PEMBENTUKAN
KARAKTER ANAK MELALUI PENDIDIKAN AGAMA
(LANDASAN
RELIGI PENDIDIKAN)
Bella
Amanda Ardanita dan Roby Firmandil Diharjo
Universitas Negeri Malang
Program Pascasarjana
PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini
pendidikan karakter menjadi isu penting yang hangat dibicarakan di dunia
pendidikan. Hal tersebut berkaitan dengan sistem pendidikan yang dianggap
gagal. Banyak sekali penyimpangan-penyimpangan moral yang terjadi
ditengah-tengah masyarakat yang semakin meningkat dan beragam bentuknya.
Penyimpangan-penyimpangan moral tersebut anatar lain adalah kriminalitas,
ketidakadilan, korupsi, kekerasan, pelanggaran HAM dalan lain sebagainya. Berbagai
macam tindakan penyimpangan moral tersebut dapat menunjukkan suatu bukti bahwa
terjadi krisis moral dan karakteristik pada bangsa Indonesia.
Moral, budi
pekerti luhur, kesantunan, dan keagamaan yang dijunjung tinggi dan menjadi
budaya bangsa Indonesia kini semakin hilang seiring dengan perkembangan zaman.
Kondisi tersebut jika terus dibiarkan maka akan merusak generasi penerus
bangsa. Seperti yang kita ketahui bahwa kemajuan suatu bangsa akan didukung
oleh generasi penerus yang memiliki jati diri yang baik, serta moral dan budi
pekerti yang luhur. Berdasarkan hal itu, diperlukan suatu upaya dari pemerintah
untuk dapat meminimalisisr kerusakan jati diri dan moral generasi suatu bangsa,
sehingga krisis moral tersebut dapat diminimalisir.
Pendidikan
karakter merupakan suatu jawaban yang tepat untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan yang terkait kerusakan moral dan jati diri suatu
bangsa. Pendidikan karakter mulai didapatkan anak sejak berada di bangku
sekolah. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan karakter tersebut diharapkan
dapat menjadi wadah yang mampu mewujudkan misi dari pendidikan karakter
tersebut. Selain itu dalam laporan tahunan Character
Education Partnership disebutkan bahwa pendidikan karakter bagi sekolah
bukan lagi sebagai suatu opsi, tetapi suatu keharusan yang tak terhindarkan
(Anwar, 2014:110).
Salah satu upaya
alternatif yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di
sekolah adalah melalui pengoptimalan pembelajaran materi pendidikan agama.
Agama yang dimaksud berdasarkan 5 agama yang dianut di Indonesia, yaitu agama
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha. Agama sebagai kepercayaan dalam
masing-masing individu anak merupakan suatu landasan atau dasar individu anak
dalam melakukan segala tindakannya. Pada setiap agama pasti akan memiliki
perintah dan larangan yang wajib untuk dilaksanakan dan dihindari, sebab
melalui agama seseorang berpegang teguh dengan apa yang menjadi kepercayaannya.
Peran pendidikan
agama sangatlah strategis dalam mewujudkan pembentukan karakter siswa.
Pendidikan agama merupakan bagian dari sarana transformasi pengetahuan dalam
aspek keagamaan (aspek kognitif), sebagai sarana transformasi norma serta nilai
moral untuk membenuk sikap (aspek afektif), yang berperan dalam mengendalikan
perilaku (aspek psikomotorik) sehingga tercipta kepribadian manusia seutuhnya (Ainiyah,
2013: 25-38). Setiap anak memiliki pondasi kepercayaan agama yang kuat dalam
hati nuraninya. Kepercayaan yang tertanam itu yang antinya akan membangun
kesadaran anak dalam membentuk karakter pribadi dalam dirinya.
Melalui pendidikan
agama diharapkan mampu untuk mengahasilakn karakter kepribadian anak yang baik.
Kepribadian anak yang baik tersebut dapat terlihat dengan upayanya dalam
menyempurnakan iman, takwa, dan berakhlak mulia. Akhlak mulia tersebut antara
lain mencakup etika, budi pekerti, ataumoral sebagi perwujudan dari pendidikan.
Anak yang memiliki karakter kepribadian yang baik dan luhur diharapkan tangguh
dalam menghadapi tantangan, hambatan dan perubahan yang muncul dalam
perkembangan era global saat ini.
PENDIDIKAN
KARAKTER
Karakter merupakan suatu sifat atau
watak yang tertanam pada diri manusia dan berkembang serta tumbuh seiring
dengan proses kejiwaannya. Karakter yang dimiliki manusia tidak didapatkan
langsung sejak dia dalam kandungan, namun karakter itu berkembang secara
bertahap dalam dirinya. Karakter manusia dapat berubah-ubah sesuai dengan
kondisi kejiwaan yang dipengaruhi oleh eksternal manusia. Menurut Suyanto
(2010), karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas
tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara (Wibowo, 2012:33).
Masing-masing anak mempunyai karakter
yang berbeda satu dengan yang lainnya. Karakter yang dimiliki seorang anak ada
yang bersifat positif (baik) dan bersifat negatif (buruk). Anak yang memiliki
karakter yang baik adalah anak yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia ambil (Wibowo,
2012:33), begitu pula sebaliknya. Dilihat dari karakter yang berbeda-beda dari
setiap anak dan mudah berubahnya karakter yang dimilikinya, maka diperlukan
suatu pendidikan yang dapat membuat karakter positif (baik) pada anak tetap
melekat pada jati dirinya. Penanaman karakter tersebutyang dapat diberikan
melalui pendidikan karakter.
Pendidikan sebagai wadah dalam mendidik
anak, tidak hanya diwujudkan dalam memberikan ilmu pengetahuan secara formal
saja, namun juga diimbangi dengan penanaman nilai moral dan akhlak yang baik
dalam jiwa serta jati diri anak. Penanaman nilai moral dan akhlak tersebut
dapat diberikan melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan
wadah dalam membimbing dan mendidik anak dalam segi sikap dan perilaku yang
baik pada proses perkembangan jiwa seorang anak. Menurut Foerster, pendidikan
karakter merupakan aspek terpenting yang harus mampu mendorong anak didik
melakukan pendakian terjal (the ascent of
man) (Wibowo, 2012:26).
Pendidikan karakter bukanlah sebuah
materi yang hanya bisa dicatat dan dihafalkan serta tidak dapat dievaluasi
dalam jangka waktu yang pendek. Pendidikan karakter merupakan sebuah pembelajaran
yang teraplikasi dalam semua kegiatan anak. Kegiatan anak yang mengandung aspek
pendidikan karakter bida didapatkan baik di sekolah, lingkungan masyarakat, dan
lingkungan rumah. Pendidikan karakter tersebut terjadi melalui proses
pembiasaan, keteladanan, dan dilakukan secara berkesinambungan (Ainiyah, 2013:25-38).
Hal tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan pendidikan karakter tidak hanya
menjadi tanggung jawab atau kewajiban dari anak yang bersangkutan, melainkan
menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah, masyarakat, dan orang tua.
Evaluasi dari keberhasilan pendidikan
karakter tidak didapat dengan melalui tes atau ujian atau skor. Keberhasilan
pendidikan karakter ini dapat dilihat melalui terbentuknya anak atau peserta
didik yang berkarakter yaitu, berakhlak, berbudaya, santun, religius, kreatif,
inovatif, yang diwujudkan dalam kehidupan sepanjang hayatnya (Ainiyah, 2013:25-38). Karakter yang tertanam pada jiwa seorang
anak, akan menjadikan anak tersebut memiliki karakter positif yang kuat dalam
dirinya. Oleh karena itu, keberhasilan dari penanaman pendidikan karakter pada
anak, tidak dapat dievaluasi dengan alat, melainkan hanya dapat dilihat
sepanjang proses perkembangan anak tersebut, khususnya dalam hal sikap dan
perilaku yang tampak dalam dirinya.
Pentingnya membangun karakter pada anak,
bukan hanya dapat memberikan nilai moral untuk masa depannya. Penanaman
karakter tersebut juga sebagai bekal dalam bertahan dan menghaadapi segala hal
yang berkaitan dengan kehidupan seorang naka kelak. Seorang anak akan menjadi
generasi penerus bangsa yang tidak hanya unggul dalam hal ilmu pengetahuan,
namun juga memiliki iman dan ketakwaan yang kuat terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Pendidikan karakter menjadi salah satu akses yang
tepat dalam melaksanakan character
building bagi generasi muda (Ainiyah, 2013:25-38).
PENANAMAN PENDIDIKAN
KARAKTER DI SEKOLAH
Pendidikan informal sebenarnya memiliki
peran dan kontribusi yang yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan
seorang anak, khususnya dalam hal pendidikan karakter. Hal tersebut dilihat
dari survey yang dilakukan Kemendiknas (2010), diketahui bahwa rata-rata anak
didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang
dari 30%, selebihnya 70 % anak didik berada di lingkungan kelurga dan
sekitarnya (Wibowo, 2012:52). Pada kenyataannya, selama ini pendidikan
informal terutama di lingkungan keluarga
masih belum efektif. Itu semua dapat dikatakan bahwa keluarga belum memiliki
kontribusi yang berarti dalam memberikan pendidikan karakter pada anak. Oleh
karena itu diperlukan penanaman pendidikan karakter secara formal di sekolah.
Penanaman pendidikan karakter di sekolah
merupakan upaya sekolah dalam rangka membentuk karakter siswa. Terkait dengan
pembentukan karakter di sekolah, penananaman karakter ini diperlihatkan dalam
visi misi sekolah yang bersangkutan. Sebenarnya pembentukan atau penanaman
karakter pada anak ini dilakukan oleh semua sekolah, karena memang hal tersebut
masuk kaitannya dengan pendidikan yang didapatkan disana. Pendidikan karakter
diselenggarakan untuk mewujudkan manusia yang berakhlak mulia dan bermoral baik
sehingga kelangsungan hidup dan perkembangan manusia dapat dijaga dan
dipelihara (Maksudin, 2013:58).
Penanaman pendidikan karakter di sekolah
merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan terkait dengan
pendidikan karakter yang didapat oleh anak. Usaha alternatif yang dimaksud itu
adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan
kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di
sekolah (Wibowo, 2012:53). Waktu belajar anak di sekolah perlu dioptimalkan
agar peningkatan mutu hasil belajar, terutama pendidikan karakter dapat sesuai
dengan tujuan pendidikan yang dicapai. Hal tersebut sangat penting karena
mengingat anak adalah generasi penerus bangsayang akan menentukan karakter
bangsa di kemudian hari.
Penanaman nilai-nilai moral dan akhlak
pada anak dilakukan dengan leluasa. Maksud dari keleluasaan tersebut adalah
penanaman karakter pada anak dilakukan tidak hanya pada saat anak berada di
dalam kelas akan tetapi juga di luar kelas. Karakter yang didapatkan siswa akan
menjadi penanaman jati diri yang berkembang dalam proses kehidupannya, sebab
anak tidak dibatasi dalam menanamkan pendidikan karakter tersebut. Karakter
anak didik akan terbentuk dengan baik, jika dalam proses tumbuh kembang mereka
mendapatkan cukup ruang untuk mengekspresikan diri secara leluasa (Wibowo,
2012:53).
Tidak semua lingkungan keluarga
memberikan pendidikankarakter yang utuh pada anak. Seringkali kadang anak malah
tidak mendapatkan pendidikan karakter di lungan keluarganya. Ini menunjukkan
bahwa memang dibutuhkan sekali penanaman pendidikan karakter di sekolah,
sehingga jika anak tidak mendapatkan pendidikan karakter di lingkungan
keluarganya, maka anak masih bisa mendapatkan pendidikan karakter itu di sekolah.Menurut Bennet (1991), sekolah
memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan karakter anak didik
(Wibowo, 2012:54). Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan sebagai wadah
utama anak untuk mendapatkan penanaman pendidikan karakter yang memiliki
mutu dan kualitas pendidikan karakter
yang sebenarnya.
PEMBENTUKAN
KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN AGAMA
Salah satu tujuan dari kurikulum 2013
adalah melakukan pencapaian terintegrasinya pendidikan karakter dalam mata
pelajaran di sekolah. Pendidikan karakter tersebut bertujuan untuk menjadikan
anak tidak hanya pandai dalam hal ilmu pengetahuan tapi juga memili budi
pekerti yang luhur dan akhlak yang mulia. Hal tersebut telah tertuang dalam
standar ketercapaian keberhasilan pelaksaan kurikulum 2013 yang sekarang tengah
berlangsung. Pencapaian keberhasilan pembentukan karakter yang terselip dalam
mata pelajaran tidak lepas dari peran guru yang harus terampil dalam menanamkan
karakter pada setiap materi yang disampaikan.
Salah upaya dalam menanamkan karakter
pada anak adalah melalui pengintegrasian mata pelajaran di sekolah. Melalui
diselipkannya pendidikan karakter pada setiap mata pelajaran yang diajarkan,
anak akan menjadi terbiasa pada setiap karakter yang ditanamkan. Seiring dengan
berjalannya waktu proses penanaman tersebut akan cepat melekat pada jati diri
siswa, sehingga kemungkinan keberhasilan dalam pencapaian penananaman
pendidikan karakter dapat optimal.
Pendidikan agama merupakan salah satu
mata pelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan akhlak mulia serta nilai-nilai
spiritual dalam diri anak. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan agama mempunyai
peranan yang penting dalam melaksanakan pendidikan karakter disekolah. Oleh
karena itu pendidikan agama menjadi salah satu mata pelajaran wajib baik
dari sekolah dasar, menengah dan
perguruan tinggi. Berdasarkan hal tersebut, sekolah harus mampu
menyelenggarakan pendidikan agama secara optimal dengan cara mengaplikasikan
nilai-nilai agama dalam lingkungan sekolah yang dilakukan oleh seluruh guru dan
peserta didik secara bersama-sama serta berkesinambungan.
Hendaknya jika diketahui bahwa
pendidikan agama dapat berperan dalam membentuk pendidikan karakter anak.
Sekolah setidaknya mampu menyusun kurikulum yang dapat menerapkan nilai-nilai
yang tercermin dalam pendidikana agama. Pada dasarnya pendidikan agama
menitikberatkan pada penanaman sikap dan
kepribadian berlandaskan ajaran agama dalam seluruh kehidupan siswa nantinya
(Ainiyah, 2012:25-38). Penanaman nilai-nilai agama setidaknya tercantum dalam
keseluruhan mata pelajaran dan menjadi tanggung jawab bersama seluruh guru.
Selain mengajarkan dasar-dasar agama,
pendidikan agama diberikan juga untuk meningkatkan potensi spiritual dan juga
membentuk seorang anak lebih pada karakternya. Pada kenyataannya, pendidikan
agama di sekolah hanya diajarkan sebagai dasar untuk mengerti tentang agama itu
sendiri. Padahal seperti yang kita ketahui, lebih dari mengajarkan dasar-dasar
agama kepada anak, pendidikan agama juga dapat mengoptimalkan potensi yang ada di
dalam diri seorang anak sesuai dengan budi luhur dan akhlak yang ia miliki.
Pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk
siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berakhlak mulia (Wibowo, 2012:54).
Pembentukan karakter pada anak melalui
mata pelajaran pendidikan agama di sekolah-sekolah fornal, merupakan upaya
untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengalaman agama dalam diri
anak. Nilai-nilai agama yng diajarkan pada anak ditanamkan sedikit demi
sedikit, sehingga melalui pembiasaan pemberian nilai-nilai agama karakter
tersebut akan terbetntuk dalam jati diri anak. Pemahaman yang mendalam akan
ajaran dan nilai-nilai agama akan menjiwai perilaku dan tindakan anak dalam kehidupan
sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa nilai-nilai
agama yang telah ditanamkan melalui pembelajaran agama di sekolah mampu diaktualisasikan dalam tindakan nyata.
Pemberian pengetahuan mengenai aqidah
yang benar menjadi dsar paling utama dalam penananaman akhlak dan karakter pada
anak. Melalui hal tersebut, nampaklah bahwa penting sekali pendidikan agama
sebagai sarana pondasi bagi pembelajaran ilmu pengetahuan yang ada. Dasar pondasi agama akan mengahantarkan anak
memiliki budi yang luhur dan akhlak yang mulia. Berdasarkan uraian tersebut
menegaskan bahwa penerapan pendidikan agama di sekolah adalah sebagai pilar
pendidikan karakter yang utama (Ainiyah, 2012:25-38).
KESIMPULAN
Pembelajaran pendidikan agama di sekolah
sebagai salah satu upaya pembentukan karakter anak sangatlah penting.
Pembentukan karakter anak akan lebih baik muncul dari kesadaran nilai-nilai
religius bukan hanya sekedar berdasarkan perilaku yang membudaya dalam
masyarakat. Karakter yang tertanam pada diri seorang anak akan lebih kuat
dibentuk melalui kepercayaan nilai-nilai agama yang diajarkan dalam pendidikan
agama.
DAFTAR RUJUKAN
Ainiyah, Nur.
2013. Pembentukan Karakter Melalui
Pendidikan Agama Islam. Jurnal Al-Ulum, Volume 13 Nomor 1, Juni 2013 Hal
25-28. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=175394&val=6174&title=PEMBENTUKAN%20KARAKTER%20MELALUI%20PENDIDIKAN%20AGAMA%20ISLAM.
(Online), diakses pada tanggal 16 September 2015.
Burhanuddin,
Afid. 2015. Proses Pembentukan Karakter.
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2015/01/17/proses-pembentukan-karakter-3/.
(Online), diakses pada tanggal 16 September 2015.
Hakim, Rosniati.
2015. Pembentukan Karakter Peserta Didik
Melalui Pendidikan Berbasis Al-Qur’an.http://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/view/2788.
(Online), diakses pada tanggal 17 September 2015.
Maksudin.
2013. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Wibowo,
Agus. 2012. Pendidikan Karakter Strategi
Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zulkapadri,
Syahrial. 2014. Pendidikan karakter dan
Pendidikan Akhlak (Studi Perbandingan). At-Ta’dib Hurnal Kependidikan, Vol
9, No 1, Juni 2014. Ponorogo: ISID Pondok Modern Darussalam Gontor.
No comments:
Post a Comment