Sunday, June 12, 2016

DI LUAR BERBAGAI DISIPLIN ILMU PRAGMATIK





DI LUAR BERBAGAI DISIPLIN ILMU PRAGMATIK

            Ilmu pragmatic ternyata tidak hanya berbicara bahasa dan pemakaiannya, akan tetapi pragmatic ini juga dapat mengarah kearah disiplin-disiplin ilmu yang lain. Beberapa di antaranya bahwa pragmatic juga dapat dikaji dari kajian filsafat, psikologi, inteligensi artificial, dan patologi bahasa. Tanpa terlepas dari semua itu, pragmatic telah memberikan wawasan segar dan konstribusi yang berguna bagi perdebatan-perdebatan dalam berbagai bidang penelitian lainnya. Hubungan antara disiplin ilmu ini dapat bersifat kritis, seperti pandangan Putnam terhadap Sperber dan Wilson, dan dapat juga bersifat kritis, misalnya pada bentuk-bentuk penalaran terhadap kajian implikatur. Semua hubungan-hubungan ini berperan dalam pengembangan konsep dan teori pragmatic dalam berbagai cara yang tidak mungkin dapat dilakukan dari dalam pragmatic itu sendiri.
            Hubungan pragmatic dan filsafat didorong suatu sebab yang mendasar, terutama fungsi pragmatic dan memakainya. Pragmatic merasa dianaktirikan dan hanya bisa dijelaskan  oleh ilmu semantic namun seiring perkembangan ilmu bahasa pramatik merasa ingin diakui sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Dengan adanya hubungan dengan pramatik dan filsafat sedikit banyak telah membantu kendalan internal dari pada kajian pragmatic.
            Proses komunikasi antara penutur dan mitra tutur, terdapat maksud atau makna yang tersembunyi di luar ujarang yang disampaikan. Dimana pendengar pun mempergunaan skemata dan pengetahuannya untuk memperoleh ilokusi dari ujaran yang didengarkan. Dari situasi seperti inilah, psikologi mencoba menjawab untuk ranah pragmatic untuk dicari jalan keluarnya. Salah satu caranya adalah pengguaan kerangka pragmatic agar  terlihat penggunaan psikologi dari pikiran seseorang. Singkat kata model dan kerangka pragmatic harus memiliki realitas psikologis  yang hanya dapat dipastikan dengan pengembangan model-model dan kerangka dengan proses psikologis dalam pikiran.
             Meskipun keterlibatan pragmatic dengan filsafat cukup panjang, namun analisis konseptual terhadap pengetahuan yang dilakukan oleh para filsuf tidak sesui dengan tuntutan penelitian pragmatic. hanya para peneliti inteigensi artificial, saja yang memiliki keahlian yang luas dalam hal bagaimana tipe-tipe pengetahuan yang berbeda dapat direpresentasikan paing baik di antara bidang-bidang penerapan praktis yang relevan dengan pragmatic.
            Seiring perkembangan jaman, ilmu pragmatic juga mencoba dikaji untuk masalah klinis. Masalah yang timbul adalah masalah komunikasi, sehingga mengakibatkan gangguan bahasa, dengan ini, pragmatic mencoba melihat mengapa itu bisa terjadi. Pragmatic seseorang bisa terganggu karena beberapa sebab, 1) gangguan perkembangan bahasa, 2) autisme, 3) cedera kepala tertutup, 4) kelainan otak kiri dan kanan, 5) Alzheimer, 6) Schizofrenia, dan 7) ketidakmampuan belajar.
            Tidak dapat dipungkiri bahwa pragmatic dan hubungannya dengan ilmu lain telah memberikan konstribusi yang berguna bagi kajian pragmatic. namun demikian belum ada penelitian multidisipliner yang lengkap jika kita juga tidak menunjukkan bahwa pragmatic dapat menyumbangkan berbagai  wawasan penting terhapad persoalan-persoalan dan pertanyaan dari disiplin ilmu yang lain. Jaman yang semakin berkembang, begitu juga dengan kajian pragmatic, jika kajian terus diteliti, akan menemukan disiplin ilmu yang lain. Dalam buku Chumming masih awal saja , dan masih sangat jauh perjalanan yang dilalui pragmatic.

No comments:

Post a Comment