Dasar-Dasar Pendidikan, (Jendela
Petunjuk Praktis) (Naqvi, 2012)
Pembelajaran Rasional pada
Dasar-Dasar Kependidikan
Pengantar
Dalam dokumen Komisi Pendidikan
Tinggi (KPT 2010), Kurikulum Pendidikan: B.Ed (. Hons) 4 tahun Program Sarjana
(Pendidikan Dasar& Menengah, Asosiasi Tingkat Pendidikan, M. Ed /
Pendidikan Ms), Pembelajaran Dasar-Dasar Pendidikan dirancang untuk fokus pada
ideologi, filsafat, psikologi, sosial-ekonomi, dan sejarah dasar kependidikan.
Fokus utama mengembangkan pemahaman mahasiswa tentang “bagaimana perberbedaan
teori filsafat yang mempengaruhi pendidikan”. Pembelajaran ini mencakup sejarah
perkembangan pendidikan di Pakistan. Penekanan terdapat pada berbagai analisis
sosiologis, politik, ekonomi, dan ideologi yang mempengaruhi proses pendidikan
dalam konteks budaya kita. Pembelajaran ini juga akan membantu mahasiswa
mengembangkan kemampuan untuk mengintepretasikan pengetahuan historis,
filosofis, ideologi, dan konteks sosial, dimana memberikan kontribusi untuk
perspektif kritis tentang pendidikan baik di dalam maupun di luar sekolah.
Kesalahpahaman Umum tentang Dasar-DasarKependidikan
Mahasiswa cenderung untuk masuk program mereka dengan berbagai kesalahpahaman umum tentang dasar-dasarkependidikan. Masyarakat sering terjebak pada kesalahpahaman ini. Dosen/Pembelajar perlu menyadari kesalahpahaman umum ini dan kesalahan lain kepada mahasiswa. Dengan menghadapi dan mengkritisi kesalahpahaman ini, mahasiswa bisa menjadi insan pencipta cerdas, pengendali, dan interpreter dari kebijakan dan praktek sekolah dalam masyarakat di mana mereka bekerja.
Berikut ini adalah kesalahpahaman secara umum:
1. Pengantar pendidikan dan dasar-dasar pendidikan adalah pembelajaran yang sama dengan judul yang berbeda.
2. Dasar-dasar pendidikan tidak memiliki nilai praktis untuk guru kelas.
3. Untuk memahami dasar-dasar pendidikan, Anda harus mempelajari semua subjek individu
mata pelajaran yang berkontribusi terhadap dasar-dasar kependidikan.
4. Perspektif mahasiswa sendiri yang tidak relevan untuk belajar dasar-dasar
pendidikan.
Mahasiswa cenderung untuk masuk program mereka dengan berbagai kesalahpahaman umum tentang dasar-dasarkependidikan. Masyarakat sering terjebak pada kesalahpahaman ini. Dosen/Pembelajar perlu menyadari kesalahpahaman umum ini dan kesalahan lain kepada mahasiswa. Dengan menghadapi dan mengkritisi kesalahpahaman ini, mahasiswa bisa menjadi insan pencipta cerdas, pengendali, dan interpreter dari kebijakan dan praktek sekolah dalam masyarakat di mana mereka bekerja.
Berikut ini adalah kesalahpahaman secara umum:
1. Pengantar pendidikan dan dasar-dasar pendidikan adalah pembelajaran yang sama dengan judul yang berbeda.
2. Dasar-dasar pendidikan tidak memiliki nilai praktis untuk guru kelas.
3. Untuk memahami dasar-dasar pendidikan, Anda harus mempelajari semua subjek individu
mata pelajaran yang berkontribusi terhadap dasar-dasar kependidikan.
4. Perspektif mahasiswa sendiri yang tidak relevan untuk belajar dasar-dasar
pendidikan.
Catatan tentang kesalahpahaman
Pengantar Pendidikan adalah pembelajaran
penting yang membantu jurusan pendidikan baru atau yang sudah ada dalam
memahami sekolah, praktik dan kebijakan saat ini, dan bagaimana anak-anak
belajar.
Sebuah dasar-dasar kependidikan dapat mengatasi beberapa topik yang sama, tetapi fokus selalu pada pemahaman bagaimana sesuatu terjadi dengan cara mereka yang melaluipembelajaran sejarah dan dari pemahaman praktek(learning by doing). Asumsi tentang manusia, siapa mereka dan apa yang mereka nilai - adalah kekuatan pendorong pendidikan di masa lalu dan masa kini.
Dengan belajar, kita melihat pendidikan dengan kritis, perspektif sejarah yang mempertanyakan kebijakan dan praktek saat ini, mahasiswa melengkapi diri untuk bijaksana dalam profesi mereka kelak. Sementara banyak disiplin ilmu menginformasikan dasar-dasar pendidikan, interaksi mereka yang lebih baik daripada tertutup akan kontribusi untuk apa
orang terima sebagai “cara hal-hal yang ada”. Dengan memahami sifat dinamis dari pendidikan, Mahasiswa melihat tidak hanya pada 'cara hal-hal yang ada', tetapi juga saat ini untuk 'bagaimana hal-hal harus menjadi' dan 'cara hal-hal yang seharusnya'. Penelitian tersebut adalah dinamis, interaktif, partisipatif, dan menarik.
Sebuah dasar-dasar kependidikan dapat mengatasi beberapa topik yang sama, tetapi fokus selalu pada pemahaman bagaimana sesuatu terjadi dengan cara mereka yang melaluipembelajaran sejarah dan dari pemahaman praktek(learning by doing). Asumsi tentang manusia, siapa mereka dan apa yang mereka nilai - adalah kekuatan pendorong pendidikan di masa lalu dan masa kini.
Dengan belajar, kita melihat pendidikan dengan kritis, perspektif sejarah yang mempertanyakan kebijakan dan praktek saat ini, mahasiswa melengkapi diri untuk bijaksana dalam profesi mereka kelak. Sementara banyak disiplin ilmu menginformasikan dasar-dasar pendidikan, interaksi mereka yang lebih baik daripada tertutup akan kontribusi untuk apa
orang terima sebagai “cara hal-hal yang ada”. Dengan memahami sifat dinamis dari pendidikan, Mahasiswa melihat tidak hanya pada 'cara hal-hal yang ada', tetapi juga saat ini untuk 'bagaimana hal-hal harus menjadi' dan 'cara hal-hal yang seharusnya'. Penelitian tersebut adalah dinamis, interaktif, partisipatif, dan menarik.
Berdasarkan
beberapa catatan kesalahpahaman, ada beberapa pokok perhatian permasalahan
yakni:
1.
Pentingnya pengantar pendidikan
2.
Pengetahuan akan dasar-dasar
pendidikan
3.
Konsep pendidikan
4.
Pemahaman mahasiswa akan pendidikan.
Manusia memerlukan pendidikan
sabagai upaya untuk mengembangkan potensi pada diri. Didalam diri manusia
terdapat kemampuan dasar untuk berkembang yang tidak dapat dikembangkan dengan
baik tanpa bimbingan dari pendidik. Keberhasilan pendidikan seseorang
dipengaruhi oleh faktor pembawaan (keturunan) dan juga faktor lingkungan (Teori
konvergensi, Stern).
Faktor lingkungan mencakup beberapa
lembaga yang menaungi atau mempengaruhi pendidikan seseorang diantaranya
lemabga keluarga, sekolah dan masyarakat. Setiap pribadi manusia akan selalu
berada dan mengalami perkembangan dalam ketiga lembaga tersebut (keluaga,
sekolah dan masyarakat) dan oleh Dr. Ki Hajar Dewantaradisebut sebagai tripusat
pendidikan (Tim Dosen FIP IKIP Malang, 1988:13).
Ekosusilo dan Kasihadi (1985:21)
menjelaskan bahwa kebutuhan dalam pendidikan penting bagi manusia karena
didasari oleh beberapa aspek berikut:
1.
Aspek Pedagogis
Manusia dipandang sebagai makhluk yang disebut ”Homo Educandum” yaitu makhluk yang harus
dididik. Sehingga dalam aspek ini manusia dikategorikan sebagai ”Animal Educabil” yaitu sebangsa
binatang yang dapat didik. Pendidikan dalam aspek ini diperlukan karena
pendidikan itu berfungsi untuk memanusiawikan manusia yang tapa dengan
pendidikan sama sekali manusia tidak dapat menjadi manusia yang sebenarnya.
2.
Aspek Psikologis
Manusia dipandang sebagai makhluk yang disebut ”Psycho-physick netral” yaitu makhluk
yang memiliki kemandirian (selfstandingness)
jasmaniah dan rohaniah.
Didalam kemandiriannya manusia mempunyai potensi dasar
yang merupakan benih yang dapat tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan
perkembangan memerlukan pendidikan.
3.
Aspek Sosialisasi dan Kultural
Manusia dipandang sebagai “homo socius” yaitu makhluk yang berwatak
dan berkemampuan dasar atau yang memiliki insting untuk hidup bermasyarakat.
Sebagai makhluk sosial manusia memiliki rasa tanggung jawab sosial yang
diperlukan dalam mengembangkan interelasi (hubungan timbal balik) dan interaksi
(saling pengaruh mempengaruhi) antara sesama anggota masyarakat dalam kesatuan
hidup.
4.
Aspek Filosofis
Manusia dipandang sebagai makhluk
yang disebut “Homo Sapiens“ yaitu
makhluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan. Salah satu insting
manusia yang lain adalah ingin mengetahui hal-hal yang belum diketahui yang
disebut insting “neugiring atau curiosity”.
Dengan insting ini maka manusia selalu cenderung untuk memperoleh pengetahuan
tentang segala sesuatu disekelilingnya. Kemampuan insting inilah yang
memberikan kemungkinan manusia untuk dapat dididik.
Hakikat Pendidikan
Hakikat pendidikan merupakan upaya memanusiakan manusia, dan membudayakan
manusia, sehingga mampu mencipta, berkarya, berbudi baik diri bagi kehidupan
ekosferisnya (kebulatan diri dan lingkungan). Hakikat pendidikan tersebut harus
ada pada semua lembaga pendidikan (pendidikan sekolah dan pendidikan luar
sekolah) tidak terbatas pada jenjang tertentu dan jenis/bentuk kegiatan
tertentu (Purwanto, 2014:27)
Pendidikan
di Indonesia menurut UU 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potesi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,ahklak mulia serta
ketrampilan yang diperlakukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan UU tersebut, Acuan sosok manusia Indonesia dalam tingkatan
pendidikan formal memiliki profil pendidikan dasar, pendidikan menengah umum,
menengah kejuruan dan pendidikan tinggi. Pemerintah telah melkukan
standardisasi dan profesionalisasi pendidikan yang tertuang dalam PP No.19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang kemudian disempurnakan menjadi
PP No.32 Tahun 2013 (Mulyasa, 2014:22).
Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Indonesia
Seperti dalam
UU No.2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam rangka menciptakan
kualitas SDM yang memiliki ciri khas nasional Indonesia. Terdapat tiga cara
memandang sistem pendidikan jika dilihat dari orientasinya dalam pengembangan
SDM, yaitu pendidikan yang berorientasi terhadap:
2. Upaya mempersiapkan tenaga kerja
terampil dan ahli yang diperlukan dalam proses memasuki era industrialisasi
3. Upaya membina dan mengembangkan
penguasaan berbagai cabang keahlian ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi
(Suryadi, 2002:24).
Hal-hal
diatas, memiliki keterkaitan dengan penataan tandar nasional pendidikan yang
mencermati pada beberapa aspek, yakni (Mulyasa, 2014:23)
1.
Standar kompetensi lulusan
2.
Standar isi
3.
Standar proses
4.
Standar pendidik dan tenaga
kependidikan
5.
Standar sarana dan prasarana
6.
Standar pengelolaan
7.
Standar pembiayaan
8.
Standar penilaian pendidikan
Melalui
implementasi kurikulum 2013 seharusnya visi, misi dan tujuan nasional
pendidikan dapat dicapai. Kurikulum 2013 yang berkarakter menjadi pionir
menciptakan generasi bangsa yang berbudi luhur dan cerdas. Pembelajaran di
sekolah menjadi aktif, kreatif, inovatif, berkarakter dan menyenangkan.
Daftar Rujukan
Ekosusilo dan Kasihadi. 1985. Dasar-Dasar Pendidikan. Semarang: Effar Publishing.
Ekosusilo dan Kasihadi. 1985. Dasar-Dasar Pendidikan. Semarang: Effar Publishing.
Mulyasa, E. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum
2013. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nasional UndangUndangRepublik Indonesia No 20 Tahun 2003
TentangSistemPendidikanNasional.SekolahMenengahPertamaSatya
Dharma Sudjana. (Online), (http://www.smpsatyadharmasudjana.sch.id),
diakses 13 September 2015
Purwanto, Nanang. 2014. Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Suryadi, Adi. 2002. Pendidikan, Investasi, SDM, dan Pembangunan.
Jakarta: Balai Pustaka.
Tim Dosen FIP IKIP MALANG, 1988. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan. Surabaya:Usaha
Nasional
No comments:
Post a Comment