Tuesday, June 14, 2016

Pemelajaran Berbicara



 http://www.indrakurniawansyah.com/wp-content/uploads/2013/01/Banyak-Bicara.jpeg


1.    Pembelajaran Berbicara
 Pengertian Berbicara seperti telah kita ketahui bahwa dalam kegiatan menyimak aktivitas kita awali dengan mendengarkan dan diakhiri dengan memahami atau menanggapi. Kegiatan berbicara tidak demikian. Kegiatan berbicara diawali dari suatu pesan yang harus dimiliki pembicara yang akan disampaikan kepada penerima pesan agar penerima pesan dapat menerima atau memahami isi pesan itu.
Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan hubungan dan kerja sama
dengan manusia lain. Hubungan dengan manusia lainnya itu antara lain berupa
menyampaikan isi pikiran dan perasaan, menyampaikan suatu informasi, ide atau gagasan serta pendapat atau pikiran dengan suatu tujuan.
Dalam menyampaikan pesan seseorang menggunakan suatu media atau alat yaitu bahasa, dalam hal ini bahasa lisan. Seorang yang akan menyampaikan
pesan tersebut mengharapkan agar penerima pesan dapat memahaminya. Pemberi pesan disebut juga pembicara dan penerima pesan disebut penyimak atau pendengar. Peristiwa proses penyampaian pesan secara lisan seperti itu disebut berbicara. Dengan rumusan lain dapat dikemukakan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.
Anda sudah tidak asing lagi mendengar atau membaca istilah “berbicara” dan bahkan Anda setiap saat melakukan bicara. Nina dikatakan “berbicara” ketika
ia mengucapkan salam kepada ibunya. “Assalamualaikum.” Ibu Rita dikatakan“berbicara” ketika membicarakan kenaikan harga minyak tanah dalam pengajian. Ketua RT (Rukun Tetangga) dikatakan “berbicara” ketika mengajak warganya untuk bekerja bakti membersihkan jalan dan selokan air dalam rangka menyambut hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indnesia. Dian dikatakan “berbicara” ketika ia bertanya kepada gurunya tentang pelajaran yang ia belum ketahui. Anda dikatakan “berbicara” ketika Anda menjelaskan atau menjawab pertanyaan siswa Anda.
Lalu, apakah berbicara itu? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anton M. Moeliono, dkk., 1998:114) dinyatakan bahwa berbicara adalah berkata; bercakap; berbahasa; melahirkan pendapat dengan perkataan, tulisan dan sebagainya atau berunding.
Guntur Tarigan (1983 :15) berpendapat bahwa “ berbicara adalah kemampuanmengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan ,menyatakan serta menyampaikan pikiran , gagasan, dan perasaan”.Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai suatu  alat untuk mengomunikasikan gagasan yang disusun dan dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Pembelajaran Berbicara.
Jadi, pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan
seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan pikiran, gagasan,
dan perasaan. Pendengar menerima pesan atau informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, berbicara itu dapat dibantu dengan mimik dan pantomimik pembicara.
Kemampuan berbicara merupakan tuntutan utama yang harus dikuasai oleh seorang guru. Jika seorang guru menuntut siswanya dapat berbicara dengan
baik, maka guru harus memberi contoh berbicara yang baik hal ini menunjukkan bahwa di samping menguasai teori berbicara juga terampil berbicara dalam kehidupan nyata. Guru yang baik harus dapat mengekspresikan pengetahuan yang dikuasainya secara lisan.

https://chuin5.files.wordpress.com/2010/09/debat-scaled1000.jpg


2.    Kriteria Penilaian Pembelajaran Berbicara

Ada dua jenis penilaian yang digunakan dalam pembelajaran berbicara, yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung untuk menilai sikap siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Penilaian hasil dilakukan berdasarkan unjuk kerja yang
dilakukan siswa ketika menyajikan kompetensi berbicara yang dituntut kurikulum atau mempresentasikan secara individual.
Dalam penilaian proses digunakan lembar penilaian sikap (afektif) yang terdiri dari aspek: (1) kedisiplinan; (2) minat; (3) kerja sama; (4) keaktifan; dan (5) tanggung jawab. Dalam penilaian hasil digunakan rubrik penilaian untuk mengetahui kompetensi siswa dalam berbicara, misalnya menanggapi pembacaan puisi. Ada beberapa aspek yang dinilai, yaitu (1) kelancaran menyampaikan pendapat/tanggapan; (2) kejelasan vokal; (3) ketepatan intonasi; (4) ketepatan pilihan kata (diksi); (5) struktur kalimat (tuturan); (6) kontak mata dengan pendengar; (7) ketepatan mengungkapkan gagasan disertai data tekstual.
Penilaian kompetensi berbicara yang dilakukan dengan unjuk kerja/performance yang utama perlu diukur adalah yang berkaitan dengan penggunaan bahasa seperti penguasaan lafal, struktur, dan kekayaan kosa kata. Selain itu, juga penguasaan masalah yang menjadi bahan pembicaraan, bagaimana siswa memahami topik yang dibicarakan dan mampu mengungkapkan gagasan di dalamnya, serta kemampuan memahami bahasa lawan bicara ( Burhan Nurgiyantoro, 2001:276).
Penilaian kemampuan berbicara haruslah membiasakan peserta didik untuk menghasilkan bahasa dan mengemukakan gagasan melalui bahasa yang
sedang dipelajarinya. Dengan kata lain, penilaian berbicara harus dilakukan dengan praktik berbicara. Jadi, bentuk penilaian pembelajaran  berbicaraseharusnya memungkinkan siswa untuk tidak saja mengucapkan kemampuan berbahasanya, melainkan juga mengungkapkan gagasan, pikiran, dan
perasaannya sehingga penilaian ini bersifat fungsional (Burhan Nurgiyantoro,2001:278).
Berikut contoh model penilaian berbicara:
1. Pembicaraan berdasarkan gambar
a. Pemberian pertanyaan
b. Bercerita (menceritakan gambar)
2. Wawancara
3. Bercerita
4. Berpidato
5. Diskusi
6. Bermain peran
Dalam menggunakan bentuk-bentuk penilaian di atas, pelaksanaannya tetap harus fokus pada aspek kognitif . Meskipun aspek psikomotor yang berupa
gerakan mulut, ekspresi mata, dan gesture lain juga harus dinilai, 6 tingkatan aspek kognitif Bloom yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan  berpikir tetap harus menjadi fokus utama karena berkaitan dengan kemampuan
menuangkan gagasan (Ibid, 2001:291-292). Keenam tingkatan berpikir ( C1 –
C6) dari yang paling rendah hingga paling tinggi (mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesiskan, dan mengevaluasi) harus dinilai dengan menggunakan rubrik dan penyekoran yang tepat sehingga tidak ada siswa yang dirugikan karena kompetensi setiap siswa terukur dengan alat ukur yang akurat.
Berbicara sebenarnya merupakan kegiatan kompleks yang melibatkan beberapa faktor. Yaitu kesiapan belajar, kegiatan berpikir, kesiapan mempraktikkan, motivasi, dan bimbingan. Apabila salah satu faktor tidak dikuasai dengan baik, akan terjadi kelambatan pada penguasaan bahan pembicaraan dan mutu bicara akan menurun (Mackey dalam Hastuti, dkk.,1985:6). Semakin tinggi seseorang menguasai kelima unsur itu, semakin baik pula penampilan dan penguasan bicaranya.
Salah satu model yang digunakan dalam penilaian berbicara (khususnya dalam berpidato dan bercerita) adalah sebagai berikut; skala penilaian yang digunakan adalah 0—10 (Nurgiyanto, 1980:265).
(a) keakuratan informasi
(b) hubungan antarinformasi
(c) ketepatan struktur dan kosakata
(d) kelancaran
(e) kewajaran
(f) gaya pengucapan.
Untuk masing-masing butir penilaian tidak harus selalu sama bobotnya, bergantung pada apa yang menjadi fokus penilaian pada saat itu. Yang penting, jumlah semua bobot penilaian 10 atau 100 sehingga mempermudah mendapatkan nilai akhir, yaitu (jumlah nilai x bobot):10 atau 100.
Misalnya:
Butir 1, keakuratan informasi berbobot 20,
Butir 2, hubungan antarinformasi berbobot 15,
Butir 3, ketepatan struktur berbobot 20,
Butir 4, kelancaran berbobot 15,
Butir 5, kewajaran urutan wacana berbobot 15,
Butir 6, gaya pengucapan berbobot 15.
Selain itu, alat penilaian dalam berbicara (khususnya wawancara) dapat
berwujud penilaian yang terdiri atas komponen tekanan, tata bahasa, kosakata,
kefasihan, dan pemahaman. Penilaian ini disusun dengan skala: 1 - 6. 1 berarti
sangat kurang dan 6 berarti sangat baik. Berikut ini adalah deskripsi masingmasing komponen.
a) Tekanan
  1. ucapan sering tidak dapat dipahami.
  2. sering terjadi kesalahan besar dan aksen kuat yang menyulitkan pemahaman, menghendaki untuk selalu diulang.
  3. pengaruh ucapan asing (daerah) yang mengganggu dan menimbulkan salah ucap yang dapat menyebabkan kesalahpahaman.
  4. pengaruh ucapan asing (daerah) dan kesalahan ucapan yang tidak                           menyebabkan kesalahpahaman.
  5. tidak ada salah ucapan yang mencolok, mendekati ucapan standar.
  6. ucapan sudah standar.

b) Tata bahasa
  1. penggunaan bahasa hamper selalu tidak tepat.
  2. ada kesalahan dalam penggunaan pola-pola secara tetap yang selalu mengganggu komunikasi.
  3. sering terjadi dalam pola tertentu karena kurang cermat yang dapat mengganggu komunikasi.
  4. kadang-kadang terjadi kesalahan dalam pengunaan pola tertentu, tetapi tidak mengganggu komunikasi.
  5. sering terjadi kesalahan, tetapi bukan pada penggunaan pola.
  6. tidak lebih dari dua kesalahan selama berlangsungnya kegiatan berwawancara.

c) Kosakata
  1. pengunaan kosakata tidak tepat dalam percakapan yang sederhana sekalipun.
  2. penguasaan kosakata sangat terbatas pada keperluan dasar personal.
  3. pemilihan kosakata sering tidak tepat dan keterbatasan penggunannya menghambat kelancaran komunikasi dalam sosial dan profesional.
  4. penggunaan kosakata teknis tepat dalam pembicaraan tentang tertentu, tetapi penggunan kosakata umum secara berlebihan.
  5. penggunaan kosakata teknis lebih luas dan cermat, kosakata umum tepat digunakan sesuai dengan situasi sosial.
  6. penggunaan kosakata teknis dan umum luas dan tepat.

d. Kelancaran
  1. pembicaraan selalu berhenti dan terputus-putus.
  2. pembicaraan sangat lambat dan tidak ajeg kecuali untuk kalimat pendek.
  3. pembicaraan sering ragu, kalimat tidak lengka.
  4. pembicaraan lancar dan luas tetapi sekali-sekali kurang.
  5. pembicaraan dalam segala hal lancar.

e) Pemahaman
  1. memahami sedikit isi percakapan yang paling sederhana.
  2. memahami dengan lambat percakapan sederhana, perlu penjelasan dan Pengulangan.
  3. memahami percakapan sederhana dengan baik, kadang-kadang masih perlu penjelasan ulang.
  4. memahami percakapan normal dengan baik, kadang-kadang masih perlu penjelasan dan pengulangan.
  5. memahami segala sesuatu dalam percakapan normal kecuali bersifat kolokial.
  6. memahami segala sesuatu dalam percakapan normal.
 http://cdn.klimg.com/vemale.com/headline/650x325/2013/10/benarkah-wanita-lebih-takut-berbicara-di-depan-umum-daripada-mati.jpg

3. Penilaian Pembelajaran Berbicara
3.1 Penentuan Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Di dalam kegiatan penilaian ini terdapat dua komponen penting, yang meliputi: (a) teknik penilaian, dan (b)bentuk instrumen.
3.1.1 Teknik Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan untuk menentukan tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah ditentukan. Adapun yang dimaksud dengan teknik penilaian adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh informasi mengenai proses dan produk yang dihasilkan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam rangka penilaian ini, yang secara garis besar dapat dikategorikan sebagai teknik tes dan teknik nontes.
Teknik tes merupakan cara untuk memperoleh informasi melalui pertanyaan yang memerlukan jawaban betul atau salah, sedangkan teknik nontes adalah suatu cara untuk memperoleh informasi melalui pertanyaan yang tidak
memerlukan jawaban betul atau salah.
Dalam melaksanakan penilaian perlu diperhatikan prinsip-prinsip berikut ini.
1.      Pemilihan jenis penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang akan dinilai sehingga memudahkan dalam penyusunan soal.
2.      Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator.
3.      Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah siswa mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
4.      Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
5.      Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindakan perbaikan, berupa program remedi. Apabila siswa belum menguasai suatu kompetensi dasar, ia harus mengikuti proses pembelajaran lagi, sedang bila telah menguasai kompetensi dasar, ia diberi tugas pengayaan.
6.      Peserta didik yang telah menguasai semua atau hampir semua kompetensi dasar dapat diberi tugas untuk mempelajari kompetensi dasar berikutnya.
7.      Dalam sistem penilaian berkelanjutan, guru harus membuat kisi-kisi penilaian dan rancangan penilaian secara menyeluruh untuk satu semester dengan menggunakan teknik penilaian yang tepat.
8.      Penilaian dilakukan untuk menyeimbangkan berbagai aspek pembelajaran: kognitif, afektif dan psikomotor dengan menggunakan berbagai model penilaian,baik formal maupun nonformal secara berkesinambungan.
9.      Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik.
10.  Penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan hasil belajar siswa.
11.  Penilaian berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator. Dengan demikian, hasilnya akan memberikan gambaran mengenai perkembangan pencapaian kompetensi.
12.  Penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan dilakukan terus menerus) guna mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan penguasaan kompetensi siswa, baik sebagai efek langsung (main effect) maupun efek pengiring (nurturant effect) dari proses pembelajaran.
13.  Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan, penilaian harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil dengan melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
3.1.2        Bentuk Instrumen
Bentuk instrumen yang dipilih harus sesuai dengan teknik penilaiannya. Oleh karena itu, bentuk instrumen yang dikembangkan dapat berupa bentuk instrumen yang tergolong teknik:
  1. Tes tulis, dapat berupa tes esai/uraian, pilihan ganda, isian, menjodohkan
  2. dan sebagainya.
  3. Tes lisan, yaitu berbentuk daftar pertanyaan.
  4. Observasi yaitu dengan menggunakan lembar observasi.
  5. Tes Praktik/ Kinerja berupa tes tulis keterampilan, tes identifikasi, tes simulasi, dan uji petik kerja.           
  6. Penugasan individu atau kelompok, seperti tugas proyek atau tugas rumah.
  7. Portofolio dengan menggunakan dokumen pekerjaan, karya, dan atau prestasi siswa.
8.      Penilaian diri dengan menggunakan lembar penilaian diri.
Sesudah penentuan instrumen tes telah dipandang tepat, selanjutnya instrumen tes itu dituliskan di dalam kolom matriks silabus yang tersedia. Berikut ini disajikan ragam teknik penilaian beserta bentuk instrumen yang dapat digunakan.

Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
• Tes tertulis
• Tes pilihan: pilihan ganda, benar-salah,
   menjodohkan dll.
• Tes isian: isian singkat dan uraian
• Tes lisan
• Daftar pertanyaan
• Observasi (pengamatan)
• Lembar observasi (lembar pengamatan)
• Tes praktik (teskinerja)
• Tes tulis keterampilan
• Tes identifikasi
• Tes simulasi
• Tes uji petik kerja
• Penugasan individual atau kelompok
• Pekerjaan rumah
• Proyek
• Penilaian portofolio
• Lembar penilaian portofolio
• Jurnal
• Buku cacatan jurnal
• Penilaian diri Penilaian antarteman
Kuesioner/lembar penilaian diri
  Lembar penilaian antarteman

a.yanto40@yahoo.com

No comments:

Post a Comment