ANALISIS BUTIR
SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER (UTS) BAHASA INDONESIA KELAS VII SMP NEGERI 2
PANTI
Abstrak
Tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat
kesukaran suatu soal. Dikatakan baik karena memiliki tingkat kesukaran yang seimbang.
Daya pembeda soal adalah pengukuran sejauh mana suatu soal mampu membedakan
peserta didik yang belum atau sudah menguasai kompetensi berdasarkan kriteria
tertentu (Arifin, 2014:273). Permasalahan yang muncul dari latar belakang
adalah bagaimana tingkat kesukaran soal dan daya beda soal Ulangan Tengah
Semester (UTS). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat
kesukaran soal ulangan tengah semester dan mendeskripsikan daya beda soal
ulangan tengah semester bahasa indonesia. Hasil analisis data menunjukkan bahwa
analisis tingkat kesukaran soal termasuk dalam kriteria seimbang karena tingkat
kesukaran yang hampir sama yaitu (30%). Analisis daya pembeda soal menunjukkan
bahwa soal tergolong dalam kriteria kurang karena menunjukkan angka yang paling
besar yaitu mencapai (64%) dengan kriteria kurang. Simpulan penelitian ini
adalah soal Ulangan Tengah Semester di SMP Negeri 2 Panti semester genap tahun
ajaran 2015/2016, belum bisa dikatakan layak untuk diujikan kepada siswa-siswi
disekolah tersebut karena masih perlu banyak perbaikan lagi dalam menganalisis
daya pembeda soal., sedangkan dilihat dari segi menganalisis tingkat kesukaran
soal sudah dapat dikatakan layak jika diujikan di sekolah tersebut karena hasil
penganalisisan dan perhitungan sudah seimbang dalam menentukan proporsi dari
masing-masing kriteria soal baik dalam kriteria sedang, mudah, dan sukar.
Kata kunci: Analisis tingkat kesukaran soal dan
daya beda soal
Abstract
About the
difficulty level is a measurement of the degree of difficulty of a problem.
Said to be good because it has a balanced level of difficulty. The problem is
distinguishing the measurement of the extent to which a matter of being able to
distinguish students who have already mastered the competencies or according to
certain criteria (Arifin, 2014: 273). The problems that arise from the
background is the matter of how the level of difficulty and different power
about Deuteronomy Central Semester (UTS). The purpose of this study was to
describe the level of difficulty of the test questions midterm and describe
different power test questions midterm Indonesian. The result showed that the
analysis of the level of difficulty in the assessment including balanced
criteria for the level of difficulty which is almost the same (30%). Analysis
of distinguishing matter indicates that the matter pertained in less criteria
for greatest figures show that reach (64%) with less criteria. The conclusions
of this research is a matter of Deuteronomy Central Semester at SMP Negeri 2
Panti second semester of the 2015/2016 academic year, can not be considered
eligible to be tested to the students to the school because they need much more
improvement in analyzing distinguishing matter., While in terms of analyze the
level of difficulty of questions can already be said to be feasible if tested
in the school because analyzing the results and the calculations are balanced
in determining the proportion of each criterion about both the criteria of
being easy and difficult.
Keywords: Analysis
of the level of difficulty of questions and different power problems
1.
PENDAHULUAN
Peningkatan kualitas pendidikan terusdilakukan
secara inovatif baik dari sistem maupun dari teknik pengajaran oleh Guru dikelas.
Peningkatan yang dilakukan berupa perubahan dalam berbagai sistem pendidikan
seperti: kurikulum, alat bantu belajar, strategi pembelajaran komponen dalam
pembelajaran yang meliputi: tujuan pembelajaran, proses pembelajaran dan
evaluasi pembelajaran merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Proses
belajar mengajar termasuk tujuan pembelajaran.
Alat evaluasi yang sering dipakai dalam proses
pembelajaran adalah tes. Tes merupakan alat ukur yang perlu direncanakan secara
khusus sesuai dengan tujuan pembelajaran dan perlu dipersiapkan dengan baik
sesuai kaidah penyusunannya. Pengukuran sangat diperlukan tes dengan kualitas
yang baik, sebab baik buruknya kualitas tes akan menentukan kualitas data yang
dihasilkan. Suatu tes dapt dikatakan sabagai alat pengukur yang baik jika
memenuhi persyaratan dalam hal: (a) tingkat kesukaran soal adalah pengukuran
seberapa besar derajad kesukaran suatu soal, (b) daya pembeda soal adalah
pengukuran sejauh mana suatu soal mampu membedakan peserta didik yang belum
atau yang sudah menguasai materi. Disamping itu soal tes juga harus sesuai
dengan isi yang terkandung dalam krurikulum yang berlaku. Oleh karena itu
kurikulum harus menjadi pedoman setiap guru dalam kegiatan proses belajar
mengajar, sehingga pelajaran yang diterima siswa juga sesuai dengan kurikulum
yang ada.
Apabila soal-soal ulangan tengah semester
tidak sesuai dengan kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum, maka soal
ulangan tengah semester sebagai alat evaluasi tidak berfungsi sebagai mana
mestinya. Oleh karena itu, soal-soal ulangan tengah semester perlu dikaji lagi
apakah soal-soal tersebut memiliki kriteria sebagai soal yang baik atau tidak.
Hal ini sangat diperlukan karena soal yang baik akan mempengaruhi perolehan
hasil belajar siswa.
Kualitas tes dapat dilihat dari butir soalnya
melalui analisis butir soal. Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu
kegiatan yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan mutu soal yang dibuatnya.
Tujuannya adalah untuk mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh
soal yang bermutu sebelum soal tersebut diujikan atau sesudah diujikan.
Disamping itu, tujuan analisis butir soal juga untuk membantu meningkatkan tes
melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif, serta untuk mengetahui
informasi pada siswa apakah mereka sudah atau belum memahami materi yang telah
diajarkan.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik
untuk meneliti masalah tersebut kedalam skripsi dengan judul “ Analisis Butir Soal Ulangan Tengah
Semester (UTS) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII di SMP Negeri 2 Panti
Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016”
2.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi objek penelitian sebagai berikut: (a) jenis penelitian,
(b) lokasi penelitian, (c) populasi dan sample, (d) teknik pengumpulan data,
dan (f) teknik analisis data. Berikut pemaparannya dari masing-msing sub bab
tersebut
Jenis penelitiannya yaitu termasuk dalam jenis
penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian
yang dilakukn untuk mengetahui keadaan dan perkembangan suatu hal atau fenomena
tertentu dan memaparkn hal tersebut secara terperinci dan apa adanya. Penelitian
ini bersifat deskriptif karena untk memaparkan gambaran kongkrit tentang
kualitas butir soal Ulangan Tengah Semester Genap Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia berdasarkan hasil analisis tingkat kesukaran soal dan daya beda soal.
Lokasi dalam penelitian ini yaitu tepatnya di
SMP Negeri 2 Panti. Jl. Rajawali 108 kemuningsari lor, tlp/fax. 0331712378
panti jember 68153. Dengan pemilihan lokasi tersebut, peneliti diharapkan dapat
menemukan hal-hal yang baru dan penelitian tersebut dapat bermakna bagi
masyarakat luas.peneliti melakukan olah tempat pada hari dan tanggal senin, 07
maret 2016 pukul 09.00 pada jam istirahat sekolah, untuk meminta ijin sekaligus
meminta soal ulangan tengah semester dan selanjutnya peneliti meminta nilai
hasil ulangan tengah semester serta dokumen penting lainnya.
Populasi dalam penelitian ini adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas subjek/objek yang memiliki kualitas dan karakter tertentu
yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua siswa-siswi kelas tujuh D di SMP Negeri 2 Panti. Peneliti memilih
kelas tujuh D karena peneliti merasa cukup mudah untuk mendapatkan data-data
apa saja yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel penelitian ini
adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat
mewakili seluruh populasi (sugiono, 2012:80). Sampel penelitian ini menggunakan
teknik sampling jenuh karena penentuan teknik ini bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering digunakan bila jumlah populasi relatif
kecil, kurang dari 30 orang atau penelitian yang ingin membuat generalisasi
dengan kesalahan yang sangat kecil.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan cara mengumpulkan data-data yang berupa
dokumen-dokumen dari sekolah sebanyak mungkin dari guru bahasa indonesia mengapa
metode dokumentasi ini digunakan karena dokumentasi merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen ini bisa berbentuk tulisan, gambar, dan
lain-lainnya.
Instrumen pengumpulan data adalah alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang akan diamati
(sugiono, 2012:102). Istrumen penelitian ini digunakan untuk mengukur nilai
variabel yang akan diamati. Istrumen pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah itrumen tingkat kesukaran dan istrumen daya pembeda soal
yaitu melalui tabel/biasa disebut dengan tabulasi.
Teknik analisis data dalam yang di gunakan
dalam penelitian ini adalah teknik formal dan non formal. Proses menganalisis
data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (a) Reduksi data merupakan
proses seleksi dan penyederhanaan data diperoleh. (b) Pengumpulan data
marupakan mengumpulkan data-data apa yang dibutuhkan dalam penelitian ini untuk
menjadikan data tersebut menjadi data yang valid. (c) penganalisisan data yaitu
proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan dengan baik. (d) penafsiran data
yaitu setelah menganalisis data peneliti segera menafsirkan semua hasil
data-data untuk dipertanggung jawabkan sesuai permasalahan yang telah
dirumuskan. (e) tahap akhir yaitu penyimpulan data dilakukan dengan cara
merumuskan hasil penefsiran secara ringkas dan jelas.
3.
PAPARAN DAN PEMBAHASAN
Paparan temuan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi objek penelitian sebagai berikut: (a) tingkat kesukaran
soal (b) daya pembeda soal. Tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa
besar derajad kesukaran suatu soal. Dikatakan baik karena sama-sama memiliki analisis tingkat kesukaran yang seimbang (Arifin,
2014:266). Jadi setelah melalui proses perhitungan dapat dilihat bahwa soal
Ulangan Tengah Semester (UTS) ditinjau dari tingkat kesukaran untuk soal
pilihan ganda termasuk kriteria sedang, karena presentase dengan kriteria
sedang menunjukkan presentase lebih besar yaitu dari 50 butir soal pilihan
ganda 15 butir soal (30%) dengan kriteria mudah, 19 butir soal (38%) dengan
kriteria sedang, dan 16 butir soal (32%) dengan kriteria sukar.
Daya pembeda soal adalah pengukuran sejauh
mana suatu soal mampu membedakan peserta didik yang belum atau sudah menguasai
kompetensi berdasarkan kriteria tertentu (Arifin, 2014:273). Jadi setelah
dianalisis dan dihitung dapat dilihat bahwa soal Ulangan Tengah Semester (UTS)
ditinjau dari daya beda soal untuk soal pilihan ganda termasuk kriteria kurang,
karena presentase dengan kriteria kurang menunjukkan presentase yang paling besar yaitu dari 50 butir soal
pilihan ganda 32 butir soal (64%) dengan kriteria kurang, 5 butir soal (10%) dengan kriteria cukup, 7 butir soal (14%)
dengan kriteria baik, dan 6 butir soal (12%) dengan kriteria baik sekali.
Pembahasan
dalam hasil penelitian skripsi ini meliputi pembahasan tentang ” Analisis Butir Soal Ulangan Tengah
Semester Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII Semester Genap Tahun Ajaran
2015/2016” yaitu tentang: (a) analisis tingkat kesukaran soal, dan (b)
analisis daya pembeda soal.
Tingkat
Kesukaran Soal adalah pengukuran seberapa besar derajad kesukaran suatu soal.
Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran yang sama maka soal tersebut dapat
dikatakan bahwa soal tersebut baik. Dikatakan baik karena sama-sama memiliki tingkat kesukaran yang seimbang. Suatu
soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah (Arifin,
2014:266). Analisis tingkat kesukaran soal merupakan pengukuran seberapa besar
derajad siswa yang menjawab benar dan salah. Jika nantinya dalam satu kelas
memiliki proporsi tingkat kesukaran yang sama, yaitu tidak terlalu sukar dan
tidak terlalu mudah. maka dapat di katakan bahwa soal tersebut layak untuk di
teskan dalam ulangan tengah semester pada siswa-siswi SMP Negeri 2 Panti.
Soal yang termasuk dalam kriteria mudah yaitu
(0% - 27%) menurut analisis tingkat kesukaran soal. Peneliti mengambil tiga
contoh soal yang termasuk dalam kriteria mudah Soal dapat dikatakan mudah karena
sudah melalui proses penghitungan dan penganalisisan yang sudah dapat
dipaparkan dan dilihat di bab empat sebelumnya. Selain itu soal tersebut
dikatakan mudah karena hampir semua siswa-siswi yang menjawab soal dengan benar
di sekolah tersebut terutama kelas VII.
soal yang termasuk dalam kriteria mudah yaitu
(0% - 27%) menurut hasil perumusan analisis tingkat kesukaran soal. Siswa bisa
menjawab soal dengan benar jika dapat memahami penggalan cerita tersebut. Soal
nomor 21,22,24 dikatakan mudah bagi siswa karena soal tersebut memiliki
kedalaman kesukaran kata kerja operasional revisi taksonomi bloom pada tingkat
C2 yaitu (memahami). Jadi soal nomor 21,22,24 belum layak digunakan disekolah
tersebut karena soal tersebut sudah jelas dari analisis tingkat kesukaran soal
bahwa soal tersebut tergolong dalam kriteria mudah untuk dijawab oleh siswa.
Soal yang termasuk dalam kriteria sedang yaitu
(28% - 72%) menurut analisis tingkat kesukaran soal. Peneliti mengambil tiga
soal yang termasuk dalam kriteria sedang. Soal tersebut dikatakan sedang karena
dalam proses penghitungan dan penganalisisan yang sudah dapat dipaparkan di
dalam bab empat sebelumnya. Selain itu soal tersebut dikatakan sedang karena
dari 31 siswa hanya ada sebagian siswa-siswi yang menjawab soal dengan benar di
sekolah tersebut.
Soal diatas merupakan contoh soal yang
termasuk dalam kriteria sedang yaitu (28% - 72%). Siswa bisa menjawab dengan
benar jika bisa memahami penggalan cerita diatas. Soal nomor 20 dan 23
dikatakan sedang bagi siswa karena soal tersebut memiliki kedalaman kesukaran
kata kerja operasional revisi taksonomo bloom pada tingkat C3 yaitu
(mengaplikasikan). Soal nomor 42 dikataka sedang bagi siswa karena soal
tersebut memiliki kedalaman kesukaran kata kerja operasional revisi taksonomi
bloom pada tingkat C2 yaitu (memahami) apa yang dibahas dalam kutipan cerpen
diatas. Jadi soal nomor 20,23,42 sudah dapat dikatak layak digunakan disekolah
tersebut karena soal itu sudah jelas dari analisis tingkat kesukaran soal bahwa
soal tersebut tergolong dalam kriteria sedang, sehingga sudah layak untuk
digunakan tetapi Guru harus tetap berusaha untuk bisa membuat soal dengan
analisis tingkat kesukaran soal dalam kriteria baik tiap butir soal agar bisa
mencetak siswa-siswi yang berkualitas.
soal yang termasuk dalam kriteria sukar
menurut analisis tingkat kesukaran soal. Peneliti mengambil tiga contoh soal
yang termasuk dalam kriteria sukar. Soal tersebut dikatakan sukar karena dalam
proses penghitungan dan penganalisisan yang sudah dipaparkan di bab empat
sebelumnya. Selain itu soal tersebut dikatakan sukar karena ada banyak
siswa-siswi yang menjawab soal dengan salah di sekolah tersebut.
soal yang termasuk dalam kriteria sukar karena
dalam hasil penghitungan dan penganalisisan soal menunjukkan (73% - 100%)
siswa-siswi yang menjawab soal dengan salah, itu merupakan presentase yang
besar menurut analisis tingkat kesukaran soal. Soal nomor 31 dan 34 dikatakan
mudah bagi siswa karena soal tersebut mimiliki kedalaman kesukaran kata kerja
operasional revisi taksonomi bloom pada tingkat C2 yaitu (memahami). Soal nomor
36 dikatakan mudah bagi siswa karena soal tersebut memiliki kedalam kesukaran
kata kerja operasional revisi taksonomi bloom pada tingkat C4 yaitu
(menganalisis). Jadi soal nomor 31,34,36 belum layak digunakan atau diujikan
disekolah tersebut karena soal itu sudah jelas dari analisis tingkat kesukaran
soal bahwa soal tersebut tergolong dalam kriteria sukar jika dijawab oleh
siswa-siswi disekolah tersebut.
Tingkat kesukaran dalam soal Ulangan Tengah
Semester (UTS) ini secara keseluruhan tergolong dalam kriteria soal yang
seimbang karena dari masing-masing presentase dengan kriteria mudah, sedang,
dan sukar menunjukkan lebih dari (30%). Angka presentase yang sama besar
kriterianya, meskipun demikian dalam tingkat kesukaran suatu soal tidak serta
merta menunjukkan bahwa soal tersebut baik atau buruk. akan tetapi butir soal
tersebut sukar atau mudah untuk kelompok siswa tertentu.
Butir soal yang memiliki tingkat kesukaran
dengan kriteria mudah dan sukar bukan berarti soal tersebut baik untuk
digunakan, begitu pula dengan butir soal dengan kriteria sedang bukan berarti
butir soal tersebut tidak boleh dipakai, melainkan butir soal tersebut dapat
digunakan sesuai dengan kondisi siswa yang akan menjadi tes. Contohnya untuk mengetahui hasil belajar siswa pandai
sebaiknya digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran dengan kriteria
sukar. Demikian pula sebaliknya, untuk mengetahui hasil belajar siswa yang
kurang pandai digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran dengan
kriteria mudah.
Soal Ulangan Tengah Semester (UTS) yang telah
dianalisis ini, secara keseluruhan tingkat kesukaran soal tergolong dalam
kriteria seimbang, sedangkan siswa yang mengikuti tes tidak hanya dari kelompok
siswa yang pandai maupun yang kurang pandai. Jadi, soal tersebut setelah
melalui dalam proses penghitungan dan penganalisisan diatas dapat disimpulkan
bahwa soal tersebut sudah cocok ketika diujikan pada semua kelompok siswa, baik
yang pandai maupun yang kurang pandai, mengapa demikian karena pada kondisi
semacam ini, dimana siswa yang mengikuti tes tidak hanya dari siswa yang pandai
melainkan yang kurang pandai juga mengikuti tes, maka soal tes seharusnya
pembagiannya harus proporsional antara soal yang mudah, sukar dan sedang. Jadi
dalam pembagian soal Ulangan Tengah Semester (UTS) Bahasa Indonesia di SMP
Negeri 2 Panti ini sudah dikatakan cocok karena pembagian proporsionalnya sudah
seimbang dan merata antara soal yang mudah, sukar dan sedang. (b) Daya pembeda
soal adalah pengukuran sejauh mana suatu soal mampu membedakan peserta didik
yang belum atau sudah menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu.
Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu soal, semakin mampu soal tersebut
membedakan antara peserta didik yang menguasai kompetensi dengan peserta didik
yang kurang menguasai kompetensi (Arifin, 2014:273). Analisis daya pembeda soal
yaitu pengukuran suatu soal yang dapat membedakan antara peserta didik yang sudah menguasai materi dan
peserta didik yang belum menguasai materi. Daya pembeda soal digunakan bahwa
untuk mengetahui antara siswa yang bisa menjawab soal dengan benar dari siswa
yang pandai dan siswa yang menjawab dengan benar dari siswa yang kurang pandai.
soal analisis daya pembeda dengan kriteria
kurang yaitu (0,00 – 0,19). Peneliti mengambil tiga yang termasuk dalam
kriteria kurang. Soal dikatakan kurang
karena dalam proses penghitungan penganalisisan yang sudah dipaparkan di bab
empat sebelumnya. Soal tersebut tidak dapat membedakan antara siswa yang pandai
dengan siswa yang kurang pandai. Siswa pandai tidak terlihatan pandai disekolah
tersebut karena hasil yang diperoleh hampir sama dengan nilai yang diperoleh
siswa yang kurang pandai.
Soal yang tergolong dalam kriteria kurang yaitu (0 - 0,19) dilihat
dari analisis daya pembeda soal. Soal yang tergolong dalam kriteria kurang
karena tidak dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang
pandai. Selain itu, juga disebutkan dalam penghitungan hasil analisis daya beda
soal bahwa, soal tersebut tidak layak diujikan dengan siswa-siswi disekolah
tersebut. Solusi yang harus dilakukan oleh pembuat soal, baik itu Guru maupun
Tim pembuat soal yaitu harus bisa serta memperhitungkan analisis daya pembeda
dari setiap butir soal sehingga dapat membedakan antara siswa yang pandai
dengan siswa yang kurang pandai. Jadi Guru maupun Tim pembuat soal yang
profesional harus lebih hati-hati lagi dalam membuat soal dan terus berusaha
belajar yang terbaik demi anak didik bangsa kita.
soal yang berkriteria cukup yaitu (0,20 –
0,29) dilihat dari analisis daya pembeda soal. Peneliti mengambil contoh soal
yang berkriteria cukup. Soal tersebut tergolong dalam kriteria cukup karena
sudah melalui proses penganalisisan penghitungan yang sudah dipaparkan di bab
empat sebelumnya. Soal tersebut dapat dikatakan cukup baik jika diujikan dengan
siswa-siswi disekolah tersebut.
soal yang tergolong dalam kriteria cukup yaitu
(0,20 – 0,29) dilihat dari segi penghitungan analisis daya pembeda soal. Soal
tersebut merupakan contoh kongkrit bahwa soal termasuk dalam kriteria cukup
jika diujikan dengan sisw-siswi di Sekolah tersebut, namun pada dasarnya soal
tersebut perlu diperbaiki lagi agar bisa mencetak soal yang sangat berkualitas
kedepannya. Soal yang berkualitas otomatis siswa yang mengikuti tes atau yang
mengerjakan soal tersebut termasuk siswa yang berkualitas juga. Guru juga harus
memiliki bekal yang cukup untuk bisa membuat soal yang berkualitas, contohnya
guru haru memiliki pengalaman dalam membuat soal dan juga harus berpengalaman
dalam mengajar, agar bisa mengerti dan mengetahui antara siswa yang mampu
menguasai materi dengan siswa yang belum mampu menguasai materi.
soal yang tergolong dalam kriteria baik yaitu
(0,30 – 0,39) dilihat dari analisis daya pembeda soal. Peneliti mengambil soal
nomor 5,7,26 sebagai contoh dasarnya. Soal tersebut tergolong dalam kriteria
baik karena dilihat dari hasil analisis daya beda soal dan penghitungannya
menunjukkan bukti yang sangat kuat karena sudah dihitung menggunakan rumus para
ahli yang sudah cukup terkenal di bab empat sebelumnya.
soal yang berkriteria baik yaitu (0,30 – 0,39)
dilihat dari hasil analisis daya pembeda soal, dari hasil penganalisisan soal
menunjukkan angka yang sama besar yaitu 0,37. Angka tersebut sudah termasuk
dalam kriteria baik. Jadi soal sudah dapat dikatakan sangat cocok jika diujikan
disekolah tersebut karena sudah memenuhi
syarat dan menunjukkan daya pembeda soal yang tergolong dalam kriteria baik.
Jadi solusinya guru haru mempertahankan dan berusaha lebih baik lagi dalam
membuat soal dalam membedakan siswa yang sudah menguasai materi dengan siswa
yang belum menguasai materi. Semakin baik daya pembeda soal maka semakin baik
pula siswa yang akan mengikuti tes nantinya.
soal hasil analisis daya pembeda soal yang
berkriteria baik sekali (0,40 – 0,100). Peneliti mengambil soal nomor 12,19,20
sebagai contoh dasarnya. Soal tersebut tergolong dalam kriteria baik sekali
karena dilihat dari hasil analisis daya beda soal dan penghitungannya
menunjukkan bukti yang sangat kuat karena sudah melalui proses perhitungan
menggunakan rumus para ahli yang sudah cukup terkenal di bab empat sebelumnya.
soal yang termasuk dalam kriteria baik sekali
yaitu (0,40 – 0,100) di lihat dari hasil analisis daya pembeda soal. Soal
tersebut menunjukkan bahwa tergolong dalam berkriteria baik sekali karena sudah
melalui proses penganalisisan dan penghitungan. Sehingga data yang diperoleh
dapat dipertanggung jawabkan dengan kebenarannya dan untuk dalam menghitung
menggunakan rumus para ahli yang sudah cukup terkenal. Jadi solusinya Guru dan
Tim pembuat soal harus terus mempertahankan dan berusaha lebih baik lagi dalam
membuat soal agar soal tersebut baik sekali jika digunakan atau diteskan dengan
siswa-siswi di sekolah tersebut dan dapat membedakan peserta didik yang sudah
menguasai materi dengan peserta didik yang kurang menguasai materi.
Analisis daya beda soal dari keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa, soal Ulangan Tengah Semester (UTS) Bahasa Indonesia di SMP
Negeri 2 Panti tahun ajaran 2015/2016 Semester Genap. Presentase kriteria
kurang yaitu mencapai (64%) angka yang besar dari keseluruhan kriteria yang
lain. Bahkan sebagian besar soal sudah termasuk dalam kriteria jelek, dengan
demikian hal tersebut sudah terbukti dalam data-data diatas bahwa soal pilihan
ganda termasuk dalam kriteria kurang karena presentase soal paling besar yaitu
mencapai (64%). jadi soal tersebut belum dapat membedakan antara siswa yang
pandai dengan siswa yang kurang pandai. Siswa yang pandai tidak terlihat pandai
karena hasil nilai yang diperoleh hampir sama dengan siswa yang kurang pandai.
Sehingga soal tersebut tidak cocok diujikan disekolah tersebut jika dilihat
dari segi analisis daya pembeda soal. Soal yang baik harus memenuhi syarat
tingkat daya pembeda soal sehingga jika sudah memenuhi syarat maka dapat
dikatak bahwa soal sudah memenuhi syarat dan layak diujikan dengan siswa-siswi disekolah tersebut.
4.
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil paparan penelitian dan pembahasan dapat di simpulkan bahwa soal-soal
Ulangan Tengah Semester (UTS) mata pelajaran Bahasa Indonesia belum sempurna.
Hasil tabel analisis dapat dilihat bahwa tingkat kesukaran untuk soal pilihan
ganda termasuk dalam kriteria seimbang, dan dari hasil tabel analisis dapat dilihat
bahwa daya pembeda untuk soal pilihan ganda termasuk dalam kriteria kurang.
Analisis butir soal yang mencakup tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal
pada soal Ulangan Tengah Semester (UTS) Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Panti
Semester Genap.adalah sebagai berikut:
a)
Ditinjau dari analisis tingkat kesukaran
soal bahwa soal pilihan ganda tergolong dalam kriteria seimbang atau sedang
karena soal yang termasuk dalam kriteria mudah sebanyak 15 butir soal (30%),
sedang 19 butir soal (38%), sukar 16 butir soal (32%).
b)
Ditinjau dari analisis daya pembeda soal
bahwa soal pilihan ganda termasuk dalam kriteria kurang karena
soal yang termasuk dalam kriteria jelek sebanyak 32 butir soal (64%), cukup 5
butir soal (10%), baik 7 butir soal (14%), dan baik 6 butir soal (12%).
Soal yang
baik adalah soal yang bisa mengukur kemampuan siswa secara umum disetiap
tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal. Soal yang sama belum tentu dapat
dikerjakan oleh semua siswa atau pengikut tes, karena ada banyak faktor yang
menyebabkan soal tidak bisa dijawab oleh siswa. Soal yang baik di sekolah satu
belum tentu menjadi soal yang baik di sekolah lainnya hal ini bisa di
mungkinkan dengan kesesuaian karakter yang dimiliki oleh siswa dalam sekolahnya
masing-masing. Soal yang baik adalah soal yang merujuk pada kompetensi dasar
atau standar kompetensi karena itu merupakan standar pembelajaran di Indonesia,
dan soal yang baik adalah soal yang juga merujuk pada segi analisis tingkat
kesukaran soal dan analisis daya pembeda soal.
5.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti ingin
mengucapkan terimakasih kepada orang tua saya yng telah memberi semangat dan
yang membiayai saya seperti sekarang ini dan saya juga berterimakasih kepada
dosen pembimbing saya yaitu bapak Agus Milu S, M.pd dan Ibuk Dina Merdeka C,
M.pd yang telah sabar membimbing saya selama proses penelitian atau pembuatan
skripsi ini berlangsung hampir lima bulan. Dan saya juga berterimakasih kepada
guru SMP Negeri 2 Panti yang telah bersedia menerima saya untuk melakukan
penelitian disekolah tersebut. Dan yang terakhir buat teman dan sahabat saya
dan yang saya sayangi terimakasih telah membantu saya dalam proses penyelesaian
penelitian ini
6.
REFERENSI
Arifin, Zaenal. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, dan
Prosedur. Bandung: Bumi Aksara
Hidayati,
R. 2008. Analisis Soal UAN SMP.
Surabaya:http://rosyidatul hidayati.blogspot.com/2008/03/analisis-soal-uan-smp.html.
Karzuni.
2011. Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester (UAS) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMK Kelas X Semester Gasal
Tahun Ajaran 2010/2011. (Studi Kasusu di SMK Muhammadiyah Ungaran). Skripsi. Univesitas Negeri Semarang.
Kunandar. 2014. Penilaian Autetik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013). Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Lababa,
J. 2008. Evaluasi Pendidikan. http://evaluasipendidikan.blogspot.
com /2008/03/tes-prestasi-hasil-belajar.html.
Nurung,
M. 2008. Kualitas Tes Ujian Akhir Sekolah
berstandar Nasional (UASBN) IPA SD Tahun Pelajaran 2007/2008 di kota Kendari.
Dalam jurnal LPMP Sultra, Volume 3 No. 1. http://mardikanyom.tripot.com/
kualitas%20tes.pdf.
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Sudjana,
Nana dan Ibrahim.Penelitian dan Penilaian
Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudrajat, A. 2008. Penilaian Hasil Belajar. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/01/Penilaian-Hasil-Belajar/.
Sudijono,
A. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukardi.
2009. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan
Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.
No comments:
Post a Comment