LANDASAN SOSIOLOGIS
PENDIDIKAN
Oleh:
Alfyananda Kurnia
Putra, Mega Karunia Gumelar
Pendidikan Geografi
– Pascasarjana Universitas Negeri Malang
A. LATAR
BELAKANG
Manusia
sebagai makluk hidup yang dikaruniakan oleh tuhan berbagai kelebihan dan
potensi yang melekat pada dirinya. Dalam upaya mengoptimalkan potesi yang ada
dalam diri manusia harus ada sesuatu yang membimbingnya dan mengarahkannya,
agar semua dapat berjalan dan berkembang serta terarah dengan baik sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Potensi yang
dimiliki oleh manusia sangat besar, maka harus dibekali dengan pendidikan yang
cukup sejak dini sehingga potensi ini dapat menguntungkan bagi dirinya. Secara
faktual, kegiatan pendidikan merupakan bagian penting dalam kehdupan manusia,
karena pendidikan diberikan dan diselenggrakan dalam rangka mengembangkan
seluruh potensi manusia kearah yang positif. Pendidikan merupakan dasar
dariproses komunikasi yang di dalamnya mengandung transformasi pengetahuan,
nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan yang berlangsung sepanjang hayat (Life
Long Process).
Pendidikan dapat
membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak manusia menjadi lebih baik.
Namun, apa jadinya jika pendidikan hanya mementingkan intelektual semata tanpa membangun karakter
peserta didiknya.Pembangunan karakter dapat dilakukan oleh seorang tenaga
pendidik terhadap muridnya, maka dalam proses ini interaksi berlangsung. Proses
interaksi ini dapat dikatakan sebagai proses Sosiologis dalam pendidikan.
Secara Sosiologis, pendidikan adalah warisan budaya dari generasi ke generasi,
agar kehiduoan masyarakat berkelanjutan dan identias masyarakat tetap
terpelihara. Proses pendidikan dalam kehidupan tidak akan lepas dari sosial
budaya, hal ini dikarenakan sosial budaya merupaka bagian terdekat dari sesorang.
Budaya sangat berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan, hal ini akibat dari
pergeseran paradigma pendidikan khususnya secara Sosiologis, mengubah cara
hidup, berkomunikasi, berfikir dan bagaimana mencapai suatu kesejahteraan.
B.
LANDASAN
SOSIOLOGIS PENDIDIKAN
Manusia sebagai makluk sosial memiliki hubungan antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok
dalam tatanan masyarakat. Hidup dalam masyarakat merupakan manifestasi bagi
perkembangan seorang anak, hal ini dikarenakan aspek sosial akan melekat pada
diri anak tersebut yang akan dikembangkan dalam perjalanan hidupnya, untuk
mencap kehidupan yang hakiki. Di samping itu semua, Pendidikan juga membantu
mengembangkan aspek sosial pada diri peserta didik, aspek sosial berperan
membantu peserta didik mengembangkan dirinya dengan cara mendidik, membimbing
agar kelak dapat hidup serasi dengan masyarakat dimana mereka tinggal.
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu,
bahkan dua generasi, yang memungkinkan generasi muda memperkembangkan diri.
Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan
sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian Sosiologi pada pendidikan semakin
intensif. Dengan meningkatnya perhatian Sosiologi pada kegiatan pendidikan
tersebut maka lahirlah cabang Sosiologi pendidikan. Ciri-ciri Sosiologis
pendidikan :
1.
Empiris adalah
adalah ciri utama Sosiologi sebagai ilmu, Sebab bersumber dan diciptakan dari
kenyataan yang terjadi di lapangan.
2.
Teoritis adalah
peningkatan fase penciptaan yang menjadi salah satu bentuk budaya yang bisa
disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan kepada generasi muda.
3.
Komulatif
adalah sebagai akibat dari penciptaan terus – menerus sebagai konsekuensi dari
terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuat teori – teori itu akan
berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.
4.
Nonetis adalah
karena teori ini menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta individu –
individu di dalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk.
Dalam kehidupan bermasyarakat
dibedakan tiga macam norma yang dianut oleh pengikutnya, yakni (1) Paham
individualisme, (2)Paham kolektivisme, dan (3) Paham integralistik. Paham
individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup merdeka.Masing-masing
boleh berbuat apa saja menurut keinginannya, asalkan tidak mengganggu keamanan
orang lain.
Dampak individualisme menimbulkan cara pandang yang lebih mengutamakan
kepentingan individu di atas kepentingan masyarakat. Dalam masyarakat seperti
ini, usaha untuk mencapai pengembangan diri, antara anggota masyarakat
satu dengan yang lain saling berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang
kuat.
Paham kolektivisme memberikan kedudukan yang
berlebihan kepada masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara
perseorangan hanyalah sebagai alat bagi masyarakatnya. Sedangkan paham
integralistik dilandasi pemahaman bahwa masing-masing anggota masyarakat saling
berhubungan erat satu sama lain secara organis merupakan masyarakat.
Landasan Sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik
yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat, yaitu; (1)Kekeluargaan dan
gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) Kesejahteraan bersama
menjadi tujuan hidup bermasyarakat (3)Negara melindungi warga anegaranya, (4)
Selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban.Oleh karena itu, pendidikan di
Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia
perindividu melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.
Sifat sebagai makhluk sosial sudah dimiliki sejak bayi, dan tampaknya
merupakan potensi yang dibawa sejak lahir. Bahwa manusia merupakan makhluk
sosial karena beberapa faktor berikut: (1) Sifat ketergantungan manusia dengan
manusia lainnya, (2)Sifat adaptability dan intelegensi. Manusia sebagai makhluk
sosial, menjadikan Sosiologi sebagai landasan bagi proses dan pelaksanaan
pendidikan, karena memang karakteristik dasar manusia sebagai makhluk sosial
akan berkembang dengan baik dan menghasilkan kebudayaan-kebudayaan yang
bernilai serta peradaban tinggi melalui pendidikan.
C.
SEJARAH LAHIRNYA SOSIOLOGIS PENDIDIKAN
Sosiologi mempelajari berbagai tindakan sosial yang menjelma dalam realita
sosial. Mengingat banyaknya realitas sosial, maka lahirlah berbagai cabang
sosiologi, salah satinya sosiologi pendidikan. Nama sosiologi untuk pertama
kali digunakan oleh Agust Comte (1798-1857), sosiologi merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang masyarakat.
D. RUANG LINGKUP LANDASAN SOSIOLOGIS
PENDIDIKAN
Ruang lingkup yang landasan Sosiologis
pendidikan meliputi empat bidang, yaitu;
1.
Hubungan sistem pendidikan dengan aspek
masyarakat, yang meliputi;
a. Fungsi
pendidikan dalam kebudayaan.
b. Hubungan sistem
pendidikan dan proses kontrol sosial serta sistem kekuasaan.
c. Fungsi sistem
pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan
kebudayaan.
d. Hubungan
pendidikan dengan kelas sosial atau sistem status sosial.
e.
Fungsionalisasi sistem pendidikan
formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan atau kelompok.
2.
Hubungan kemanusiaan di sekolah,
meliputi;
a. Sifat
kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar.
b.
Pola interaksi sosial dan struktur
masyarakat di sekolah
3. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, meliputi;
a.
Peranan sosial guru
b.
Sifat kepribadian guru.
c.
Perilaku kepribadian guru
terhadap tingkahlaku siswa.
d.
Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak.
Landasan Sosiologi pendidikan dituntun
melakukan tiga fungsi pokok, yaitu;
1.
Fungsi eksplanasi, menjelaskan dan memberikan pemahaman tentang fenomena yang
termasuk dalam ruang lingkup pembahasannya. Penjelasan ini dapat menggunakan
berbagai media komunikasi.
2.
Fungsi prediksi, meramalkan kondisi dan
permasalahan pendidika yang diperkirakan akan muncul pada masa yang akan
datang. Sejalan dengan itu tututan masyarakat akan berubah dan berkembang
akibat faktor-faktor intenal dan eksternal yang masuk ke dalam masyarakat itu
sendiri melalui berbagai media komunikasi. Fungsi prediksi ini sangat dipelukan
dalam perencanaan pengembangan pendidikan guna mengantisipasi kondisi dan
tantangan baru.
3.
Fungsi utilisasi, menangani
permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat seperti
masalah lapangan pekerjaan dan pengangguran, konflik sosial, kerusakan lingkungan,
dan lain-lain yang memerlukan dukungan pendidikan dan masalah penyelenggaraan
pendidikan itu sendiri.
Jadi, secara umum Sosiologi pendidikan
bertujuan untuk mengembangkan fungsi-fungsinya selaku ilmu pengetahuan
(pemahaman eksplanasi, prediksi, dan utilisasi) melalui pengkajian tentang
keterkaitan fenomena-fenomena siosial dan pendidikan, dalam rangka mencari
model-model pendidikan yang lebih fungsional dalam kehidupan masyarakat.
Secarakhusus, SosiologiPendidikanberusahauntukmenghimpun
data daninformasitentanginteraksisosial di antara orang-orang yang
terlibatdalaminstitusipendidikandandampaknyabagipesertadidik,
tentanghubunganantaralembagapendidikandankomunitassekitarnya,
dantentanghubunganantarapendidikandenganpranatakehidupan lain.
E.
Implementasi
Landasan Sosiologis Pendidikan
Masyarakat Indonesia setelah kemerdekaan, utamanya pada zaman pemerintahan
orde baru telah banyak perubahan. Sebagai masyarakat majemuk, maka komunitas
dengan ciri-ciri unik baik secara horizontal maupun vertical masih dapat
ditemukan. Demikian pula halnya dengan sifat-sifat dasar dari zaman penjajahan
belum terhapus seluruhnya. Namun dengan niat politik yang kuat menjadi suatu
masyarakat bangsa Indonesia serta dengan kemajuan dalam berbagai bidang
pembangunan. Berbagai upaya yang persatuan dan kesatuan yang kokoh, berbagai
upaya tersebut dilaksanakan dengan tidak mengabaikan kenyataan tentang
kemajemukan masyarakat Indonesia. Hal terakhir tersebut kini makin mendapat
perhatian yag semestinya dengan antara lain memasukkannya muatan local di dalam
kurikulum sekolah. Muatan lokal yang didasarkan pada kebhinekaan masyaraka
Indonesia. Dengan demikian akan dapat diwujudkan manusia Indonesia dengan
wawasan nusantara dan berjiwa nasional akan tetapi memahami dan menyatu dengan
lingkungan.dilakukan, baik melalui jalur sekolah (seperti mata pelajaran PKn,
pendidikan sejarah) maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran, P4,
Pemasyarakaatn P4 non penaratan ) telah mulai menumbuhkan benih-benih.
F.
Fungsi Kajian Landasan Sosiologis Pendidikan
1.
Fungsi
eksplanasi
Menjelaskan atau memberikan pemahaman tentang fenomena yang termasuk ke
dalam ruang lingkup pembahasannya. Untuk diperlukan konsep-konsep,
proposisi-proposisi mulai dari yang bercorak generalisasi empirik sampai dalil
dan hukum-hukum yang mantap, data dan informasi mengenai hasil penelitian
lapangan yang actual, baik dari lingkungan sendiri maupun dari lingkungan lain,
serta informasi tentang masalah dan tantangan yang dihadapi. Dengan informasi
yang lengkap dan akurat, komunikan akan memperoleh pemahaman dan wawasan yang
baik dan akan dapat menafsirkan fenomena-fenomena yang dihadapi secara akurat.
Penjelasan-penjelasan itu bisa disampaikan melalui berbagai media komunikasi.
2. Fungsi prediksi
Meramalkan kondisi dan permasalahan pendidikan yang diperkirakan akan
muncul pada masa yang akan datang. Sejalan dengan itu, tuntutan
masyarakat akan berubah dan berkembang akibat bekerjanya faktor-faktor internal
dan eksternal yang masuk ke dalam masyarakat melalui berbagai media komunikasi.
Fungsi prediksi ini amat diperlukan dalam perencanaan pengembangan pendidikan
guna mengantisipasi kondisi dan tantangan baru.
3. Fungsi utilisasi
Menangani permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan
masyarakat seperti masalah lapangan kerja dan pengangguran, konflik sosial,
kerusakan lingkungan, dan lain-lain yang memerlukan dukungan pendidikan, dan
masalah penyelenggaraan pendidikan sendiri.
Jadi, secara umum sosiologi pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan fungsi-fungsinya selaku ilmu pengetahuan (pemahaman eksplanasi,
prediksi, dan utilisasi) melalui pengkajian tentang keterkaitan
fenomena-fenomena siosial dan pendidikan, dalam rangka mencari model-model
pendidikan yang lebih fungsional dalam kehidupan masyarakat. Secara khusus, Sosiologi
Pendidikan berusaha untuk menghimpun data dan informasi tentang interaksi
sosial di antara orang-orang yang terlibat dalam institusi pendidikan dan
dampaknya bagi peserta didik, tentang hubungan antara lembaga pendidikan dan
komunitas sekitarnya, dan tentang hubungan antara pendidikan dengan pranata
kehidupan lain.
G. KESIMPULAN
Landasan sosiologis mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber dari
norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk memahami
kehidupan bermasyarakat suatu bangsa, kita harus memusatkan perhatian pada pola
hubungan antar pribadi dan antar kelompok dalam masyarakat tersebut. Untuk
terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai, terciptalah
nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang
mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota
masyarakat.
Sosiologi pendidikan dituntut untuk melakukan tiga fungsi, yaitu: (1)
fungsi eksplanasi, (2) fungsi prediksi, (3) fungsi utilisasi. Secara umum,
sosiologi pendidikan bertujuan untuk mengembangkan fungsi-fungsinya tersebut
melalui pengkajian fenomena-fenomena sosial dan pendidikan, dalam rangka
mencari model-model pendidikan yang lebih fungsional dalam kehidupan
masyarakat.
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi
sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan
akan pendidikan semakin meningkat dan kompleks. Berbagai upaya pemerintah telah
dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat
terutama dalam hal menumbuhkembangkan ke-Bhineka tunggal ika-an, baik melalui
kegiatan jalur sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Armanto,
ayu, 2012.SosiologiPendidikan,
Wordpress.
Ruswandi, Heris. 2008. Landasan Pendidikan. Bandung: CV. Insan
Mandiri.
Sutikno, Sobry. 2008. Landasan Pendidikan. Bandung: Prospect.
Tirtarahardja, Sula. 2005. Pengantar
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Wilyani,
wildan, 2013, LandasanSosiologisPendidikan,
Bandung: UniversitasPendidikan
Indonesia Press.
Sukardjo, Ukim. 2009. LandasanPendidikanKonsepdanAplikasinya.
Jakarta: RajaGrafindoPersada.
No comments:
Post a Comment