Sunday, June 12, 2016

Konsep Bahermas dan Pragmatik





Bahermas dan Pragmatik

            Ada beberapa alasan mengapa Habermas mengkaji pragmatic, 1) habermas tertarik untuk menentang konsepsi rasionalitas positivistic yang terkandung dalam kajian konteks terhadap teori relevansi Sperber dan Wilson. 2) Pragmatik universal Habermas sangat mencerminkan pendekatan metodologi Chomsky terhadap kajian bahasa.
Ada beberapa alasan yang berkembang tentang Habermas terhadap positivism, 1) di bawah positisme rasionalitas tidak lagi diperlukan oleh ilmu , logika dan matematika, tetapi telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari disiplin-disiplin ini. Dengan munculnya positivism, dunia praktis dan reflektif mengalami sebuah proses pengilmiahan. 2) identifikasi ilmu dengan pengetahuan tidak terbukti dalam periode yang mendahului meunculnya positisme. 3) akal masih merupakan penengah (arbiter) terhadap pengetahuan, baik yang bersifat ilmiah atau sebaliknya, dalam periode pra-positivistik.
Hubungan antara pengetahuan dan minat manusia membentuk batu pijak bagi teori Habermas tentang bidang kognitif. Teori ini  mengadopsi pengklasifikasian proses penelitian menjadi 3 kelompok, 1) ilmu empiris analitik, mencakup ilmu alam dan ilmu sosial, sejauh ilmu-ilmu tersebut bertujuan untuk memperoleh pengetahuan nomologis, 2) ilmu historis hermeneutika, mencakup ilmu-ilmu sejarah dan sosial, sejauh bertujuan untuk memperoleh pemahaman interpretative terhadap interaksi komunikasi manusia, 3) ilmu yang berorientasi kritis, mencakup psikoanalisis, kritik ideologis dan filsafat, yang dipahami sebagai disiplin reflektif dan kritis.    
Habermas mengatakan teorinya tentang bahasa “minat manusia terhadap otonomi dan tanggung  jawab bukan hanya khayalan, karena minat tersebut dapat dipahami secara a priori. Yang mengangkat kita dari alam adalah satu-satunya hal yang sifatnya dapat kita ketahui, yakni bahasa. Melalui strukturnya, otonomi dan tanggung jawab dipikulkan di atas pundak kita. Kalimat yang kita buat jelas mengungkapkan  maksud konsesus universal dan tanpa paksaan”.  
Menurut Habermas, pragmatik universal mengandung ciri-ciri universal kompetensi komunikatif penutur sangat sama seperti tata bahasa universal mengandung cirri-ciri universal kompetensi linguistic seorang penutur serta dapat diperoleh melalui proses analitik linguistik rekonstruktif. Rekonstruktif semacam ini berusaha menjelaskan pengetahuan yang mendasari penggunaan bahasa oleh seorang penutur.
Ada kritik yang datang dari Putnam terhadap teori positivisme dari Habermas. Menurut Putnam, positivism logika dimotivasi oleh dorongan ilmiah yang kuat dalam filsafat. Dorongan ini telah menimbulakan efek yang cukur besar untuk membatasi dunia rasionalitas pada mode-mode refleksi dan pencarian yang sebagian besar filsafat ilmiah. Untuk memberikan apresiasi penuh terhadap dampak keimiahan yang bersifat mambtasi akhirnya bersifat destruktif terhadap rasionalitas tersebut, terlebih dahulu kita harus memahami suatu perspektif filosofi yang menimbulkan keilmiahan yang disebut juga dengan sudut pandang metafisik. Dan menurut Putnam diistilahkan sebagai sudut pandang Mata Tuhan. Dari dalam sudut pandang ini, kalangan positivis mulai mengidentifikasi rasionalitas dengan criteria-kriteria ilmiah, yakni matematika dan logika.
Habermas mulai mengubah efek positivism yang bersifat membatasi terhadap rasionalitas. Tujuannya adalah untuk mencapai perubahan ini dengan mendasarkan konsepsi rasionalitas yang diperluas dalam teori kompetensi komunikatif. Akibatnya Hebermas ditakdirkan untuk melestarikan sifat positivism yang tidak dapat dimengerti dalam analisis rasionalitasnya sendiri.

No comments:

Post a Comment