KAJIAN
FONOLOGI
A.
Pengertian
Fonologi
Fonologi
adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi
bahasa secara umum. Istilah fonologi, yang berasal dari gabungan kata Yunani phone 'bunyi' dan 'logos' tatanan, kata, atau ilmu' disebut juga tata bunyi. Di
bawah payung Fonologi, terdapat dua cabang ilmu yang masing-masingnya merupakan
kajian berbeda. Yang satu bernama fonetik
dan yang satu lagi bernama fonemik.
Secara sekilas, istilah ini memang mirip sehingga sering dirancukan penggunaannya
oleh orang awam tetapi bagi linguis, kedua ilmu ini adalah dua ilmu yang
berbeda sehingga perlu dipahami dengan benar pengertian dan cakupannya agar
tidak terjadi salah kaprah.
B.
Fonetik
Fonetik
adalah sebuah ilmu yang merupakan bagian fonologi yang mempelajari produksi
bunyi bahasa. Ilmu ini berangkat dari teori fisika dasar yang mendeskripsikan
bahwa bunyi pada hakikatnya adalah gejala yang timbul akibat adanya benda yang
bergetar dan menggetarkan udara di sekelilingnya. Dalam fonetik, bunyi bahasa dianggap
setara dengan bunyi, yaitu sebuah gejala fisika yang dapat diamati proses
produksinya. Fonetik memang berorientasi dalam deskripsi produksi bunyi bahasa
serta cara-cara yang dapat mengubah bunyi bahasa itu dalam produksinya. Oleh
karena itu, fonetik bertugas mendeskripsikan bunyi-bunyi bahasa yang terdapat
di dalam suatu bahasa. Berdasarkan
proses terjadinya, fonetik dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Fonetik Artikulatoris
Fonetik
artikulatoris adalah fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat
ucap manusia menghasilkan bunyi bahasa serta pengklasifikasian bahasa
berdasarkan artikulasinya. Bunyi bahasa dibedakan sebagai bunyi “segmental” dan
“suprasegmental”. Yang dimaksudkan dengan bunyi segmental adalah bunyi yang
dibentuk berdasarkan segmen-segmennya. Contoh : pada kata dan. Kata ini ini terdiri dari bunyi [d], [a],dan [dan], dalam
urutan tersebut. Jadi ketiga bunyi itu adalah “segmen-segmen” dari kata dan itu. Sedangkan bunyi supra segmental
dapat dibayangkan sebagai bunyi yang ”di atas” bunyi segmental itu. Contoh pada
tuturan dia telah datang dan dia telah datang? Tidak terdiri atas perbedaan
secara segmental melainkan perbedaan secara intonasi atau lagu yang berbeda
dalam tuturan tersebut.
b. Fonetik Akustis
Fonetik akustis mempelajari bunyi
bahasa yang berupa getaran udara dan mengkaji tentang frekuensi getaran bunyi,
amplitudo, intensitas dan timbrenya. Ada tiga jenis frekuensi yang lahir dari
fonetik akustik ini antara lain 1. Frekuensi atau titi nada yaitu gerakan partikel
secara gelombang itu berirama artinya berjalan secara ritmis. 2. Amplitudo
adalah sesuatu yang ditangkap oleh telinga serupa keras, nyaring, atau
intensitas bunyi secara akuistik pada luas atau lebar udara dan bersifat netral
terhadap titi nada. 3. Resonansi terjadi apabila suatu benda bergetar karena
pengaruh suatu bunyi , yaitu bunyi yang dihasilkan suatu sumber.
Fonetik akustik
memperlajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam.
Bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getarannya, amplitudonya, intensitasnya,
dan timbrenya. Dan fonetik akustik ini lebih berkenaan dengan bidang fisika.
c. Fonetik Auditoris
Fonetik
auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh
telinga dari udara yang bergetar. Dan fonetik auditoris ini lebih berkenaan
dengan bidang kedokteran yaitu neurologi, meskipun tidak tertutup kemungkinan
linguistik yang juga bekerja dalam kedua bidang fonetik itu.
C.
Fonemik
Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari fungsi
bunyi bahasa sebagai pembeda makna.
Pada dasarnya, setiap kata atau kalimat yang diucapkan manusia itu berupa
runtutan bunyi bahasa. Pengubahan suatu bunyi dalam deretan itu dapat
mengakibatkan perubahan makna. Perubahan makna yang dimaksud bisa berganti
makna atau kehilangan makna.
contoh:
b
|
a
|
b
|
i
|
‘binatang berkaki empat’
|
↓
|
↓
|
|||
p
|
a
|
p
|
i
|
sebutan lain untuk ayah
|
Pada contoh di atas, kata babi memiliki dua
konsonan [b] yang menjadi awal suku kata pertama dan kedua sedangkan kata papi
memiliki konsonan [p] sebagai awal suku kata pertama dan keduanya. Selain kedua
bunyi itu, bunyi lainnya dan posisi/urutan bunyi lain itu sama. Perbedaan bunyi
[b] dan [p] pada posisi/urutan yang sama dapat mengubah makna kata, inilah yang
dikaji oleh fonemik.
C.
Penghasilan Bunyi Bahasa
Pada
umumnya manusia berkomunikasi melalui bahasa dengan cara menulis atau
berbicara. Jika komunikasi itu dilakukan dengan tulisan, tidak ada alat ucap
yang terlibat di dalamnya. Sebaliknya, jika komunikasi tersebut dilakukan
secara lisan, alat ucap memegang peranan yang sangat penting.
Getaran udara yang masuk ke
telinga dapat berupa bunyi atau suara. Getaran udara yang dinamakan bunyi itu
dapat terjadi karena dua benda atau lebih bergeseran atau berbenturan. Bunyi
sebagai getaran udara dapat pula merupakan hasil yang dibuat oleh alat ucap
manusia seperti pita suara, lidah, dan bibir. Bunyi bahasa dibuat oleh manusia
untuk mengungkapkan sesuatu. Bunyi bahasa dapat berupa nyanyian maupun tuturan.
Pada umumnya manusia berkomunikasi melalui bahasa, dan bahasa lisan tentunya
diwakili oleh alat ucap yang memegang peranan penting.
Dalam pembentukan bunyi
bahasa ada tiga faktor utama yang terlibat, yakni sumber tenaga, alat ucap yang
menimbulkan getaran, dan rongga pengubah getaran. Proses pembentukan bunyi
bahasa dimulai dengan memanfaatkan pernafasan sebagi sumber tenaganya. Berikut
ini adalah gambar alat-alat ucap penghasil bunyi.
KETRERANGAN
1.
Bibir Atas (labium)
2.
Bibir Bawah (labium)
3.
Gigi Atas (dentes)
4.
Gigi Bawah (dentes)
5.
Gusi (alveolum)
6.
Lelangit Keras (palatum)
7.
Lelangit Lembut (velum)
8.
Anak Tekak (uvula)
9.
Hujung Lidah
10.
Hadapan Lidah
11.
Tengah Lidah
12.
Belakang Lidah
13.
Akar Lidah
14.
Epiglotis
15.
Rongga Suara
16.
Rongga Tekak
17.
Rongga Hidung
18.
Rongga Mulut
19.
Rahang
20.
Tenggorok (laring)
21.
Trakea
Alat-alat
ucap yang termasuk Artikulator
- Bibir bawah ( labium)
- Gigi bawah ( dentum)
- Ujung lidah (apeks)
- Lidah depan (font of the tongue)
- Tengah lidah (lamino)
- Belakang lidah dan akar lidah (dorsum)
Alat-alat
ucap titik artikulasi
- Bibir atas (labium)
- Gigi atas ( dentum)
- Lengkung kaki gigi atas (olveolum)
- Langit-langit keras (palatum)
- Langit-langit lunak (velum)
- Anak tekak (uvula)
Alat-alat
yang menunjang proses terjadinya bunyi bahasa
1. Hidung (nose)
2. Rongga hidung (nasal)
3. Rongga mulut (oral)
4. Pangkal kerongkongan (faring)
5. Katub jakung (epiglotis)
6. Pita suara
7. Pangkal tenggorokan (laring)
8. Batang tenggorokan (trakea)
9. Paru-paru
10. Selaput rongga dada (diafragma)
11. Saraf diafragma
12. Selaput rongga dada (pleural)
13. Bronchus
Alat
Artikulasi
Alat
artikulasi hanya terdiri daripada :
- Lidah
- Gigi
- Bibir
- Gusi
- Lelangit
- Rongga Hidung
- Pita Suara
C. Cara
kerja alat-alat bicara
Berikut ini adalah berbagai
kemungkinan produksi bunyi-bunyi bahasa berdasarkan tempat penyempitan.
a.
Antara
pita-pita suara: bunyi “bersuara”. Misalnya, semua bunyi vokal, seperti bunyi
vokal [a] atau [o]
b.
Antara akar lidah dan dinding belakang rongga
kerongkongan : bunyi [h] seperti dalam kata halal.
c.
Antara
pangkal lidah dan anak tekak : bunyi [F] yang uvular seperti pelafalan orang
sumatera.
d.
Antara
pangkal lidah dan langit-langit lunak : bunyi dorso-velar. Misalnya [k] (karunia), [g] (gusi).
e.
Antara
tengah lidah dan langit-langit keras : bunyi medio-laminal. Misalnya [∫] (
masyarakat ), [c] ( cacat), dan [j] (jarum).
f.
Antara
daun lidah dan langit-langit keras : bunyi lamino palatal. Misalnya [s] (sakit) dan [z] (sat).
g.
Antara
ujung lidah dan langit-langit keras : bunyi apiko palatal. Misalnya [d]
(dhateng).
h.
Antara
ujung lidah dan lengkung kaki gigi atas: bunyi apiko-alveolar. Misalnya [t] (tari, [d] (dari).
i.
Antara
ujung lidah dan gigi atas : bunyi apiko-denatal. Misalnya [Ф] (inggris thin) dan [σ] (there).
j.
Antara
bibir bawah dan gigi atas : bunyi labio-dental. Misalnya [f] (fasih), [v] (inggris visa)
k.
Antara
bibir atas dan bibir bawah : bunyi bilabial. Misalnya [p] (hadap), [b] (bawah) dan [wb] (wawasan).
C. Bunyi
konsonan dan bunyi Vokal
Ada dua kelas bunyi bahasa, konsonan dan vokal.
Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan dengan mempergunakan artikulasi pada
salah satu bagian alat-alat bicara. Apabila pengartikulasian konsonantal
pita-pita suara dipakai untuk menghasilkan suara, maka konsonan itu adalah
konsonan bersuara. Sebaliknya bila peranan pita-pita suara itu tidak ada,
konsonan tersebut adalah konsonan tak bersuara.
Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan
melibatkan pita-pita suara –tanpa penyempitan atau penutupan apapun pada tempat
pengartikulasian manapun.
- Beberapa Jenis Konsonan
Menurut cara
pengartikulasiannya, kita dapat membedakan konsonan sebagai berikut:
a.
Konsonan letupan, adalah konsonan yang dihasilkan dengan menghambat arus
udara seluruhnya di tempat artikulasi tertentu secara tiba-tiba dan lalu alat
bicara di tempat itu dilepaskan kembali , tahap pertama disebut hambatan atau implosi, dan tahap kedua disebut letupan
atau eksplosi.
Contoh :
terjadinya pada salah satu tempat artikulasi yakni di antara bibir : hasilnya
[p] atau [b[ (paman, batak).
b.
Konsonan kontinuan, adalah semua konsonan yang bukan letupan. Disebut
kontinuan karena dapat dilanjutkan pelafalannya. Meliputi konsonan sengau,
sampingan, geseran, paduan, getaran dan aliran.
c.
Konsonan sengau, adalah yang dihasilkan dengan menutup arus udara keluar
melalui rongga mulut, dengan membuka jalan
agar dapat keluar melalui rongga hidung.
Contoh: di antara bibir hasilnya [m] (masih)
di antara tengah lidah dan langit-langit keras, hasilnya [n] (nyamuk)
d.
Konsonan sampingan, konsonan yang dihasilkan dengan menghalangi arus
udara sedemikian rupa sehingga dapat keluar hanya melalui sebelah atau kedua
belah sisi lidah.. tempat artikulasi adalah antara ujung lidah dan lengkung kaki
gigi, hasilnya [l] (melamun).
e.
Konsonan geseran, atau frikatif adalah konsonan yang dihasilkan oleh
alur yang amat sempit sehingga sebagian besar arus udara terhambat.
Penghambatan dapat terjadi secara faringal, hasilnya [h] (hamil).antara bibir
bawah dan gigi atas, hasilnya [f], [v] ( fat,
vat).
f.
Konsonan paduan atau afrikat, adalah konsonan yang dihasilkan dengan
menghambat arus udara pada salah satu tempat artikulasi secara implosif, lalu
melepaskan secara “frikatif” . dapat terjadi:
antara tengah lidah dan langit-langit keras , hasilnya [ts] atau [d3] ( inggris church, gereja, dan bridge jembatan)
g.
Konsoanan alir (an), adalah konsonan konstituan yang tidak frikatif atau
paduan. Demikian, misalnya konsonan sengau dan kosonan sampingan adalah
konsonan alir(an).
h.
Konsonan kembar atau jeminat, konsonan yang diperpanjang pelafalannya.
Konsonan dapat terjadi di banyak bahasa. Contoh bahasa Itali cappa ‘jubah’, dalam bahasa inggris book ‘buku’, bahasa Toba allang,
‘’makan’.
i.
Konsonan getaran, adalah konsonan yang pelafalannya terdiri atas
pengulangan cepat dari apa yang dapat disebut “pengartikulasian dasar”. Contoh
trpenting adalah [r], namanya ‘r’ getar,
yang dilafalkan secara apiko-alveolar, yakni ujung lidah menyentuh gusi
sebentar lalu dilepaskan lagi, lalu menyentuh lagi, dan seterusnya. Contohnya
pelafalan kata (rumah) oleh orang Jawa dan orang Sumatera berbeda.
- Beberapa jenis vokal
a.
Vokal tinggi, vokal rendah, vokal tengah, adalah jenis vokala yang
dipengaruhi oleh letak lidah. Misalnya pada vokal [i] lidh tinggi dekat pada
langit-langit, sedangkan vokal [e] lidah berada di sekitar tengah langit-langit
dan vokal [a] lidah berada rendah di bawah langit-langit.
b.
Vokal depan, vokal belakang, vokal madya, adalah pembedaan vokal
berdasarkan posisi lidah. Jika lidah datar permukaannya, adalah vokal depan
[a], [i]. apabila lebih rendah di belakang maka disebut vocal belakang [o]. posisi
lidah kurang lebih berada di anatra depan dan belakang adalah vokal madya,
seperti [e] (tengah), [Λ] (but).
c.
Vokal nasal (sengau), vokal oral, adalah pengucapan vokal ketika seluruh
arus udara keluar dari mulut, dan rongga hidung tertutup. ( dengan menggerakan
langit-langit lunak ke dinding belakang rongga kerongkongan). Contohnya pada
kata dalam bahasa perancis [o] (oncle)
paman. [a] (bande) rombongan.
d.
Vokal bundar, vokal tak bundar, adalah vocal yang dibedakan menurut
bundar tidaknya dari kedua bibir. Misalnya vokal [i] merupakan vocal tak
bundar, dan bila posisi lidah menurut tinggi rendahnya serta menurut
depan-belakangnya dipertahankan tetapi dengan memperbundar kedua bibir,maka
hasilnya adalah vocal [ü] seperti dalam kata Jerman grun ‘hijau’.
e.
Vokal
panjang, vokal pendek, adalah menyangkut lamanya (kuantitas) pelafalan vocal.
Contohnya [u] dalam kata Inggris (full) lebih pendek dibanding [u] (fool).
f.
Vokal
tunggal, dan vokal rangkap dua atau diftong.
Vokal tunggal pada [a] bangun
mulut sama dari permulaan hingga akhir pelafalan. Vokal semacam ini disebut vokal
tunggal.
Vokal rangkap dua atau
diftong, dalam pelafalannya mengalami perubahan bangun mulut. Contoh pada
pelafalan [au] dalam kalau adalah sebuah diftong ; pelafalannya mulai dengan
bangun mulut rendah-depan, dan berakhir dengan bangun tinggi-belakang. Contoh
lain dalam kata balai, diftong [ai] mulai dengan bangun mulut rendah-depan dan
berakhir dengan bangun tinggi-depan.
Di samping kedua jenis bunyi di atas, terdapat pula
bunyi semi vokal. Bunyi semi vokal adalah bunyi bahasa di antara konsonan dan vokal.
Hanya ada dua : [y] dan [wb].
D. Premis-premis
fonologis
Dalam
mengenal fonem terdapat beberapa pokok pikiran umum yang disebut premis-premis
fonologis. Berdasarka sifat umumnya premis-premis bahasa tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Bunyi
bahasa mempunyai kencenderungan untuk dipengaruhi oleh lingkungannya. contoh:
konsonan [n] akan tetap berbunyi [n] apabila diikuti bunyi vokal. Akan tetapi
apabila diikuti bunyi apiko dental bukan [n] lagi tapi [n], seperti pantang,
penting, pantai, panjang, ranjang,kunjung
b. Sistem
bunyi mempunyai kecenderungan bersifat simetris.
Bahwa bunyi bahasa itu berpasangan. Contoh bunyi nasal [m],
[n], [η] bunyi oral [p], [b],
[f], [v], [k], [g], [c], [j.
c. Bunyi-bunyi bahasa yang
secara fonetis mirip harus digolongkan ke dalam kelas-kelas bunyi (fonem) yang berbeda, apabila terdapat
pertentangan di dalam lingkungan yang sama.
Contohnya
1. raga dan raka
2. rupa dan lupa
3. Kabur dan
kabut
d. Bunyi-bunyi yang secara fonetis mirip dan terdapat di dalam
distribusi yang komplementer, harus dimasukkan ke dalam kelas-kelas bunyi
(fonem) yang sama. Salah satu bunyi itu hanya terdapat pada lingkunyannya dan tidak
dapat berada dalam lingkungan yang lain.
Contoh :
1. [batu’]
bukan [batUk]
2. [kain]
bukan [‘ain]
3. [sabU’]
bukan [sabUk]
4. [aku]
bukan [a’u]
Oleh karena bunyi bahasa juga
merupakan bunyi, bunyi bahasa tentunya diciptakan dari adanya getaran suatu
benda yang menyebabkan udara ikut bergetar. Perbedaan antara bunyi bahasa
dengan bunyi lainnya menurut fonetik adalah bunyi bahasa tercipta atas getaran
alat-alat ucap manusia sedangkan bunyi biasa tercipta dari getaran benda-benda
selain alat ucap manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Dardjowodjojo, Soenjono, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka
Samsuri. 1990. Analis Bahasa. Jakarta: PT Erlangga.
Suparno. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Wahab, Abdul. 1990. Butir-butir Linguistik. Surabaya: Airlangga University Press.
Verhaar, J. W. M. 2008. Asas-asas Linguistik Umum. Jakarta: Gadjah Mada University Press.
No comments:
Post a Comment