Sunday, June 12, 2016

PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK MELALUI PENDIDIKAN AGAMA



PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK MELALUI PENDIDIKAN AGAMA
(LANDASAN RELIGI PENDIDIKAN)

Bella Amanda Ardanita dan Roby Firmandil Diharjo
Universitas Negeri Malang
Program Pascasarjana
E-mail: bellaamandaardanita@gmail.com, robyfirmandildiharjo@gmail.com

PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini pendidikan karakter menjadi isu penting yang hangat dibicarakan di dunia pendidikan. Hal tersebut berkaitan dengan sistem pendidikan yang dianggap gagal. Banyak sekali penyimpangan-penyimpangan moral yang terjadi ditengah-tengah masyarakat yang semakin meningkat dan beragam bentuknya. Penyimpangan-penyimpangan moral tersebut anatar lain adalah kriminalitas, ketidakadilan, korupsi, kekerasan, pelanggaran HAM dalan lain sebagainya. Berbagai macam tindakan penyimpangan moral tersebut dapat menunjukkan suatu bukti bahwa terjadi krisis moral dan karakteristik pada bangsa Indonesia.
Moral, budi pekerti luhur, kesantunan, dan keagamaan yang dijunjung tinggi dan menjadi budaya bangsa Indonesia kini semakin hilang seiring dengan perkembangan zaman. Kondisi tersebut jika terus dibiarkan maka akan merusak generasi penerus bangsa. Seperti yang kita ketahui bahwa kemajuan suatu bangsa akan didukung oleh generasi penerus yang memiliki jati diri yang baik, serta moral dan budi pekerti yang luhur. Berdasarkan hal itu, diperlukan suatu upaya dari pemerintah untuk dapat meminimalisisr kerusakan jati diri dan moral generasi suatu bangsa, sehingga krisis moral tersebut dapat diminimalisir.
Pendidikan karakter merupakan suatu jawaban yang tepat untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terkait kerusakan moral dan jati diri suatu bangsa. Pendidikan karakter mulai didapatkan anak sejak berada di bangku sekolah. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan karakter tersebut diharapkan dapat menjadi wadah yang mampu mewujudkan misi dari pendidikan karakter tersebut. Selain itu dalam laporan tahunan Character Education Partnership disebutkan bahwa pendidikan karakter bagi sekolah bukan lagi sebagai suatu opsi, tetapi suatu keharusan yang tak terhindarkan (Anwar, 2014:110).
Salah satu upaya alternatif yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah adalah melalui pengoptimalan pembelajaran materi pendidikan agama. Agama yang dimaksud berdasarkan 5 agama yang dianut di Indonesia, yaitu agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha. Agama sebagai kepercayaan dalam masing-masing individu anak merupakan suatu landasan atau dasar individu anak dalam melakukan segala tindakannya. Pada setiap agama pasti akan memiliki perintah dan larangan yang wajib untuk dilaksanakan dan dihindari, sebab melalui agama seseorang berpegang teguh dengan apa yang menjadi kepercayaannya.
Peran pendidikan agama sangatlah strategis dalam mewujudkan pembentukan karakter siswa. Pendidikan agama merupakan bagian dari sarana transformasi pengetahuan dalam aspek keagamaan (aspek kognitif), sebagai sarana transformasi norma serta nilai moral untuk membenuk sikap (aspek afektif), yang berperan dalam mengendalikan perilaku (aspek psikomotorik) sehingga tercipta kepribadian manusia seutuhnya (Ainiyah, 2013: 25-38). Setiap anak memiliki pondasi kepercayaan agama yang kuat dalam hati nuraninya. Kepercayaan yang tertanam itu yang antinya akan membangun kesadaran anak dalam membentuk karakter pribadi dalam dirinya.
Melalui pendidikan agama diharapkan mampu untuk mengahasilakn karakter kepribadian anak yang baik. Kepribadian anak yang baik tersebut dapat terlihat dengan upayanya dalam menyempurnakan iman, takwa, dan berakhlak mulia. Akhlak mulia tersebut antara lain mencakup etika, budi pekerti, ataumoral sebagi perwujudan dari pendidikan. Anak yang memiliki karakter kepribadian yang baik dan luhur diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan dan perubahan yang muncul dalam perkembangan era global saat ini.

PENDIDIKAN KARAKTER
Karakter merupakan suatu sifat atau watak yang tertanam pada diri manusia dan berkembang serta tumbuh seiring dengan proses kejiwaannya. Karakter yang dimiliki manusia tidak didapatkan langsung sejak dia dalam kandungan, namun karakter itu berkembang secara bertahap dalam dirinya. Karakter manusia dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi kejiwaan yang dipengaruhi oleh eksternal manusia. Menurut Suyanto (2010), karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara (Wibowo, 2012:33).
Masing-masing anak mempunyai karakter yang berbeda satu dengan yang lainnya. Karakter yang dimiliki seorang anak ada yang bersifat positif (baik) dan bersifat negatif (buruk). Anak yang memiliki karakter yang baik adalah anak yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia ambil (Wibowo, 2012:33), begitu pula sebaliknya. Dilihat dari karakter yang berbeda-beda dari setiap anak dan mudah berubahnya karakter yang dimilikinya, maka diperlukan suatu pendidikan yang dapat membuat karakter positif (baik) pada anak tetap melekat pada jati dirinya. Penanaman karakter tersebutyang dapat diberikan melalui pendidikan karakter.
Pendidikan sebagai wadah dalam mendidik anak, tidak hanya diwujudkan dalam memberikan ilmu pengetahuan secara formal saja, namun juga diimbangi dengan penanaman nilai moral dan akhlak yang baik dalam jiwa serta jati diri anak. Penanaman nilai moral dan akhlak tersebut dapat diberikan melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan wadah dalam membimbing dan mendidik anak dalam segi sikap dan perilaku yang baik pada proses perkembangan jiwa seorang anak. Menurut Foerster, pendidikan karakter merupakan aspek terpenting yang harus mampu mendorong anak didik melakukan pendakian terjal (the ascent of man) (Wibowo, 2012:26).
Pendidikan karakter bukanlah sebuah materi yang hanya bisa dicatat dan dihafalkan serta tidak dapat dievaluasi dalam jangka waktu yang pendek. Pendidikan karakter merupakan sebuah pembelajaran yang teraplikasi dalam semua kegiatan anak. Kegiatan anak yang mengandung aspek pendidikan karakter bida didapatkan baik di sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan rumah. Pendidikan karakter tersebut terjadi melalui proses pembiasaan, keteladanan, dan dilakukan secara berkesinambungan (Ainiyah, 2013:25-38). Hal tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan pendidikan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab atau kewajiban dari anak yang bersangkutan, melainkan menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah, masyarakat, dan orang tua.
Evaluasi dari keberhasilan pendidikan karakter tidak didapat dengan melalui tes atau ujian atau skor. Keberhasilan pendidikan karakter ini dapat dilihat melalui terbentuknya anak atau peserta didik yang berkarakter yaitu, berakhlak, berbudaya, santun, religius, kreatif, inovatif, yang diwujudkan dalam kehidupan sepanjang hayatnya (Ainiyah, 2013:25-38).  Karakter yang tertanam pada jiwa seorang anak, akan menjadikan anak tersebut memiliki karakter positif yang kuat dalam dirinya. Oleh karena itu, keberhasilan dari penanaman pendidikan karakter pada anak, tidak dapat dievaluasi dengan alat, melainkan hanya dapat dilihat sepanjang proses perkembangan anak tersebut, khususnya dalam hal sikap dan perilaku yang tampak dalam dirinya.
Pentingnya membangun karakter pada anak, bukan hanya dapat memberikan nilai moral untuk masa depannya. Penanaman karakter tersebut juga sebagai bekal dalam bertahan dan menghaadapi segala hal yang berkaitan dengan kehidupan seorang naka kelak. Seorang anak akan menjadi generasi penerus bangsa yang tidak hanya unggul dalam hal ilmu pengetahuan, namun juga memiliki iman dan ketakwaan yang kuat terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan karakter menjadi salah satu akses yang tepat dalam melaksanakan character building bagi generasi muda (Ainiyah, 2013:25-38).

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH
Pendidikan informal sebenarnya memiliki peran dan kontribusi yang yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan seorang anak, khususnya dalam hal pendidikan karakter. Hal tersebut dilihat dari survey yang dilakukan Kemendiknas (2010), diketahui bahwa rata-rata anak didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%, selebihnya 70 % anak didik berada di lingkungan kelurga dan sekitarnya (Wibowo, 2012:52). Pada kenyataannya, selama ini pendidikan informal  terutama di lingkungan keluarga masih belum efektif. Itu semua dapat dikatakan bahwa keluarga belum memiliki kontribusi yang berarti dalam memberikan pendidikan karakter pada anak. Oleh karena itu diperlukan penanaman pendidikan karakter secara formal di sekolah.
Penanaman pendidikan karakter di sekolah merupakan upaya sekolah dalam rangka membentuk karakter siswa. Terkait dengan pembentukan karakter di sekolah, penananaman karakter ini diperlihatkan dalam visi misi sekolah yang bersangkutan. Sebenarnya pembentukan atau penanaman karakter pada anak ini dilakukan oleh semua sekolah, karena memang hal tersebut masuk kaitannya dengan pendidikan yang didapatkan disana. Pendidikan karakter diselenggarakan untuk mewujudkan manusia yang berakhlak mulia dan bermoral baik sehingga kelangsungan hidup dan perkembangan manusia dapat dijaga dan dipelihara (Maksudin, 2013:58).
Penanaman pendidikan karakter di sekolah merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan terkait dengan pendidikan karakter yang didapat oleh anak. Usaha alternatif yang dimaksud itu adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah (Wibowo, 2012:53). Waktu belajar anak di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar, terutama pendidikan karakter dapat sesuai dengan tujuan pendidikan yang dicapai. Hal tersebut sangat penting karena mengingat anak adalah generasi penerus bangsayang akan menentukan karakter bangsa di kemudian hari.
Penanaman nilai-nilai moral dan akhlak pada anak dilakukan dengan leluasa. Maksud dari keleluasaan tersebut adalah penanaman karakter pada anak dilakukan tidak hanya pada saat anak berada di dalam kelas akan tetapi juga di luar kelas. Karakter yang didapatkan siswa akan menjadi penanaman jati diri yang berkembang dalam proses kehidupannya, sebab anak tidak dibatasi dalam menanamkan pendidikan karakter tersebut. Karakter anak didik akan terbentuk dengan baik, jika dalam proses tumbuh kembang mereka mendapatkan cukup ruang untuk mengekspresikan diri secara leluasa (Wibowo, 2012:53).
Tidak semua lingkungan keluarga memberikan pendidikankarakter yang utuh pada anak. Seringkali kadang anak malah tidak mendapatkan pendidikan karakter di lungan keluarganya. Ini menunjukkan bahwa memang dibutuhkan sekali penanaman pendidikan karakter di sekolah, sehingga jika anak tidak mendapatkan pendidikan karakter di lingkungan keluarganya, maka anak masih bisa mendapatkan pendidikan karakter itu di  sekolah.Menurut Bennet (1991), sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan karakter anak didik (Wibowo, 2012:54). Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan sebagai wadah utama anak untuk mendapatkan penanaman pendidikan karakter yang memiliki mutu  dan kualitas pendidikan karakter yang sebenarnya.

PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN AGAMA
Salah satu tujuan dari kurikulum 2013 adalah melakukan pencapaian terintegrasinya pendidikan karakter dalam mata pelajaran di sekolah. Pendidikan karakter tersebut bertujuan untuk menjadikan anak tidak hanya pandai dalam hal ilmu pengetahuan tapi juga memili budi pekerti yang luhur dan akhlak yang mulia. Hal tersebut telah tertuang dalam standar ketercapaian keberhasilan pelaksaan kurikulum 2013 yang sekarang tengah berlangsung. Pencapaian keberhasilan pembentukan karakter yang terselip dalam mata pelajaran tidak lepas dari peran guru yang harus terampil dalam menanamkan karakter pada setiap materi yang disampaikan.
Salah upaya dalam menanamkan karakter pada anak adalah melalui pengintegrasian mata pelajaran di sekolah. Melalui diselipkannya pendidikan karakter pada setiap mata pelajaran yang diajarkan, anak akan menjadi terbiasa pada setiap karakter yang ditanamkan. Seiring dengan berjalannya waktu proses penanaman tersebut akan cepat melekat pada jati diri siswa, sehingga kemungkinan keberhasilan dalam pencapaian penananaman pendidikan karakter dapat optimal.
Pendidikan agama merupakan salah satu mata pelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan akhlak mulia serta nilai-nilai spiritual dalam diri anak. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan agama mempunyai peranan yang penting dalam melaksanakan pendidikan karakter disekolah. Oleh karena itu pendidikan agama menjadi salah satu mata pelajaran wajib baik dari  sekolah dasar, menengah dan perguruan tinggi. Berdasarkan hal tersebut, sekolah harus mampu menyelenggarakan pendidikan agama secara optimal dengan cara mengaplikasikan nilai-nilai agama dalam lingkungan sekolah yang dilakukan oleh seluruh guru dan peserta didik secara bersama-sama serta berkesinambungan.
Hendaknya jika diketahui bahwa pendidikan agama dapat berperan dalam membentuk pendidikan karakter anak. Sekolah setidaknya mampu menyusun kurikulum yang dapat menerapkan nilai-nilai yang tercermin dalam pendidikana agama. Pada dasarnya pendidikan agama menitikberatkan pada penanaman  sikap dan kepribadian berlandaskan ajaran agama dalam seluruh kehidupan siswa nantinya (Ainiyah, 2012:25-38). Penanaman nilai-nilai agama setidaknya tercantum dalam keseluruhan mata pelajaran dan menjadi tanggung jawab bersama seluruh guru.
Selain mengajarkan dasar-dasar agama, pendidikan agama diberikan juga untuk meningkatkan potensi spiritual dan juga membentuk seorang anak lebih pada karakternya. Pada kenyataannya, pendidikan agama di sekolah hanya diajarkan sebagai dasar untuk mengerti tentang agama itu sendiri. Padahal seperti yang kita ketahui, lebih dari mengajarkan dasar-dasar agama kepada anak, pendidikan agama juga dapat mengoptimalkan potensi yang ada di dalam diri seorang anak sesuai dengan budi luhur dan akhlak yang ia miliki. Pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia (Wibowo, 2012:54).
Pembentukan karakter pada anak melalui mata pelajaran pendidikan agama di sekolah-sekolah fornal, merupakan upaya untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengalaman agama dalam diri anak. Nilai-nilai agama yng diajarkan pada anak ditanamkan sedikit demi sedikit, sehingga melalui pembiasaan pemberian nilai-nilai agama karakter tersebut akan terbetntuk dalam jati diri anak. Pemahaman yang mendalam akan ajaran dan nilai-nilai agama akan menjiwai perilaku dan tindakan anak dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa nilai-nilai agama yang telah ditanamkan melalui pembelajaran agama di sekolah  mampu diaktualisasikan dalam tindakan nyata.
Pemberian pengetahuan mengenai aqidah yang benar menjadi dsar paling utama dalam penananaman akhlak dan karakter pada anak. Melalui hal tersebut, nampaklah bahwa penting sekali pendidikan agama sebagai sarana pondasi bagi pembelajaran ilmu pengetahuan yang ada.  Dasar pondasi agama akan mengahantarkan anak memiliki budi yang luhur dan akhlak yang mulia. Berdasarkan uraian tersebut menegaskan bahwa penerapan pendidikan agama di sekolah adalah sebagai pilar pendidikan karakter yang utama (Ainiyah, 2012:25-38).

KESIMPULAN
Pembelajaran pendidikan agama di sekolah sebagai salah satu upaya pembentukan karakter anak sangatlah penting. Pembentukan karakter anak akan lebih baik muncul dari kesadaran nilai-nilai religius bukan hanya sekedar berdasarkan perilaku yang membudaya dalam masyarakat. Karakter yang tertanam pada diri seorang anak akan lebih kuat dibentuk melalui kepercayaan nilai-nilai agama yang diajarkan dalam pendidikan agama.

DAFTAR RUJUKAN
Ainiyah, Nur. 2013. Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam. Jurnal Al-Ulum, Volume 13 Nomor 1, Juni 2013 Hal 25-28. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=175394&val=6174&title=PEMBENTUKAN%20KARAKTER%20MELALUI%20PENDIDIKAN%20AGAMA%20ISLAM. (Online), diakses pada tanggal 16 September 2015.
Burhanuddin, Afid. 2015. Proses Pembentukan Karakter. https://afidburhanuddin.wordpress.com/2015/01/17/proses-pembentukan-karakter-3/. (Online), diakses pada tanggal 16 September 2015.
Hakim, Rosniati. 2015. Pembentukan Karakter Peserta Didik Melalui Pendidikan Berbasis Al-Qur’an.http://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/view/2788. (Online), diakses pada tanggal 17 September 2015.

Maksudin. 2013. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 
Zulkapadri, Syahrial. 2014. Pendidikan karakter dan Pendidikan Akhlak (Studi Perbandingan). At-Ta’dib Hurnal Kependidikan, Vol 9, No 1, Juni 2014. Ponorogo: ISID Pondok Modern Darussalam Gontor.

No comments:

Post a Comment