Media Pembelajaran
1.
Pengantar
Bahasa Indonesia adalah bagian dari ilmu wajib yang diajarkan di sekolah.
Belajar bahasa adalah belajar untuk terampil berbahasa. Brown (2001: 7)
memberikan definisi pembelajaran dalam beberapa hal, antara lain bahwa belajar
bahasa adalah ‘retention of skill’, suatu pembelajaran keterampilan
berbahasa. Noam Chomsky (dalam Parera, 1986 : 21) juga mengemukakan 2 tujuan
utama pengajaran bahasa yang sejalan dengan hal tersebut. Seseorang yang
belajar bahasa dikatakan mampu berbahasa jika ia: (1) mempunyai pengetahuan
tentang bahasa tersebut (a speaker’s competence), dan (2) mempunyai
kemampuan penggunaan bahasa tersebut (his performance).
Sekolah adalah sebuah tempat bagi siswa untuk bereksplorasi akan
kehausannya mempelajari hal-hal sekitar, seperti diungkap Coles (2000: 119).
Siswa sekolah akan dapat menanamkan pengetahuan dan pengalamannnya secara
langsung. Artinya, bahwa siswa akan dapat lebih memahami pembelajaran jika ia
mengalami sendiri apa yang diajarkan atau learning by doing. Pembelajaran bahasa akan sangat bermakna jika
lebih mengarah pada kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer
pengetahuan dari guru ke siswa semata (Nurhadi, 2000: 1).Pembelajaran bahasa
Indonesia di sekolah adalah suatu proses memberikan pengetahuan, keterampilan
berbahasa, dan bersastra. Pembelajaran bahasa akan sangat bermakna jika lebih
mengarah pada kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan
dari guru ke siswa semata. Hal senada dinyatakan Brown (2001: 54) dengan salah
satu prinsip pembelajarannya, yakni belajar dengan melakukan ( to learn it,
do it). Pembelajaran bahasa (khususnya keterampilan berbahasa) akan sangat
bermakna dengan kegiatan praktik langsung secara berkelanjutan dan integrative.
Dengan demikian, semua keterampilan berbahasa dapat diasah secara bersama dan
dinamis.
Selalu ada upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran dengan reformasi
pembelajaran (Majid, 2008: 3). Keberhasilan pembelajaran Bahasa Indonesia tidak
lepas dari berbagai faktor yang memepengaruhinya, baik internal maupun
eksternal. Faktor internalnya adalah pada diri siswa. Kemauan dan motivasi
belajar sangat mendukung keberhasilan belajarnya. Sementara faktor eksternal
lebih pada peran guru, lingkungan, fasilitas belajar, dan orang tua.
Keberhasilan pembelajaran ditunjang oleh dua faktor, yaitu faktor internal
dan eksternal. Demikian pula pada pelajaran bahasa Indonesia. Salah satu faktor
eksternal yang sangat membantu efisiensi pembelajaran adalah media. Media
menjadi suatu bagian penting dalam pembelajaran karena berfungsi untuk
memperjelas dan memberi rangsangan gairah belajar pada siswa. Media dapat membantu mengkonkritkan verbalisme
materi serta penimbul persepsi dan imajinasi dalam pemahamannya. Hal ini dapat
meminimalisir terjadinya barriers atau noise dalam pembelajaran.
Media dalam pembelajaran bahasa Indonesia sebenarnya banyak dan bervariasi.
Beberapa guru kadang tidak menggunakan media dengan alih-alih merasa bahwa
media akan merepotkan dan menambah tugas saja. Selain itu, media dipandang
sebagai “barang” canggih dan mahal. Namun demikian, zaman yang kian maju
menjadikan kehadiran media menjadi suatu tuntutan untuk menyajikan materi
secara lebih menarik.
Sekarang ini banyak sekolah yang sudah memiliki fasilitas penunjang yang
bagus dan memadai. Sudah banyak sekolah di wilayah Yogyakarta berbasis pada IT.
Peran media dalam pembelajaran sudah tidak terbantahkan lagi. Namun demikian
apakah para guru telah menggunakan media yang bervariasi secara tepat itu perlu
dicermati lagi.
Media memiliki multimakna, dan didefinisikan orang dengan
berbagai sudut pandang, maksud, dan tujuannya. Media adalah suatu alat yang
dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan (massage) dari
suatu sumber kepada pihak lain yang menerima informasi tersebut. Briggs (http://www.ekofeum.co.id) berpendapat bahwa
media harus didukung sesuatu untuk mengkomunikasikan materi (pesan kurikuler)
supaya terjadi proses belajar, yang mendefinisikan media sebagai wahana fisik
yang mengandung materi instruksional. Bagaimanapun definisi yang ada, pada
dasarnya media adalah pendukung yang efektif dalam pembelajaran.
Rahardjo (1991, dalam http://www.ekofeum.co.id)
menyatakan bahwa media dalam arti yang terbatas, yaitu sebagai alat bantu
pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat bantu yang digunakan guru
untuk: memotivasi belajar peserta didik, memperjelas informasi/pesan
pengajaran, memberi tekanan pada bagian yang penting, memberi variasi dalam
belajar, dan memperjelas struktur pengajaran. Dengan kata lain, media memiliki
fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan
kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat
memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah bila
dibantu dengan sarana visual. Edgar Dale (dalam Ikhsan, 2006) yang secara jelas
memberi penekanan terhadap pentingnya media dalam pendidikan.
Ely (1982 dalam Arsyad, 2002) mengatakan bahwa pemilihan media dan sumber
belajar merupakan komponen dari system instruksional secara keseluruhan. Karena
itu, meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti siswa,
strategi belajar mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan
sumber, serta prosedur penilaiannya perlu dipertimbangkan.
Dick dan Carey menyebutkan bahwa disamping kesesuaian dengan tujuan
perilaku belajarnya, setidaknya masih ada empat faktor lagi yang perlu
dipertimbangkan, yaitu: 1) ketersediaan sumber setempat, apabila tidak ada maka
harus dibeli atau dibuat sendiri, 2) dana, tenaga, dan fasilitas dalam membeli
atau membuat sendiri, 3) keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media untuk waktu
lama, dan 4) efektivitas biaya dalam jangka waktu panjang. Dalam sebuah teori
dinyatakan bahwa pemilihan dan penggunaan sumber belajar haruslah didasarkan
pada hal-hal, antara lain: (1) analisis karakteristik siswa, (2) adanya tujuan
dan isi instruksional, (3) adanya strategi pengorganisasian pembelajaran, (4)
adanya strategi penyampaian, (5) adanya strategi pengelolaan pembelajaran, dan
(6) adanya pengembangan prosedur pengukuran hasil pembelajaran.
Pemilihan dan pemanfaatan sumber belajar harus memperhatikan lingkungan
terdekat dengan anak, ruang sumber belajar, serta media cetak dan perpustakaan.
Hakikat dari pemilihan media ini pada akhirnya adalah keputusan untuk memakai,
tidak memakai, atau mengadaptasi media yang bersangkutan.
PESERTA didik saat ini
sangat menuntut guru untuk mengajar lebih kreatif dan tidak membosankan. Karena
itu, guru sangat memerlukan metode dan teknik-teknik baru dalam mengajar.
Termasuk, mencari media pembelajaran sebagai bagian dari alat bantu mengajar
(teaching aids) yang sangat diperlukan.
Saat ini, jenis media
pembelajaran kian beragam di pasaran. Para pendidik bisa mudah mendapatkannya
di toko-toko buku maupun membelinya melalui internet. Namun, semua fasilitas
tersebut memerlukan dana yang tidak sedikit, sehingga sekolah-sekolah yang
kurang mampu belum bisa memanfaatkan media tersebut. Atas pertimbangan itulah,
guru dituntut lebih kreatif untuk menciptakan dan menemukan media pembelajaran
murah.
Di sisi lain, banyak guru
yang beranggapan bahwa media pembelajaran tidaklah terlalu penting dalam proses
belajar. Ada juga yang menyatakan, membuat media pembelajaran hanyalah membuang
waktu dan tenaga. Sebab, yang terpenting adalah cara guru mengajar dan
menerangkan pelajaran di kelas. Daripada harus repot-repot membuat media pembelajaran,
lebih baik melakukan hal lain yang lebih terlihat urgensinya. Begitu barangkali
pendapat sebagian guru yang tidak mau berepot-repot menyiapkan media
pembelajaran.
Sebenarnya, bila kita
bisa berpikir kreatif, apa pun yang kita temukan di sekitar kita bisa digunakan
sebagai media pembelajaran. Guru yang kreatif tidak akan terkungkung oleh
pemikiran yang terlalu rigid bahwa media pembelajaran harus dibuat sebagus dan
seideal mungkin. Paradigma bahwa media pembelajaran haruslah sedemikian rupa
dan sempurna harus dibuang jauh-jauh jika guru ingin maju.
Jika mainan anak dapat
kita dijadikan media pembelajaran, mengapa kita tidak menggunakannya untuk
membantu belajar anak didik kita? Jika barang-barang bekas bisa digunakan
sebagai media pembelajaran, mengapa kita tidak memakainya?
Menurut Brinton di
Celce-Murcia, ada dua definisi media yang sering digunakan orang. Definisi
pertama adalah inovasi teknologi yang digunakan dalam pembelajaran yang
biasanya berupa peralatan yang bersifat mekanis. Pengertian kedua adalah segala
macam benda yang bisa bersifat mekanis, atau bisa buatan sendiri, atau bahkan
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat digunakan dalam
pembelajaran.
Jika kita melihat
pengertian yang pertama, yang akan terjadi adalah asumsi bahwa media
pembelajaran selalu membutuhkan biaya. Tapi, jika kita menggunakan definisi
kedua, kita akan terpacu untuk membuat atau menemukan media baru yang bisa
dipakai mengajar di kelas. Media tersebut bisa berupa realita, flashcard,
gambar peristiwa dan objek, artikel, brosur, pamflet, atau bahkan hal dan benda
baru yang belum pernah terpikirkan.
Contohnya, ada seorang
guru di Surabaya yang berhasil menggunakan tutup botol kecap (kempyeng) untuk
pembelajaran matematika. Contoh lain adalah penemu jarimatika, Septi Peni
Wulandari, yang bisa menggunakan media jari-jari tangan untuk belajar
berhitung. Ada banyak keuntungan yang didapatkan menggunakan media buatan
sendiri. Yang pertama, kita dapat menyesuaikan tingkat kebutuhan peserta didik.
Kedua, kita bisa memakainya kembali untuk kesempatan-kesempatan lain dengan
menerapkan prinsip SOAR (sort, omit, add, recycle). Keuntungan yang ketiga
adalah menghemat biaya alias murah meriah.
Contoh barang-barang
bekas yang bisa dipakai untuk media pembelajaran adalah majalah/koran-koran
bekas. Dari majalah atau koran bekas, kita bisa memperoleh gambar-gambar atau
artikel yang bisa dipakai untuk belajar. Gambar-gambar peristiwa atau
kartun-kartun lucu bisa mudah kita temukan di koran.
Di salah satu koran
nasional di Jawa Timur misalnya, kita bisa menemukan rubrik Senyum Itu Sehat
yang berisi gambar-gambar kartun tanpa caption. Gambar tersebut ternyata dapat
dijadikan media pembelajaran bahasa yang efektif. Berikut ini adalah contoh
media yang dibuat dari gambar-gambar yang didapatkan dari koran.
Dari gambar berseri di
atas kita dapat membuat tiga macam versi media untuk pembelajaran bahasa
Indonesia/Inggris. Yang pertama adalah dengan memotongnya begitu saja dari
koran dan menempelkannya pada kertas warna untuk kemudian di laminating. Dari
gambar berseri tersebut siswa dapat membuat cerita baik tulis maupun lisan.
Selain itu guru juga dapat menggunakannya sebagai pancingan terhadap siswa
untuk berbicara tentang isu-isu terkini.
Jika kita perhatikan,
gambar-gambar tersebut mengangkat topik-topik hangat yang sedang ramai
diperbincangkan, misalnya tentang banjir, flu burung, kecelakaan alat
transportasi dan sebagainya. Yang kedua adalah dengan memotongnya secara
terpisah-pisah sehingga membentuk kartu. Gambar-gambar tersebut kemudian
ditempelkan pada kertas karton warna dan dilaminating.
Aktivitas yang dapat
dilakukan dengan media gambar kartu adalah siswa dapat belajar berpikir logis
untuk mengurutkan cerita. Sedangkan versi terakhir adalah dengan mengopi gambar
dalam bentuk transparansi untuk OHP atau memindai dengan scanner untuk
ditampilkan di LCD. Gambar tersebut kemudian ditampilkan sebagian dengan tujuan
siswa dapat berimajinasi untuk menebak jalan/akhir dari sebuah cerita.
Contoh kedua adalah
gambar peristiwa dan objek yang kita dapatkan dari koran/majalah bekas seperti
contoh di bawah ini.
Dengan menampilkan gambar
tersebut guru dapat mengarahkan siswa untuk berdiskusi tentang topik-topik
tentang illegal logging atau tentang manfaat hutan bagi makhluk hidup. Tentunya
masih banyak gambar-gambar lain yang dapat kita ambil dan disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran. Dengan begitu kita dapat menghemat biaya untuk mencetak
gambar-gambar sekaligus memanfaatkan barang bekas sebagai bagian dari
kepedulian terhadap lingkungan.
Paparan di atas adalah
sebagian kecil contoh media murah meriah yang dapat dibuat sendiri oleh guru
tanpa mengesampingkan peran pembuat media profesional yang hasil karyanya
banyak tersedia di pasaran. Dalam hal ini tangan dan mata seorang guru haruslah
aktif dalam arti yang positif. Aktif untuk melihat, memilih, memilah dan
mengambil hal baru di sekitarnya yang sekiranya bermanfaat untuk perkembangan
anak didik.
Inti semua itu, guru
secara mandiri harus bisa menyiapkan media pembelajaran untuk membantu peserta didik
belajar lebih efektif. Memang membutuhkan waktu untuk menyiapkan media
pembelajaran. Tapi, yakinlah, waktu yang telah diinvestasikan untuk
mempersiapkan media pembelajaran akan terbayar oleh hasil yang akan didapat.
Dalam tahun-tahun
belakangan ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam pembelajaran ke arah
paradigma konstruktivisme. Menurut pandangan ini bahwa pengetahuan tidak begitu
saja bisa ditransfer oleh guru ke pikiran siswa, tetapi pengetahuan tersebut
dikonstruksi di dalam pikiran siswa itu sendiri. Guru bukanlah satu-satunya
sumber belajar bagi siswa (teacher centered), tetapi yang lebih diharapkan
adalah bahwa pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Dalam kondisi
seperti ini, guru atau pengajar lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator
pembelajaran. Jadi, siswa atau pebelajar sebaiknya secara aktif berinteraksi
dengan sumber belajar, berupa lingkungan. Lingkungan yang dimaksud (menurut
Arsyad, 2002) adalah guru itu sendiri, siswa lain, kepala sekolah, petugas
perpustakaan, bahan atau materi ajar (berupa buku, modul, selebaran, majalah,
rekaman video, atau audio, dan yang sejenis), dan berbagai sumber belajar serta
fasilitas (OHP, perekam pita audio dan video, radio, televisi, komputer,
perpustakaan, laboratorium, pusat-pusat sumber belajar, termasuk alam sekitar).
Bertitik tolak dari
kenyataan tersebut di atas, maka proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah
suatu proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan (isi atau materi ajar)
dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan
(siswa/pebelajar atau mungkin juga guru). Penyampaian pesan ini bisa dilakukan
melalui simbul-simbul komunikasi berupa simbul-simbul verbal dan non-verbal
atau visual, yang selanjutya ditafsirkan oleh penerima pesan (Criticos, 1996).
Adakalanya proses penafsiran tersebut berhasil dan terkadang mengalami
kegagalan. Kegagalan ini bisa saja disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya
adanya hambatan psikologis (yang menyangkut minat, sikap, kepercayaan,
inteligensi, dan pengetahuan), hambatan fisik berupa kelelahan, keterbatasan
daya alat indera, dan kondisi kesehatan penerima pesan. Faktor lain yang juga
berpengaruh adalah hambatan kultural (berupa perbedaan adat istiadat,
norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai-nilai panutan), dan hambatan
lingkungan yaitu hambatan yang ditimbulkan oleh situasi dan kondisi keadaan
sekitar (Sadiman, dkk., 1990).
Untuk mengatasi
kemungkinan hambatan-hambatan yang terjadi selama proses penafsiran dan agar
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, maka sedapat mungkin dalam
penyampaian pesan (isi/materi ajar) dibantu dengan menggunakan media
pembelajaran. Diharapkan dengan pemanfaatan sumber belajar berupa media
pembelajaran, proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung
lebih efektif (Gagne, 1985) dan efisien.
Berdasarkan deskripsi di
atas, maka media adalah bagian yang sangat penting dan tidak terpisahkan dari
proses pembelajaran, terutama untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.
Oleh karena itu, lebih jauh perlu dibahas tentang arti, posisi, fungsi,
klasifikasi, dan karakteristik beberapa jenis media, untuk mendapatkan gambaran
dan pemahaman sebelum menggunakan atau mungkin memproduksi media pembelajaran.
2.
Pengertian Media Pembelajaran
Media (bentuk jamak dari kata
medium), merupakan kata yang berasal dari bahasa latin medius, yang secara
harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’ (Arsyad, 2002; Sadiman,
dkk., 1990). Oleh karena itu, media dapat diartikan sebagai perantara atau
pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa sesuatu
bahan (software) dan/atau alat (hardware). Sedangkan menurut Gerlach & Ely
(dalam Arsyad, 2002), bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah
manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang menyebabkan siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan
sekolah dan luar sekolah, bagi seorang siswa merupakan media. Pengertian
ini sejalan dengan batasan yang disampaikan oleh Gagne (1985), yang menyatakan
bahwa media merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsang untuk belajar.
Banyak batasan tentang media,
Association of Education and Communication Technology (AECT) memberikan
pengertian tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dan informasi. Dalam hal ini terkandung pengertian sebagai
medium (Gagne, et al., 1988) atau mediator, yaitu mengatur hubungan yang
efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar -siswa dan isi pelajaran.
Sebagai mediator, dapat pula mencerminkan suatu pengertian bahwa dalam setiap
sistem pengajaran, mulai dari guru sampai kepada peralatan yang paling canggih
dapat disebut sebagai media. Heinich, et.al., (1993) memberikan istilah medium,
yang memiliki pengertian yang sejalan dengan batasan di atas yaitu sebagai
perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.
Dalam dunia pendidikan, sering kali
istilah alat bantu atau media komunikasi digunakan secara bergantian atau
sebagai pengganti istilah media pendidikan (pembelajaran). Seperti yang
dikemukakan oleh Hamalik (1994) bahwa dengan penggunaan alat bantu berupa media
komunikasi, hubungan komunikasi akan dapat berjalan dengan lancar dan dengan
hasil yang maksimal. Batasan media seperti ini juga dikemukakan oleh Reiser dan
Gagne (dalam Criticos, 1996; Gagne, et al., 1988), yang secara implisit
menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran. Dalam pengertian ini, buku/modul, tape
recorder, kaset, video recorder, camera video, televisi, radio, film, slide,
foto, gambar, dan komputer adalah merupakan media pembelajaran. Menurut
National Education Association -NEA (dalam Sadiman, dkk., 1990), media adalah
bentuk-bentuk komunikasi baik yang tercetak maupun audio visual beserta
peralatannya.
Berdasarkan batasan-batasan mengenai
media seperti tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut software
dan hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber
belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar
(di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.
3.
Posisi Media Pembelajaran
Bruner (1966) mengungkapkan ada tiga tingkatan utama
modus belajar, seperti:
a. enactive (pengalaman langsung),
Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan serta perubahan sikap dan perilaku
dapat terjadi karena adanya interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman
yang telah dialami sebelumnya melalui proses belajar. Sebagai ilustrasi
misalnya, belajar untuk memahami apa dan bagaimana mencangkok. Dalam tingkatan
pengalaman langsung, untuk memperoleh pemahaman pebelajar secara langsung
mengerjakan atau membuat cangkokan.
b. Pada tingkatan kedua, iconic,
pemahaman tentang mencangkok dipelajari melalui gambar, foto, film atau rekaman
video. Selanjutnya pada tingkatan pengalaman abstrak, siswa memahaminya lewat
membaca atau mendengar dan mencocokkannya dengan pengalaman melihat orang
mencangkok atau dengan pengalamannya sendiri.
c. Symbolic (pengalman absstrak). Semakin
banyak alat indera yang terlibat untuk menerima dan mengolah informasi (isi
pelajaran), semakin besar kemungkinan isi pelajaran tersebut dapat dimengerti
dan dipertahankan dalam ingatan pebelajar. Jadi agar pesan-pesan dalam materi
yang disajikan dapat diterima dengan mudah (atau pembelajaran berhasil dengan
baik), maka pengajar harus berupaya menampilkan stimulus yang dapat diproses
dengan berbagai indera pebelajar. Pengertian stimulus dalam hal ini adalah
suatu “perantara” yang menjembatani antara penerima pesan (pebelajar) dan
sumber pesan (pengajar) agar terjadi komunikasi yang efektif.
Media pembelajaran merupakan
suatu perantara seperti apa yang dimaksud pada pernyataan di atas. Dalam kondisi ini, media yang digunakan
memiliki posisi sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran, yaitu alat
bantu mengajar bagi guru (teaching aids). Misalnya alat-alat grafis,
photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyususn kembali
informasi visual atau verbal. Sebagai alat bantu dalam mengajar, media
diharapkan dapat memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar, mempertinggi
daya serap dan retensi belajar siswa. Sehingga alat bantu yang banyak dan
sering digunakan adalah alat bantu visual, seperti gambar, model, objek
tertentu, dan alat-alat visual lainnya. Oleh karena dianggap sebagai alat
bantu, guru atau orang yang membuat media tersebut kurang memperhatikan aspek
disainnya, pengembangan pembelajarannya, dan evaluasinya.
Dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang, misalnya dalam
teknologi komunikasi dan informasi pada saat ini, media pembelajaran memiliki
posisi sentral dalam proses belajar dan bukan semata-mata sebagai alat bantu.
Media pembelajaran memainkan peran yang cukup penting untuk mewujudkan kegiatan
belajar menjadi lebih efektif dan efisien. Dalam posisi seperti ini, penggunaan media
pembelajaran dikaitkan dengan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media,
yang mungkin tidak mampu dilakukan oleh guru (atau guru melakukannya kurang
efisien). Dengan kehadiran media
pembelajaran maka posisi guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar,
tetapi sebagai fasilitator. Bahkan pada saat ini media telah diyakini memiliki
posisi sebagai sumber belajar yang menyangkut keseluruhan lingkungan di sekitar
pebelajar.
4.
Fungsi Media Pembelajaran
Sadiman, dkk (1990) menyampaikan fungsi media (media
pendidikan) secara umum, adalah sebagai berikut: (i) memperjelas penyajian
pesan agar tidak terlalu bersifat visual; (ii) mengatasi keterbatasan ruang,
waktu, dan daya indera, misal objek yang terlalu besar untuk dibawa ke kelas
dapat diganti dengan gambar, slide, dsb., peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa
ditampilkan lagi lewat film, video, fota atau film bingkai; (iii) meningkatkan
kegairahan belajar, memungkinkan siswa belajar sendiri berdasarkan minat dan
kemampuannya, dan mengatasi sikap pasif siswa; dan (iv) memberikan rangsangan
yang sama, dapat menyamakan pengalaman dan persepsi siswa terhadap isi
pelajaran.
Dengan menggunakan
istilah media pengajaran, Sudjana dan Rivai (1992) mengemukakan beberapa manfaat media dalam
proses belajar siswa, yaitu: (i) dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa
karena pengajaran akan lebih menarik perhatian mereka; (ii) makna bahan
pengajaran akan menjadi lebih jelas sehingga dapat dipahami siswa dan
memungkinkan terjadinya penguasaan serta pencapaian tujuan pengajaran; (iii)
metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata didasarkan atas
komunikasi verbal melalui kata-kata; dan (iv) siswa lebih banyak melakukan
aktivitas selama kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan tetapi juga
mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan memerankan.
5.
Klasifikasi Media Pembelelajaran
Media pembelajaran merupakan komponen instruksional
yang meliputi pesan, orang, dan peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh ke
dalam dunia pendidikan (misalnya teori/konsep baru dan teknologi), media
pendidikan (pembelajaran) terus mengalami perkembangan dan tampil dalam
berbagai jenis dan format, dengan masing-masing ciri dan kemampuannya sendiri.
Dari sinilah kemudian timbul usaha-usaha untuk melakukan klasifikasi atau
pengelompokan media, yang mengarah kepada pembuatan taksonomi media
pendidikan/pembelajaran.
Media pembelajaran merupakan komponen intruksional
yang melliputi pesan, orang, dan peralatan. Menurut syaifulbahri djamarah dan
aswan zain,media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau informasi
pesan. Dalam perkembangannya media pembelajaran mengikuti perkembangan
teknologi. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, media pembelajaran
dikelompokkan kedalam empat kelompok yaitu:
a. Media Hasil teknologi cetak
teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan
materi, seperti buku dan materi visual statis terutama melalui prosespercetakan
mekanisatau photografis. Kelompok media hasil teknologi cetak antara lain:
teks, grafik, foto atau representasi fotografik.
Karakteristik
a.Teks dibaca secara linear
b.Menampilkan komonikasi secarasatu arah dan reseptif
c.Ditampilkan secara statis atau diam
d.Pengembangannya sangat tergantung kepada prinsip-prinsip
pembahasan
e.Berorientasi atau berpusat pada siswa.
f.Informasi dapat diatur atau ditata ulang oleh pemakai
b. Media hasil teknologi audio visual
Teknologi audi-visual cara menyampaikan materi dengan
menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan
audio-visual penyajian pengajaran secara audio-visual jelas bercirikan
pemakaian perangkat keras selama proses pembelajaran, seperti , mesin proyektor
film, tape rekorder, proyektor visual yang lebar.
Karakteristik
a.Bersifat linear
b.Menyajikan visual yang dinamis
c.Digunakan dengan cara yang telah ditentukan sebelumnya oleh
perancang
d.Merupakan representasi fisik dari gagasan real atau abstrak
e.Dikembangkan menurut prinsip psikologis behafiorisme dan
kognitif
f.Berorientasi pada guru
c. Media hasil teknologi yang
berdasarkan computer
Teknologi berbasis computer merupakan cara menghasilkan atau
menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-suber yang berbasis
micro-prosesor. Berbagai aplikasi teknologi berbasiskomputer dalam pembelajaran
umumnya dikenal sebagai computer assisted instruction. Aplikasi tersebut
apabila dilihat dari cara penyajiandan tujuan yang ingin dicapai melipiti
tutorial,penyajian materi secara bertahap, drills end practice latihan untuk
membantu siswa menguasai materi yang telah dipelajari sebelumnya, permainan dan
simulasi(latihanuntukmengaplikaskan pengetahuan dan keterampilan yang baru
dipelajari dari, dan basis data(sumber yang dapat membantu siswa menambah
informasi dan penegtahuan sesuai dengan keinginan masing-masing ).
Karakteristik
a.Dapat digunakan secara acak, non-sekuensial atau secara
linear
b.Dapat digunakan sesuai keinginan siswa atau perancang
c.gagasan disajikan dalam gaya abstrak dengan simbol dan
grafik
d.Prinsip-prinsip ilmu kognitif untuk mengembangkan media ini
e.Beroriatasi pada siswa dan melibatkan interaktifitas siswa
yang tinggi
d. Media hasil gabungan teknologi cetal
dan teknologi computer
Teknologi gabungan adalah cara unntukmenghasilkan dan
menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang
dikendalikan komputer. Komputer yang memiliki kemampuan yang hebat seperti
jumlah random akses memori yang besar, hard disk yang besar, dan monitor yang
beresolusi tinggi ditambah dengan pararel(alat-alat tambahan), seperti: vidio
disk player, perangkat keras untuk bergabung dalam suatu jaringan dan sistem
audio.
Karakteristik
a.Dapat digunkan secara acak, sekuensial, linear
b.Dapat digunakan sesuai keinginan siswa, bukan saja dengan
direncanakan dan diinginkan oleh perancangnya
c.Gagasan disajikan secara realistik sesuai dengan pengalaman
siswa, menurut apa yang relefan dengan siswa dan dibawah pengendalian siswa
d.Prinsip ilmu kognitif dan konstruktifisme ditetapkan
dalampengembangan dan penggunaanpelajaran
e.Pembelajaran ditata dan terpusat pada lingkup kognitif
sehingga pengetahuan dikuasai jika pengetahuan itu digunakan
f.Bahan-bahan pelajaran melibatkan interaktif siswa
g.Bahan-bahan pelajaran memadukan kata dan visual dari
berbagai sumber
Selain pembagian itu ada lagi pembagian media pembelajaran menurut jenis,
daya liput, dan bahannya.
Dilihat dari jenisnya
media terbagi menjadi:
a. Media auditif
Media yang hanyamengandalkan suara saja seperi radio,kaset
rekoorder, peringan hitam.media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai
kelainan pendengaran
b. Media visual
Media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media ini
ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip, slides, foto, gambar atau
lukisan, dan cetakan. Ada pula yang menampilkan gambar atau simbol yang
bergerak seperti film bisu, dan film kartun.
c. Media audio visual
Media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media
ini mempunya kemampuan yang lebih baik karena meliputi kedua jenis media yang
pertama dan kedua.
6.
Kelebihan dan kekurangan media
pembelajaran
Meskipun dalam penggunaannya jenis-jenis teknologi dan media sangat
dibutuhkan guru dan siswa dalam membantu kegiatan pembelajaran, namun secar`umu
terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dalam penggunaannya. Diantara
kelebihan atau kegunaan media pembelajaran yaitu:
a. Memperjelas penyajian pesanagar tidak
terlalu bersifat verbalistis( dalam bentuk kata-kata, tertulis atau lisan
belaka).
b. Mengatasi perbatasan ruang, waktu dan
daya indera, seperti:
·
Objek
yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, filmbingkai, film atau
model
·
Obyek
yang kecil dibantu dengan proyektor micro, film bingkai, film atau gambar
·
Gerak
yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan tame lapse atau
high speed photografi
·
Kejadian
atau peristiwa yang terjadi masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman
film,video, film bingkai, foto maupun secara verbal
·
Obyek
yang terlalu kompleks (mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dll
·
Konsep
yang terlalu luas (gunung ber api, gempa bumi, iklim dll) dapat di visualkan
dalam bentuk film,film bingkai, gambar,dll.
c. Dengan menggunakan media pendidikan
secara tepat dan bervariasi sifat pasif anak didik dapat diatasi. Dalam hal ini
media pembelajaran berguna untuk:
·
Menimbulkan
kegairahan belajar
·
Memungkinkan
interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan
·
Memungkinkan
anak didik belajar sendiri-sendiri sesuai kemampuan dan minat masing-masing.
d. Dengan sifat yang unik pada tiapsiswa
ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan
kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa,maka guru
akan mengalami kesulitan. Semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila
latar belakang guru dan siswa juga berbeda. Masalah ini juga bisa diatasi
dengan media yang berbeda dengan kemempuan dalam:
·
Memberikan
perangsang yang sama
·
Mempersamakan
pengalaman
·
Menimbulkan
persepsi yang sama.
Ada beberapa kelemahan
sehubungan dengan gerakan pengajaran visual anatar lain terlalu menekankan
bahan-bahan visualnya sendiri dengan tidak menghirukan kegiatan-kegiatan lain
yang berhubungan dengan desain,pengembangan,produksi, evaluasi, dan pengelolaan
bahan-bahan visual. Disamping itu juga bahan visual dipandang sebagai alat
bantu semata bagi guru dalam proses pembelajaran sehingga keterpaduan antara
bahan pelajaran dan alat bantu tersebut diabaikan.
kelemahan audio
visual:terlalu menekankan pada penguasaan materi dari pada proses
pengembangannya dan tetap memandang materi audio visual sebagai alat Bantu guru
dalam proses pembelajaran.
7.
Pentingnya penggunaan media
Mengajar dapat dipandang sebagai usaha yang dilakukan
guru agar siswa belajar. Sedangkan, yang dimaksud dengan belajar itu sendiri
adalah proses prubahan tingkah laku melalui pengalaman. Pengalaman itu dapat
berupa pengalaman langsung dan penglaaman tidak langsung. Pengalaman langsung
adalah pengalaman yang diperoleh melalui aktivitas sendiri pada situasi yang
sebernarnya. Contohnya, agar siswa belajar bagaimana mengoperasikan computer,
maka guru menyediakan computer untuk digunakan oleh siswa; agar siswa memiliki
ketarampilan mengendarai kendaraan, maka secara langsung guru membimbing siswamenggunakan
kendaraan yang sebenarnya; demikan juga memberikan pengalaman bermain gitar,
mengetik, menjahit, dan lain sebagainya, atau mungkin juga pengalaman langsung
untuk mempelajari objek atau bahan yang pengalamanlangsung untuk mempelajari
objek atau bahan yang dipelajari, contohnya pengalaman langsung melihat dan
mempelajari Candi Borobudur, penglaman langsung melihat kerbau di sawah,
dilandasan, atau pengalaman langsung mempelajari benda-benda elektronik, dan
lain sebagainya.
Pengalaman langsung semacam itu tentu saja merupakan
proses belajar yang sangat bermanfaat, sebab dengan mengalami secara langsung
kemungkinan kesalahan persepsi akan dapat dihindari. Namun demikian, pada
kenyataannya tidak semua ahan pelajaran dapat disajikan secara langsung. Untuk
mempelajari bagaiman kehidupan makhluk hidup di dasar lautan, atau membelah
dada manusia hanya untuk mempelajari cara kerja organ tubuh manusia, seperti
cara kerja jantung ketika memompakan darah. Untuk memebrikan pengalaman belajar
semacam itu, guru memerlukan alat Bantu seperti film atau foto-fto dan lain
sebagainya. Demikian juga untuk mempunyai keterampilan memberdah atau melakukan
operasi pada manusia, pertama kali tidak perlu melakukan pembedahan langsung,
akan tetapi dapat menggunakan benda semacam boneka yang mirip dengan manusia.
Atau untuk memperoleh keterampilan mengemudikan pesawat ruang angkasa, dalam
proses pembelajarannya dapat melakukan simulasi terlebih dahulu dengan pesawat
yang mirip dan memiliki karakteristik yang sama.alat yand dapat membantu proses
belajar ini yang dimaksud dengan media atau alat peraga pembelajaran.
Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan
pengalaman belajar bagi siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut
yang kemudian dinamakan kerucut penglaaman (cone of experience). Kerucut
pengalaman Edgar Dale ini pada saat ini dianut secara luas untuk menentukan
alat bantu atau media apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar
secara mudah.
Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu
memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui
proses erbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati
dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahawa.
Semakin konkret siswa mempelajari ahan pengajaran, contohnya me3lalui penglaman
langsung, maka semakin banyaklah pengalaman yang diperoleh siswa. Sebaliknya,
semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya hanya mengandalkan
bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan diperoleh siswa.
1.
Prinsip-Prinsip Pemilihan Media
- Menentukan jenis media dengan tepat, artinya sebaiknya guru memilih terlebih dahulu media apakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang diajarkan.
- Menetapkan atau mempertimbangkan subjek dengan tepat, artinya penggunaan media disesuaikan dengan tingkat kematangan/ kemampuan siswa.
- Menyajikan media dengan tepat, artinya teknik dan metode penggunaan media dalam pengajaran harus sesuai dengan tujuan, bahan, metode, waktu dan sarana.
- Menenpatkan atau memperhatikan media pada wakt, tempat dan situasi yang tepat.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
pemilihan media pembelajara.
- Objektifitas. Media dipilih bukan atas kesenangan atau kebutuhan guru, melainkan keperluar system belajar. Diperlukan adanya masukan dari siswa.
- Program pengajaran. Program pengajaran yang akan disampaikan kepada anak didik harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
- Sasaran program, pemilihan media harus dilihat kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan anak didik, baik dari segi bahasa, symbol-simbol yang digunakan, cara dan ketepatan penyajian maupun waktu penggunaanya.
- Situasi dan kondisi, yakni situasi dan kondisi sekolah atau tempat dan ruangan yang akan dipergunakan.
- Kualitas teknik, barang kali ada rekaman atau gambar-gambar dan alat-alat lainnya perlu penyempurnaan sebelum digunakan.
3.
Kriteria Pemilihan media pembelajaran
- Ketepatan dengan tujuan pengajaran, artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan istruksional, biasanya berisikan unsure-unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, biasanya lebih mungkin menggunakan media pengajaran.
- Dukungan terhadap isi bahan pengajaran, artinya bahan pengajaran yang bersifat fakta, prinsip, konsep yang sangat memerlukan bantuna media agar lebih mudah dipahami siswa.
- Kemudaan memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru tanpa biaya yang mahal, disamping sederhana dan praktis penggunaannya.
- Keterampila guru dalam menggunakan apapun media jenis media yang digunakan apapun jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran.
- Sesuai dengan taraf berfikir siswa. Memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa.
4.
Langkah-langkah mempergunakan media
pembelajaran
- Merumuskan langkah pengajaran dengan memanfaatkan media
- Persiapan guru dengan cara memilih dan menetapkan media mana yang ada digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran
- Persipan kelas, anak dan kelas sipersiapkan sebelum pelajaran dengan media yang digunakan.
- Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media. Media diperankan guru untuk membantu tugasnya menjelaskan bahan pelajaran.
- Langkah-langkah belajar siswa. Media dimanfaatkan oleh siswa sendiri atau oleh guru, baik dikelas atau diluar kelas.
- Langkah evaluasi pempelajaran. Sampai sejauh mana tujuan pengajaran tercapai, sekaligus dapat dinilai sejauh mana media yang digunakan dapat menunjang keberhasialan belajar.
5.
Media Audio
Media audio. Hakekat dari
jenis-jenis media dalam kelompok ini adalah berupa pesan yang disampaikan atau
dituangkan kedalam simbul-simbul auditif (verbal dan/atau non-verbal), yang
melibatkan rangsangan indera pendengaran. Secara umum media audio memiliki
karakteristik atau ciri sebagai berikut: mampu mengatasi keterbatasan ruang dan
waktu (mudah dipindahkan dan jangkauannya luas), pesan/program dapat direkam
dan diputar kembali sesukanya, dapat mengembangkan daya imajinasi dan
merangsang partisipasi aktif pendengarnya, dapat mengatasi masalah kekurangan
guru, sifat komunikasinya hanya satu arah, sangat sesuai untuk pengajaran musik
dan bahasa, dan pesan/informasi atau program terikat dengan jadwal siaran (pada
jenis media radio). Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja,
atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio atau media yag hanya
memiliki unsure suara, seperti radio dan reakaman suara.
6.
Jenis Media Audio
Media audio adalah jenis media yang berhubungan dengan
indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang
uaditif. Beberapa jenis media yang dapat digolongkan ke dalam media audio
adalah sebagai berikut:
a. Radio
Media ini dapat merangsang partisipasi aktif dari pendengar. Siaran
radio sangat cocok untuk mengajarkan musik dan bahasa. Bahkan radio juga dapat
digunakan sebagai pemberi petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan oleh guru
atau siswa dalam pembelajaran.
b. Alat perekam magnetik
Alat perekam magnetik atau tape recorder adalah salah satu media
yang memiliki peranan yang sangat penting dalam penyampaian keakuratan sebuah
informasi. Melalui media ini kita dapat merekam audio, mengulangnya dan
menghapusnya. Selain itu pita rekaman dapat diputar berulang-ulang tanpa mempengaruhi
volume, sehingga dapat menimbulkan berbagai kegiatan diskusi atau dramatisasi.
Baik Audio maupun Radio dua-duanya merupakan media
pembelajaran yang berbasis suara atau bunyi. Audio berasal dari kata audible,
yang artinya suara yang dapat didengarkan secara wajar oleh telinga manusia.
Kemampuan mendengar telinga manusia berada pada daerah frekuensi antara 20
sampai dengan 20.000 Hertz. Di luar itu, manusia tidak mampu lagi
mendengarkannya. Ketika temannya menyanyi dan membaca puisi, mereka bisa
mendengarkannya dengan baik, karena frekuensi suara yang dikeluarkan oleh kedua
temannya tersebut masih berada pada daerah frekuensi antara 20 hingga 20.000
hertz. Sebailknya ketika melihat sekawanan semut yang sedang berjalan mereka
tidak mendengarkan apa-apa, padahal sebenarnya gerakan semut tersebut juga mengeluarkan
bunyi, hanya saja frekuensi bunyi yang dikeluarkannya di bawah 20 hertz,
sehingga telinga kita tidak mampu mendengarkannya. Demikian pula ketika diminta
untuk mendengarkan bunyi gerakan evolusi maupun revolusi bumi, telinga kita
juga tidak mampu mendengarkannya, hal ini karena frekuensi suara yang
dikeluarkannya melebihi 20.000 hertz, sehingga kita tidak mampu untuk menangkap
bunyi dari gerakan bumi yang kita tempati ini. Kaitannya Audio sebagai media
pembelajaran, maka suara-suara ataupun bunyi direkam dengan menggunakan alat
perekam suara, kemudian diperdengarkan kembali kepada peserta didik dengan
menggunakan sebuah alat pemutar. Jika suara/bunyi tadi diperdengarkan ke
peserta didik melalui stasiun pemancar Radio, maka disebut media tersebut
dikatakan sebagai Radio.
Ada beberapa manfaat yang akan diperoleh jika guru
memanfaatkan media audioataupun radio sebagai media pembelajaran. Tugas guru
akan jauh menjadi lebih ringan jika dibandingkan dengan jika tanpa dibantu oleh
media ini.
Sebagai ilustrasi : betapa beratnya
seorang guru sejarah yang harus ngomong (berceritera) dari pagi sampai siang
untuk menyampaikan materi pembelajaran sejarah kepada siswa-siswanya. Karena
yang namanya sejarah mau tidak mau , senang atau tidak senang guru harus ngomong
untuk untuk menyampaikan substansi materi tersebut. Di pagi hari ketika kondisi
guru masih fresh, tentu ia akan dapat menyampaikannya dengan maksimal (bagus),
tetapi semakin siang kondisinya tentu semakin menurun sehingga penyampaian
materi pembelajaran menjadi tidak maksimal lagi. Hal serupa akan dialami oleh
guru-guru bidang studi lainnya seperti guru Bahasa, Guru menyanyi/Seni musik,
Guru Sosiologi, Guru PPKn, Guru yang ingin mengajarkan materi tentang aneka
suara binatang, suara halilintar, suara gunung meletus dan lain-lain.
Permasalahan tersebut akan teratasi jika guru dibantu dengan media audio atau
radio. Media ini sangat cocok untuk menyampaikan materi-materi pembelajaran
yang erat kaitannya dengan masalah ceritera dan bunyi. Selain itu media ini
juga sangat cocok untuk mengembangkan daya imaginasi peserta didik.
Beberapa materi
pembelajaran yang cocok untuk disampaikan melalui media audio/radio antara
lain: Sejarah, PPKn, Sosiologi, Musik, Aneka suara binatang, Ceritera dan
lain-lain. Untuk pelajaran keterampilan otomotif ia sangat cocok untuk
menyajikan materi yang berhubungan dengan suara mesin yang bagus dan suara
mesin yang mengalami kerusakan.. Ia juga juga sangat cocok/membantu guru dalam
menyajikan materi pembelajaran Bahasa, baik bahasa Indonesia, bahasa daerah
maupun bahasa asing.
Ada beberapa kelebihan
media radio antara lain daya jangkaunya yang begitu luas hingga mampu menembus
seluruh pelosok tanah air. Begitu dipancarkan, maka dalam waktu yang bersamaan
beribu-ribu bahkan berjuta-juta peserta didik dapat memanfaatkannyra sebagai
sumber belajar. Tidak seperti televisi, gelombang radio tmampu mengatasi
hambatan yang berupa gunung, pepohonan maupun tembok bangunan. Meskipun
terhalang gunung, tembok atau pepohonan jenis gelombang radio tertentu dapat
menembusnya, sehingga siaran radio dapat dinikmati oleh peserta didik yang
tinggal di pelosok-pelosok sekalipun. Harganya relatif murah sehingga pesawat
radio telah dimiliki oleh hampir setiap keluarga di Indonesia. Jika di suatu
daerah tidak ada saluran listrik, maka ia bisa diopersikan dengan batteray yang
harganya relatif terjangkau dan mudah didapat. Karena sifatnya yang
komunikatif, maka jika didengarkan sendirian siaran radio laksana bisa menjadi
teman. Namun demikian perlu diingat bahwa media radio merupakan media searah
yang mana bila ada hal-hal yang kurang jelas, maka peserta didik tidak bisa
bertanya, berdialog ataupun berdiskusi dengan pendidiknya. Padahal dalam
kegiatan pembelajaran proses komunikasi harus berlangsung dua arah. Oleh karena
itu untuk mengatasi kelemahan ini, secara pereodik harus diprogramkan adanya
acara siaran jumpa pendidik dengan peserta didiknya. Acara ini bisa dilakukan
melalui acara siaran jumpa pendidik dan peserta didik, melalui telefon, e-mail,
SMS, surat menyurat atau bisa juga melalui jumpa langsung dengan pendidik di
tempat-tempat yang telah ditentukan guna mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang
ditemui dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan melalui siaran.
Pada uraian sebelumnya
telah dikemukakan tentang manfaat (sisi positif) dari media audio, namun ia
juga merupakan media pembelajaran yang sifatnya searah namun demikian jika ada
sesuatu yang kurang jelas peserta didik dapat memutar nya kembali
berulang-ulang di mana saja dan kapan saja, sampai akhirnya peserta didik dapat
memperoleh kejelasan tentang materi yang sedang mereka pelajari
Untuk mengatasi kelemahan ini maka
perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Materi yang ada di progam audio
maupun radio hendaknya mampu memotivasi agar peserta didik tertarik untuk
mendengarkannya sampai selesai. Sehubungan dengan hal ini unsur menghbur perlu
diperhatikan tentunya, agar peserta didik tidak bosan dan senang
mendengarkannya sampai program selesai.
b. Adanya jadwal atau acara tatap muka.
yaitu perttemuan antara pendidik denganpeserta didiknya guna mendiskusikan
berbagai kesulitan yang ditemui dalam mempelajari materi pembelajaran yang
dikemas dalam media audio.
Berbagai jenis alat penyimpanan file
audio antara lain piringan hitam, kaset, CD, DVD, Audio Digital (MP3, WAV), dan
lain-lain.
a. Piringan Hitam (PH).
Alat penyimpan file audio (modern)
yang pertama ditemukan adalah Piringan Hitam. Ia memiliki pena bergetar yang
berfungsi untuk menghasilkan bunyi/suara dari sebuah disc. Alat yang diperlukan
untuk memutar piringan hitam adalah Gramophone.
b. Kaset
Kaset, adalah alat penyimpan file
audio yang berbentuk pita kaset. Setiap pita kaset mampu menyimpan file audio
yang berdurasi sekitar 1jam di setiap sisinya. Kualitas suaranya cukup baik.
Penurunan kualitasnnsuara dapat terjadi jika pita kaset rusak, jamuran, kotor
dan lain-lain. Alat untuk memutar kaset bisa berupa radio tape, tape deck atau
bisa juga diputar dengan menggunakan walkman.
c. CD dan DVD
CD atau Compact Disc dan juga DVD atau
Digital Compact Disc adalah sebuah media penyimpanan file audio yang dibuat
untuk merampingkan sistem penyimpanannya. Selain ramping, keduanya memiliki
kemampuan menyimpan file yang lebih banyak jika dibandingkan dengan kaset. Kualitas
suara yang dihasilkan juga lebih bagus. Kualitas suara akan menurun atau bahkan
hilang jika permukaan disc tergores, kotor, berjamur atau mengalami kerusakan
lainnya. Alat yang diperlukan untuk memutar CD atau DVD audio adalah CD player
dan atau DVD Player.
d. (MP3)
MP3 merupakan salah satu bentuk
(format) penyimpanan file audio digital yang paling popular . Disamping ukuran
filenya yang lebih kecil, MP3 juga memberikan kualitas suara yang lebih bagus
jika dibandingkan dengan CD audio. Alat untuk memutar MP3 adalah MP3 player.
Selain itu MP3 juga bisa diputar dengan iPod. iPod adalah salah satu merk dari
serangkaian alat pemutar media digital yang dirancang, dikembangkan dan
dipasarkan oleh Apple Computer.
e. Audio Digital (WAV)
WAV atau Waveform audio format,
merupakan salah satu format penyimpanan file audio yang dirancang dan
dikembangkan oleh Microsoft dan IBM. Perangkat yang diperlukan untuk memutar
WAV salah satunya adalah iPod.. Selain alat pemutar yang dikeluarkan oleh Aplle
Computer dengan merk iPod. Microsoft juga mengeluarkan produk sejenis yang bias
digunakan untuk memutar WAV maupun MP3, dengan merk Zune.
f. Radio dan Audio Streaming
Seiring dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) yang berbasis radio,
disamping siaran radio yang sifatnya konvensional seperti yang selama ini kita
kenal dan kita dengarkan sehari-hari, kini berkembang radio maupun audio
streaming. Kalau dalam radio konvensional materi pembelajaran dipancarkan
melalui stasiun pemancar radio dan kita tangkap
dengan menggunakan pesawat radio, maka
dalam radio streaming materi pembelajaran ditembakkan ke dunia maya (internet).
Melalui internet inilah materi pembelajaran dipancarkan ke seluruh belahan
dunia. Melalui radiomstreaming kita dapat mendengarkan materi siaran secara
langsung (live) dengan mengaksesnya via internet. Untuk menangkap materi siaran
radio streaming diperlukan peralatan Komputer. Selain melalui komputer Siaran Radio
Streaming juga dapat diikuti dengan menggunakan Handphone (HP) dan radio
satelit.
Disamping radio streaming
juga berkembang audio streaming. Audio streaming Prinsipnya sama dengan radio
streaming. Dalam audio streaming materi pembelajaran disimpan di dunia maya
(internet). Alat untuk memutar file audio streaming adalah Komputer atau
Handphone atau Radio Satelit. Melalui audio streaming, peserta didik dapat
memutar file secara langsung dan mendengarkannya tanpa harus mendownloadnya
terlebih dahulu.Macam-macam audio streaming ini misalnya Winamp, Real Audio dan
Liquid Radio (http://www.total.or.id/infophp?kk=audo streaming) Para operator
telefon selular biasanya juga memberikan layanan audio streaming pada
pelanggannya. Dengan mengirimkan SMS ke nomor tertentu, maka para pelanggan
akan memperoleh layanan audio streaming, meski kebanyakan pelanggan
memanfaatkannya masih sebatas untuk mendengarkan lagu-lagu.
Daftar
Pustaka
Arsyad,
Azhar. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Brown, H. D. (2001). Teaching
by Principles: An Interactive Approach to Language Teachers. Cambridge:
Cambridge University Press.
Coles, Robert. (2000). Menumbuhkan
Kecerdasan Moral pada Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Gall,
Meredith D., Joyce P. Gall. & Walter
Borg, (2003). Educational Research: An Introduction. Boston: allyn and
Bacon.
Ikhsan, Muhammad. (2006). Prinsip Pengembangan Media Pendidikan. Diakses
dari http://www.muhammadikhsan.multiply.com pada tanggal 24 Mei
2008.
Robert,
Heinich & Molenda. (1999). Instructional Technology and Media for
Learning., New Jersey: Pearson
Education,Inc.
No comments:
Post a Comment