilaian di atas, pelaksanaannya tetap harus fokus pada aspek kognitif . Meskipun aspek psikomotor yang berupa gerakan mulut, ekspresi mata, dan gesture lain juga harus dinilai, 6 tingkatan aspek kognitif Bloom yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan  berpikir tetap harus menjadi fokus utama karena berkaitan dengan kemampuan menuangkan gagasan (Ibid, 2001:291-292). Keenam tingkatan berpikir ( C1 –C6) dari yang paling rendah hingga paling tinggi (mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesiskan, dan mengevaluasi) harus dinilai dengan menggunakan rubrik dan penyekoran yang tepat sehingga tidak ada siswa yang dirugikan karena kompetensi setiap siswa terukur dengan alat ukur yang akurat.
Berbicara sebenarnya merupakan kegiatan kompleks yang melibatkan beberapa faktor. Yaitu kesiapan belajar, kegiatan berpikir, kesiapan mempraktikkan, motivasi, dan bimbingan. Apabila salah satu faktor tidak dikuasai dengan baik, akan terjadi kelambatan pada penguasaan bahan pembicaraan dan mutu bicara akan menurun (Mackey dalam Hastuti, dkk.,1985:6). Semakin tinggi seseorang menguasai kelima unsur itu, semakin baik pula penampilan dan penguasan bicaranya.
Salah satu model yang digunakan dalam penilaian berbicara (khususnya dalam berpidato dan bercerita) adalah sebagai berikut; skala penilaian yang digunakan adalah 0—10 (Nurgiyanto, 1980:265).
(a) keakuratan informasi
(b) hubungan antarinformasi
(c) ketepatan struktur dan kosakata
(d) kelancaran
(e) kewajaran
(f) gaya pengucapan.
Untuk masing-masing butir penilaian tidak harus selalu sama bobotnya, bergantung pada apa yang menjadi fokus penilaian pada saat itu. Yang penting, jumlah semua bobot penilaian 10 atau 100 sehingga mempermudah mendapatkan nilai akhir, yaitu (jumlah nilai x bobot):10 atau 100.
Misalnya:
Butir 1, keakuratan informasi berbobot 20,
Butir 2, hubungan antarinformasi berbobot 15,
Butir 3, ketepatan struktur berbobot 20,
Butir 4, kelancaran berbobot 15,
Butir 5, kewajaran urutan wacana berbobot 15,
Butir 6, gaya pengucapan berbobot 15.
Selain itu, alat penilaian dalam berbicara (khususnya wawancara) dapat berwujud penilaian yang terdiri atas komponen tekanan, tata bahasa, kosakata, kefasihan, dan pemahaman. Penilaian ini disusun dengan skala: 1 - 6. 1 berarti sangat kurang dan 6 berarti sangat baik. Berikut ini adalah deskripsi masingmasing komponen.
a) Tekanan
1.    Ucapan sering tidak dapat dipahami.
2.    Sering terjadi kesalahan besar dan aksen kuat yang menyulitkan pemahaman, menghendaki untuk selalu diulang.
3.    Pengaruh ucapan asing (daerah) yang mengganggu dan menimbulkan salah ucap yang dapat menyebabkan kesalahpahaman.
4.    Pengaruh ucapan asing (daerah) dan kesalahan ucapan yang tidak                           menyebabkan kesalahpahaman.
5.    Tidak ada salah ucapan yang mencolok, mendekati ucapan standar.
6.    Ucapan sudah standar.

b) Tata bahasa
1.    Penggunaan bahasa hampir selalu tidak tepat.
2.    Ada kesalahan dalam penggunaan pola-pola secara tetap yang selalu mengganggu komunikasi.
3.    sering terjadi dalam pola tertentu karena kurang cermat yang dapat mengganggu komunikasi.
4.    kadang-kadang terjadi kesalahan dalam pengunaan pola tertentu, tetapi tidak mengganggu komunikasi.
5.    sering terjadi kesalahan, tetapi bukan pada penggunaan pola.
6.    tidak lebih dari dua kesalahan selama berlangsungnya kegiatan berwawancara.

c) Kosakata
1.    Pengunaan kosakata tidak tepat dalam percakapan yang sederhana sekalipun.
2.    Penguasaan kosakata sangat terbatas pada keperluan dasar personal.
3.    Pemilihan kosakata sering tidak tepat dan keterbatasan penggunannya menghambat kelancaran komunikasi dalam sosial dan profesional.
4.    Penggunaan kosakata teknis tepat dalam pembicaraan tentang tertentu, tetapi penggunan kosakata umum secara berlebihan.
5.    Penggunaan kosakata teknis lebih luas dan cermat, kosakata umum tepat digunakan sesuai dengan situasi sosial.
6.    Penggunaan kosakata teknis dan umum luas dan tepat.

d. Kelancaran
1.    Pembicaraan selalu berhenti dan terputus-putus.
2.    Pembicaraan sangat lambat dan tidak ajeg kecuali untuk kalimat pendek.
3.    Pembicaraan sering ragu, kalimat tidak lengka.
4.    Pembicaraan lancar dan luas tetapi sekali-sekali kurang.
5.    Pembicaraan dalam segala hal lancar.

e) Pemahaman
1.    Memahami sedikit isi percakapan yang paling sederhana.
2.    Memahami dengan lambat percakapan sederhana, perlu penjelasan dan Pengulangan.
3.    Memahami percakapan sederhana dengan baik, kadang-kadang masih perlu penjelasan ulang.
4.    Memahami percakapan normal dengan baik, kadang-kadang masih perlu penjelasan dan pengulangan.
5.    Memahami segala sesuatu dalam percakapan normal kecuali bersifat kolokial.

3.        Penilaian Pembelajaran Berbicara
a.      Penentuan Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Di dalam kegiatan penilaian ini terdapat dua komponen penting, yang meliputi: (a) teknik penilaian, dan (b)bentuk instrumen.
1.      Teknik Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan untuk menentukan tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah ditentukan. Adapun yang dimaksud dengan teknik penilaian adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh informasi mengenai proses dan produk yang dihasilkan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam rangka penilaian ini, yang secara garis besar dapat dikategorikan sebagai teknik tes dan teknik nontes.
Teknik tes merupakan cara untuk memperoleh informasi melalui pertanyaan yang memerlukan jawaban betul atau salah, sedangkan teknik nontes adalah suatu cara untuk memperoleh informasi melalui pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban betul atau salah.


Dalam melaksanakan penilaian perlu diperhatikan prinsip-prinsip berikut ini.
1)      Pemilihan jenis penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang akan dinilai sehingga memudahkan dalam penyusunan soal.
2)      Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator.
3)      Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah siswa mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
4)      Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
5)      Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindakan perbaikan, berupa program remedi. Apabila siswa belum menguasai suatu kompetensi dasar, ia harus mengikuti proses pembelajaran lagi, sedang bila telah menguasai kompetensi dasar, ia diberi tugas pengayaan.
6)      Peserta didik yang telah menguasai semua atau hampir semua kompetensi dasar dapat diberi tugas untuk mempelajari kompetensi dasar berikutnya.
7)      Dalam sistem penilaian berkelanjutan, guru harus membuat kisi-kisi penilaian dan rancangan penilaian secara menyeluruh untuk satu semester dengan menggunakan teknik penilaian yang tepat.
8)      Penilaian dilakukan untuk menyeimbangkan berbagai aspek pembelajaran: kognitif, afektif dan psikomotor dengan menggunakan berbagai model penilaian,baik formal maupun nonformal secara berkesinambungan.
9)      Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik.
10)  Penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan hasil belajar siswa.
11)  Penilaian berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator. Dengan demikian, hasilnya akan memberikan gambaran mengenai perkembangan pencapaian kompetensi.
12)  Penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan dilakukan terus menerus) guna mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan penguasaan kompetensi siswa, baik sebagai efek langsung (main effect) maupun efek pengiring (nurturant effect) dari proses pembelajaran.
13)  Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan, penilaian harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil dengan melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.

2.      Bentuk Instrumen
Bentuk instrumen yang dipilih harus sesuai dengan teknik penilaiannya. Oleh karena itu, bentuk instrumen yang dikembangkan dapat berupa bentuk instrumen yang tergolong teknik:
1)          Tes tulis, dapat berupa tes esai/uraian, pilihan ganda, isian, menjodohkan
2)          dan sebagainya.
3)          Tes lisan, yaitu berbentuk daftar pertanyaan.
4)          Observasi yaitu dengan menggunakan lembar observasi.
5)          Tes Praktik/ Kinerja berupa tes tulis keterampilan, tes identifikasi, tes simulasi, dan uji petik kerja.       
6)          Penugasan individu atau kelompok, seperti tugas proyek atau tugas rumah.
7)          Portofolio dengan menggunakan dokumen pekerjaan, karya, dan atau prestasi siswa.
8)          Penilaian diri dengan menggunakan lembar penilaian diri.
9)          Sesudah penentuan instrumen tes telah dipandang tepat, selanjutnya instrumen tes itu dituliskan di dalam kolom matriks silabus yang tersedia. Berikut ini disajikan ragam teknik penilaian beserta bentuk instrumen yang dapat digunakan.
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
• Tes tertulis
• Tes pilihan: pilihan ganda, benar-salah,
   menjodohkan dll.
• Tes isian: isian singkat dan uraian
• Tes lisan
• Daftar pertanyaan
• Observasi (pengamatan)
• Lembar observasi (lembar pengamatan)
• Tes praktik (teskinerja)
• Tes tulis keterampilan
• Tes identifikasi
• Tes simulasi
• Tes uji petik kerja
• Penugasan individual atau kelompok
• Pekerjaan rumah
• Proyek
• Penilaian portofolio
• Lembar penilaian portofolio
• Jurnal
• Buku cacatan jurnal
• Penilaian diri Penilaian antarteman
• Kuesioner/lembar penilaian diri
  Lembar penilaian antarteman



Daftar Pustaka

Djiwandono, Soenarji. 2008. Tes Bahasa. Jakarta: Indeks.
Fathurrohman, Pupuh. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Aditama.
Ghazali, Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Refika Aditama.
Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajara. Bandung: Rosda.
 

2 comments:

  1. Makasih ini sangat bermanfaat, terutama bagi sekolah yang mau akreditasi. Kebetulan sekolah saya mau akreditasi. Ijin copy

    ReplyDelete
  2. terimakasih ini sangat bermanfaat

    ReplyDelete