INFERENSI
Ada
hubungan yang sangat erat antara pragmatic dan inferensi (kesimpulan).
Pragmatic sendiri adalah kajian makna yang berkaitan dengan konteks pada ujaran
yang diciptakan. Bagi para penyimak ujaran, dapat menyimpulkan suatu ujaran
dengan memperhatikan implikatur dan konteks. Dan implikatur itu tidaklah
diberikan melainkan diciptakan. Di sisi lain inferensi tercipta dari hasil
pemahaman konteks dan implikatur dalam ujaran. Ada beberapa jenis inferensi
deduksi, misalnya adalah inferensi deduksi langsung, Dalam kajian ini,
kesimpulan menganggap aspek tertentu makna semantic premis sebagai asal
diperoehnya kesimpulan tersebut. Inferensi langsung memiliki relevansi tertentu
dengan kajian pragmatic. relevansi langsung ini berasal dari kesamaan struktural
antara jenis ini dengan fenomena pragmatic sentral interpratasi ujaran. Jadi
sejauh inferensi langsung memperlihatkan kesamaan-kesamaan struktur dengan ini
dengan interpretasi ujaran yang sama pentingnya, seperti aktivitas pragmatic,
maka pertimbangan karakternya sangat penting, dalam kajian pragmatic. inferensi
langsung dikenal dengan silogisme yang diteliti dengan rutin dalam berbagai
teks pendahuluan logika. Silogisme dibedakan dengan melihat proposisinya,
sehingga dibendakan menjadi:
-
Dua proposisi
berfungsi sebagai premis.
-
Dan yang satu
sebagai kesimpulan.
Bila
ada dua premis, jadi inferensi itu terletak pada hasil focus dari kedua premis
itu. Atau kita bisa sebut dengan premis kesimpulan. Namun jika hanya terdapat
satu premis, bisa langsung dikatakan inferensi ada di premis tunggal itu.
Macam-macam inferensi:
a.
Inferensi ke
bawah.
b.
Inferensi ke
Atas.
Sebenarnya
persoalannya adalah bahwa pelibatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
inferensi-inrefensi. Ada dua komponen terhadap pandangan yang sempit. Pertama
ada penekanan pada upaya untuk mengakaji hubungan-hubungan logika antara
kalimat-kalimat, sedangkan kalimat dipahami sebagai struktur yang keberdaannya
terpisah dari para pengguna bahasa yang mengahasilkannya. Kedua inferensi
dianggap dapat tercapai semata-mata dalam tindak penalaran yang terbatas pada
bidang-bidang kognitif tertentu.
Bagi
para ahli teori ini, persoalan utama adalah penalaran deduksi atau tipe
penalaran tertentu lainnya terlibat dalam interpretasi ujaran. Bagi para ahli
psikologi penalaran berasumsi bahwa manusia memiliki kapasitas tertentu untuk
melakukan pemikiran deduksi dab berusaha untuk menemukan apakah pemikiran
tersebut sesuai dengan prinsip dan kaidah logika. Adanya kesalahan dalam proses
inferensi tidaklah cukup untuk menyangkal logika sebagai model penelaran
deduksi manusia. Ada sejumlah cara
dimana seseorang dapat mempertahankan peran logika dalam penalaran manusia
maupun menerangkan kesalahan-kesalahan yang diungkapkan oleh kajian tertentu.
Dengan menggunakan pengetahuan mereka tentang bahasa
dan pengetahuan (dunia) umum, orang-orang yang melakukan penalaran pertama
harus memahami premis-premis suatu argument yang mereka temukan pemahaman
melibatkan orang-orang yang melakukan penalaran dalam menyusun model internal
keadaan yang dideskripsikan dengan maksud untuk membuat informasi eksplisit
yang terkandung secara implisi dalam premis-premis itu. Dalam
inferensi elaborative, inferensi ini berkaitan erat dengan latar belakang yang
memperhatikan pemehaman kita tentang bahasa. Inferensi ini juga dikaji oleh
peneliti intelegensi artificial. Ada beberapa konsep yang dikaji, misalnya
kerangak pikir dan skemata. Dah hal lainnya yang tidak terpisahkan dengan
tindak interpretasi ujaran.para psikolog juga menyadari dapak konstrusi
pengetahuan terhadap sejumlah proses kognisi. Salah satu prosesnya adalah
persepsi. Inferensi elaborative juga menggelitik para ilmuan yang mengkaji
masalah integensi artifial. Mereka mengerti akan dampak pentingnya
ekstralinguistik terhadap pemahaman bahasa dan pada khususnya masalah
inferensi. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi inferensi berdasarkan sudut
pandang artificial misalnya naskah atau skemata. Sedangkan menurut ilmu pragmatic.
reperesentasi terjadi di alam bawah sadar melalui proses decoding. Decoding ini
mencakup pengetahuan tentang dunia nyata yang pada akhirnya berpengaruh
terhadap prinsip dan maksim yang digunakan untuk menghasilkan implikatur dalam
percakapan. Saat proses percakapan berlangsung. Kita dapat menemukan implikatur
yang dipakai secara tidak sadar dan berhenti pada saat premis dan kesimpulan
telah didapat.
No comments:
Post a Comment