Thursday, June 9, 2016

Teori Morfologi Struktural





MORFOLOGI STRUKTURAL

http://lh4.ggpht.com/_BiYlG6sktcY/TQW2cH2CBGI/AAAAAAAABUs/Yd5e9ok1ZMc/morfologi_thumb30.jpg?imgmax=800 
 
A.           Morfologi struktural
Pandangan saussure tentang morfologi struktural adalah relasi antar tanda sebagai pembangun kebernilaian tanda, menurut sausure nilai dan makna dari tanda-tanda bahasa terutama dimungkinkan oleh sistem relasi. “Menjelaskan sebuah kata adalah menghubungkan dengan kata-kata yang lain”(Widada, 2009:22-23). Dalam kaidah-kaidah strukturalis seperti yang di rangkum oleh Fages diantaranya adalah Rule of commpatibility (kaidah kesesuaian): mengkaji kaidah-kaidah yang mengaturpenggabungan (dan dengan demikian juga mengkaji kesesuaian) unsur-unsur dalam teks.(Noth, 1995:299).
Dalam pokok bahasan ini kita akan membahasmorfologi struktural.Apa itu morfem?.Disamping kata rumah, terdapat kata berumah, perumahan, rumah-rumah, rumah-rumahan, rumah sakit. Sepeda, disamping kata sepeda, ada kata bersepeda, sepeda-sepeda, sepeda motor. Dari kata-kata tersebut dapatlah dikemukakan bahwa kata dalam bahasa Indonesia mempunyai berbagai bentuk. Jadi morfologimerupakan ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun semantik. Setiap bentuk tunggal, baik termasuk golongan satuan terikat merupakan satu morfem danmorfem ialah satuan gramatik yang paling kecil; satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lain sebagai unsur, sepertibentuk-bentuk mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me- itu, masing-masing disebut morf, yang semuanya merupakan alomorf dari morfem meN-. Morfber-, dan be-, dan bel-, ketiganya merupakan alomorf morfem ber-.
Deretan morfologi ialah suatu deretan atau suatu daftar yang memuat kata-kata yang berhubungan dalam bentuk dan artinya.Deretan morfologi amat berguna dalam penentuan morfem. Kata Terlantarmisalnya, apakah terdiri dari suatu morfem. Dapat diketahui dari deretan morfologik. Kata itu haruslah dibandingkan dengan kata-kata lain berhubungan dalam bentuk dan artinya dalam deretan morfologik. Kata itu haruslah dibandingkan dengan kata-kata lain yang berhubungan dalam bentuk dan artinya dalam deretan morfologik:
            Terlantar
            meN + terlantar + kan = menelantarkan
            di + telantar + kan = ditelantarkan
            ke + terlantar + an = keterlantaran
            Terlantar
Dengan deretan morfologi dapat ditentukan bahwa suatu satuan, misalnya terjauh, terdiri dari dua morfom, ialah ter- dan jauh; berpakaian terdiri dari tiga morfem, ialah ber-, pakai, dan –an; berperikemanusian terdiri dari empat morfem.Ialah ber- peri, ke-an, dan manusia.
Pengenalan morfem-morfem dilakukan dengan membandingkan bagian-bagian yang berulang dan dengan mengadakan subtitusi. Cara mengenal morfem didasarkan berdasarkan 5 prinsip.
1.      Bentuk-bentuk yang berulang yang mempunyai pengertian yang sama termasuk morfem yang sama
2.      Bentuk-bentuk yang mirip (susunan fonem-fonem nya), yang mempunyai pengertian yangsama termasuk morfem yang  sama, apabila perbedaan-perbedaanya dapat diterangkan secara fonologis
3.      Bentuk-bentuk yang berbeda susunan fonem-fonemnya, yang tidak dapat diterangkan secara fonologis, perbedaan-perbedaanya masih bisa dianggap sebagai alomorf-alomorf daripada morfem yang sama atau mirip, asal perbedaan-perbedaan itu bisa diterangkan secara morfologis.
4.      Apabila dalam deretan struktur, suatu satuan berparalel dengan suatu kekosongan. Maka kekosongan itu merupakan morfem, ialah yang disebut morfem zero.
5.      Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologi yang sama mungkin merupakan morfom yng berbeda. Aapabila satuan yang mempunyai strukuktur fonologi yang sama itu berbeda artinya =, tentu  saja merupakan morfem yang berbeda. Misalnya kata bukudalam ia membaca buku, yang berarti ‘kitab’ dan kata buku dalam buku tebu, yang berarti ‘sendi’.
Jenis-jenis morfem bisa ditentukan oleh dua macam kriteria yaitu kriterium hubungan dan kriterium distribusi. Yang pertama dapat dibagi lagi menjadi dua, yakni yang ditentukan oleh hubungan struktur dan hubungan posisi, sedangkan yang kedua hanya berupa dua macam, biarpun macam-macam ini bisa diberikan pengolahan-pengolahan lain.
Secara hubungan struktur morfem-morfem dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu morfem-morfem yang bersifat tambahan (aditif), yang bersifat penggantian (replasif), dan yang bersifat pengurangan (substraktif). Dan secara posisi morfem terbagi menjadi tiga macam: yaitu; yang bersifat urutan, yang bersifat sisipan, dan yang bersifat simultan.
Dalam morfologi ada proses morfologis yaitu cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain, atau proses penggabungan morfem-morfem menjadi kata. Kata merupakan dua macam satuan, ialah satuan fonologi dan satuan gramatik.Sebagai satuan fonologi, kata terdiri dari satu atau beberapa suku, dan suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem. Misalnya kata belajar terdiri dari tiga suku ialah be-, la-, dan jar. Sebagai satuan gramatik, kata terdiri dari satu atau beberapa morfem.Kata belajar terdiri dari dua morfem.Ialah morfem ber- dan morfem ajar.Dan kata ialah satuan bebas yang paling kecil.atau dengan kata lain, setiap satu satuan bebas merupakan kata. Kontruksi sederhana bisa menjadi dua, yaitu kata-kata yang merupakan morfem-morfem yang kami sebut akar dan yang kedua ialah kontruksi yang terdiri atas morfem-morfem tunggal pula, tetapi pada umumnya berujud kecil, yang secara morfologis sendiri, namun secara fonologis berdiri sendiri, namun secara fonologis biasa mendahului atau mengikuti morfem-morfem lain dengan eratnya.Ini perlu diberikan supaya ada ketegasan ketika kita menggolong-golongkan, dengan begitu bentuk terkecil ialah morfem, sedangkan yang terbesar ialah kata. Jelasnya demikian: jika diurutkan dari atas kebawah, keenam satuan gramatik, ialah wacana, klausa, frase, kata, dan morfem.
Dalam proses morfologis akan terjadi yang namanya Afiksasi, Reduplikasi, Perubahan Interen, Suplisi, dan Modifikasi Kosong. Setiap perubahan tiap morfem itu maka akan terjadi perilaku morfem dalam kata. Hendaklah kita ketahui bahwa ujud morfem yang hanya terdiri atas fonem-fonem bukanlah suatu hal sudah sewajarnya, mungkin bagi kebanyakan bahasa-bahasa adalah demikian, tetapi bagi bahasa-bahasa tertentu hal ini sukar dipahami karena fonem-fonem atau urutan-urutan fonem saja belum sepenuhnya mengandung pengertian yang jelas.
Sampai sekarang didapatkan pada bahasa-bahasa didunia ini hanya lima macam ujud morfem ialah fonem-fonem atau urutan fonem-fonem yang merupakan morfem-morfem. Jadi ujud morfem-morfem itu terdiri atas sebuah fonem atau lebih. Bentuk-bentuk seperti /i/, /pᶕ/, /tᶕr/, /mata/, /amat/, /pᶗhᶗn/, /tᶕtapi/, dan lain sebagainya merupakan contoh-contoh ujud morfem yang hanya terdiri atas fonem-fonem segmen belaka, seandainya ditambahkan fonem-fonem prosodi pada morfem-morfem semacam itu tidak akan mengubah hakikat morfem-morfem itu. Dan morfem-morfem bisa berujud gabungan antara fonem-foenm segmen dan fonem-fonem prosodi.Morfem-morfem yang terdiri atas fonem-fonem prosodi melulu tidak anyak terdapat, dan bial terdapat tentulah selalu bersama-sama fonem-fonem segmen. Apabila dua morfem berhubungan atau diucapkan yang satu sesudah yang lain, ada kalanya terjadi perubahan pada fonem atau fonem-fonem yang disebabkan oleh hubungan dua morfem atau lebih itu serta pemberian tanda-tandanya yang disebut morfofonemik.
Sedangkan yang dimaksud dengan konstruksi morfologis ialah bentukan daripada kata yang mungkin merupakan morfem tunggal atau gabungan antra morfem yang satu dengan morfem yang lain. Bentukan yang merupakan morfem tunggal disebut konstruksi sederhana, dan yang merupakan gabungan antara morfem yang satu dengan yang lain disebut konstruksi rumit. Konstruksi sederhana bisa dibagi menjadi dua, yaotu kata-kata yang merupakan morfem-morfem tunggal yang disebut akar, dan yang kedua ialah konstruksi yang terdiri atas morfem-morfem tunggal pula, tetapi pada umumnya berujud kecil, yang secara morfologis berdiri sendiri, namun secara fonologis biasa mendahului atau mengikuti morfem-morfem lain dengan eratnya. Bentukan ini disebut klitik.Yang mendahului kata-kata lain disebut proklitik, dan yang mengikuti kata-kata lain disebut enklitik.

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzqzNeP4fup3UxksJjuXKesynSqCNnqtqlGo96CD3yOSqoKQD8Fz54SdAgTRPchnPZFewCtp4bqgIAXMA3O_Nzm1f22b0xEoJJICtO0juf61jUdKN67ZHrbJkaBQgdPPSug03x2zQXUiU/s1600/satuan+kebahasaan.jpg

Dengan demikian akar meliputi semua bentuk tunggal yang berujud morfem bebas dan sekaligus merupakan kata pula.Oleh karena itu bentukan-bentukan ini bisa juga disebut kata morfem.Kadang-kadang agak sukar untuk membendakan klitik dari akar.Dalam hal begini tepaksa kita harus minta tolong ketentuan ketentuan fonologi.Apabila bentukan-bentukan yang dan lah, umpanya, dari bahasa Indonesia. Dan kita lihat hubungan fonologis antar masing-masing bentukan itu dengan kontruksi-kontruksi yang lain, yang bisa mendahului ataupun mengikuti. Kita ambil, umpamanya, kontruksi-kontruksi mahal, kerja, disana, sehinggaterdapatlah:
1.      Yang mahal lah
2.      Yang kerja lah
3.      Yang di sana lah
Bagi ketiga kelompok itu sukar dibayangkan terjadi semacam persenyawaan fonologis antara yang dan morfem-morfem yang mengikutinya.Tetapi hal itu mudah sekali dilihat antara lah dan morfem morfem yang mendahuluinya.Oleh karena itu, dapatlah ditentukan berdasarkan ketentuan ketentuan fonologis di atas ini, bahwa bentukan yang bukanlah klitik, sedangkan lahadalah enklitik.atau lebih.Bentukan ini bisa berupa gabungan antara pokok dan afik, seperti ber + juang.Ter + tawa; atau antara akar dan afik, seperti gula + I, ke + hujan + an; atau antara pokok dan pokok, seperti gelak + tawa; pokok dan akar, seperti daya + juang.
Bahwa kontruksi-kontruksi itu bukanlah mana suka, dapatlah dilihat contoh-contoh berikut ini.Kita ambil saja sebagai misal konstruksi-konstruksi memperjuangkan,mempermalukan, mempertajam.Yang pertama dan yang kedua tidaklah terdiridari atas konstruksi-konstruksi memperjuang dan memperlaku dan kan , biarpun terdapatkonstruksi yang ketiga itu, yaitu mempertajam. Sebaliknya, bisa terdapat konstruksi-konstruksi perjuan-kandan perlakukan.Tetapi tidak ada konstruksi *pertajamkan.Oleh karena itu, perlulah diketahui, bagaimana urutan-urutan bentukan itu.Untuk ini kita bicarakan hal berikut ini.
Untuk memudahkan keterangan kami tentang hal di atas itu, kita pakai pengertian lapisan-lapisan konstruksi. Lapisan itu akan lebih mudah dipahami dengan memerhatikan bagan-bagan di bawah ini:
Mem per jual beli kan
1
  2
3
 4
Bagan 1.
Mem            per               jual                belikan
jualbeli______________
___________ jualbeli                   kan
Per               jual               beli                   kan
Mem           per                jual                beli                   kan

Baik bagan 1 maupun bagan 2 nenunjukan lapisan-lapisan konstruksi kata memperjual belikan. Lapisan pertama terdiri atas jual + beli; lapisan  kedua terdiri atas jual-beli + kan; lapisan ketiga terdiri atas per + jual-belikan; dan lapisan keempat terdiri atas mem + perjual-belikan.
Dari uraian diatas maka akan terjadi proses penyelidikan morfologis yaitu untuk menemukan morfem-morfem, yang dapat bersifat bebas, dalam arti dapat berdiri sebdiri dalam ujaran; dan dapat bersifat terikat, dalam arti selalu berangkai dengan morfem lain. Untuk keperluan penyelidikan morfologi bahasa, diperlukan transkripsi fonemis bahasa itu, sehingga dapat dilakukan analisis yang jauh lebih tepat daripada sistem tulisan bahasa bersangkutan yang dipakai.Penyelidikan morfologi suatu bahasa ditujukan untuk mengetahui morfem-morfem bahasa itu, dan susunan morfem yang satu dengan morfem yang lain, menjadi kata.Karena morfem merupakan satuan terkecil yang bermakna sendiri, dalam analisi morfem-morfem dilibatkan makna morfem itu, sehingga terdapatlah analisi yang bersifat bentuk-makna.Bentuk makna ini bersifat komposit, dengan mendahulukan bentuk yang diikuti oleh artinya. Bagian lain dari penyajian analisis morfologi ialah contoh-contoh bentukan morfologis, yang memberikan berbagai pola bentukan yang terdiri atas morfem-morfem dasar dan morfem afik : prefik, sufik, infik, dan juga simulfik.

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUoJLeuUz8tZNSgnWUUbUkoqe9SN1LOYzX7Nd4WIM_3Gf2U8jSudsd_zo7sJS5KPG4xYsA5UbyDHVkpKKcwzVCqm8TduXMGZrXgfjShPfwC2lXVhEIWzOshAokyb1a0irRFEc7ZdikLDM/s400/bahasa+Indonesia+rikof.png

Karena morfem dinyatakan terdiri atas fonem-fonem, sedangkan terdapat penggabungan morfem yang satu dengan morfem lain, kemungkinan terdapat perubahan bentuk fonem yang disebabkan oleh penggabungan itu mudah sekali. Oleh karena itu tujuan penyelidikan morfologi ialah untuk mengetahui morfem-morfem suatu bahasa, dan bagaimana penggabungan morfem yang satu dengan yang lain menjadi kata.

No comments:

Post a Comment