Sunday, June 12, 2016

Teori Relevansi




Teori Relevansi

            Dalam teori relevansi memiliki kerangka kognitif  dan komunikatif. Komunikasi dibimbing oleh sebuah prinsip relevansi dan bahwa implikatur suatu ujaran dalam komunikasi adalah proposisi yang menghasilkan implikasi-implikasi kontekstual sebanyak mungkin dan usaha pemrosesan sekecil mungkin. Dalam proses komunikasi ujaran antara penyimak dan pendengar tidaklah selalu harus relevan dan jelas dengan konteks yang terjadi. Hal yang terpenting adalah makna dari ujaran antara penyimak dan pendengar tersampaikan. Sedangkan hubungan relevansi terhadap kognisi dapat berjalan dua tahap yaitu pembentukan hipotesis tentang niat komunikasi penutur dan konfirmasi hipotesis tersebut. 
            Ada beberapa kritik filsafat terhadap teori relevansi, salah satunya adalah positivisme logika. Hal ini munsul untuk melawan konteks cultural dimana orang semakin percaya dan didorong semakin suksesnya sains. Positivisme logika memandang bahwa jika setiap pernyataan yang tidak dapat dibuktikan dianggap tidak ada artinya. Ini menutut ada semua kalimat harus dapat dibuktikan kebenara secara benar melalui pengalaman. Pajanan indera dapat membuktikan kita secara langsung bahwa suatu kalimat ini adalah benar atau salah. Ada kritikan yang serupa dengan positivisme logika, yaitu reduksionisme. Reduksionisme yang pertama adalah kaidah-kaidah eliminasi. Sifat kaidah-kaidah eliminasi itu sendiri menganggapnya sama sekali tidak peka terhadap ciri-ciri konteks, yang ternyata kaidah semacam ini bagaimana pun juga dapat berfungsi dengan membuang sebuah konsep dari asumsi dan menggantikannya dengan seperangkat sifat-sifat logika yang tetap. Reduksionisme yang kedua adalah deduksi dan pemahaman. Penjelasan ilmiah dalam positivism logika diberikan dengan menggunakan deduksi, dimana pernyataan yang menerangkan explannandum berasal dari pernyataan-pernyataan berbagai hukum ilmiah dan penyataan-pernyataan yang menerangkan fakta-fakta empiris yang telah diketahui sebelumnya. Ada peran sentral antara deduksi dan pemahaman untuk memahami ujaran. Deduksi tidak lagi dapat mengungkap faktor-faktor yang relevan dengan pemahaman terhadap ujaran namun ia dapat menangkap kondisi-kondisi yang relevan dengan penjelasan terhadap suatu fenomena.  Dan kritikan terhadap positivisme logika yang ketiga adalag konfirmasi fungsional. Ada dua tipe aktivitas dalam praktek logika, yang pertama, melibatkan pengembangan hipotesis-hipotesis ilmiah dalam konteks penemuan. Yang kedua melibatkan asesman rasional terhadap hipotesis-hipotesis dalam konteks justifikasi.



No comments:

Post a Comment