Sunday, June 12, 2016

Inferensi dalam Pragmatik




INFERENSI

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8Z2ezSBs8ybi1kdjVj1ngOKY-le5y-FSOgZFaDghtrjB42VIgCfg6d8juJlzzzT9kqaiIiTuJ9HaHWvrdbRwTPrwqfDTP5xw_xkctPMmZKg7xLNn0J8CDdcIp1zBWkh3lGXGaGaU7rLEE/s1600/250px-Think.gif

Ada hubungan yang sangat erat antara pragmatic dan inferensi (kesimpulan). Pragmatic sendiri adalah kajian makna yang berkaitan dengan konteks pada ujaran yang diciptakan. Bagi para penyimak ujaran, dapat menyimpulkan suatu ujaran dengan memperhatikan implikatur dan konteks. Dan implikatur itu tidaklah diberikan melainkan diciptakan. Di sisi lain inferensi tercipta dari hasil pemahaman konteks dan implikatur dalam ujaran. Ada beberapa jenis inferensi deduksi, misalnya adalah inferensi deduksi langsung, Dalam kajian ini, kesimpulan menganggap aspek tertentu makna semantic premis sebagai asal diperoehnya kesimpulan tersebut. Inferensi langsung memiliki relevansi tertentu dengan kajian pragmatic. relevansi langsung ini berasal dari kesamaan struktural antara jenis ini dengan fenomena pragmatic sentral interpratasi ujaran. Jadi sejauh inferensi langsung memperlihatkan kesamaan-kesamaan struktur dengan ini dengan interpretasi ujaran yang sama pentingnya, seperti aktivitas pragmatic, maka pertimbangan karakternya sangat penting, dalam kajian pragmatic. inferensi langsung dikenal dengan silogisme yang diteliti dengan rutin dalam berbagai teks pendahuluan logika. Silogisme dibedakan dengan melihat proposisinya, sehingga dibendakan menjadi:
-         Dua proposisi berfungsi sebagai premis.
-         Dan yang satu sebagai kesimpulan.
Bila ada dua premis, jadi inferensi itu terletak pada hasil focus dari kedua premis itu. Atau kita bisa sebut dengan premis kesimpulan. Namun jika hanya terdapat satu premis, bisa langsung dikatakan inferensi ada di premis tunggal itu.
Macam-macam inferensi:
a.       Inferensi ke bawah.
b.      Inferensi ke Atas.
Sebenarnya persoalannya adalah bahwa pelibatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari inferensi-inrefensi. Ada dua komponen terhadap pandangan yang sempit. Pertama ada penekanan pada upaya untuk mengakaji hubungan-hubungan logika antara kalimat-kalimat, sedangkan kalimat dipahami sebagai struktur yang keberdaannya terpisah dari para pengguna bahasa yang mengahasilkannya. Kedua inferensi dianggap dapat tercapai semata-mata dalam tindak penalaran yang terbatas pada bidang-bidang kognitif tertentu.
Bagi para ahli teori ini, persoalan utama adalah penalaran deduksi atau tipe penalaran tertentu lainnya terlibat dalam interpretasi ujaran. Bagi para ahli psikologi penalaran berasumsi bahwa manusia memiliki kapasitas tertentu untuk melakukan pemikiran deduksi dab berusaha untuk menemukan apakah pemikiran tersebut sesuai dengan prinsip dan kaidah logika. Adanya kesalahan dalam proses inferensi tidaklah cukup untuk menyangkal logika sebagai model penelaran deduksi manusia.  Ada sejumlah cara dimana seseorang dapat mempertahankan peran logika dalam penalaran manusia maupun menerangkan kesalahan-kesalahan yang diungkapkan oleh kajian tertentu.
Dengan menggunakan pengetahuan mereka tentang bahasa dan pengetahuan (dunia) umum, orang-orang yang melakukan penalaran pertama harus memahami premis-premis suatu argument yang mereka temukan pemahaman melibatkan orang-orang yang melakukan penalaran dalam menyusun model internal keadaan yang dideskripsikan dengan maksud untuk membuat informasi eksplisit yang terkandung secara implisi dalam premis-premis itu. Dalam inferensi elaborative, inferensi ini berkaitan erat dengan latar belakang yang memperhatikan pemehaman kita tentang bahasa. Inferensi ini juga dikaji oleh peneliti intelegensi artificial. Ada beberapa konsep yang dikaji, misalnya kerangak pikir dan skemata. Dah hal lainnya yang tidak terpisahkan dengan tindak interpretasi ujaran.para psikolog juga menyadari dapak konstrusi pengetahuan terhadap sejumlah proses kognisi. Salah satu prosesnya adalah persepsi. Inferensi elaborative juga menggelitik para ilmuan yang mengkaji masalah integensi artifial. Mereka mengerti akan dampak pentingnya ekstralinguistik terhadap pemahaman bahasa dan pada khususnya masalah inferensi. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi inferensi berdasarkan sudut pandang artificial misalnya naskah atau skemata.  Sedangkan menurut ilmu pragmatic. reperesentasi terjadi di alam bawah sadar melalui proses decoding. Decoding ini mencakup pengetahuan tentang dunia nyata yang pada akhirnya berpengaruh terhadap prinsip dan maksim yang digunakan untuk menghasilkan implikatur dalam percakapan. Saat proses percakapan berlangsung. Kita dapat menemukan implikatur yang dipakai secara tidak sadar dan berhenti pada saat premis dan kesimpulan telah didapat.



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgPik10Bjk79Vc-Oqic2cWYH0bBtpYApG5yZClQgUpE5Rn98cSAEU2sz08cwvITFBpGR0m6WMUucRF_M9DEk9txH6NImLTK59vDX4pTz591LBbGBn3NfmZW3lpdcNB-qSWGBynzyFD_fna/s1600/wujud+evidensi+inferensi+dan+implikasi.jpg

No comments:

Post a Comment