Perkembangan Makna dan Keterampilan
Wacana
Anak
sejak lahir pada dasarnya sudah dibekali secara alamiah dengan yang disebut
“Piranti Pemerolehan Bahasa” (Language
Acquisition Device/LAD)
Chomsky (dalam Purwo, 1990:97). Alat yang merupakan pemberian
biologis ini sudah diprogramkan untuk merinci butir-butir yang mungkin dari
suatu tata bahasa. LAD dianggap sebagai suatu bagian fisiologis dari otak yang
dikhususkan untuk memperoleh bahasa, dan tidak berkaitan dengan kemampuan
kognitif.Sebagaimana
sayap memungkinkan burung untuk terbang, LAD membekali anak dengan kemampuan
alamiah untuk berbahasa.
Selama bayi
baru lahir di dunia, mereka berkomunikasi untuk kebutuhan fisiologis dengan
menangis, dimana menangis tidak dipelajari. Tetapi, dalam beberapa jam setelah
lahir, bayi baru lahir dapat merubah tangisan untuk menandai dua macam rasa
ketidaknyamanan, merasa sakit, atau kedinginan Lewis (dalam Taylor, 2009:254).
Bayi baru lahir juga dapat merespon dorongan sosial. Bayi yang berusia 3 hari
dan ibunya telah merespon celotehan anaknya, setiap bayi ingin mengatakan apa
yang dikatakan ibunya. Ibunya dapat meningkatan kemampuan anaknya berceloteh
dengan melakukan penguatan sosial, seperti: saling kontak mata, berbicara, dan
sentuhan.
Dalam
beberapa bulan, bayi telah belajar membedakan fisiologis dan kebutuhan sosial
dan telah menemukan beberapa cara berbeda untuk berkomunikasi dengan mereka.
Empat bayi italia (0;4-0;8) menangis dan berceloteh diklasifikasikan menjadi
tiga fungsi komunikatif yaitu a) ketidaknyamanan, b) panggilan,
dan c) permintaan: celotehan dalam konteks yang sama seperti panggilan;
tingkatan dan garis kontur melodi naik.Walaupun dibagi 3 kategori menangis, itu
tidak cukup bagi bayi
untuk kebutuhan berkomunikasi.
Dalam makalah ini akan disajikan
bagaimana rincian pemerolehan bahasa
seorang anak, perkembangan semantik dan keterampilan wacana dari seorang bayi
yang baru lahir, sampai ke tataran dewasa saat manusia sudah memperoleh kemapanan
dalam kemampuan berbahasanya.
1. Gambaran Perkembangan Psikolinguistik
Perkembangan bahasa di satu
area mendukung perkembangan bahasa di daerah lainnya. Untuk mempermudah penjelasan dalam bab 9 ini maka dijelaskan terlebih
dahulu bagian dari bab 8 yang masing-masing
bab mengandung dasar untuk bab berikutnya. Karena kedua bab tersebut mengembangkan tema:
pemerolehan bahasa pada anak dan menggunakannya untuk bekomunikasi dengan orang
lain.
Ketika anak tumbuh dewasa, ada
tiga hal yang berubah yaitu (a) isi dan fungsi
pesan, (b) lingkungan dengan siapa dia berkomunikasi, dan (c) makna ketika berkomunikasi.
Hal tersebut telah dikelompokkan berdasarkan
enam tahap
a.
A Neonate (neo = “new (baru)”; nate = “born(lahir)”) atau an infant (in =“without (tanpa); fant = “speech (bicara)”)
digunakan sebelum bisa menggunakan bahasa, contohnya menangis, gerakan tangan, dan
pengucapan vocal- untuk berkomunikasi dengan fisik dan kebutuhan social untuk
orang-orang yang dekat, khusunya ibu.
b.
Sebagai anak
kecil (usia 1-2 tahun) tampak ragu namun pasti melangkah mengarungi dunia
dengan berjalan, sehingga langkahnya dalam komunikasi verbal (lisan) dengan
belajar bagaimana mengucapkan bunyi lafal dan menggunakan kata. Ibunya masih
menjadi poros aktivitas komunikasi.
c.
Usia anak 2-3
tahun, dapat berkomunikasi hampir
seluruhnya dengan fisik dan kebutuhan social penggunaan bahasa, yang saat ini
termasuk perngembangan kalimat (tatabahasa morfem dan kombinasi kata). Ditinjau dari munculnya bahasa, lingkungan komunikasi perlahan meluas,
termasuk kawan sebaya.
d.
Usia sebelum
masuk sekolah (3-5 tahun) telah dirinci berdasarkan kemampuan komunikasi dasar
dan bahasa telah diperoleh. Dia dapat
memproduksi berbagai macam ungkapan untuk macam-macam pesan komunikasi. Dalam berinteraksi dengan teman sebaya, dia mengasah kemampuan
berbicara, yang termasuk menimpali dengan cepat dan fokus pada topik.
e.
Saat sekolah
(usia 6-12) punya kemampuan dalam mengungkapkan ide (tidak hanya fisik dan
kebutuhan sosial) melalui kalimat dan beraneka ragam struktur percakapan serta
ke-kompleks-kannya. Ilmu kalimat didapatkan secara beralasan. Dia juga belajar
makna komunikasi selain bicara lisan, yaitu dengan membaca dan menulis yang
berperan penting dalam perkembangan intelektual.
f.
Siswa SMA
mempunyai ruang lingkup lebih jauh lagi dalam kemampuan berbahasa dan
berkomunikasi jika mereka ingin menjadi orang terpelajar dalam lingkungannya.
(sayangnya, banyak yang tak menyadarinya)
Berdasarkan pemaparan gambaran
mengenai perkembangan psikologi seorang anak dalam memperoleh bahasa dan
kemampuan mereka untuk berkomunikasi, maka selanjutnya dalam dijelaskan tentang
perkembangan
semantik dan keterampilan wacana dari seorang bayi yang baru lahir, sampai ke
tataran dewasa saat manusia sudah memperoleh kemampanan dalam kemampuan
berbahasanya.
2.
Ungkapan Satu Kata
Berdasarkan konteks Fran mengucapkan
kata “water (air)”, jika tidak salah berarti “beri aku air.” Ketika toddler
(anak yang baru belajar berjalan) dapat mengucapkan apa yang dia inginkan, ini
kesempatan baginya untuk dimengerti khususnya oleh orang-orang yang bukan
keluarganya, berkembang secara pesat. Ungkapan satu kata diproduksi oleh anak
berusia 1-2 tahun yang disebut holophrasis
(holo = ‘whole/seluruh’, dan
phrasis
= ‘speech/lafal’) karena itu berarti sebuah kalimat, sebagai hasil dari tiga
isyarat: konteks, gerak-isyarat, dan intonansi. Untuk kejadian kompleks, anak
terfokus pada salah satu aspek yang menonjol, untuk mengenal satu kata.
Tabel 9-1 komunikasi menggunakan kata tunggal dengan gerak isyarat
Fungsi
|
Kata
|
Isyarat
|
Konteks
|
Pernyataan
|
Ball
(bola)
|
Melihat
|
Ke
arah bola
|
Permintaan
|
Mama
|
Merengek+mengulurkan
tangan
|
Ke
benda yang diinginkan
|
Penolakan
|
Star
(bintang)
|
Menggelengkan
kepala
|
Tidak
bisa melihat bintang
|
Protes
|
No
(tidak)
|
Menggelengkan
kepala
|
Tidak
mau mengikuti
|
Pamitan
|
Bye-bye
|
Menggerakkan
tangang (dada)
|
Saat
ditinggal ayahnya
|
a.
Fungsi
Komunikatif
Berdasarkan
konteks situasi, satu kata bisa saja ditafsirkan dengan cara berbeda secara
radikal. Seorang anak yang baru belajar berjalan di prancis (1;0) mengatakan
“maman” (“mommy”) dalam beberapa fungsi yang berbeda: keinginan untuk menyusu;
keinginan untuk digendong ayahnya, untuk menarik perhatian ibunya ke suatu
benda atau kebutuhan fisik.
Ungkapan satu kata pada anak
yang baru belajar berjalan selalu ditemani oleh isyarat “Up” untuk minta
digendong cenderung mengangkat kedua tangan, dan “bye-bye” cenderung
melambaikan tangan. Tabel 9-1 menunjukkan bagaimana anak yang baru belajar
berjalan mengekspresikan variasi fungsi komunikatif menggunakan kata tunggal dikombinasikan
dengan gerakan tangan. Itu adalah gerak isyarat yang menyampaikan fungsi
komunikatif yang berbeda seperti pernyataan, permintaan, protes, atau
penolakan. Gerak-isyarat tidak begitu penting setelah tingkat kata-tunggal dan
diluar konteks berdekatan.
Anak yang
baru belajar berjalan merubah intonansi menggunakan kata yang sama, mama, untuk tujuan yang berbeda, bernada
tinggi untuk menanyakan “ dimana mama?” dengan nada rendah berarti “itu mama
disana.” Nigel (1;0-1;9) mengucapkan kata tunggal dengan intonansi yang
berbeda, tinggi dan rendah, untuk menandakan “respon diharapkan” dengan “
respon tidak diharapkan” Halliday (dalam Taylor, 2009:256)
Anak yang baru belajar berjalan (usia 2 th; MLU 1.3-3) berbicara dengan lebih
keras, nada lebih tinggi, dan bermacam tekanan suara ketika berkontak mata
dengan orang lain daripada berbicara dengan dirinya sendiri.
b.
Produksi
Kata dan Pemahamannya
Untuk
mengekspresikan meningkatnya variasi dan kerumitan fungsi komunikatif,
anak-anak harus meningkatkan perbendaharaan kata mereka. Ciri-ciri anak mampu
menggunakan tiga kata di usia sekitar satu tahun, setelah itu perbendaharaan
katanya meluas, kadang lamban, kadang juga bisa cepat. Nigel memperoleh 15
“makna jelas” di usia 1;4, 145 arti (kebanyakan diperoleh dari keluarganya) di
usia 1;6, dan 200 kata di usia 1;7.15 Halliday (dalam Taylor, 2009:256 ).
Anak-anak
mampu memahami kata daripada kata yang dapat mereka produksi. Untuk mengetes
pemahaman, coba katakan “mana jeruk?” dimana jeruk diletakkan bersama dengan
anggur, kue, dan mobil-mobilan. Satu tes dapat mengetahui pemahaman
perbendaharaan kata yang tepat dengan memberikan kata yang tingkat variasinya
hampir sama dengan pembeda dan target.
Menggunakan
teknik “show me/tunjukkan”, Benedict (1979) mengungkap perkembangan tentang
pemahaman perbendaharaan kata pada 8 anak (0;9-1;8) selama lebih dari sebelas
bulan. Semua anak dapat memahami lebih banyak kata daripada kata yang mampu
mereka ucapkan, tetapi perbedaan terbesarnya dalam tingkat pemerolehan kata: di
usia 1;3, 200 kata untuk pembelajar tercepat, dan pembelajar lamban hanya 20
kata; di usia 1;6 pemahaman terbaik dapat memproduksi 70 kata, dan terburuk
hanya 10 kata. Itu adalah tipe kelambatan selama 5 bulan antara pemahaman dan
produksi kata.
Macam kata
apa saja yang termasuk 50 kata utama yang diproduksi anak? Kata-kata itu adalah
nama-nama orang yang dekat dengannya dan benda yang terpenting dalam hidupnya.
Tipe kata yang lain adalah kata personal-sosial dan kata gerakan (lihat
‘hubungan kata-kata”). Tabel 9-2 menunjukkan contoh kata awal.
Tabel 9-2 kata-kata yang diproduksi anak-anak
Tipe sumber
|
Kata
|
Orang
|
Mama,
dada, baby
|
Binatang
|
Doggie,
cat, duck
|
makanan
|
Milk,
cookie, jus
|
Mainan
|
Ball,
block, car
|
Personal-sosial
|
Hi, bye-bye, no
|
Pergerakan
|
Go,
down, up
|
Bagian
tubuh
|
Ear,
eye, nose
|
Dilihat dari nama benda yang dipelajari anak-anak,
beberapa diantara kata benda yang umum dan beberapa kata benda yang tepat.
Bagaimana anak-anak menemukan nama baru untuk benda sebagai kelompok kategori
(contohnya anjing) atau sebagai contoh individu (Fido)? Memperkenalkan
‘doll/boneka’ yang disebut Dax (tanpa
artikel), anak-anak (1;6) menyendirikan nama untuk boneka itu sendiri dan tidak
akan menggunakan nama yang sama untuk boneka lain. Memperkenalkan ‘doll/boneka’
sebagai a dax (menggunakan artikel),
kelompok anak-anak yang lain menggunakan nama yang sama untuk dua boneka.
(catat juga perbedaan intonansi antara This
is daxdan this is a dax). Anak-anak membedakan dua benda dengan memberikan
nama yang cocok (dolls/boneka) bukan (boxes/kotak).
c.
Kata-Kata Relasional
Kebanyakan
kata-kata awal anak-anak telah diberi nama, tetapi beberapa diantaranya ada
kata-kata relational. Untuk menggunakan kata-kata relational (seperti no, more, gone, up, down), anak-anak
harus menulis simbol dalam Kondisi dinamis dapat berubah sesuai tempat dan
waktu untuk benda. Selebihnya, adalah permintaan untuk memiliki banyak benda,
seperti kue, awalnya anak-anak hanya ingin memiliki, lalu kemudian memakannya.
Beberapa kata-kata muncul ketika anak-anak memasuki tingkat akhir benda
permanen dalam monitor sensorimotor-intelligence piaget (McCune-Nicolich 1981).
Mendekati tahap akhir sensorimotor, kata-kata seperti move, up, stuck mengacu pada perubahan object dalam penglihatan
anak-anak yang diperoleh lebih awal daripada kata-kata seperti all gone, more, another yang menunjukkan
bukan benda (Tomassello & Farrar 1984). Kata-kata relational mengarah pada gerakan yang tidak terlihat, seperti
gone, muncul setelah anak-anak mencapai ketetapan benda (Tomassello & Farrar 1984).
Salah satu
kata-kata relational yang sangat berguna adalah no, yang dapat digunakan untuk bermacam-macam fungsi komunikatif
penting seperti: penolakan, protes, sangkalan, dan larangan. No juga
dapat digunakan untuk memberikan komentar dalam benda yang hilang atau harapan
yang tidak terpenuhi. Anak-anak, atau orang dewasa dalam hal ini, merasa sangat
membutuhkan kata-kata itu. Tidak lagi mengejutkan, no adalah salah satu kata awal yang diperoleh anak-anak: no untuk
penolakan, muncul di awal usia 8 bulan (Pea 1980). No adalah satu dari tujuh kata yang paling sering digunakan oleh
Allison (1;4) (Bloom 1973). Kata
itu adalah kata pertama anak berusia 12 tahun, Viktor, yang telah dipelajari
(Shattuck 1980).
Anak-anak
mungkin hanya menggunakan sedikit kata-kata relational, tetapi mereka selalu
menggunakan kata-kata sedikit itu di usia balita. Beberapa kata-kata
relational, aslinya digunakan untuk fungsi sosial komunikatif, yang selanjutnya
digunakan untuk aktifitas pemecahan masalah atau rencana, aksi rangkaian aksi
yang mengarah ke hal yang diinginkan (Gopnik 1984; Gopnik & Meltzoff 1986).
Anak-anak
(1;3-2;0) mengatakan “there” setelah berseru “uh-oh” ketiga gagal memecahkan
balok. Sama dengan, dia mengatakan ‘more’ ketika ingin mengulang rencana dan
‘no’ ketika akan mengubah rencana. Dia mengatakan ‘gone’ ketika dia
menghilangkan benda atau mencari benda yang hilang.
Kata kerja adalah kata-kata
relational dengan keunggulan sama dalam kalimat:
The baby gives the
rattle to her mother / Bayi memberikan mainannya ke ibunya.
Kata kerja ‘gives’ menghubungkan aktor, benda, dan
penerima. Berhubungan dengan dua benda atau lebih secara kognitif lebih
kompleks daripada mengarah ke satu benda dalam persepsi. Beberapa penelitian
menunjukkan kata kerja tersebut cenderung di dapatkan setelah kata benda dan
berbagai macam tipe kata-kata relational.
3.
Mempelajari Kata-kata dan Maknanya
Ungkapan
satu kata menyajikan fungsi komunikatif hanya dalam yang kongkrit dan
pertengahan konteks situasi. Untuk memperluas garis komunikasi, anak-anak harus
membangun perbendaharaan kata mereka, memperoleh arti kata standar, dan belajar
menggunakan kata seperti yang dikatakan orang dewasa. Semua aspek tersebut
menyangkut perkembangan semantik (berkaitan dengan arti kata), tingkat level
dasar, membutuhkan waktu dua tahun.
a.
Pembelajaran
Kata
Bagaimana
anak-anak mempelajari sebutan untuk suatu benda? Ocehan bayi, kemungkinan untuk
mengucapkan kata rangkaian bunyi seperti bunyi ‘mamma’ dan dihadiahi makanan
oleh mamanya. Disini ibu berperan membentuk tingkah laku bayi secara verbal
dengan memperkuat secara selektif rangkaian bunyi spesifik yang diproduksi oleh
celotehan anak secara spontan. Di lain waktu, bayi ingin makanan yang lain atau
mamanya, dia tampaknya memproduksi rangkaian bunyi yang sama. Bentuk dalam cara
ini adalah beberapa kata-kata bayi, yang dibentuk dalam menirukan celotehan
dengan komposisi fonetik mereka serta mengulang irama suku kata CV. Tabel 9-3
memberikan contoh dalam beberapa bahasa kata-kata yang digunakan anak dan orang
dewasa. (Macam kata yang lain diperoleh dari kata-kata orang dewasa: stomach –
tummy –tumtum; Ferguson 1977). Kata-kata seorang bayi saat
menyebut nama benda dan kerja sangat penting bagi anak-anak.
Proses pemerolehan lebih umum dibandingkan dengan
pembentukannya adalah asosiasi antara penamaan dengan. Ketika bayi berusia 3
atau 4 bulan, orang dewasa mulai mengajari anak menyebut nama-nama benda.
Dengan sendirinya orang dewasa akan mengulang kata-kata individu, dengan ucapan
yang jelas dalam menyebutkan kata benda. Seperti sebuah kata yang mudah diingat
dan ditiru oleh infant karena terdapat sinyal akustik yang luas, disediakan
dengan isyarat situasi dan tidak perlu dilhilangkan dari produksi lafal yang
membingungkan. Ketika infant mengucapkan kata atau persamaan kata, mereka
merasa dihargai.
Ibu
Anak (1;1)
|
lihat menyentuh
gambar
Apa itu? berceloteh dan tersenyum
Ya, itu kelinci
berceloteh, tersnyum, dan melihat mamanya
(Tertawa) ya, kelinci berceloteh dan tersenyum
|
Ibu
bertanya dengan segera “ Apa yang dilakukan X?” diucapkan untuk kata kerja.
Anak menjadi lebih aktif dan mengucapkan kata dalam permainan membaca buku.
Kata-kata kadangkala nama menjadi mudah diingat di awal usia 1;2, mencapai
ingatan 50% di usia 1;6. Sekali anak memproduksi kata-kata, ibunya mengoreksi
semua kata-kata yang salah juga membenarkannya paling tidak satu kali.
Anak-anak
sendiri dapat menirukan terbiasa mempelajari nama benda yang berhubungan dengan
gerak isyarat seperti menunjuk benda, mengulurkan tangan ke arah benda, dan
memberikan benda tersebut ke ibunya. Masur (1982) meneliti 4
anak (0;9-1;6) melakukan gerak isyarat, dimana ibunya memberikan respon
dengan menyediakan nama untuk benda yang ditunjuk. Dan penyebutan nama itu membantu pertumbuhan anak
dalam produksi perbendaharaan kata. Usia sekitar 2 tahun, anak dapat berkata
“Apa itu?” yang diucapkan secara berulang-ulang oleh ibunya. Salah satu anak
dari prancis “Ceca” (‘Apa itu’) menjadi ‘mania’ (Guillaume 1987).
Sebuah
percobaan memberitahu kita sesuatu tentang bagaimana memperoleh nama untuk
benda dan aksi tertentu. Oviatt (1980) menunjukkan anak (0;9-1;5) sebuah klinci
dan t=hámster, butuhdua puluh kali uneuk mengajari mengucapkan kelinci dan
hámster. Di hari yang sama, pemahaman telah di tes. Ketika ditanya ‘mana
kelinci?’mereka menyentuh atau melihat kelinci, ketika ditanya“Dimanakah
bukunya (pengalih) ?” mereka melihat atau menyentuh buku tersebut. Lebih jauh,
balita secara sukses menyamakan respon mereka terhadap benda mati (misalnya
gambar seekor kelinci). Pemahaman muncul pada usia sekitar 10 bulan, dan
dikonsolidasikan (80% benar) antara usia 12 – 14 bulan. Sebaliknya terhadap
peningkatan dramatis dalam penerimaan kosakata ini, produksi kosakata seorang
anak balita menjadi amat kecil.
b.
Ekstensi
yang Berlebihan dan Ekstensi yang Kurang
Dalam suatu penelitian terkontrol,
atau bahkan pembacaan buku atau penunjukan, objek tertentu yang merujuk pada
yang dapat ditentukan dengan mudah, jika bukan kelompok objek atau label yang
juga tercantum. Namun dalam
suatu tatanan alami, hubungan antara suatu label dan referensinya terlihat
secara terang-terangan.
Penggunaan kata seorang balita tidak sama dengan orang
dewasa dalam berbagai aspek. Seorang anak balita mungkin saja mengalami overextend: dia mungkin menggunakan kata
doggy tidak untuk suatu referensi
standar –a doggy –melainkan juga
untuk referensi non standar, misalnya kucing, domba, kuda, yang dalam suatu hal
mirip dengan anjing (misalnya sama-sama berkaki empat). Enam balita (1;0 – 1;8)
yang dipelajari oleh Rescorla (1980) mengalami overextend pada sepertiga dari 75 kata pertama, terutama pada
kata-kata yang sering diucapkan, seperti dog,
ball, car, dan shoe.
Emmy
(1;1-1;5) mengatakan hat (topi) untuk
topi musim panas –tas –kotak popok yang kosong –cucian –kaleng jus –sepatu kets
(Anglin 1983). Emmy menerapkan kata hat untuk
apapun yang ia letakkan di kepalanya, tidak peduli seperti apa bentuk dan
fungsinya, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 9-4.
Elozar (1;9) mengatakan “hat” (topi)
ketika meletakkan toples di atas kepalanya, dan Jed (1;9) mengatakan “spoon”
(sendok) ketika bermain dengan sekop (Hudson & Nelson 1984). Jenis overextension seperti ini
dipertimbangkan sebagai analogi daripada kesalahan penamaan, karena hal
tersebut terjadi pada anak-anak yang menamai objek selama mereka bermain.
Dapatkah hal tersebut dipertimbangkan sebagai metafora? (lihat “Pembentukan
Semantik Lanjut” di bawah ini).
Overextension
dapat
terjadi karena anak-anak belum mengetahui nama dari suatu objek baru namun
menyadari persamaannya dengan objek yang sudah pernah diketahuinya. Misalnya,
Hildegard pada awalnya menggunakan kata cookie
untuk cookies, crackers, dan cakes (Leopold 1939). Selanjutnya,
ketika dia telah memperoleh istilah cracker
dan cake, dia hanya menggunakan
istilah cookie untuk benda cookie yang sebenarnya. Bahkan ketika
suatu nama benda tersedia, kata lama yang belum pasti masih digunakan untuk
beberapa waktu karena secara fonetis lebih sederhana daripada kata baru.
Misalnya diantara usia 1;5 dan 2, Hildegard mengatakan istilah bahasa Jerman Mann (laki-laki) dan bukan Frau (perempuan), meskipun dia mendengar
kedua kata tersebut cukup sering dari ayahnya. (lihat Hoek, Ingram, &
Gibson 1986).
Seorang anak mungkin juga
dibawah kendali:Dia menggunakan sebuah kata untuk merujuk pada objek yang khusus (barangkali
referesi pertama yang dia dengar) dan tidak mengeneralisasikan pada objek yang
orang dewasa tetapkan pada kelas yang sama atau kategori pada tempat yang
berbeda atau penyamaran. Dalam memainkan sebuah permainan” Dimana sepatu?
Adam(0:8) merayap hanya pada sepatu di lemari sepatu mamanya, bukan pada sepatu
mamanya di lantai pada lemari sepatu dan bukan pada sepatu ayahnya di lemari
sepatu (Reich 1976). Dalam dua minggu Adam memperluas perbendahaaraan katanya
pada sepatu di lokasi yang berbeda. Dia juga menyebut perangkat televisi sebagai
sebuah”TV pemandu”Dengan marah menolak bahwa itu adalah TV.
Emmy dulunya menggunakan botol hanya untuk botol bayi plastik
yang dia minum, Bukan pada berbagai
botol jenis yang lain( Botol Koka kola, Botol bir, dan sejenisnya) ketika
menanyakan pada mereka(Anglin 1983).Keseluruhan, Penamaanya Emmy berisi sedikit
dibawah perluasan daripada diatas perluasan Dia juga kedua-dua lebih
memperluaskan dan memprkecil perluasan (relatip pada standar orang
dewasa”tersalip”) beberapa kata. Emmy dulunya menggunakan Payung untuk merujuk pada
payung asli dan bergambar, tersedi mereke buka, dan bahkan pada layang-layang,
tetapi merka duuya tidak akan menggunakan kata yang merujuk pada payung yang
tertutup.
c.
Teori dari Awal Perkembangan Arti Kata
Beberapa teori berusaha
menjelaskan bermacam fenomena di awal perkembangan arti kata. Mari kita
diskusikan sedikit.
Menurut hipotesa penilaian arti kata (Bab 6), seorang
anak memperoleh arti kata dengan penambahan nilai,dari umum ke khusus, untuk
catatannya pada arti sesungguhnya yang
tidak lengkaphipotesa tersebut, telah dilakukan beberapa revisi.
Menurut ciri model ganda, arti kata mudah terurai
dalam dua kumpulan ciri-ciri tersebut.Beberapa abstrak dan ciri-ciri hubungan
yang terdefinisi dan beberapa persepsi, karakteristik, dan ciri-ciri
yang tergejala (Arti kata yang tak berlaku,” Bab 6). Menurut
model ini, seorang anak pertama mempelajari persepsi atau ciri-ciri yang
tergejala karena mereka kongkrit dan bisa dirasakan dan diamati bahkan pada
satu objek yang dimiliki mereka. Masing-masing ciri persepsi yang penting bisa
melayani sebagai dasar untuk kelebihan perluasaan. Ciri-ciri yang khas karena
mereka dimiliki oleh tipe anggota dari sebuah kelas atau kategori yang
dipelajari lebih awal dan menjadi dasar dari perluasan yang
kurang(juga”mempelajari definisi kata,” dibwah).
Menurut konsep
pada bentuk dasar dan persamaan keluarga (bab 6), yang penggunaan dari penanda
kata mengelilingi sebuah bentuk dasar telah terekomendasi dan dikenali karena sering
dicontohkan oleh orang tuaAnglin (dalam Taylor 2009: 265) .
Anak-anak selanjutnya memproduksi kata tersebut sendiri hanya
untuk rekomendasi pada bentuk dasar,memperhitungkan pada tipe dibawah perluasan
yang mana anak-anak menolak bahwa sekeliling burung seperti angsa adalah
burung. Teori bisa menjelaskan tiga pengamatan tambahan: (1) Arti sebuah kata bisa diperoleh rferensi yang
satu; (2) objek yang mana sebuah perluasan yang lebih dipakai memerlukan hanya
cirri yang tunggal yang umum dengan refernsi dasar pada kata tersebut; dan(3)
Bentuk dasar memberikan satu atau lebih property yang semua pada referensi,
tetapi referensi diri mereka mungkin tidak menyerupai yang lain (lihat
“penggunaan kata yang rumit” dalam lebih dan kurangnya penguasan”.
Namun dalam model yang lain
di awal pengembangan arti kata-kata anak kecil yang baru
belajar berjalan mengembangkan pada tiga langkah: sebelum arti sesungguhnya,petunjuk,dan
sistem arti kata (Nelson & Lucariello 1985)
Periode sebelum makna sesungguhnya
(1;0-1;6). Sebuah bentuk sebelum makna sesungguhnya adalah sebuah bentuk
kata yang disukai yang mempunyai sedikit makna hakiki tetapi digunakan pada
situasi yang khusus pada sebuah tujuan yang khusus:”selamat tinggal” hanya
ketika diletakkan penerima telephone, dan “papa” hanya ketika seorang anak yang
baru berjalan mendengarkan suara pintuBates (dalam Taylor 2009: 267).Pada beberapa penggunaan kata nampak merujuk
pada sebuah peristiwa yang menyeluruh dan
pada objek yang spesifik dalam peristiwa tersebut. Label yang
lain menyarankan untuk beberapa kata yang tidak benar
yang tidak mendukung kata, peristiwa kata yang terbatas Barret (dalam Taylor 2009: 267), dan tanda pada makna sesungguhnya Dore (dalam Taylor 2009: 267). Namun ada beberapa peneliti yang ragu-ragu mencetak
eksistensi yang kuat pada periode
sebelum makna sesungguhnyaHuttenlocher & Smiley (dalam Taylor 2009: 267).Bahkan pada periode awal pengucapanobjek anak-anak yang baru belajar berjalan
menamakan sebuah simbol kategori objek yang tersandi dan bisa melayani
bermacam-macam fungsi komunikasi.
Penanda periode makna sesungguhnya (1;6-2.0).
Seorang anak yang baru belajar berjalan, berterimakasih pada kemampuannya dalam
sebuah perwakilan peristiwa dalam objek tersendiri, objek kata yang terpeta
pada konsep mereka. dia mencapai penamaan wawasan,hal tersebut mempelajari
bahwa benda mempunyai namaMcShane (dalam Taylor 2009: 267), dan
sepanjang itu, sebuah dorongan kosakata.Kata berada
dalam konteks dari peristiwa yang khusus bisa digunakan sekarang dalam
bermacam-macam situasi. Meliputi dari sebuah jawaban “apa itu?” (Barret 1986)
sekali terbagi, konsep objek bisa secara mental dimanipulasi atau dikombinasi,menghasilkan banyak pengucapan kata.
Sistem arti kata(2.0-6.0) dengan sebuah
analisa konsep yang kecil, sistem arti kata mengekpresikan paradigma yang
berlawan pada hubungan arti yang sesungguhnya, seperti sinonim, antonim dan
hiponom (bunga tulip-bunga). Suatu langkah yang disetting untuk pengembangan
arti kata selanjutnya.
4.
Perkembangan Arti Kata Selanjutnya
Antara umur 2 dan 6-7
tahun, anak-anak secara dramatis meningkatkan produktivitas kosakatanya,dari
kira-kira dua ratus atau lebih dari limaraus kata (Rinsland 1945) .Kosakata
yang diterima oleh anak-anak melebihi produktivitas meraka terhadap kosakata
pada masing-masing usia. Sebagai contoh, pada tingkat pertama, kosakata yang
diterima adalah mendekati sepuluh ribu kata.Dua kali ukuran kosakata produktifitas
mereka (Anglin 1987).Tetapi kwantitas penilaian jumlah kosakata tidaklah begitu
menarik seperti pada kwalitas pemahaman anak-anak pada arti kata yang khusus.
Bagian ini memfokuskan bagaimana
anak-anak mempelajari kata secara tersendiri dan artinya.
a. Belajar
Mendefinisikan Kata
Untuk
mendefinisikan sebuah kata dalam sebuah cara yang dewasa,seorang anak harus
memiliki beberapa kesadaran ilmu bahasa/kompetensi. Kemampuan
berpikir dan berbicara terhadap bahasa sebagai sebuah objek. Sebagai
contoh, kata adalah sebuah unit ilmu bahasa dan bisa dihitung (Bab 11) dan
didefinisikan secara objektif,mandiri pada referensinya dan pengalaman
seseorang dengan referensinya. Kekurangan kompetensi ilmu yang berkaitan dengan
bahasa, anak-anak yang belum masuk sekolah mungkin mengatakan kereta adalah sebuah kata yang panjang
dan rapi adalah kata yang sulit
karena dia harus merapikan semua mainannaya
Definisi kata
adalah satu hal dari sebuah test IQ secara lisan. Litowitz (1977), menguji
pengertian yang diberikan oleh anak-anak(4;5-7;5) dalam test IQ, membedakan
lima tingkat kedewasaan.
1. (Non verbal atau respon kosong yang verbal)
2. Kancing: seperti ini (isyarat)
3. Sepatu: Kaos kaki;pisau: pemotongan (merespon dengan menghubungkan
kata-kata)
4. Sepeda: kamu mengayuh dan kamu terjatuh( pengalaman pribadi)
5. Surat: untuk mengeja( kesadaran pada sebuah istilah definisi dan
fungsi
Beberapa anak-anak di atas
belajar memberikan hampir definisi definisi dewasa tetapi tidak memberikan anak
definisi dewasa yang mungkin nampak seperti 2 contoh di bawah ini:
1.
Pisau adalah sesuatu yang
bisa digunakan untuk memeotong sesuatu- gergaji seperti pisau.
2.
Pisau adalah sebuah alat (nama
kategori) dengan ujung tajam (penampilan) untuk
memotong.
Sejauh ini,
kita telah mendiskusikan hanya kata benda, apa yamg dimaksud
dengan kata kerja? Untuk kata kerja yang beraksi, seorang peneliti menanyakan pada anak yang belum sekolah
dan orang dewasa,” apa yang dimaksud dengan lompatan? Angling (dalam Taylor 2009: ).
b.Pembelajaran
Kata yang Ditandai dan Tidak Ditandai
Bahasa
berisi pasangan kata dengan arti yang berlawanan,seperti lebih/kurang, besar/kecil, depan/belakang,dan
bertanya/beritahu (lihat “kata yang ditandai dan tak ditandai,”bab 6).
Menurut E Clark (dalam
Taylor 2009: 270) hipotesa semantic yang
ditandai,” anak yang belum sekolah menggunakan arti istilah yang tidak ditandaiuntuk
melindungi kedua pasangan kata Istilah ditandai, ditambah kesalahan
penafsiran, seolah-olah dia bermaksud hal yang sama sebagai rekan yang tidak
ditandai”dalam studi selanjutnya, anak –anak yang belum masuk sekolah
mempelajari beberapa katayang
positif(tak ditandai) dan kata negative(ditandai) secara serempak, atau beberapa
kata-kata yang negatif sebelum beberapa kata-kata positif(Blewit 1982,table 1).
c.Metaphora
dan Bahasa Kiasan yang Lain
Anak-anak dibatasi untuk diarahkan
pada bahasa kiasan. Bagaimana mereka menterjemahkannya?perhatikan perbandingan
sederhana (1) ,simili (2),dan metaphora (3):
1. Kue ini beratnya seperti batu
2. Mary seperti batu
3. Mary adalah
sebuah batu
Untuk memahami
kalimat secara harfiah (1),anak harus membndingkan topic(kue) pada sarana (batu) dalam
satu kwalitas fisik yang diberi,berat.Untuk memahami simili (2) dan methapora(3),
anak harus membandingkan topik pada sarana yang sedikit dilengkapi,kwalitas
psikologi (dingin, sulit, tidak bisa bergerak, dan sejenisnya,merupakamn
methapora). Simili(2) mempunyai tanda kata seperti,tetapi
methapora tidak punya. Kesulitan pada tiga jenis bahasa kiasan,jika diuji pada
anak muda, seharusnya diberikan secara berelompok.
Anak muda diduga mempunyai beberapa
kesulitan dengan arti yang tidak lazim dan abstrak yang terlibat dalam bahasa
kiasan. Mereka nampak menerjemahkan bahasa kiasan-menjadi kata tersebut,ungkapan,
peribahasa,sacara harfiah pada usia muda dan secara
kiasan pada usia tua. Pada studi anak-anak yang berusia 3-12 tahun, kelompok
anak muda memahami hanya arti fisik dari manis,dingin,
bengkok. Pada kelompok usia menengah memahami arti psikologi secara mandiri
pada arti fisikdan akhirnya kelompok yang tua memahami arti ganda dari kata
sifat, meskipun masih tidak terlalu sempurna (Asch & Nerlove 1960).
Menurut satu pandangan, metafora dan
simile. Nampak pada pengucapan anak-anak pada awal usia 3 tahun(kapan permainan
berkuasa?) “creativitas bahasa pada anak muda menghasilkan dari ketidaktahuan
mereka cukup tidakmenjadi kreatif(Hakes 1982 hal. 196). Kemudian metafora dan
simile berkurang sampai sekolah dasardan akhirnya mereka berkurang dalam
keremajaan (ketika perkembangan kognitif dan pengalaman hidup mengijinkan
anak-anak berhubungan dengan properti abstrak pada orang-orang dan peristiwa.
d.
Daya Ingat Arti Kata Pada Anak-anak
Penggunaan
bahasa yang efisien mengisyaratkan sebuah organisasi yang luas dan baik pada dua ingatan arti kata,
pengorganisiran tidak hanya pada arti tetapi juga secara kelas tata
bahasa,suara, dan ejaan (tidak didiskusikan disini). Mari kita jejaki
perkembangan dari daya ingat semantik sebagai pengungkapan dalam hubungan kata.
Mengingat kembali dengan bebas,memutuskan arti kata.
Pada perkumpulan ujian kata
(WATs), untuk sebuah kata ransangan seperti gelap, anak
TK memberikan respon seperti “bintang” dan”bulan” yang mana objek utama terjadi
pada dunia nyata dengan objek yang dinamai rangsangan (Entwisle 1966).
Anak-anak TK juga hanya menggelompoki subjek yang merespon secara dangkal,
bentuk bunyi dari kata-kata(“pahit”ke mentega).
Dalam Cramer (1968) ditinjau
keseluruhan WATs dengan anak-anak Amerika, merespon dengan
kalimat(gelap-malam)mengurangi ketika respon paradigma meningkat dari usia 5
tahun. Perubahan utama terjadi antara umur 6 tahun dan 8 tahun, sebagai perbandingan antara usia 9 dan
12 tahun pada tahun 1910. Pendidikan yang diterima di sekolah harus
memfasilitasi pengorganisasian kata-kata, barangkali dengan mengajar kelas tata
bahasa dan menekankan tugas lisan. Ujian praktik, pengalaman nyata dalam bahasa
melewati pembongkaran di media massa dan
urbanisasi mungkin bertanggung jawab pada perubahan awal sebagaimana pada
kesatuan yang besar yang ditemukan di jaman modern.
5.
Perkembangan Keterampilan Bercakap
Percakapan adalah sebuah
rangaaian ucapan atau kalimat yang bergantung secara bersama, seperti yang
ditemukan dalam percakapan, pengisahan,dan pertunjukkan(bab 2 dan 3).Bagaimana
anak-anak mengembangkan keterampilan dalam tiga hal tersebut dalam penggunaan
bahasa? Terutama, bagaimana mereka mengembangkan keterampilan interaktif dalam
percakapan,hal yang sangat penting dan meresap dalam percakapan? Dalam
percakapan, pembicara dan pendengar bergiliran bertukar informasi, melihat dan
merasakan. Anak-anak harus mengembangakan keterampilan dalam mengambil giliran,
manajemen topik,dan menyangkut-pautkan ucapan lawan bicara dengan isi yang
proporsional sebagaiamana dalam penggunaan penetapan pengucapan.
a.
Percakapan dengan Ibu
Seorang bayi mempunyai
kesempatan mempelajari tentang giliran dalam percakapan. Sebuah
percakapan yang disukai bertukaranyang mana orang dewasa memulai dan mengatur
sebuah interaksi, ketika bayi merespon secara non verbal dengan bersendawa,menguap,
bersin,dan mengeluarkan suara (salju 1977, hal 12;juga Bateson 1975).
Ann (0:3)
|
Ibu
|
(Senyum)
|
Oh, Betapa indah senyum kecilnya
Ya..,bukankah itu indah?
Disana, ada senyum kecil yang indah
|
(bersendawa)
|
Betapa sejuk angin sepoi-sepoinya
Ya..,itu lebih baik bukan?
Ya..yaa..
|
(Bersuara)
|
ada suara yang merdu
|
Dalam sebuah studi yang membujur pada empat anak(1;9-3;0) bertaut
dalam percakapan, benar dimulai pada anak-anak mengambil sebuah giliran dengan
seketika setelah giliran lawan bicaranya. Tetapi setelah mereka tumbuh besar,
pengucapan anak-anak juga menjadi lebih relefan pada percakapan lawan bicara
orang dewasa. Dalam hal rangkaian mereka berbagi topik bersama dengan orang
dewasa., penambahan informasi baru(Bloom, Roccisiano, & Hood 1976). Respon
yang relefan lebih disukai untuk mengikuti pertanyaan lawan bicara yang berisi
petunjuk untuk menimbulkan respon.
b.
Percakapan dengan Kawan Sebaya
Karena
anak tumbuh lebih tua dengan meningkatnya keterampilan dalam berinteraksi, dia
berhubungan banyak dengan kawan sebayanya dan berkurang dengan ibunya. Pada
satu studi, percakapan dengan pasangan pada umur 2 tahun terdapat 10 persen
pada total keseharian dalam berinteraksi; pada usia anak yang belum masuk
sekolah, 30 persen, dan pada usia sekolah, 50 persen (Banker & Wright
1955). Pada studi yang lain, jumlah pengucapan menunjukkan pada
seorang anak dengan orang dewasa maksimal ketika anak berusia 2 sampai 6 tahun, sesudah itu
berkurang, padahal jumlah pengucapan menujukan padanya dengan anak-anak yang
lain meningkat dengan mantap pada usia 1;3 tahun sampai 5;0 tahun( G Wells
1985, hal. 112).
c.
Pertanyaan
dan Permintaan
Percakapan, apakah itu dengan ibu
ataupun dengan rekan sebaya, seringkali melibatkan suatu rangkaian pertanyaan –
permintaan. Seorang anak membedakan kalimat tanya dan non kalimat tanya,
kalimat tanya ya/tidak dan kalimat tanya 5w + 1h, berdasarkan intonasi,
kehadiran kata tanya 5w + 1h, dan struktur kalimat. Bahkan anak balita di bawah
usia 2 tahun juga melakukan hal yang demikian, meskipun jawaban mereka tidak
selalu mencukupi (Rodgon 1979). Dalam suatu penelitian mengenai siswa sekolah
anak-anak (berusia 3, 4, dan 5 tahun), kalimat tanya ya/tidak membangkitkan
respon yang mungkin dari ketiga kelompok usia, namun kalimat tanya 5w + 1h
tertentu membangkitkan respon yang tidak relevan dari kelompok termuda
(Berninger & Garvey 1981). Beberapa kalimat tanya what dan where dapat
dijawab dengan mudah menggunakan deixis (semacam
kata tunjuk seperti “itu” atau “disana”), dan beberapa kalimat tanya how dapat dijawab dengan penawaran “I’ll
show you.” Namun kalimat tanya why membutuhkan
jawaban yang merumuskan hubungan sebab-akibat dan cukup sulit untuk dijawab
(lihat “Pembelajaran Kalimat Interogatif,” bab 10).
Permintaan merupakan bentuk yang sering
muncul di awal bahasa anak-anak. Bahkan bayi praverbal dapat membuat permintaan
menggunakan vokalisasi, intonasi, dan bahasa tubuh, dan balita 1-2 tahun
menggunakan ungkapan satu kata (lihat “Ungkapan Satu Kata diatas). Bentuk lain
dari permintaan, seperti permintaan tidak langsung dan permintaan izin akan
muncul belakangan, antara usia 3-6 tahun, ketika struktur kalimat interogatif
telah tersedia (Garvey 1975; Levin & Rubin 1982). Petunjuk dan permintaan
yang paling tidak langsung, yang beresiko tidak mudah dipahami seperti kalimat
permintaan, masih akan datang belakangan pula. Mereka mungkin digunakan secara
jarang oleh orang tua ketika berbicara kepada anak-anak, sehingga anak-anak
tidak familier dengan bentuknya.
Para peneliti yang mendikotomikan
permintaan menjadi permintaan langsung dan tak langsung cenderung menemukan
perbedaan usia, anak pra sekolah yang lebih tua menghasilkan rasio yang lebih
tinggi dari permintaan tak langsung hingga permintaan langsung daripada anak
yang lebih muda (Garvey 1975).
Sebagai rangkuman, meskipun anak-anak diperkenalkan
terhadap dunia percakapan sejak awal hidup mereka, keterampilan berbicara
mereka terbentuk selama masa kanak-kanak. Beberapa keteremapilan yang terbentuk
ialah pengenalan, pemeliharaan, dan
perubahan topik wacana; waktu yang tepat dalam pengambilan giliran; pengeluaran
dan pemenuhan bentuk permintaan yang berbeda.
d.
Bercerita
dan Mendengarkan Cerita
Cerita merupakan bentuk lain dari wacana
penting dalam kehidupan anak-anak. Suatu cerita yang baik memiliki empat
elemen: karakter, plot, setting, tema/moral, dan peristiwa dalam cerita terjadi
dalam urutan sebab akibat sementara. Anak-anak memiliki kemampuan minimum yang
dibutuhkan dalam memproses cerita, yakni kemampuan untuk membedakan urutan
familiar atau urutan terbalik dari tiga tahap rutinitas (mandi= masuk ke bak
>> memakai sabun >> bilas + mengeringkan badan) (O’Connell &
Gerard 1985).
Dalam suatu penelitian mengenai 96 anak
(usia antara 3-9 tahun) yang bercerita tentang pengalaman mereka, Peterson
& McCabe (1983) menemukan pola pembentukan berikut ini. Anak empat tahun
cenderung loncat dari satu kejadian ke kejadian yang lain, melewatkan peristiwa
utamanya. Anak lima tahun membentuk suatu cerita naratif hingga ke titik
puncak, lalu mengakhirinya tanpa resolusi. Anak usia enam tahun membentuk suatu
kisah naratif hingga ke titik puncak, lalu menyelesaikannya dalam pola klasik
yang sering digunakan oleh orang dewasa.
Anak-anak
seringkali lebih suka menjadi pendengar daripada pencerita. S=Cerita dapat
menyediakan suatu awalan menakjubkan sebagai perbincangan kolaboratif antara
anak-anak dan orang tua. Orang tua dapat membantu anak-anak mengeksplorasi
dunianya melalui apa yang terjadi dalam cerita dan menggunakan pengalaman anak
tersebut untuk memahami pentingnya peristiwa yang dikisahkan dalam cerita.
Dalam sesi penceritaan berikut ini, catat bagaimana seorang ibu meninggalkan
jeda kepada anaknya untuk menawarkan suatu komentar dan pertanyaan, dan
bagaimana si ibu memiliki kontribusi dalam perluasan pemahaman si anak baik
dari segi inti cerita maupun pengucapan aktual (G. Wells 1986, 152).
6.
Mulai
Membaca
Pembelajaran membaca meliputi berbagai
faktor kompleks, seperti guru, bahan bacaan, pendekatan kepada instruksi
membaca, dan sistem penulisan, namun tahapan sederhana ini akan diubah menjadi
dua saja: pergantian dari mendengarkan cerita menjadi membaca cerita dan membandingkan
metode pengajaran kesadaran kata.
a.
Pergantian
dari Mendengarkan Cerita Menjadi Membaca Cerita
Seorang anak dapat membaca cerita,
tidak hanya mendengarkannya. Dia akan tertarik pada membaca ketika cerita
seringkali dibacakan kepadanya. Stanley Frank, direktur American Learning Corporation menyarankan: hal terpenting yang
dapat Anda lakukan membca keras-keras kepada anak Anda, sesering dan sedini
mungkin. Dalam suatu penelitian di
Kanada,
hampir semua pembaca awal (anak-anak yang belajar membaca sebelum masuk sekolah
pada usia 5-7 tahun) memiliki cerita yang seringkali dibacakan kepadanya (Patel
& Patterson 1982). Dalam suatu survei Jepang, semakin awal orang tua
(biasanya si ibu) mulai membacakan cerita pada anaknya, semakin lancar si anak
membaca pada usia 5 tahun (Sugiyama & Saito 1973). Dalam suatu penelitian
Inggris, sebuah aktivitas prasekolah yang berkaitan dengan pemahaman membaca
pada usia 7 tahun ialah mendengarkan cerita yang dibacakan dari buku (G. Wells
1985b). Bahkan di sekolah, mendengarkan cerita yang dibacakan oleh guru dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam memahami bacaan (Feitelson 1988).
b.
Belajar
Membaca
Sebagai pemula, anak-anak seringkali
belajar mengenali kata-kata yang dicetak. Dari beberapa metode pengajaran, dua
metode dasar dan berlawanan ialah metode keseluruhan kata dan fonis. Dengan
metode keseluruhan kata, seorang anak belajar mengasosiasikan pola visual
keseluruhan kata terhadap maknanya, tanpa analisis apapun. Hal ini merupakan
cara tercepat dan termudah untuk memasuki proses membaca. Cukup alami, metode
ini merupakan metode yang digunakan oleh kebanyakan anak pra sekolah yang
belajar membaca sendiri (Durkin 1966; Patel & Patterson 1982). Hal tersebut
juga merupakan metode yang paling umum digunakan orang tua untuk mengajar
anak-anaknya membaca, suatu ketikapada usia 1-2 tahun di Swedia (Soderbergh
1971) dan di Jepang (Steinberg & Tanaka 1990). Metode keseluruhan kata
sebagian sangat cocok untuk mengajarkan kata-kata yang tidak diucapkan secara
reguler dalam ortografi alfabetis, khususnya bahasa Inggris (misalnya laugh, comb), seperti logograf yang
mewakili sebuah morfem atau kata, seperta pada karakter Kanji dalam bahasa Cina
(Gambar 6-1, Gambar 11-4, Gambar 12-3).
Metode keseluruhan kata memiliki batasan
ketika digunakan secara eksklusif untuk mengajar membaca skala-penuh kepada
anak normal, yang harus belajar beratus-ratus kata untuk menjadi seorang
pembaca mahir. Karena metode tersebut berdasarkan pada ingatan bentuk kata,
menambahkan kata baru menjadi sangat sulit jika jumlah kata yang dipelajari
meningkat. Kata-kata baru akan terlihat seperti kata-kata lama: come, came, cone, cane, cave, cove.
Dengan metodi fonis, anak-anak
mempelajari huruf terkait dengan bunyi dan perpaduan bunyi sehingga mereka
dapat menyuarakannya sendiri bahkan untuk kata-kata tertulis yang tidak
familier. Dalam perpaduan berturut-turut, anak-anak diajarkan secara eksplisit
untuk menghasilkan /s/ + /&/ >> /s&/; /s&/ + /t/ >>
/s&t/, yang berakhir dengan pemecahan kode “sat”. Fonis sangatlah cocok
untuk mengajarkan kata-kata yang diucapkan secara reguler seperti sat, hat, pat, cat, mat. Bahasa Inggris
memiliki kata-kata reguler dan non reguler, yang membutuhkan kombinasi dari
kedua metode tersebut untuk mengajar membaca
Pembelajaran
pengenalan kata dapat diajarkan dalam pembelajaran tiga fase: (1) keseluruhan
yang tidak teranalisis; (2) analisis keseluruhan ke dalam bagian; (3)
menjadikan keseluruhan ke dalam sekumpulan bagian. Pembelajaran tiga fase akan
terjadi secara natural dalam dengan metode pengajaran apapun, namun metode yang
baik akan mendorongnya secara aktif. Pada level kata, mengajar sekumpulan kata
kepada anak-anak dengan metode keseluruhan kata akan memastikan bahwa kosakata
mengandung cukup kata dengan huruf umum sehingga anak-anak dapat memulai dengan
analisis prosedur. Ketika anak-anak menyadari bahwa terdapat sesuatu yang sama
diantara cat dan hat, analisis prosedur harus didorong, sedangkan pada saat yang
sama, huruf yang terkait dengan bunyi akan diajarkan dengan bebas, menggunakan
kata reguler sederhana.
A.
Kesimpulan
Pada bab ini, ditekankan tentang
perkembangan semantik dan keterampilan wacana dari seorang bayi yang baru
lahir, sampai ke tataran dewasa saat manusia sudah memeperoleh kemampanan dalam
kemampuan berbahasanya. Bayi yang baru lahir mengkomunikasikan ketidaknyamanan
fisiknya dengan menangis, kemudian mereka mempelajari jenis-jenis berbeda dari
tangisan untuk mengkomunikasikan berbagai jenis kebutuhan mereka. Selanjutnya,
bayi memvokalisasikan dan mempraktikkan beberapa bahasa tubuh untuk
mengkomunikasikan protes dan permintaan. Sekitar usia 1 tahun, balita dapat
menggunakan beberapa kata tunggal yang diiringi dengan bahasa tubuh.
Balita harus mempelajari kata-kata dan
menggunakannya dalam cara yang standar, agar dapat mengomunikasikan
kebutuhannya yang meningkat dan terkadang bermakna ambigu. Pada usia sekitar
1;6 mereka dapat menghasilkan lima puluhan kata, kebanyakan berupa nama benda
dan orang namun beberapa merupakan kata yang saling berkaitan. Pada masa balita,kemampuan
memahami adalah lebih banyak daripada kata yang dapat mereka hasilkan atau
ucapkan. Mereka mempelajari label dari suatu benda berdasarkan adanya
keterkaitan.
Perkembangan semantik berlanjut
selama masa kanak-kanak, tentunya hingga masa dewasa. Definisi kata anak-anak
usia pra sekolah cenderung konkret dan perseptual, sedangkan definisi kata
anak-anak usia sekolah cenderung abstrak dan berhubungan. Pada bahasa kiasan,
anak-anak cenderung menginterpretasikan metafora dan peribahasa secara
harafiah. Kemampuan dalam memproduksi dan memahami bahasa kiasan bonafid
terbentuk pada usia sekolah. Pengaturan informasi semantik dalam memori anak
usia pra sekolah nampaknya mirip dengan orang dewasa dalam hal struktur,
meskipun tidak begitu kuat.
Dua bentuk wacana ialah percakapan
dan narasi. Sekitar usia 2 tahun, seorang anak balita melakukan upaya
pertamanya dalam mengisahkan suatu cerita, dan pada usia 5 tahun, seorang anak
usia pra sekolah tidak hanya menceritakan kembali beberapa persitiwa spesifik
namun juga memiliki representasi peristiwa. Seorang ibu yangmenuturkan kepada
anaknya secara reguler dengan membacakan cerita dengan lantang dari sebuah buku
cerita, maka anak tersebunya akan belajar membaca jauh sebelum dia masuk
sekolah dan juga akan membaca dengan cukup baik di sekolah nantinya.
Dalam pembelajaran membaca pada
anak-anak terdapat dua metode, yaitu metode keseluruhan kata, dan metode fonis.
Melalui metode keseluruhan kata, anak-anak belajar mengasosiasikan kata-kata
dengan pola visual utuh dari suatu kata dengan makna dan bunyinya. Sedangkan dengan
metode fonis, anak-anak mempelajari bunyi dari huruf tunggal serta perpaduan
mereka.
Dardowidjoyo,
Soenjono. 2010. Psikolinguistik:
Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Purwo,
Bambang Kaswanti. 1990. Perkembangan
Bahasa Anak: Dari Lahir sampai Masa Prasekolah (dalam Purwo, Bambang Kaswanti.
1990. PELLBA 3: Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya: Ketiga). Jakarta:
Kanisius.
Taylor,
Insup. 2009. Psycholinguistics:
Learning and Using language. USA: Prentice Hall International.
No comments:
Post a Comment