A. PEMBELAJARAN MENYIMAK
1.
Hakikat
Menyimak
Menyimak
merupakan suatu proses. Sebagai sebuah proses, peristiwa menyimak diawali
dengan kegiatan menyimak bunyi bahasa secara langsung atau tidak langsung.
Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga diidentifikasi jenis dan
pengelompokannya menjadi suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana.
Jeda dan intonasi juga ikut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang
diterima kemudian ditafsirkan maknanya dan dinilai kebenarannya agar dapat
diputuskan diterima tidaknya. Dengan kata lain, menyimak merupakan suatu proses
yang mencakup kegiatan menyimak bunyi bahasa, mengidentifikasi, menafsirkan,
menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalam wacana lisan.
Tujuan
utama menyimak antara lain untuk mendapatkan fakta, menganalisis fakta,
mengevaluasi fakta, mendapatkan inspirasi, mendapatkan hiburan, dan memperbaiki
kemampuan berbicara.
Secara
garis besar menyimak dibagi menjadi dua jenis, yakni menyimak ekstensif dan menyimak intensif. Menyimak ekstensif ialah
proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti menyimak
radio, televisi, percakapan orang di pasar, dan menyimak pengumuman.
Jenis-jenis
menyimak ekstensif meliputi (1) menyimak sekunder,
yaitu menyimak yang terjadi secara kebetulan, misalnya, sambil memasak menyimak
siaran berita, (2) menyimak sosial,
yaitu menyimak yang berlangsung dalam situasi-situasi sosial seperti di pasar
atau terminal, (3) menyimak apresiatif,
yaitu menyimak untuk menghayati dan menikmati sesuatu, misalnya menyimak
pembacaan puisi, atau menyimak drama, dan (4) menyimak pasif, yaitu menyimak yang dilakukan tanpa upaya sadar Jenis-jenis
menyimak ini lebih banyak digunakan secara alamiah.
Menyimak
intensif adalah kegiatan menyimak
yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh konsentrasi agar dapat
menangkap makna yang dikehendaki. Menyimak intensif diakhiri dengan kegiatan
mengungkapkan kembali sesuatu yang dipahami secara lisan maupun tulis.
Jenis-jenis
menyimak intensif adalah (1) menyimak
kritis, yaitu kegiatan menyimak
untuk memberikan penilaian secara objektif mengenai kebenaran informasi yang
disimak; (2) menyimak konsentratif,
yaitu menyimak dengan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang
baik tentang informasi yang disimak; (3) menyimak
eksploratif, yaitu kegiatan menyimak yang dilakukan untuk menemukan
informasi baru; (4) menyimak kreatif,
yaitu kegiatan menyimak yang bertujuan mengembangkan daya imajinasi dan
kreativitas penyimak, misalnya dengan cara mengemukakan kembali gagasan pembicara;
(5) menyimak interogatif, yaitu
kegiatan menyimak yang bertujuan memperoleh informasi dengan cara mengajukan
pertanyaan yang diarahkan kepada pemerolehan informasi tersebut; (6) menyimak selektif, yaitu kegiatan
menyimak yang memusatkan perhatian pada hal tertentu yang sudah dipilih.
Agar pembelajaran
menyimak dapat berlangsung dengan baik, paling tidak hal-hal di bawah ini
hendaknya mendapat perhatian.
1. Pelaksanaan
pembelajaran menyimak perlu memperhatikan prinsip-prinsip pendekatan
kontekstual.
2. Jika
bahan berupa teks yang dibacakan, usahakan agar teks tersebut belum dibaca oleh
siswa.
3. Usahakan
agar model/pembaca teks membacakan teks secara jelas dan tepat sehingga tidak
mengganggu proses pemahaman penyimak.
4. Jika
dalam pembelajaran menggunakan media (audio/audiovisual), usahakan agar kondisi
media betul-betul siap pakai.
5. Bahan
yang diperdengarkan hendaknya tidak terlalu panjang (dibatasi waktunya)
mengingat daya konsentrasi siswa terbatas.
6. Usahakan
agar tercipta suasana yang kondusif untuk menyimak.
7. Sebelum
kegiatan menyimak dilaksanakan, kemukakan secara jelas tujuan kegiatan yang
akan dilaksanakan.
8. Ajaklah
siswa untuk bersama-sama menilai unjuk kerja teman-temannya.
2.
Penilaian
Kemahiran Menyimak
Tes
kemampuan menyimak adalah kemampuan perserta tes untuk memahami isi wacana yang
dikomunikasikan secara lisan langsung oleh pembicara, atau sekedar rekaman
audio atau video. Pemahaman itu dapat mengacu kepada pemahaman secara umum
seperti topik yang dibahas atau garis besar secara isinya atau bagian-bagian
yag lebih terinci termasuk pelaku, lokasi, waktu, dan beberapa aspek yang
menonjol. Pemahaman lewat menyimak dapat pula berkaitan dengan hal-hal yang
lebih mendalam sifatnya, yang tidak terbatas pada hal-hal yang sangat tegas dan
langsung terungkapkan. Pemahaman semacam ini hanya dapat diperoleh dengan
mengubung-hubungkan bagian wacana tertentu atau mengambil kesimpulan dan
implikasi berdasarkan pemahaman terhadap bagian-bagian wacana. Semua itu
merupakan penjabaran dari apa yang seharusnya dipahami seseorang ketika
menyimak suatu wacana yang dikomunikasikan secara lisan untuk disimakkan.
Menurut
Djiwandono (2008:114) penetapan jenis sasaran kemampuan yang dijadikan fokus
tes disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta tes. Untuk tingkat pemula, dapat
digunakan butir-butir tes yang jawabannya memerlukan sekedar pemahaman tentang
hal-hal yang secara langsung, kongkrit dan harfiah yang termuat dalam wacana.
Pertanyaan-pertanyaan yang kurang langsung sifatnya, termasuk kaitan antara
berbagai bagian wacana, menemukan implikasi dan menarik eksimpulan, sampai
dengan menentukan sikap dan melakukan evaluasi terhadap isi wacana, lebih
sesuai bagi peserta tes yang tingkat kemampuan bahasanya lebih tinggi seperti
yang dibahasa secara lebih lengkap pada pembahasan tes memahami bacaan dibagian
dua di bawah.
Di
samping rincian identifikasi dan rincian kemampun tes menyimak seperti
diuraikan di atas bagian penting lain adalah pemilihan wacana untuk dipahami
dengan memperdengarkannya kepada peserta tes. Dari wacana itulah nantinya
sejumlah pertannyaan dijawab oleh peserta tes sesuai dengan pemahamannya
terhadap isi wacana. Pemilihan wacana itu perlu dilakukan atas dasar beberapa
rambu, terutama yang berkaitan dengan isi dan masalah yang dibahas yang
disesuaikan dengan bidang yang dikenalnya secara akrab, dan bukannya sesuatu di
luar jangkauan bidangnya. Pendek kata wacana untuk tes menyimak sebaiknya tidak
merupakan sesuatu yang asing dalam berbagai aspek, kecuali isi wacananya yang
pemahamannya merupakan sasaran pokok dari tes menyimak.
Sementara
itu amatlah penting untuk digaris bawahi bahwa sasaran menyimak adalah
kemampuan memahami wacana dengan rincian dan tataran tingkat kemampuan seperti
diuraikan di atas. Mengarahkan butir-butir tes menyimak keaspek-aspek lain selain
kemampuan menyimak, seperti pengetahuan kosa kata dan tata bahasa yang
penggunaannya tidak terkait dengan wacana yang disajikan, bahkan kadang-kadang
ejaan, seperti sering ditemukan tidak hanya mengaburkan sasaran tes yang tepat
melainkan juga membuang waktu dan tenaga peserta tes secara tidak bermanfaat.
Praktek yang keliru semacam itu amat perlu dihindarkan.
Dalam
kaitan dengan penetapan jenis tes yang digunakan untuk tes menyimak, khususnya
pemilihan bentuk objektif dan subjektif, dan cara-cara perumusan butir-butir
tesnya amat dianjurkan untuk memastikan dengan pencermatan dan kehati-hatian
yang tinggi. Seperti juga jenis-jenis tes biasa yang lain, tes menyimak perlu
disusun dengan mengindahkan berbagai kaidah dan persyaratan yang perlu dipenuhi
bagi tes yang valid.
3. Kriteria Penilaian Kemahiran
Menyimak
Sesuai dengan namanya, tes menyimak, bahan tes yang
diujikan disampaikan secara lisan dan diterima siswa melalui sarana
pendengaran. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001: 239) penilaian menyimak dapat
dilakukan dengan berbagai cara.
a. Tingkat ingatan
Tes kemampuan menyimak pada tingkat ingatan untuk
mengingat fakta atau menyebutkan kembali fakta-fakta yang terdapat dalam wacana
yang diperdengarkan, dapat bberupa nama, peristiwa, angka, dan tahun. Tes bisa
berbentuk tes objektif isian singkat atau pilihan ganda.
b. Tingkat pemahaman
Tes pada tingkat pemahaman menuntut siswa untuk
memahami wacana yang diperdengarkan. Kemampuan pemahaman yang dimaksud mungkin
terhadap isi wacana, hubungan antaride, antarfaktor, antarkejadian, hubungan
sebab akibat. Akan tetapi kemampuan pemahaman pada tingkat pemahaman (C 2) ini
belum kompleks benar, belum menuntut kerja kognitif tingkat tinggi. Jadi,
kemampuan pemahaman dalam tingkat yang sederhana. Dengan kata lain, butir-butir
tes tingkat ini belum sulit.
c. Tingkat Penerapan
Butir-butir tes kemampuan menyimak yang dapat dikategorikan tes tingkat
penerapan adalah butir tes yang terdiri dari pernyataan (diperdengarkan) dan
gambar-gambar sebagai alternatif jawaban yang terdapat di dalam lembar tugas.
d. Tingkat Analisis
Tes kemampuan menyimak pada tingkat analisis pada hakikatnya juga
merupakan tes untuk memahami informasi dalam wacana yang diteskan. Akan
tetapi, untuk memahami informasi atau lebih tepatnya memilih alternatif jawaban
yang tepat itu, siswa dituntut untuk melakukan kerja analisis. Tanpa melakukan
analisis wacana, jawaban yang tepat secara pasti belum dapat ditentukan. Dengan
demikian, butir tes tingkat analisis lebih kompleks dan sulit daripada butir
tes pada tingkat pemahaman. Analisis yang dilakukan berupa analisis
detail-detail informasi, mempertimbangkan bentuk dan aspek kebahasaan tertentu,
menemukan hubungan kelogisan, sebab akibat, hubungan situasional, dan
lain-lain.
4. Penilaian Berbasis Kelas dalam Pembelajaran Menyimak
Sesuai dengan tuntutan
Kurikulum 2004, penilaian pembelajaran menyimak mengacu pada penilaian berbasis
kelas Penilaian berbasis kelas dalam arti penilaian sebagai assessment merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan informasi tentang hasil belajar
siswa pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar mengajar (KBM).
Adapun bentuk-bentuk alat penilaian berbasis kelas dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menyimak antara lain
sebagi berikut.
a. Portofolio,
yaitu kumpulan hasil karya siswa baik dalam bentuk tertulis, karya seni, maupun
berbagai penampilan yang tersimpan dalam bentuk kaset video atau audio yang
ditata untuk tujuan penilaian.
b. Tes performasi,
yaitu penilaian terhadap suatu kompetensi yang memfokuskan pada unjuk kerja
siswa. Pada tes performansi, penilai mengamati penampilan/hasil karya siswa
sesuai dengan pedoman yang telah dikembangkan.
c. Rubrik,
yaitu sebuah daftar yang memuat indikator-indikator dari sebuah kompetensi dan
pemaknaannya. Rubrik merupakan alat untuk melakukan penyekoran, penilaian, dan
menentukan 'grade' sebuah unjuk kerja. Rubrik merupakan pedoman penilaian pada
tes performansi.
d. Lembar Observasi
yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang aspek afektif yang terjadi pada
diri siswa, partisipasi siswa dalam pembelajaran, sikap khusus siswa, maupun
respon siswa dalam mengikuti pembelajaran.
5. Aspek Penilaian Kemahiran Menyimak
Aspek yang dinilai dalam menyimak didasarkan pada
ruang lingkup dan tingkat kedalaman pembelajaran serta Kompetensi Dasar yang
sudah ditetapkan di dalam Kurikulum khususnya dalam indikator. Bagi siswa,
dapat diketahui bahwa aspek yang belum dikuasai dalam pengalaman belajar yang
dikembangkan dari indikator. Sedangkan bagi guru dapat diketahui aspek apa yang
belum diajarkan pada siswa. Selain itu penilaian pembelajaran menyimak ini
tujuannya adalah untuk mengetahui apakah semua yang telah dialami siswa dalam
proses pembelajaran sudah sesuai dengan kompetensi dasar khususnya dalam
indikator.
Secara umum aspek yang dinilai dalam pembelajaran
mendengarkan adalah sebagai berikut.
Aspek Kebahasaan:
1)
Pemahaman isi
2)
Kelogisan
penafsiran
3)
Ketepatan
penangkapan isi
4)
Ketahanan
konsentrasi
5)
Ketelitian
menangkap dan kemampuan memahami
Aspek Nonkebahasaan:
1) Pelaksanaan dan Sikap
2) Menghormati
3) Menghargai
4) Konsentrasi /kesungguhan mendengarkan
5) Kritis
6. Bentuk-Bentuk Pertanyaan
Mendengarkan
Dalam penilaian menyimak, guru dapat memilih bentuk
pertanyaan sebagai berikut.
a.
Mengucapkan
kembali (menirukan) hal yang disimak.
Contoh: Soal : Diperdengarkan kata “pasif”
(Siswa menirukan/menuliskan)
b.
Melaksanakan
petunjuk/perintah yang disimak.
Contoh: Soal: Diperdengarkan sebuah petunjuk/perintah
“Pelajaran di kelas dimulai pukul 7.05”. (Siswa
menuliskan)
c.
Menjawab
pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, bagaimana (berdasarkan pertanyaan yang disimak)
Contoh: Apakah yang dikerjakan siswa?
d.
Menerka nama
benda, binatang atau tanaman dan lain-lain berdasarkan
deskripsi yang disampaikan.
Contoh: Seekor binatang yang merajai hutan, bertaring
dan ganas dalam memangsa hewan tangkapan.
e.
Menerima dan
menyampaikan pesan atau hal-hal penting yang diperoleh melalui telepon.
Contoh: Sejak tanggal 21 sampai dengan 30 Oktober
2001, kami berlibur ke Bandung.
f.
Menanyakan
berbagai hal berdasarkan tema atau topik yang disimak.
Contoh: Bagaimana sifat tokoh A dalam cerita yang kamu
simak tadi?
g.
Menentukan satu
diantara empat gambar (A, B, C, D) berdasarkan karangan yang disimak.
Contoh: Setelah diperdengarkan beberapa kata atau
kalimat, siswa disuruh menunjukkan nama atau kegiatan yang tepat berdasarkan
gambar dari kata atau kalimat yang diperdengarkan.
Misalnya:
(1) Nani makan pisang.
(2) Darlis menulis surat.
(3) Kakak membaca koran.
(4) Ibu menanak nasi.
7. Contoh Pelaksanaan Penilaian dalam
Pembelajaran Menyimak
1.
Penilaian Pembelajaran Menyimak Khotbah
a. Rubrik
Pembelajaran Menyimak Khotbah
(untuk
penilaian penyampaian secara lisan isi khotbah yang diperdengarkan)
No.
|
Aspek yang Dinilai
|
Pertanyaan Pemandu
|
Skor
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||
1.
|
Kesesuaian
isi
|
Apakah
semua rincian sesuai dengan isi khotbah?
|
|
|
|
|
|
2.
|
Kelengkapan
isi
|
Apakah
rincian lengkap sesuai dengan butir-butir keseluruhan yang ada pada khotbah?
|
|
|
|
|
|
3.
|
Ketepatan
simpulan
|
Apakah
simpulan yang dibuat merangkum keseluruhan detil isi dan hal yang inti?
|
|
|
|
|
|
4.
|
Pelafalan
& intonasi
|
Apakah
pelafalannya tepat dan menggunakan intonasi yang bervariasi?
|
|
|
|
|
|
5.
|
Penggunaan
Bahasa
|
Apakah
menggunakan pilihan kata yang tepat dan kalimat yang baik dan benar?
|
|
|
|
|
|
6.
|
Kelancaran
|
Apakah
penyampaiannya lancar, tidak tersendat-sendat?
|
|
|
|
|
|
|
|
JUMLAH
SKOR (maks.30)
|
|
|
|
|
|
b. Lembar Observasi
No.
|
Nama Siswa
|
ketekunan
|
Kerjasama
|
Keaktifan
|
Keberanian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
c. Jurnal
Nama :
Tanggal :
Judul
Wacana yang Disimak:
1.
Yang saya pahami dari wacana yang diperdengarkan ……………………………..
2.
Bagian yang saya sukai dan alasannya …………………………………………….
3.
Bagian yang tidak saya pahami atau tidak saya sukai ………………………………
4.
Yang saya harapkan dari pembelajaran kemampuan menyimak ………………
5.
Kesulitan yang saya alami dalam menyimak …………………………………...
6
dst.
|
8. Bentuk Penugasan Kemahiran Menyimak
Tugas menyimak bisa dirancang untuk
berbagai macam tujuan. Tugas menyimak bisa meminta pembelajar untuk berbicara,
membaca, menulis atau memberikan respon berupa tindakan terhadap sebuah situasi
lisan tertentu. Pada saat yang sama, tugas manyimak ini bisa dilakukan dengan
menggunakan strategi atas-bawahan atau bawah-atas. Tugas menyimak juga bisa
menggunakan : (1) berbagai macam jenis teks, seperti pengumuman radio, lagu,
dialog yang direkam, deskripsi lisan dengan diberi media visual, (2) berbagai
macam topik, seperti makanan, cuaca, keluarga, olahraga, (3) berbagai macam
fungsi bahasa, seperti member informasi, member peringatan, berusaha
menyakinkan lawan bicara, memuji, member petunjuk arah, (4) berbagai struktur
wacana, dan (5) berbagai macam unsur linguitik. Siswa bisa diminta untuk
memerikan berbagai macam reaksi terhap teks lisan, seperti misalnya, siswa bisa
diminta untuk:
a.
Membuat ringkasan
b.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk
menguji pemahaman (comprehension qoestion).
c.
Menyimak secaraa selektif untuk
mendapatkan informasi tertentu.
d.
Membuat gambar berdasarkan deskripsi
dalam teks lisan.
e.
Membuat dramatisasi terhadap teks lisan
dengan menggunakan gambar objek nyata.
f.
Melaporkan secara lisan tentang
pokok-pokok utama dari teks lisan.
g.
Membuat garis besar dari teks lisan.
h.
Mengisi bagan berdasarkan teks lisan.
i.
Mengulangi bahasa yang digunakan dalam
teks lisan.
j.
Mengajukan pertanyaaan tentang isi dari
teks lisan.
k.
Membuat dialog berdasarkan isi dari teks
lisan.
l.
Membuat teks lisan yang mirip dengan
teks lisan yang sudah disimakkan.
B.
PEMBELAJARAN BERBICARA
1. Hakikat
Berbicara
Pengertian Berbicara seperti telah kita ketahui bahwa dalam kegiatan
menyimak aktivitas kita awali dengan mendengarkan dan diakhiri dengan memahami
atau menanggapi. Kegiatan berbicara tidak demikian. Kegiatan berbicara diawali
dari suatu pesan yang harus dimiliki pembicara yang akan disampaikan kepada
penerima pesan agar penerima pesan dapat menerima atau memahami isi pesan itu.
Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan hubungan dan kerja sama dengan
manusia lain. Hubungan dengan manusia lainnya itu antara lain berupa
menyampaikan isi pikiran dan perasaan, menyampaikan suatu informasi, ide atau
gagasan serta pendapat atau pikiran dengan suatu tujuan.
Dalam
menyampaikan pesan seseorang menggunakan suatu media atau alat yaitu bahasa,
dalam hal ini bahasa lisan. Seorang yang akan menyampaikan pesan tersebut
mengharapkan agar penerima pesan dapat memahaminya. Pemberi pesan disebut juga
pembicara dan penerima pesan disebut penyimak atau pendengar. Peristiwa proses
penyampaian pesan secara lisan seperti itu disebut berbicara. Dengan rumusan
lain dapat dikemukakan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan
melalui bahasa lisan.
Anda
sudah tidak asing lagi mendengar atau membaca istilah “berbicara” dan bahkan
Anda setiap saat melakukan bicara. Nina dikatakan “berbicara” ketika
ia
mengucapkan salam kepada ibunya. “Assalamualaikum.” Ibu Rita
dikatakan“berbicara” ketika membicarakan kenaikan harga minyak tanah dalam
pengajian. Ketua RT (Rukun Tetangga) dikatakan “berbicara” ketika mengajak
warganya untuk bekerja bakti membersihkan jalan dan selokan air dalam rangka
menyambut hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indnesia. Dian dikatakan “berbicara”
ketika ia bertanya kepada gurunya tentang pelajaran yang ia belum ketahui. Anda
dikatakan “berbicara” ketika Anda menjelaskan atau menjawab pertanyaan siswa
Anda.
Lalu,
apakah berbicara itu? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anton M. Moeliono, dkk.,
1998:114) dinyatakan bahwa berbicara adalah berkata; bercakap; berbahasa;
melahirkan pendapat dengan perkataan, tulisan dan sebagainya atau berunding.
Guntur
Tarigan (1983 :15) berpendapat bahwa “ berbicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan ,menyatakan serta
menyampaikan pikiran , gagasan, dan perasaan”.Sedangkan sebagai bentuk atau
wujudnya berbicara disebut sebagai suatu
alat untuk mengomunikasikan gagasan yang disusun dan dikembangkan
sesuai
dengan kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Pembelajaran Berbicara.
Jadi,
pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan
seseorang
dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Kemampuan berbicara adalah kemampuan
mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Pendengar menerima pesan atau informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan
penempatan persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, berbicara
itu dapat dibantu dengan mimik dan pantomimik pembicara.
Kemampuan
berbicara merupakan tuntutan utama yang harus dikuasai oleh seorang guru. Jika
seorang guru menuntut siswanya dapat berbicara dengan
baik,
maka guru harus memberi contoh berbicara yang baik hal ini menunjukkan bahwa di
samping menguasai teori berbicara juga terampil berbicara dalam kehidupan
nyata. Guru yang baik harus dapat mengekspresikan pengetahuan yang dikuasainya
secara lisan.
2.
Kriteria Penilaian Pembelajaran Berbicara
Ada dua jenis penilaian yang digunakan dalam pembelajaran berbicara,
yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dilakukan selama
kegiatan pembelajaran berlangsung untuk menilai sikap siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Penilaian hasil dilakukan berdasarkan unjuk kerja yang
dilakukan siswa ketika menyajikan kompetensi berbicara yang dituntut kurikulum
atau mempresentasikan secara individual.
Dalam penilaian proses digunakan lembar penilaian sikap (afektif) yang
terdiri dari aspek: (1) kedisiplinan; (2) minat; (3) kerja sama; (4) keaktifan;
dan (5) tanggung jawab. Dalam penilaian hasil digunakan rubrik penilaian untuk
mengetahui kompetensi siswa dalam berbicara, misalnya menanggapi pembacaan
puisi. Ada beberapa aspek yang dinilai, yaitu (1) kelancaran menyampaikan
pendapat/tanggapan; (2) kejelasan vokal; (3) ketepatan intonasi; (4) ketepatan
pilihan kata (diksi); (5) struktur kalimat (tuturan); (6) kontak mata dengan
pendengar; (7) ketepatan mengungkapkan gagasan disertai data tekstual.
Penilaian kompetensi berbicara yang dilakukan dengan unjuk kerja/performance
yang utama perlu diukur adalah yang berkaitan dengan penggunaan bahasa seperti
penguasaan lafal, struktur, dan kekayaan kosa kata. Selain itu, juga penguasaan
masalah yang menjadi bahan pembicaraan, bagaimana siswa memahami topik yang
dibicarakan dan mampu mengungkapkan gagasan di dalamnya, serta kemampuan
memahami bahasa lawan bicara ( Burhan Nurgiyantoro, 2001:276).
Penilaian kemampuan berbicara haruslah membiasakan peserta didik untuk
menghasilkan bahasa dan mengemukakan gagasan melalui bahasa yang sedang
dipelajarinya. Dengan kata lain, penilaian berbicara harus dilakukan dengan
praktik berbicara. Jadi, bentuk penilaian pembelajaran berbicara seharusnya memungkinkan siswa untuk
tidak saja mengucapkan kemampuan berbahasanya, melainkan juga mengungkapkan
gagasan, pikiran, dan perasaannya sehingga penilaian ini bersifat fungsional
(Burhan Nurgiyantoro,2001:278).
Berikut contoh model penilaian berbicara:
a. Pembicaraan berdasarkan gambar
i.
Pemberian
pertanyaan
ii.
Bercerita
(menceritakan gambar)
b. Wawancara
c. Bercerita
d. Berpidato
e. Diskusi
f. Bermain peran
Dalam menggunakan bentuk-bentuk penilaian di atas, pelaksanaannya tetap
harus fokus pada aspek kognitif . Meskipun aspek psikomotor yang berupa gerakan
mulut, ekspresi mata, dan gesture lain juga harus dinilai, 6 tingkatan aspek
kognitif Bloom yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan berpikir tetap harus menjadi fokus utama
karena berkaitan dengan kemampuan menuangkan gagasan (Ibid, 2001:291-292).
Keenam tingkatan berpikir ( C1 –C6) dari yang paling rendah hingga paling
tinggi (mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesiskan, dan
mengevaluasi) harus dinilai dengan menggunakan rubrik dan penyekoran yang tepat
sehingga tidak ada siswa yang dirugikan karena kompetensi setiap siswa terukur
dengan alat ukur yang akurat.
Berbicara sebenarnya merupakan kegiatan kompleks yang melibatkan beberapa
faktor. Yaitu kesiapan belajar, kegiatan berpikir, kesiapan mempraktikkan,
motivasi, dan bimbingan. Apabila salah satu faktor tidak dikuasai dengan baik,
akan terjadi kelambatan pada penguasaan bahan pembicaraan dan mutu bicara akan
menurun (Mackey dalam Hastuti, dkk.,1985:6). Semakin tinggi seseorang menguasai
kelima unsur itu, semakin baik pula penampilan dan penguasan bicaranya.
Salah satu model yang digunakan dalam penilaian berbicara (khususnya
dalam berpidato dan bercerita) adalah sebagai berikut; skala penilaian yang
digunakan adalah 0—10 (Nurgiyanto, 1980:265).
(a) keakuratan informasi
(b) hubungan antarinformasi
(c) ketepatan struktur dan kosakata
(d) kelancaran
(e) kewajaran
(f) gaya pengucapan.
Untuk masing-masing butir penilaian tidak harus selalu sama bobotnya,
bergantung pada apa yang menjadi fokus penilaian pada saat itu. Yang penting,
jumlah semua bobot penilaian 10 atau 100 sehingga mempermudah mendapatkan nilai
akhir, yaitu (jumlah nilai x bobot):10 atau 100.
Misalnya:
Butir 1, keakuratan informasi berbobot 20,
Butir 2, hubungan antarinformasi berbobot 15,
Butir 3, ketepatan struktur berbobot 20,
Butir 4, kelancaran berbobot 15,
Butir 5, kewajaran urutan wacana berbobot 15,
Butir 6, gaya pengucapan berbobot 15.
Selain itu, alat penilaian dalam berbicara (khususnya wawancara) dapat
berwujud penilaian yang terdiri atas komponen tekanan, tata bahasa, kosakata,
kefasihan, dan pemahaman. Penilaian ini disusun dengan skala: 1 - 6. 1 berarti
sangat kurang dan 6 berarti sangat baik. Berikut ini adalah deskripsi
masingmasing komponen.
a)
Tekanan
1. Ucapan sering tidak dapat dipahami.
2. Sering terjadi kesalahan besar dan aksen
kuat yang menyulitkan pemahaman, menghendaki untuk selalu diulang.
3. Pengaruh ucapan asing (daerah) yang
mengganggu dan menimbulkan salah ucap yang dapat menyebabkan kesalahpahaman.
4. Pengaruh ucapan asing (daerah) dan kesalahan
ucapan yang tidak
menyebabkan kesalahpahaman.
5. Tidak ada salah ucapan yang mencolok,
mendekati ucapan standar.
6. Ucapan sudah standar.
b) Tata bahasa
1. Penggunaan bahasa hampir selalu tidak
tepat.
2. Ada kesalahan dalam penggunaan pola-pola
secara tetap yang selalu mengganggu komunikasi.
3. sering terjadi dalam pola tertentu karena
kurang cermat yang dapat mengganggu komunikasi.
4. kadang-kadang terjadi kesalahan dalam
pengunaan pola tertentu, tetapi tidak mengganggu komunikasi.
5. sering terjadi kesalahan, tetapi bukan pada
penggunaan pola.
6. tidak lebih dari dua kesalahan selama
berlangsungnya kegiatan berwawancara.
c) Kosakata
1. Pengunaan kosakata tidak tepat dalam
percakapan yang sederhana sekalipun.
2. Penguasaan kosakata sangat terbatas pada
keperluan dasar personal.
3. Pemilihan kosakata sering tidak tepat dan
keterbatasan penggunannya menghambat kelancaran komunikasi dalam sosial dan
profesional.
4. Penggunaan kosakata teknis tepat dalam
pembicaraan tentang tertentu, tetapi penggunan kosakata umum secara berlebihan.
5. Penggunaan kosakata teknis lebih luas dan
cermat, kosakata umum tepat digunakan sesuai dengan situasi sosial.
6. Penggunaan kosakata teknis dan umum luas dan
tepat.
d. Kelancaran
1. Pembicaraan selalu berhenti dan
terputus-putus.
2. Pembicaraan sangat lambat dan tidak ajeg
kecuali untuk kalimat pendek.
3. Pembicaraan sering ragu, kalimat tidak
lengka.
4. Pembicaraan lancar dan luas tetapi
sekali-sekali kurang.
5. Pembicaraan dalam segala hal lancar.
e) Pemahaman
1. Memahami sedikit isi percakapan yang paling
sederhana.
2. Memahami dengan lambat percakapan sederhana,
perlu penjelasan dan Pengulangan.
3. Memahami percakapan sederhana dengan baik,
kadang-kadang masih perlu penjelasan ulang.
4. Memahami percakapan normal dengan baik,
kadang-kadang masih perlu penjelasan dan pengulangan.
5. Memahami segala sesuatu dalam percakapan
normal kecuali bersifat kolokial.
3.
Penilaian Pembelajaran Berbicara
a.
Penentuan Penilaian
Penilaian pencapaian
kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Di dalam
kegiatan penilaian ini terdapat dua komponen penting, yang meliputi: (a) teknik
penilaian, dan (b)bentuk instrumen.
1.
Teknik Penilaian
Penilaian merupakan
serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan proses dan
hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan untuk menentukan tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi yang
telah ditentukan. Adapun yang dimaksud dengan teknik penilaian adalah cara-cara
yang ditempuh untuk memperoleh informasi mengenai proses dan produk yang
dihasilkan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Ada beberapa teknik
yang dapat dilakukan dalam rangka penilaian ini, yang secara garis besar dapat
dikategorikan sebagai teknik tes dan teknik nontes.
Teknik tes merupakan cara
untuk memperoleh informasi melalui pertanyaan yang memerlukan jawaban betul
atau salah, sedangkan teknik nontes adalah suatu cara untuk memperoleh
informasi melalui pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban betul atau salah.
Dalam melaksanakan penilaian
perlu diperhatikan prinsip-prinsip berikut ini.
1)
Pemilihan jenis
penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang akan dinilai sehingga
memudahkan dalam penyusunan soal.
2)
Penilaian
diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator.
3)
Penilaian
menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta
didik setelah siswa mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan
posisi seseorang terhadap kelompoknya.
4)
Sistem yang
direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam
arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan
kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui
kesulitan siswa.
5)
Hasil penilaian
dianalisis untuk menentukan tindakan perbaikan, berupa program remedi. Apabila
siswa belum menguasai suatu kompetensi dasar, ia harus mengikuti proses
pembelajaran lagi, sedang bila telah menguasai kompetensi dasar, ia diberi
tugas pengayaan.
6)
Peserta didik
yang telah menguasai semua atau hampir semua kompetensi dasar dapat diberi
tugas untuk mempelajari kompetensi dasar berikutnya.
7)
Dalam sistem
penilaian berkelanjutan, guru harus membuat kisi-kisi penilaian dan rancangan
penilaian secara menyeluruh untuk satu semester dengan menggunakan teknik
penilaian yang tepat.
8)
Penilaian
dilakukan untuk menyeimbangkan berbagai aspek pembelajaran: kognitif, afektif
dan psikomotor dengan menggunakan berbagai model penilaian,baik formal maupun
nonformal secara berkesinambungan.
9)
Penilaian
merupakan suatu proses pengumpulan dan penggunaan informasi tentang hasil
belajar siswa dengan menerapkan prinsip berkelanjutan, bukti-bukti otentik,
akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik.
10) Penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian
kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas
tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan
hasil belajar siswa.
11) Penilaian berorientasi pada Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar dan Indikator. Dengan demikian, hasilnya akan memberikan
gambaran mengenai perkembangan pencapaian kompetensi.
12) Penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan
dan dilakukan terus menerus) guna mendapatkan gambaran yang utuh mengenai
perkembangan penguasaan kompetensi siswa, baik sebagai efek langsung (main
effect) maupun efek pengiring (nurturant effect) dari proses pembelajaran.
13) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika
pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan, penilaian harus
diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara,
maupun produk/hasil dengan melakukan observasi lapangan yang berupa informasi
yang dibutuhkan.
2. Bentuk
Instrumen
Bentuk instrumen yang
dipilih harus sesuai dengan teknik penilaiannya. Oleh karena itu, bentuk
instrumen yang dikembangkan dapat berupa bentuk instrumen yang tergolong
teknik:
1)
Tes tulis, dapat
berupa tes esai/uraian, pilihan ganda, isian, menjodohkan
2)
dan sebagainya.
3)
Tes lisan, yaitu
berbentuk daftar pertanyaan.
4)
Observasi yaitu
dengan menggunakan lembar observasi.
5)
Tes Praktik/
Kinerja berupa tes tulis keterampilan, tes identifikasi, tes simulasi, dan uji
petik kerja.
6)
Penugasan
individu atau kelompok, seperti tugas proyek atau tugas rumah.
7)
Portofolio
dengan menggunakan dokumen pekerjaan, karya, dan atau prestasi siswa.
8)
Penilaian diri
dengan menggunakan lembar penilaian diri.
9)
Sesudah
penentuan instrumen tes telah dipandang tepat, selanjutnya instrumen tes itu
dituliskan di dalam kolom matriks silabus yang tersedia. Berikut ini disajikan
ragam teknik penilaian beserta bentuk instrumen yang dapat digunakan.
Teknik
Penilaian
|
Bentuk
Instrumen
|
• Tes tertulis
|
• Tes pilihan: pilihan ganda, benar-salah,
menjodohkan dll.
• Tes isian:
isian singkat dan uraian
|
• Tes lisan
|
• Daftar
pertanyaan
|
• Observasi (pengamatan)
|
• Lembar
observasi (lembar pengamatan)
|
• Tes praktik (teskinerja)
|
• Tes tulis keterampilan
• Tes identifikasi
• Tes simulasi
• Tes uji
petik kerja
|
• Penugasan individual atau kelompok
|
• Pekerjaan rumah
• Proyek
|
• Penilaian portofolio
|
• Lembar
penilaian portofolio
|
• Jurnal
|
• Buku cacatan
jurnal
|
• Penilaian diri Penilaian antarteman
|
• Kuesioner/lembar penilaian diri
Lembar penilaian antarteman
|
Daftar Pustaka
Djiwandono, Soenarji. 2008.
Tes Bahasa. Jakarta: Indeks.
Fathurrohman, Pupuh. 2009.
Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Aditama.
Ghazali,
Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Refika Aditama.
Purwanto, Ngalim. 2010.
Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajara. Bandung: Rosda.
Makasih ini sangat bermanfaat, terutama bagi sekolah yang mau akreditasi. Kebetulan sekolah saya mau akreditasi. Ijin copy
ReplyDeleteterimakasih ini sangat bermanfaat
ReplyDelete