Patologi
Bahasa dan Pragmatik
Kesalahan pragmatic bisa menjangkit
pada penggunaan bahasa pada anak-anak mupun orang dewasa. gangguan ini akan
berimbas pada proses produksi bahasa, penggunaan bahasa mapun interpretasi
bahasa. Gangguan-gangguan ini, bisa berbentuk autism, ketidakmampuan belajar,
kerusakan otak kiri, gangguan perkembangan bahasa, cidera kepala tertutup,dan
schizophrenia.
Namun
sebelu kita menginjak pada gangguan-gangguan pragmatic, terlebih dahulu. Ada
persoalan yang pelik sebagai konsekuensi dari kajian prakmatik sebagi kajian
muntidisipliner. Salah satu perkembangannya adalah pragmatic telah mengarah
pada kajian klinis. Hal ini mengakibatkan para ahli klinis menggunakan
istilah-istilah pragmatic dengan
cara-cara semakin canggih. Hal yang menjadin persoalan berikutnya setelah penggunaan
istilah pragmatic yang semakin canggih, adalah masalah definisi. Sehubungan
dengan masalah definisi, ada beberapa istilah yang berkaitan dengan dengan
pragmatic, antara lain 1) tindak tutur, 2) konteks 3) 3) pengetahuan pendengar,
4) maksim-maksim dan implikatur percakapan, 5) inferensi, 6) pengetahuan, 7)
makna bukan harfiah, 8) analisis percakapan dan analisis wacana.
Tidak
tutur merupakan fenomena pragmatic penyelidikan linguistic klinis yang sangat
menonjol. Ganguan pada tindak tutur merupakan indikator penting bagi fungsi
pragmatic. gejalanya bisa berbagai macam jenis, diantarnya adalah 1) ada
individu yang mungkin bisa memproduksi ujaran namun gagal dalam menerapakan
pertimbangan-pertimbangan tindak tutur. 2) ada juga individu yang tidak dapat
memproduksi ujaran sehingga tidak bisa
menyampaikan maksud penutur. Hal ini berkaitan dengan implikatur percakapan.
Tindak tutur merupakan katagori yang kaya akan fenomena pragmatic untuk dikaji
oleh para ahli linguistic klinis.
Gangguan
para kemampuan penalaran konteks pada seseorang bisa dilihat dari konteks
linguistic dan ekstra linguistic. Dalam kajian istilah konteks ditafsirkan
secara sempit, konteks adalah konteks lingusitik yang terdiri atas pertanyaan
tunggal segera sebelum masing-masing permintaan yang taksa dan kalimat pasif
atau aktif yang dapat dibalik susunannya. Gelaja ganguan konteks, misalnya
seseorang yang tidak bisa memahami pejelsan atau uraian tentang gambaran dari sebuah ujaran atau
tuturan.
Pengetahuan
pendengar, jika tindak tutur disebut juga dengan penutur yang mana masih bisa
mengalami gangguan. Demikian juga dengan pendengar. Dalam hal ini mengarah
kepada pengetahuan pedengar, yang dimana, si pendengar merasa kesulitan
untuk memaknai akan sebuah ujaran serta
implikasi yang menyertainya.
Maksim-maksim
dan implikatur percakapan. Kebutuhan informasi dalam tindak tuturan antara
penutur dan mitra tutur, tergantung pada maksim tentang cara bagaimana
informasi itu dikeluarkan. Gangguan pada maksim dan implikatur misanya diantarnya adalah gangguan
Schizofrenia, ganguan akibat cedera kepala tertutup.
No comments:
Post a Comment