DI
LUAR BERBAGAI DISIPLIN ILMU PRAGMATIK
Ilmu pragmatic ternyata
tidak hanya berbicara bahasa dan pemakaiannya, akan tetapi pragmatic ini juga
dapat mengarah kearah disiplin-disiplin ilmu yang lain. Beberapa di antaranya
bahwa pragmatic juga dapat dikaji dari kajian filsafat, psikologi, inteligensi
artificial, dan patologi bahasa. Tanpa terlepas dari semua itu, pragmatic telah
memberikan wawasan segar dan konstribusi yang berguna bagi
perdebatan-perdebatan dalam berbagai bidang penelitian lainnya. Hubungan antara
disiplin ilmu ini dapat bersifat kritis, seperti pandangan Putnam terhadap
Sperber dan Wilson, dan dapat juga bersifat kritis, misalnya pada bentuk-bentuk
penalaran terhadap kajian implikatur. Semua hubungan-hubungan ini berperan
dalam pengembangan konsep dan teori pragmatic dalam berbagai cara yang tidak
mungkin dapat dilakukan dari dalam pragmatic itu sendiri.
Hubungan pragmatic dan
filsafat didorong suatu sebab yang mendasar, terutama fungsi pragmatic dan
memakainya. Pragmatic merasa dianaktirikan dan hanya bisa dijelaskan oleh ilmu semantic namun seiring perkembangan ilmu bahasa pramatik merasa ingin diakui sebagai
ilmu yang berdiri sendiri. Dengan adanya hubungan dengan pramatik dan filsafat
sedikit banyak telah membantu kendalan internal dari pada kajian pragmatic.
Proses komunikasi antara
penutur dan mitra tutur, terdapat maksud atau makna yang
tersembunyi di luar ujarang yang disampaikan. Dimana pendengar pun mempergunaan
skemata dan pengetahuannya untuk memperoleh ilokusi dari ujaran yang
didengarkan. Dari situasi seperti inilah, psikologi mencoba menjawab untuk
ranah pragmatic untuk dicari jalan keluarnya. Salah satu caranya adalah
pengguaan kerangka pragmatic agar
terlihat penggunaan psikologi dari pikiran seseorang. Singkat kata model
dan kerangka pragmatic harus memiliki realitas psikologis yang hanya dapat dipastikan dengan
pengembangan model-model dan kerangka dengan proses psikologis dalam pikiran.
Meskipun keterlibatan pragmatic dengan
filsafat cukup panjang, namun analisis konseptual terhadap pengetahuan yang
dilakukan oleh para filsuf tidak sesui dengan tuntutan penelitian pragmatic.
hanya para peneliti inteigensi artificial, saja yang memiliki keahlian yang
luas dalam hal bagaimana tipe-tipe pengetahuan yang berbeda dapat
direpresentasikan paing baik di antara bidang-bidang penerapan praktis yang
relevan dengan pragmatic.
Seiring perkembangan
jaman, ilmu pragmatic juga mencoba dikaji untuk masalah klinis. Masalah yang
timbul adalah masalah komunikasi, sehingga mengakibatkan gangguan bahasa,
dengan ini, pragmatic mencoba melihat mengapa itu bisa terjadi. Pragmatic
seseorang bisa terganggu karena beberapa sebab, 1) gangguan perkembangan
bahasa, 2) autisme, 3) cedera kepala tertutup, 4) kelainan otak kiri dan kanan,
5) Alzheimer, 6) Schizofrenia, dan 7) ketidakmampuan belajar.
Tidak dapat dipungkiri
bahwa pragmatic dan hubungannya dengan ilmu lain telah memberikan konstribusi
yang berguna bagi kajian pragmatic. namun demikian belum ada penelitian
multidisipliner yang lengkap jika kita juga tidak menunjukkan bahwa pragmatic
dapat menyumbangkan berbagai wawasan
penting terhapad persoalan-persoalan dan pertanyaan dari disiplin ilmu yang
lain. Jaman yang semakin berkembang, begitu juga dengan kajian pragmatic, jika
kajian terus diteliti, akan menemukan disiplin ilmu yang lain. Dalam buku
Chumming masih awal saja , dan masih sangat jauh perjalanan yang dilalui
pragmatic.
No comments:
Post a Comment