Sunday, June 5, 2016

MEA, Siapkah Kita!!



Menyambut MEA, Apa yang Sudah Kita Persiapkan?

 http://news.hargatop.com/wp-content/uploads/2016/01/Masyarakat-Ekonomi-ASEAN-MEA.jpg

Inilah dia, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang jatuh tepat di akhir tahun 2015 ini. MEA merupakan era baru yang sebetulnya akan mengokohkan persatuan negara-negara Asean dalam suatu basis perekonomian pasar bebas dan terbuka. Meskipun program besar ini belum dilaksanakan, nyatanya MEA telah berhasil mencuri perhatian banyak kalangan termasuk di Indonesia.
Benar adanya bahwa negara-negara di Asia Tenggara sangat menantikan MEA 2015, akan tetapi realita berbeda terjadi di negeri ini. Seperti yang telah dikatakan bahwa negara Indonesia justru masih merasa takut akibat dihadapkan dengan beberapa hambatan terkait dengan kesiapan mengahadapi MEA, yaitu mutu pendidikan, tenaga kerja Indonesia yang masih rendah dan sektor ekonomi serta industri yang rapuh. Hingga hari ini hambatan-hambatan tersebut masih menjadi buah pikir yang bergulir tanpa solusi. Padahal, seharusnya MEA bisa dijadikan suatu ladang potensial, tempat Indonesia bisa mencuri perhatian ASEAN. Lantas menyimak kondisi demikian, sebenarnya apakah yang terjadi di negeri sebesar dan sekaya ini? Bukankah sebagai negeri yang akrab dengan julukan Tanah Surga seharusnya bersuka cita menyambut MEA 2015?
Inilah sebenarnya satu pertanyaan yang menjadi tantangan bagi Indonesia. MEA bukan ancaman melainkan peluang besar. Memperhatikan tahap demi tahap atas apa yang harus kita lakukan dalam menyambut MEA merupakan hal yang penting. Pertama, perbaharui pola pikir kita bahwa terkait dengan bagaimana perspektif kita melihat MEA 2015. Hindari anggapan bahwa MEA ini seolah-olah portal hitam yang apabila kita masuk ke dalamnya kita akan mendapatkan kesengsaran dan kesulitan. Sebaliknya, berpikirlah rasional bahwa MEA adalah jendela menuju masa depan yang lebih baik sehingga kita merasa termotivasi untuk menjalaninya. Lalu cobalah memikirkan suatu hal yang dapat kita lakukan untuk membuat negeri ini ada dan berada di era MEA nanti. Sampai akhirnya kita mengindahkan bahwa untuk mencapai tujuan keberhasilan menghadapi MEA saat ini bukan lagi soal persiapan, tetapi tindakan nyata.
MEA 2015 sudah berada di depan mata, sehingga negara yang masuk dalam anggota ASEAN tidak terkecuali Indonesia membutuhkan kesiapan yang matang untuk menyambut agenda perdagangan negara-negara di Asia Tenggara. Pemerintah mungkin telah melakukan bentuk preventif atau antisipasi pada beberapa sektor seperti ketenagakerjaan, industri kreatif, serta mental bangsa. Namun ada hal penting yang harus diperjuangkan pemerintah saat ini, yakni menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ASEAN.
Sebagai sebuah negara yang berdaulat dan memiliki konstitusi kita tahu pusat komando berada di tangan pemerintah, namun kolaborasi seluruh elemen masyarakat juga penting dilakukan. Pada dasarnya sumber daya manusia (SDM) adalah motor penggerak yang menginstruksikan arah bangsa ini akan dibawa. Di sinilah kita sebagai pemuda yang adalah notabenenya mahasiswa kemudian menjadi jawaban dari semua kecemasan dan ketakutan bangsa ini. Mahasiswa adalah kaum yang digadang-gadangkan sebagai tonggak perubahan. Mahasiswa bukan kaum yang akan mengambil sikap dan tindakan tanpa campur tangan pemerintah sebagai pusat komando. Justru mahasiswa adalah teman terdekat bagi pemerintah. Mahasiswa sebagai individu yang memimpin dalam mempengaruhi pendapat masyarakat terhadap pemerintah. 

 http://cdn1-a.production.liputan6.static6.com/medias/1099797/big/045411800_1451702374-ASEAN-logo-One-community.jpg



Dalam menyambut MEA, salah satu yang harus diperjuangkan adalah menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu ASEAN. Bagaimana cara mewujudkan itu? Di sinilah tantangan bagi mahasiswa sebagai pelopor Bahasa Indonesia untuk ikut berperan di dalamnya. Bahasa adalah kekayaan yang tak ternilai. Ungkapan tersebut pantas disematkan kepada Bahasa Indonesia. Seperti diketahui Bahasa Indonesia telah mempersatukan banyak etnis di Indonesia, sejak ditasbihkan para pemuda pada 28 Oktober 1928 lalu. Setelah menyatukan Indonesia, diharapkan Bahasa Indonesia mampu menjadi bahasa pemersatu ASEAN. Mengingat Bahasa Indonesia memiliki penutur yang lebih banyak daripada negara ASEAN lainnya, serta Bahasa Indonesia kini sudah banyak dipelajari oleh bangsa lain. Bahasa di ASEAN yang paling tepat menjadi bahasa pemersatu MEA adalah Bahasa Indonesia. Karena Bahasa Indonesia memiliki sejumlah kelebihan. Pertama, Bahasa Indonesia dipakai oleh lebih separuh penduduk ASEAN dan Indonesia adalah negara terbesar penduduk serta wilayahnya. Kedua, Bahasa Indonesia yang berasal dari Bahasa Melayu adalah bahasa yang mempunyai jejak dan hubungan linguistik dengan bahasa-bahasa negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, sebagian dari Filipina, Thailand, Vietnam, Kamboja, dan Laos, karena di sana sebagian penduduknya adalah rumpun bangsa Melayu.
Bahasa sebagai media komunikasi dapat pula mengalami suatu perubahan, seiring dengan perkembangan zaman. Berdasarkan fakta tersebut, perlu kiranya warga Indonesia untuk mensiasati agar Bahasa Melayu yang digunakan beberapa negara tersebut, dapat dikembangkan dan diubah menjadi Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang tidak asing lagi. MEA dapat digunakan sebagai wahana “menjual” Bahasa Indonesia. Langkah kongkrit yang bisa dilakukan yaitu dengan memprioritaskan Bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk melakukan hubungan perdagangan dan komunikasi antarnegara yang masuk dalam anggota MEA. Sering orang berharap bahwa Bahasa Indonesia suatu saat akan menjadi bahasa internasional. Nah, inilah waktu yang tepat untuk mulai mempromosikan Bahasa Indonesia kepada negara-negara di dunia mulai dari negara ASEAN. Dengan begitu, negara-negara ASEAN secara tidak sadar akan mempelajari Bahasa Indonesia, atau bahkan Bahasa Indonesia akan dipelajari di negara mereka. Hal tersebut menjadi angin segar bagi bangsa Indonesia untuk mengenalkan bahasa nasionalnya ke ranah internasional. 

 https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTb0SISLQs64iOPtyAM9qQoVwmRL-59bjd9Wj9IV7HeCH1iuGQN


Beberapa modal yang harus dimiliki mahasiswa dalam menyambut MEA yaitu:
1.    Penuh semangat
Modal pokok seorang mahasiswa untuk menghadapi MEA adalah semangat yang tinggi, hal ini erat kaitannya dengan mental seorang pemuda. Berdoa dan buktikan saja bahwa kita termasuk golongan mahasiswa bermental baja, mahasiswa yang tangguh dan pantang menyerah.
2.    Menemukan hal baru (inovatif)
Mahasiswa harus berpikir cerdas, peka, dan sensitif, serta senantiasa menanamkan rasa ingin tahu terhadap banyak hal di sekitarnya.
3.    Jiwa Kepemimpinan
Modal selanjutnya yang harus kita miliki, yakni kemampuan memimpin diri sendiri juga memipin orang lain yang harus didukung oleh kreativitas dalam hal memengaruhi seseorang. Dengan begitu, akan tercipta kerja sama yang baik misalnya dalam sebuah organisasi yang berskala ASEAN.
4.    Jiwa Berwirausaha
David Mc Clelland mengatakan bahwa suatu negara dapat dikatakan makmur bila memiliki wirausahawan minimal 2% dari total penduduk, sedangkan kenyataannya jumlah wirausahawan di Indonesia masih sedikit (0,5 dari total penduduk). Korelasinya adalah peran Perguruan Tinggi (PT) harus bisa merubah orientasi mahasiswa untuk tidak ingin lulus sebagai pencari kerja namun menjadi seorang pencipta pekerjaan. Indikator yang dapat mendukung PT untuk mencetak lulusan yang berkualitas adalah setiap PT harus memiliki visi dan misi yang jelas guna menaungi proses pembelajaran dengan mengedepankan pengembangan potensi yang dimiliki mahasiswa.

5.    Nasionalisme
Nasionalisme adalah poin terakhir yang saya tempatkan sebagai modal mahasiswa menghadapi MEA 2015. Alasan kuat yang melandasi mengapa nasionalisme saya jadikan poin terakhir ialah tidak karena sikap nasionalisme dianggap kurang penting, justru dari keempat modal yang disebutkan sebelumnya sikap nasioalisme harus dijadikan wadah dimana orientasi kita ditempatkan. Dengan kata lain, apapun yang kita lakukan untuk menghadapi MEA diharapkan orientasinya adalah bukan untuk kepentingan pribadi maupun kelompok, tetapi demi bangsa Indonesia yang lebih baik. Diharapkan dengan membangun kelima modal tersebut, mahasiswa di seluruh Indonesia dapat bergegas melakukan tindakan untuk membuktikan bahwa Indonesia mampu menghadapi peluang besar yang disuguhkan oleh Masayarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.
            Menyambut MEA di akhir tahun ini tidaklah dibenarkan menjadi mahasiswa yang tidak melakukan apa-apa, karena kontribusi mahasiswa bukanlah sekedar bualan atau rengekan yang bisa diabaikan. Berhasil atau tidaknya kita menghadapi MEA menjadi suatu proses yang harus dijalani. Mari kita lakukanlah perubahan dari sekarang, dimulai dari diri kita sendiri dan merangkul orang-orang terdekat di sekitar kita. Sampai akhirnya kita berhasil mengambil manfaat dari Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 demi masa depan Indonesia yang lebih baik.


 Lampiran Identitas

Nama                           : Siti Komariyah
Tempat, tanggal lahir     : Jember, 07 Mei 1994

Prodi, Fakultas            : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

No comments:

Post a Comment