MORFOLOGI
STRUKTURAL
A.
Morfologi
struktural
Pandangan saussure tentang morfologi struktural adalah relasi
antar tanda sebagai pembangun kebernilaian tanda, menurut sausure nilai dan makna
dari tanda-tanda bahasa terutama dimungkinkan oleh sistem relasi. “Menjelaskan
sebuah kata adalah menghubungkan dengan kata-kata yang lain”(Widada, 2009:22-23). Dalam kaidah-kaidah strukturalis seperti yang di
rangkum oleh Fages diantaranya adalah Rule of commpatibility
(kaidah kesesuaian): mengkaji kaidah-kaidah yang mengaturpenggabungan (dan
dengan demikian juga mengkaji kesesuaian) unsur-unsur dalam teks.(Noth, 1995:299).
Dalam pokok bahasan ini kita akan membahasmorfologi struktural.Apa itu morfem?.Disamping
kata rumah, terdapat kata berumah, perumahan, rumah-rumah, rumah-rumahan,
rumah sakit. Sepeda, disamping kata sepeda, ada kata bersepeda,
sepeda-sepeda, sepeda motor. Dari kata-kata tersebut dapatlah dikemukakan
bahwa kata dalam bahasa Indonesia mempunyai berbagai bentuk. Jadi morfologimerupakan ilmu bahasa yang
mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan bentuk kata itu, baik
fungsi gramatik maupun semantik. Setiap bentuk tunggal, baik termasuk golongan
satuan terikat merupakan satu
morfem danmorfem ialah satuan gramatik yang paling kecil; satuan gramatik yang
tidak mempunyai satuan lain sebagai unsur, sepertibentuk-bentuk mem-, men-,
meny-, meng-, menge-, dan me- itu, masing-masing
disebut morf, yang semuanya merupakan alomorf dari morfem meN-. Morfber-,
dan be-, dan bel-, ketiganya merupakan alomorf morfem ber-.
Deretan morfologi ialah
suatu deretan atau suatu daftar yang memuat kata-kata yang berhubungan dalam
bentuk dan artinya.Deretan morfologi amat berguna dalam penentuan morfem. Kata Terlantarmisalnya,
apakah terdiri dari suatu morfem. Dapat diketahui dari deretan morfologik. Kata itu haruslah
dibandingkan dengan kata-kata lain berhubungan dalam bentuk dan artinya dalam
deretan morfologik. Kata itu haruslah dibandingkan dengan kata-kata lain yang
berhubungan dalam bentuk dan artinya dalam deretan morfologik:
Terlantar
meN + terlantar + kan = menelantarkan
di + telantar + kan = ditelantarkan
ke + terlantar + an = keterlantaran
Dengan deretan morfologi dapat ditentukan bahwa suatu satuan, misalnya terjauh,
terdiri dari dua morfom, ialah ter- dan jauh; berpakaian
terdiri dari tiga morfem, ialah ber-, pakai, dan –an; berperikemanusian
terdiri dari empat morfem.Ialah ber- peri, ke-an, dan manusia.
Pengenalan
morfem-morfem dilakukan dengan membandingkan bagian-bagian yang berulang dan
dengan mengadakan subtitusi. Cara mengenal morfem didasarkan berdasarkan 5 prinsip.
1.
Bentuk-bentuk yang berulang yang
mempunyai pengertian yang sama termasuk morfem yang sama
2.
Bentuk-bentuk yang mirip (susunan
fonem-fonem nya), yang mempunyai pengertian yangsama termasuk morfem yang sama, apabila perbedaan-perbedaanya dapat
diterangkan secara fonologis
3.
Bentuk-bentuk yang berbeda susunan
fonem-fonemnya, yang tidak dapat diterangkan secara fonologis,
perbedaan-perbedaanya masih bisa dianggap sebagai alomorf-alomorf daripada
morfem yang sama atau mirip, asal perbedaan-perbedaan itu bisa diterangkan
secara morfologis.
4.
Apabila
dalam deretan struktur, suatu satuan berparalel dengan suatu kekosongan. Maka
kekosongan itu merupakan morfem, ialah yang disebut morfem zero.
5.
Satuan-satuan
yang mempunyai struktur fonologi yang sama mungkin merupakan morfom yng
berbeda. Aapabila satuan yang mempunyai strukuktur fonologi yang sama itu
berbeda artinya =, tentu saja merupakan
morfem yang berbeda. Misalnya kata bukudalam ia membaca buku, yang
berarti ‘kitab’ dan kata buku dalam buku tebu, yang
berarti ‘sendi’.
Jenis-jenis morfem bisa
ditentukan oleh dua macam kriteria yaitu kriterium hubungan dan kriterium
distribusi. Yang pertama dapat dibagi lagi menjadi dua, yakni yang ditentukan
oleh hubungan struktur dan hubungan posisi, sedangkan yang kedua hanya berupa
dua macam, biarpun macam-macam ini bisa diberikan pengolahan-pengolahan lain.
Secara hubungan struktur morfem-morfem dapat dibagi menjadi tiga macam,
yaitu morfem-morfem yang bersifat tambahan (aditif), yang bersifat penggantian
(replasif), dan yang bersifat pengurangan (substraktif). Dan secara posisi
morfem terbagi menjadi tiga macam: yaitu; yang bersifat urutan, yang bersifat
sisipan, dan yang bersifat simultan.
Dalam morfologi ada proses morfologis yaitu cara pembentukan kata-kata
dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain, atau proses
penggabungan morfem-morfem menjadi kata. Kata merupakan dua macam satuan, ialah
satuan fonologi dan satuan gramatik.Sebagai satuan fonologi, kata terdiri dari
satu atau beberapa suku, dan suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem.
Misalnya kata belajar terdiri dari tiga suku ialah be-, la-, dan jar.
Sebagai satuan gramatik, kata terdiri dari satu atau beberapa morfem.Kata belajar
terdiri dari dua morfem.Ialah morfem ber- dan morfem ajar.Dan kata ialah satuan
bebas yang paling kecil.atau dengan kata lain, setiap satu satuan bebas
merupakan kata. Kontruksi sederhana bisa menjadi dua, yaitu kata-kata yang
merupakan morfem-morfem yang kami sebut akar dan yang kedua ialah kontruksi
yang terdiri atas morfem-morfem tunggal pula, tetapi pada umumnya berujud
kecil, yang secara morfologis sendiri, namun secara fonologis berdiri sendiri,
namun secara fonologis biasa mendahului atau mengikuti morfem-morfem lain
dengan eratnya.Ini perlu diberikan supaya ada ketegasan ketika kita
menggolong-golongkan, dengan begitu bentuk terkecil ialah morfem, sedangkan
yang terbesar ialah kata. Jelasnya demikian: jika diurutkan dari atas kebawah,
keenam satuan gramatik, ialah wacana, klausa, frase, kata, dan morfem.
Dalam proses morfologis akan terjadi yang namanya Afiksasi, Reduplikasi,
Perubahan Interen, Suplisi, dan Modifikasi Kosong. Setiap perubahan tiap morfem
itu maka akan terjadi perilaku morfem dalam kata. Hendaklah kita ketahui bahwa
ujud morfem yang hanya terdiri atas fonem-fonem bukanlah suatu hal sudah
sewajarnya, mungkin bagi kebanyakan bahasa-bahasa adalah demikian, tetapi bagi
bahasa-bahasa tertentu hal ini sukar dipahami karena fonem-fonem atau
urutan-urutan fonem saja belum sepenuhnya mengandung pengertian yang jelas.
Sampai sekarang didapatkan pada bahasa-bahasa didunia ini hanya lima
macam ujud morfem ialah fonem-fonem atau urutan fonem-fonem yang merupakan
morfem-morfem. Jadi ujud morfem-morfem itu terdiri atas sebuah fonem atau
lebih. Bentuk-bentuk seperti /i/, /pᶕ/, /tᶕr/, /mata/, /amat/, /pᶗhᶗn/, /tᶕtapi/,
dan lain sebagainya merupakan contoh-contoh ujud morfem yang hanya terdiri atas
fonem-fonem segmen belaka, seandainya ditambahkan fonem-fonem prosodi pada
morfem-morfem semacam itu tidak akan mengubah hakikat morfem-morfem itu. Dan
morfem-morfem bisa berujud gabungan antara fonem-foenm segmen dan fonem-fonem
prosodi.Morfem-morfem yang terdiri atas fonem-fonem prosodi melulu tidak anyak
terdapat, dan bial terdapat tentulah selalu bersama-sama fonem-fonem segmen.
Apabila dua morfem berhubungan atau diucapkan yang satu sesudah yang lain, ada
kalanya terjadi perubahan pada fonem atau fonem-fonem yang disebabkan oleh
hubungan dua morfem atau lebih itu serta pemberian tanda-tandanya yang disebut
morfofonemik.
Sedangkan yang dimaksud dengan konstruksi morfologis ialah bentukan
daripada kata yang mungkin merupakan morfem tunggal atau gabungan antra morfem
yang satu dengan morfem yang lain. Bentukan yang merupakan morfem tunggal
disebut konstruksi sederhana, dan yang merupakan gabungan antara morfem
yang satu dengan yang lain disebut konstruksi rumit. Konstruksi
sederhana bisa dibagi menjadi dua, yaotu kata-kata yang merupakan morfem-morfem
tunggal yang disebut akar, dan yang kedua ialah konstruksi yang terdiri atas
morfem-morfem tunggal pula, tetapi pada umumnya berujud kecil, yang secara
morfologis berdiri sendiri, namun secara fonologis biasa mendahului atau
mengikuti morfem-morfem lain dengan eratnya. Bentukan ini disebut klitik.Yang
mendahului kata-kata lain disebut proklitik, dan yang mengikuti
kata-kata lain disebut enklitik.
Dengan demikian akar meliputi semua bentuk tunggal yang berujud morfem
bebas dan sekaligus merupakan kata pula.Oleh karena itu bentukan-bentukan ini bisa
juga disebut kata morfem.Kadang-kadang agak sukar untuk membendakan klitik dari
akar.Dalam hal begini tepaksa kita harus minta tolong ketentuan ketentuan
fonologi.Apabila bentukan-bentukan yang dan lah, umpanya, dari bahasa
Indonesia. Dan kita lihat hubungan fonologis antar masing-masing bentukan itu
dengan kontruksi-kontruksi yang lain, yang bisa mendahului ataupun mengikuti.
Kita ambil, umpamanya, kontruksi-kontruksi mahal, kerja, disana,
sehinggaterdapatlah:
1.
Yang
mahal lah
2.
Yang
kerja lah
3.
Yang
di sana lah
Bagi ketiga kelompok itu sukar dibayangkan terjadi semacam persenyawaan
fonologis antara yang dan morfem-morfem yang mengikutinya.Tetapi hal itu mudah
sekali dilihat antara lah dan morfem morfem yang mendahuluinya.Oleh
karena itu, dapatlah ditentukan berdasarkan ketentuan ketentuan fonologis di
atas ini, bahwa bentukan yang bukanlah klitik, sedangkan lahadalah
enklitik.atau lebih.Bentukan ini bisa berupa gabungan antara pokok dan afik,
seperti ber + juang.Ter + tawa; atau antara akar dan afik,
seperti gula + I, ke + hujan + an; atau antara pokok dan pokok,
seperti gelak + tawa; pokok dan akar, seperti daya + juang.
Bahwa kontruksi-kontruksi itu bukanlah mana suka, dapatlah dilihat
contoh-contoh berikut ini.Kita ambil saja sebagai misal konstruksi-konstruksi memperjuangkan,mempermalukan,
mempertajam.Yang pertama dan yang kedua tidaklah terdiridari atas
konstruksi-konstruksi memperjuang dan memperlaku dan kan ,
biarpun terdapatkonstruksi yang ketiga itu, yaitu mempertajam. Sebaliknya,
bisa terdapat konstruksi-konstruksi perjuan-kandan perlakukan.Tetapi
tidak ada konstruksi *pertajamkan.Oleh karena itu, perlulah diketahui,
bagaimana urutan-urutan bentukan itu.Untuk ini kita bicarakan hal berikut ini.
Untuk memudahkan keterangan kami tentang hal di atas
itu, kita pakai pengertian lapisan-lapisan konstruksi. Lapisan itu akan lebih
mudah dipahami dengan memerhatikan bagan-bagan di bawah ini:
Mem per jual beli kan
1
2
3
4
Bagan 1.
Mem
per jual belikan
jualbeli______________
___________ jualbeli kan
Per
jual beli kan
Mem
per jual beli kan
Baik bagan 1 maupun bagan 2 nenunjukan lapisan-lapisan konstruksi kata
memperjual belikan. Lapisan pertama terdiri atas jual + beli; lapisan kedua terdiri atas jual-beli + kan; lapisan
ketiga terdiri atas per + jual-belikan; dan lapisan keempat terdiri atas mem +
perjual-belikan.
Dari uraian diatas maka akan terjadi proses penyelidikan morfologis
yaitu untuk menemukan morfem-morfem, yang dapat bersifat bebas, dalam arti
dapat berdiri sebdiri dalam ujaran; dan dapat bersifat terikat, dalam arti
selalu berangkai dengan morfem lain. Untuk keperluan penyelidikan morfologi
bahasa, diperlukan transkripsi fonemis bahasa itu, sehingga dapat dilakukan
analisis yang jauh lebih tepat daripada sistem tulisan bahasa bersangkutan yang
dipakai.Penyelidikan morfologi suatu bahasa ditujukan untuk mengetahui
morfem-morfem bahasa itu, dan susunan morfem yang satu dengan morfem yang lain,
menjadi kata.Karena morfem merupakan satuan terkecil yang bermakna sendiri,
dalam analisi morfem-morfem dilibatkan makna morfem itu, sehingga terdapatlah
analisi yang bersifat bentuk-makna.Bentuk makna ini bersifat komposit, dengan
mendahulukan bentuk yang diikuti oleh artinya. Bagian lain dari penyajian
analisis morfologi ialah contoh-contoh bentukan morfologis, yang memberikan
berbagai pola bentukan yang terdiri atas morfem-morfem dasar dan morfem afik :
prefik, sufik, infik, dan juga simulfik.
Karena morfem dinyatakan terdiri atas fonem-fonem, sedangkan terdapat
penggabungan morfem yang satu dengan morfem lain, kemungkinan terdapat
perubahan bentuk fonem yang disebabkan oleh penggabungan itu mudah sekali. Oleh
karena itu tujuan penyelidikan morfologi ialah untuk mengetahui morfem-morfem
suatu bahasa, dan bagaimana penggabungan morfem yang satu dengan yang lain
menjadi kata.
No comments:
Post a Comment