Sunday, June 12, 2016

LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN



LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN
Oleh:
Elok Ayu Khumaerok Ertika Subekti
Pendidikan Geografi_Pascasarjana_Universitas Negeri Malang

A.    Pendahuluan
UU RI No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran supaya peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kesuatan spiritual keagamaan, pengendalaian diri, kepribadia, kecerdasaan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.
Pendidikan nasional merupakan pendidikan yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945, yang berakar pada nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sistem pendidikan Nasional merupakan keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. UU RI pasal 3 menyebutkan bahwa fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan nasional untuk berkembangnya potensi peserta didik supaya menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, aktif, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pendidikan Nasional di Indonesia tidak terlepas dari pandangan landasan pendidikan sebelumnya. Pandangan pencapaian pendidikan bagi manusia selalu berkaca kepada pendidikan di masa lampau. Hal ini, membuktikan bahwa sejarah pendidikan dapat dijadikan sebagai acuan pembanding untuk memajukan pendidikan di masa yang akan datang di suatu bangsa. Untuk itu, dalam peper ini penulis berkeinginan untuk menulis tentang landasan historis pendidikan yang terjadi di Indonesia.
B.     Landasan Historis Kependidikan Di Indonesia
Sejarah (history) merupakan keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian didasari oleh konsep – konsep tertentu. Sejarah memiliki banyak informasi – informasi yang mengandung kejadian, konsep, model, teori, praktik, moral, cita – cita, bentuk dan lain – lain (pidarta, 2007: 109). Sejarah (history) merupakan suatu warisan dari generasi ke generasi yang tidak ternilai harganya. Adanya sejarah dapat memberikan wawasan, pengetahuan, informasi tentang kejadian dimasa lampau, dan contoh bagi generasi muda dalam perkembangan peradaban di masa akan datang.
Indonesia dan Negara lain awalnya memiliki dua perkembangan yaitu ekonomi dan sistem pendidikan yang baik berdasarkan kebudayaan tradisional. Pada masa Kolonial, sistem pendidikan berkembang berdasarkan pada sistem pendidikan sebelumnya. Pada masa modern saat ini sistem pendidikan yang berlaku berdasarkan pada perkembangan dari sistem pendidikan kolonial (Williams, 1977:17).
Sejarah (historis) pendidikan nasional di Indonesia berkaca pada pandangan ke masa lalu, sehingga melahirkan studi – studi historis tentang proses perjalanan pendidikan Nasional Indonesia, terjadi pada periode tertentu di masa lampau. Sejarah perjalanan pendidikan di Indonesia dimulai sebelum Indonesia merdeka tahun 1945, sebagai aktivitas intelektualisasi, budaya dan sebagai alat perjuangan politik untuk membebaskan bangsa dari belenggu kolonialisme. Menjelang kemerdekaan Indonesia ke 64, adanya sistem politik sebagai penjabaran demokrasi Pancasila di Era Reformasi yang mewujudkan pola pendidikan nasional seperti sekarang ini. Partisipasi manusia dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia berkaca pada pandangan dan dasar pemikiran pendidikan diarahkan pada optimasi sebagai integral dari proses pembangunan bangsa.
Pendidikan berperan penting dalam menyiapkan generasi kearah yang baik dan berkualitas demi kepentingan masa depan. Pendidikan sebagai institusi yang utama dalam pembentuk sumber daya manusia yang handal dan berkualitas dan bermanfaat bagi bangsa dan negera. Indonesia memiliki SDM tergolong rendah dalam dunia persaingan baik dalam kompetensi bekerja dan daya sanding (bekerja sama) dengan bangsa lain di dunia (Anzizhan, 2004:1). Kegiatan manusia yang ingin di capai untuk maju, berkaitan dengan bagimana keadaan bidang tersebut di masa lampau (pidarta, 2007:110). Bahan pembanding kemajuan pendidikan suatu bangsa melalui sejarah pendidikan. Adapun pembahasan landasan sejarah (historis) kependidikan di Indonesia sebagai berikut ini:
1.      Sejarah Pendidikan Dunia
Perjalanan sejarah pendidikan di dunia berkembang dari Zaman Hellenisme (150 SM – 500), zaman pertengahan (500 – 1500), zaman Humanisme (Renaissance), zaman Reformasi dan Kontra Reformasi (1600an). Pendidikan saat ini belum memberikan kontribusinya pada zaman sekarang (Pidarta, 2007: 110). Adapun sejarah pendidikan dunia berikut ini:
a.      Realisme
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan alam dan adanya penemuan ilmiah yang baru, mengarahkan pendidikan pada kehidupan yang bersumber pada keadaan dunia. Adanya perbedaan pendidikan sebelumnya bersumber (berkiblat) pada dunia ide, surga dan akhirat. Realisme menghendaki pikiran yang praktis (Pidarta, 2007: 111). Aliran pengetahuan yang benar tidak hanya diperoleh melalui penginderaan saja tetapi melalui persepsi penginderaan (Mudyahardjo, 2008:117). Tokoh pendidikan zaman realisme yaitu Francis Bacon dan Johann Amos Comeniusm.
b.      Rasionalisme
Zaman ini manusia diberikan kekuasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan keinginannya dan dibutuhkan latihan pengetahuan dan tindakan. Paham ini muncul karena masyarakat dengan kekuatan akalnya dapat menumbangkan kekuasaan Raja Perancis yang memiliki kekuasaan absolut. Tokoh pendidikan zaman ini adalah John Locke di abad ke 18. Teorinya yang terkenal adalah leon Tabularasa yaitu mendidik ibaratnya seperti menulis diatas kertas putih dan dengan kebebasan dan kekuatan akal yang dimilikinya manusia untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Teori yang membebaskan jiwa manusia ini bisa mengarah kepada hal – hal yang negatif, seperti intelektualisme, individualisme, dan materialisme.
c.       Naturalisme
Abad ke 18 terjadi reaksi protes aliran Rasionalisme dan muncul aliran yang bertokohkan J.J Rousseaum. Aliran ini menginginkan keseimbangan antara kekuatan rasio, hati dan alamiah (pendidikan alam), dan menentang kehidupan yang tidak wajar di aliran Rasionalisme yaitu korupsi, gaya hidup yang dibuat – buat dan sebagainya. Adanya aliran Naturalisme manusia didorong untuk memenuhi kebutuhan dan menemukan jalan kebenaran dalam dirinya sendiri (Mudyaharjo, 2008: 118).
d.      Developmentalisme
Pendidikan merupakan suatu proses perkembangan jiwa sehingga aliran ini disebut gerakan psikologis dalam pendidikan. Tokoh aliran ini yaitu Pestalozzi, Johan Fredrich Herbart, Friedrich Wilhelm Frobel, dan Stanley Hall. Konsep pendidikan yang dikembangkan menurut Pidarta dan Mudyaharjo ada 6 salah satunya yaitu:
v  Pengembangan dilakukan sejalan dengan tingkat – tingkat perkembangan anak (Pidarta, 2007: 116) melalui observasi dan eksperimen (Mudyaharjo, 2008: 114).
v  Pengembangan pendidikan mengutamakan perbaikan pendidikan dasar dan pengembangan pendidikan universal (Mudyaharjo, 2008: 114).
e.       Nasionalisme
Abad ke 19 muncul aliran ini dan membentuk patriot bangsa demi mempertahankan bangsa dari kaum imperialis. Tokohnya yaitu La Chatolais (Perancis), Fichte (Jerman), dan Jefferson (Amerika Serikat) dan konsep yang di kembangkan yaitu:
v  Menjaga, memperkuat, dan mempertinggi kedudukan Negara
v  Mengutamakan pendidikan sekuler, jasmani dan kejuruan
v  Materi pelajaran meliputi bahasa dan kesusastraan nasional, pendidikan kewarganegaraan, lagu – lagu kebangsaan, sejarah dan geografi Negara, dan pendidikan jasmani.
Pengaruh negatif pendidikan zaman ini munculnya chaufinisme, yaitu kegilaan atau kecintaan terhadap tanah air yang berlebih – lebihan seperti yang terjadi di Jerman, dan menimbulkan pecahnya Perang Dunia 1 (Pidarta, 2007: 120).
f.       Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme
Zaman ini lahir pada abad ke 19, liberalisme menyebutkan pendidikan merupakan alat untuk memperkuat kedudukan penguasa (pemerintahan)  dipelopori oleh Adam Smith dalam bidang ekonomi. Mengarah pada individualism seseorang yang memiliki pengetahuan luas maka berkuasa. Positivisme adalah percaya adanya kebenaran dan dapat diamati oleh panca indera sehingga kepercayaan terhadap agama semakin melemah. Sedangkan tokoh dalam positivisme yaitu Agust Comte.
g.      Sosialisme
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu bahkan dua generasi, sehingga memungkinkan generasi muda untuk mengembangkan diri, dan lahirlah sosialogi pendidikan. Kajian sosiologi tentang pendidikan prinsipnya mencakup semua jalur pendidikan, baik pendidikan di sekolah maupun luar sekolah. Adapun ruang lingkup sosiologi pendidikan yaitu:
1)      Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain dan hubungan kemanusiaan di sekolah, serta pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya
2)      Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial.
2.      Sejarah Pendidikan Indonesia
Sejarah pendidikan di Indonesia berjalan sangat lama, yaitu mulai zaman tradisoinal (pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman penjajahan) sampai zaman merdeka. Zaman perkembangan sejarah pendidikan di Indonesia sebagai berikut:
a.      Zaman Pengaruh Hindu Dan Budha
Abad ke 5 Indonesia kedatangan aliran Hinduisme dan Budhaisme. Aliran dua agama ini sangat berbeda, tetapi di Indonesia keduanya memiliki kecenderungan sinkretisme yaitu keyakinan mempersatukan figur Syiwa dengan Budha sebagai satu sumber Yang Maha Tinggi. Secara estimologi berasal dari lambang Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika (berbeda – beda tepi tetap satu jua) sebagai dasar keyakinan tersebut (Mudyaharjo, 2008: 215). Zaman ini memiliki tujuan yang sama dengan tujuan kedua agama tersebut. Pendidikannya dilakukan dalam rangka penyebaran dan pembinaan kehidupan kedua agama tersebut.
b.      Zaman Pengaruh Islam (Tradisional)
Islam masuk di Indonesia di akhir abad 13 dan berkembangan pesat di masyarakat Nusantara pada abad 16. Perkembangan pendidikan islam di Indonesia sejalan dengan berkembangnya penyebaran islam di Nusantara, baik melalui agama ataupun sebagai arus kebudyaan. Pendidikan islam disebut pendidikan islam tradisional dan memiliki tujuan yang sama dengan tujuan hidup islam untuk mengabdi kepada ajaran Allah SWT sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad S.A.W untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Pendidikan islam tradisional tidak secara terpusat tetapi penyebarannya melalui para ulama di suatu wilayah tertentu dan terkoordinir secara perorangan oleh para Wali Songo (di Jawa), dan diluar Jawa dikembangkan oleh pemangku adat misalnya di Minangkabau.  

c.       Zaman Pengaruh Nasrani (Katholik Dan Kristen)
Bangsa Portugis berkeinginan untuk menguasai perdagangan dan perniagaan Timut – Barat dengan menenukan jalan laut menuju dunia Timur, menguasai Bandar – Bandar di daerah strategis sebagai mata rantai perdagangan dan perniagaan pada abad 16 (Mudyaharjo, 2008: 242).
Bangsa Portugal datang ke wilayah Timur (termasuk Indonesia) dalam mencari kejayaan (glorious) dan kekayaan (gold) dengan maksud untuk menyebarkan agama Katholik (gospel). Perdagangan bangsa Portugis menetap di bagian Timur Indonesia (wilayah kaya hasil rempah – rempah).
Kakuasaan Portugis mulai melemah akibat pengaruh peperangan dengan raja – raja Indonesia dan digeser dengan kedatangan Belanda tahun 1605 (Nasution, 2008: 4). Portugis melibatkan paderi misionaris terkenal di Maluku dijadikan pijakan menjajah Franciscus Xaverius dari orde Jesuit. Orde Jesuit berdiri tahun (1491 – 1556) oleh Ignatius Layola dan bertujuan untuk keagungan dari Tuhan (Mudyahardjo, 2008: 243). Pencapaiannya dengan cara memberikan khotbah, memberi pelajaran, dan pengakuan. Xaverius menyebutkan bahwa melihat pendidikan sebagai alat canggih untuk penyebaran agama (Nasution, 2008: 4).
Orang Belanda datang pertama kali tahun 1596 memberikan pengaruh Kristen dan bertujuan mencari rempah – rempah di pimpin oleh Cornelis de Houtman. Menghindari adanya persaingan, pemerintah Belanda mendirikan kongsi dagang VOC (ureenigds Oost Indische Compagnie) dan persekutuan dagang Hindia Belanda tahun 1602 (Mudyahardjo, 2008:245). Pengaruh sikap VOC terhadap pendidikan yaitu tetap membiarkan penyelenggaraan pendidikan tradisional Nusantara, dan mendukung penyelenggaraan sekolah untuk tujuan menyebarkan agama Kristen. VOC berpusat pada pendidikan di wilayah Timur Indonesia (katholik berakar di Batavia Jakarta) merupakan pusat administrasi kolonial. Selain itu bertujuan untuk menghapuskan agama Khatolik diganti agama Kristen Protestan, Calvinisme (Nasution, 2008: 4). 
d.      Zaman Kolonial Belanda
Perkembangan VOC diperkuat oleh persenjataan dan benteng dari Belanda, sebagai landasan untuk menguasai daerah sekitarnya. Semakin lama kantor pusat komersial perdagangan menjadi berbasis politik dan territorial. Setelah perang colonial di berbagai daerah di Indonesia, menyebabkan Indonesia jatuh dalam penguasaan pemerintah Belanda. Tahun 1816 VOC turun dan pemerintahan dikendalikan oleh Komisaris Jendral Inggris. Sehingga pendidikan zaman VOC gagal total menyebabkan sistem pendidikan mulai dari awal lagi. Ide Liberal aliran Ufklarung atau Enlightement menyebutkan bahwa pendidikan sebagai alat untuk mencapai kemajuan ekonomi dan sosial, dan memberikan pengaruh bagi mereka. Hal inilah yang menyebabkan kurikulum sekolah mengalami perubahan secara radikal. Tujuannya untuk mengembangkan kemapuan intelektual, nilai – nilai rasional dan sosial dan diterapkan untuk anak – anak Belanda di abad 19.
Tahun 1848 pemerintah mengeluarkan peraturan untuk menerima tanggung jawab pendidikan anak – anak Indonesia yang lebih besar, dan peraturan ini menjadi perdebatan di parlemen Belanda sebagai cermin sikap liberal dan menguntungkan bagi rakyat Indonesia. Artikel majalah De Gids tahun 1899 dikeluarkan oleh Van Deventer berjudul ”Hutang Kehormatan” menyebutkan bahwa menganjurkan pemerintahannya lebih memajukan kesejahteraan rakyat Indonesia sebagai ”Politik Etis” dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui irigasi, transmigrasi, reformasi, pendewasaan, perwakilan. Semua tujuan membutuhkan peranan penting dalam pendidikan. Van Deventer juga mengembangkan pengajaran bahasa Belanda,  untuk menguasai Belanda secara kultural lebih maju dan dapat menjadi pelopor lainnya.
Berjalannya ”Politik Etis” menunjukkan kemajuan yang pesat dalam bidang pendidikan selama beberapa dekade. Pendidikan berorientasi Barat, bersifat terbatas hanya untuk beberapa golongan saja yaitu untuk anak – anak Indonesia yang orang tuanya sebagai pegawai pemerintahan Belanda, menjadi elite intelektual baru. Golongan inilah yang berjuang merintis kemerdekaan melalui pendidikan. Perjuangannya masih bersifat kedaerahan dan berubah menjadi perjuangan bangsa sejak berdirinya Budi Utomo tahun 1908 dan meningkat perkembangan ditandai lahirnya Sumpah Pemuda tahun 1928. Tokoh pendidikan yaitu Muhammad Syafei dengan ”Indonesisch Nederlandse School–nya,” Ki Hajar Dewantoro dengan Taman Siswanya, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan pendidikan Muhammadiyahnya semuanya mendidik anak – anak supaya bisa mandiri dengan jiwa mereka (Pidarta, 2008: 125).

e.       Zaman Kolonial Jepang
Masa penjajahan Jepang, perjuangan bangsa Indonesia tetap berlanjut untuk mencapai kemerdekaan. Bangsa Jepang telah menguras kekayaan alam di Indonesia, tetap bangsa Indonesia tidak pantang menyerah, dan terus mengobarkan semangat 45 di hati. Sisi positif dari penjajahan Jepang di bidang pendidikan. Pendidikan dualisme dari Belanda dihapuskan dan digantikan dengan pendidikan yang sama untuk semua orang. Penggunaan bahasa Indonesia secara luas diinstruksikan Jepang dalam dunia pendidikan, perkantoran, dan kehidupan sehari – hari. Hal inilah yang mempermudah jalannya bangsa Indonesia untuk merealisasikan Indonesia merdeka tanggal 17 agustus 1945 dan membuat cita – cita bangsa Indonesia menjadi kenyataan saat kemerdekaan Indonesia diproklamasikan kepada dunia.
f.       Zaman Kemerdekaan (Awal)
Perjuangan bangsa Indonesia berlanjut meskipun kemerdekaan sudah tercapai. Hal ini dipengaruhi adanya gangguan penjajah silih berganti untuk menguasai Indonesia lagi. Pengaruh tersebut menyebabkan pendidikan bukan menjadi prioritas utama, prioritas utama Indonesia yaitu untuk mempertahankan kemerdekaan yang sudah diraih dengan penuh perjuangan. Adapun tujuan pendidikan masih belum dirumuskan dalam undang – undang pendidikan. Sistem persekolahan di Indonesia bekas jajahan Jepnag terus disempurnakan. Tetapi pelaksanaannya masih belum tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan bahkan pendidikan di daerah – daerah tidak dapat dilaksanakan. akibat adanya pengaruh keamanan para pelajar yang terancam, dan banyak pelajar yang ikut serta dalam mempertahankan perjuangan kemerdekaan sehingga tidak pergi kesekolah.  
g.      Zaman Orde Lama
Gangguan penjajah mulai meredam, kemerdekaan digunakan untuk menggerakkan pembangunan dalam segala bidang (spiritual ataupun material). Adanya konsolidasi yang intensif, sistem pendidikan Indonesia terdiri atas pendidikan rendah, menengah, dan tinggi. Pendidikan menekankan untuk membimbing siswanya menjadi warga Negara yang bertanggung jawab, sesuai dengan dasar keadilan sosial, dan sekolah harus terbuka bagi setiap penduduk Negara.
Tujuannya membangun bangsa supaya menjadi bangsa mandiri dan mampu menyelesaikan revolusinya, baik di dalam maupun diluar. Pendidikan secara spiritual dapat membina bangsa yang ber-pancasila dan mempu menyelenggarakan UUD 1945. Sosialisme Indonesia, demokrasi terpimpin, kepribadian Indonesia, dan merealisasikan ketiga kerangka tujuan ”Revolusi Indonesia” sesuai dengan membentuk Manipol NKRI dari wilayah Sabang sampai Merauke. Rangka menyelenggarakan masyarakat sosialis Indonesia yang adil dan makmur, lahir dan batin, menghapuskan kolonialisme, mengusahakan dunia baru, tanpa penjajahan, penindasan dan penghisapan, kearah perdamaian, persahabatan nasional yang sejati dan abadi (Mudyahardjo, 2008: 403).
h.      Zaman Orde Baru
Orde Baru mulai setelah peristiwa G30 SPKI tahun 1965 ditandai adanya upaya melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Penyelanggaraan pendidikan dikoreksi dari penyimpangan di masa Orde Lama yaitu menetapkan pendidikan agama sebagai mata pelajaran wajib di SD sampai perguruan tinggi.
Orde Baru menyebut pendidikan sebagai suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam sekolah dan di luar sekolah. Sehingga pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan zaman ini memungkinkan adanya penghayatan dan pengetahuan Pancasila secara meluas di masyarakat, tidak hanya di sekolah sebagai mata pelajaran pada setiap jenjang pendidikan, tetapi dikembangkan pula kebijakan link and match di bidang pendidikan. konsep keterkaitan dan kepadanan dijadikan strategi operasional dalam meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan pasar (Pidarta, 2008: 137). Sistem pendidikannya sentralisasi yang berpusat pada pemerintahan.
i.        Zaman Reformasi
Orde Baru berlangsung kekuasaan dipegang rezim partai terbesar (Golkar) berisi tentang kebebasan masyarakat untuk melakukan sesuatu, kebebasan untuk berbicara dan menyampaikan pendapatnya. Orde Baru berlangsung tahun 1998 menyebabkan masyarakat bebas bagikan burung lepas dari sangkarnya. Masa Reformasi ini, merupakan tahap awal untuk mengejar kebebasan tanpa program yang jelas. Perekonomian Indonesia juga mengalami perubahan di era Orde Baru serta menyebabkan bangsa Indonesia mangalami ekonomi terpuruk, bertambahnya pengangguran, banyak penduduk miskin, korupsi semakin menjadi dan susah diberantas. Bidang pendidikan ada perubahan dengan munculnya Undang – undang pendidikan yang mengubah sistem pendidikan sentralisasi menjadi desentralisasi untuk mewujudkan pendidikan secara perlahan misalnya KBM (Kurikulum Berbasis Kompetensi), MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), Life Skills (Lima Keterampilan Hidup), TQM (Total Quality Management), KTSP (Kurikulum Satuan Pendidikan).
Sistem pendidikan di Indonesia diatur dalam UU RI No. 20 Th 2003, Bab VI, menyatakan bahwa pemerintah telah berusaha menyelenggarakan pendidikan dengan sebaik – baiknya, setiap tahun dan setiap ada pergantian pimpinan selalu berupaya untuk menyempurknakan kurikulum, pola dan strategi pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
C.    Implikasi Sejarah Terhadap Konsep Pendidikan Nasional Indonesia
Adapun implementasi konsep pendidikan dalam landasan sejarah atau historis sebagai berikut ini:
1.      Tujuan Pendidikan
Pendidikan diharapkan memiliki tujuan dan dapat mengembangkan berbagai macam potensi siswa, serta mengembangkan kepribadian siswa secara lebih harmonis. Tujuan pendidikan diarahkan untuk mengembangkan aspek keagamaan, kemanusiaan, serta kemandirian siswa. Di samping itu, tujuan pendidikan harus diarahkan kepada hal – hal praktis dan memiliki nilai guna tinggi sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari.
2.      Proses Pendidikan
Proses pendidikan terutama proses belajar mengajar dan materi pelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, mengembangkan kemandirian dan kerjasama antar siswa dalam pembelajaran, mengembangkan pembelajaran lintas disiplin ilmu, demokratisasi dalam pendidikan, serta mengembangkan ilmu dan tehnologi.
3.      Kebudayaan Nasional
Pendidikan harus memajukan perkembangan kebudayaan Nasional. Kebudayaan nasional merupakan puncak budaya daerah dan menjadi identitas bangsa Indonesia, supaya tidak hilang terkena arus globalisasi (Pidarta, 2008: 149).

D.    Penutup
1.      Kesimpulan
Pendidikan mewariskan peradaban masa lampau sehingga peradaban masa lampau yang memiliki nilai – nilai luhur dapat dipertahankan dan diajarkan serta digunakan oleh generasi muda dalam kehidupan sehari – hari dimasa ini. Dengan adanya warisan masa lampau (baik karya dan pengalaman) dalam dunia pendidikan harus tetap dijaga, di pelihara, dan lestarikan sehingga warisan (peradaban pendidikan masa lampau tetap diakui eksistensinya dan tidak tersia – siakan) pada masa modernisasi saat ini.  
E.     Daftar Rujukan
Anzizhan, Syafaruddin. 2004. Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan.Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Mudyahardjo, Redja. 2008. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Nasution, S. 2008. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Pidarta, Made. 2007. Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas, 2005 (online diakses tanggal 2 September 2015).
Williams, G. 1977. Towards Lifelong Education: A New Role for Higher Education Institutions. Paris: UNESCO (online diakses tanggal 2 September 2015).

No comments:

Post a Comment