Sunday, June 12, 2016

Inteligensi Artifisial dan Pragmatik

https://i.ytimg.com/vi/TqStNo21VfY/maxresdefault.jpg


Inteligensi Artifisial dan Pragmatik 


Tujuan utama inteligensi artificial adalah untuk mensimulasikan inteligensi manusia dengan computer. Meskipun sudah banyak hasil dari program ini namun masih saja berlaku pandangan bahwa karakterisasi komputasi inteligensi manusia yang lengkap belum dapat dipahami oleh disiplin ilmu ilmiah kognitif. Dalam proses otomatisasi ini pragmatic menempati posisi yang unik dan berpengaruh dalam hubungannya dengan inteligensi artificial. Dengan kata lain pragmatic menduduki posisi yang dapat mempengaruhi perkembangan model-model inteligensi atrifisial dari proses bahasa.
Langkah awal yang kita lakukan adalah memperoleh criteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh model inteligensi artifsial pemrosesan bahasa yang dapat diterima secara pragmatic.  criteria 1) representasi sintaksis dan representasi semantic. Tampaknya faktor-faktor pragmatic berperan aktif dalam mencapai spesifikai semantic sebuah ujaran. Setiap karakteristik komputasi dari representsi harus dapat disebarkan oleh faktor-faktor pragmatic. criteria 2) representasi pengetahuan. Pengetahuan yang implicit dakam interpretasi ujaran harus memungkinkan terjadninya representasi dalam intilah komputasional. Represenstasi semacam ini harus mengakomodasi tipe-tipe dan sejumlah besar pengetahuan yang berbeda yang terlibat dalam interpretasi ujaran, disamping sifat pengetahuan yang seringkali tidak lengkap dan tidak konsisten ini. Criteria 3) penalaran, proses penalaran harus beroperasi berdasarkan atas dan memperoleh implikatur-implikatur pengetahuan yang direpresentasikan. Sifat-sifat tertentu implikatur, keadaan yang tidak dapat dibatalkan dan yang tidak dapat dipisahkan, menunjukkan sifat proses penalaran ini dan harus dipahami oleh setiap model komputasi proses ini. Criteria 4) prinsip rasionalitas, setiap karakteristik komputasi pemrosessan bahasa pada umumnya dan interpretasi ujaran pada khususnya, harus mencakup penjelasan tertentu tentang mengapa penutur ingin berkomunikasi. Prinsip yang memotivasi rasionalitas ini juga harus bisa mengekang fungsi dan system komputasi.
Pada akhirnya timbul pertanyaan, apakah inteligensi itu mungkin. Putnam berpendapat bahwa seluruh proyek inteligensi artificial bersifat instruktif, baik dalam istilah-istilahnya sendiri maupun untuk apa kita belajar tentang memungkinkan untuk mencapai simulasi komputasi pragmatic, untuk menyelidiki pandangan-pandangan Putnam tentang inteligensi artifsial. Untuk menjawab itu Putnam menyelidiki klaim bahwa kita dapat digambarkan sebagai mesim turing. Namun pada akhirnya beliau menolaknya. Karena tampaknya tidak ada alasan yang prinsip mengapa kita harus dapat digambarkan sebagai mesin Turing bagitu saja. Dan inteligensi manusia mempersyaratkan adanya sifat manusia secara utuh dan tidak ada seorang pun  memiliki gagasan yang paling jauh tentang seperti apa wajah formalisasi sifat manusia. Hal tersebut karena kesulitan menarik induksi. Untuk menarik induksi kita harus bisa menetapkan kemiripan-kemiripan antara berbagai hal. Yang jelas pemahaman kita tentang kata-kata mempersyaratkan banyak sekali konsep dan gagasan yang tidak terbatas, yang formalisasi salah sastunya tidak dapat dicakup oleh inligensi artificial yang sekarang dan yang akan datang. Hal tersebut dikarenakan banyak sekali faktor yang memainkan peranan dalam menginterpretasi (memahami) ujaran. Salah satunya adalah faktor konteks dalam setiap ujaran. Dalam setiap ujaran tidak mungkin kita bisa membatasi cirri-ciri konteks yang relevan dalam interpretasi kita terhadap suatu ujaran. 


http://www.infoescola.com/wp-content/uploads/2013/03/inteligencia-artificial-450x337.jpg

No comments:

Post a Comment