Teori Relevansi
Dalam teori relevansi memiliki
kerangka kognitif dan komunikatif.
Komunikasi dibimbing oleh sebuah prinsip relevansi dan bahwa implikatur suatu
ujaran dalam komunikasi adalah proposisi yang menghasilkan implikasi-implikasi
kontekstual sebanyak mungkin dan usaha pemrosesan sekecil mungkin. Dalam proses
komunikasi ujaran antara penyimak dan pendengar tidaklah selalu harus relevan
dan jelas dengan konteks yang terjadi. Hal yang terpenting adalah makna dari
ujaran antara penyimak dan pendengar tersampaikan. Sedangkan hubungan relevansi
terhadap kognisi dapat berjalan dua tahap yaitu pembentukan hipotesis tentang
niat komunikasi penutur dan konfirmasi hipotesis tersebut.
Ada
beberapa kritik filsafat terhadap teori relevansi, salah satunya adalah
positivisme logika. Hal ini munsul untuk melawan konteks cultural dimana orang
semakin percaya dan didorong semakin suksesnya sains. Positivisme logika
memandang bahwa jika setiap pernyataan yang tidak dapat dibuktikan dianggap
tidak ada artinya. Ini menutut ada semua kalimat harus dapat dibuktikan
kebenara secara benar melalui pengalaman. Pajanan indera dapat membuktikan kita
secara langsung bahwa suatu kalimat ini adalah benar atau salah. Ada kritikan
yang serupa dengan positivisme logika, yaitu reduksionisme. Reduksionisme yang
pertama adalah kaidah-kaidah eliminasi. Sifat kaidah-kaidah eliminasi itu
sendiri menganggapnya sama sekali tidak peka terhadap ciri-ciri konteks, yang
ternyata kaidah semacam ini bagaimana pun
juga dapat berfungsi dengan membuang sebuah konsep dari asumsi dan
menggantikannya dengan seperangkat sifat-sifat logika yang tetap. Reduksionisme
yang kedua adalah deduksi dan pemahaman. Penjelasan ilmiah dalam positivism
logika diberikan dengan menggunakan deduksi, dimana pernyataan yang menerangkan
explannandum berasal dari pernyataan-pernyataan berbagai hukum ilmiah dan
penyataan-pernyataan yang menerangkan fakta-fakta empiris yang telah diketahui
sebelumnya. Ada peran sentral antara deduksi dan pemahaman untuk memahami
ujaran. Deduksi tidak lagi dapat mengungkap faktor-faktor yang relevan dengan
pemahaman terhadap ujaran namun ia dapat menangkap kondisi-kondisi yang relevan
dengan penjelasan terhadap suatu fenomena.
Dan kritikan terhadap positivisme logika yang ketiga adalag konfirmasi
fungsional. Ada dua tipe aktivitas dalam praktek logika, yang pertama,
melibatkan pengembangan hipotesis-hipotesis ilmiah dalam konteks penemuan. Yang
kedua melibatkan asesman rasional terhadap hipotesis-hipotesis dalam konteks
justifikasi.
No comments:
Post a Comment