HAKIKAT KONJUNGSI
Pengertian Konjungsi
Menurut Chaer (2013:169), kategori
penghubung adalah leksem-leksem tertentu yang bertugas menghubungkan, baik kata
dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, maupun kalimat dengan
kalimat secara koordinatif maupun secara subordinatif.
Menurut Wibowo (2007:42), konjungsi
(kata sambung) pada dasarnya dapat digunakan sebagai alat penghubung
intrakalimat dan antarkalimat. Fungsinya, selain untuk mempertegas juga untuk
memperpadu makna. Di dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (dalam Wibowo,
2007: 42), konjungsi terkelompok ke dalam jenis kata tugas. Mengingat tugasnya
hanya semata-ata membuat kata lain berperan dalam kalimat, tak heran jika kata
tugas tidak memiliki makna leksikal. Ia Cuma memiliki makna gramatikal. Wujudnya
pun bisa berupa sebuah kata atau kelompok kata. Selain konjungsi, jenis kata
tugas lainnya adalah preposisi (kata depan), interjeksi (kata seru), artikel
(kata pembatas makna), dan partikel (klitika).
Menurut Alwi (2008: 296), konjungtor
yang juga dinamakan kata sambung, adalah kata tugas yang menghubungkan dua
satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa.
Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa konjungsi adalah kata penghubung yang menghubungkan kata
dengan kata, kalimat dengan kalimat, ungkapan-ungkapan dan tidak untuk maksud
lain. Fungsinya untuk memperpadu suatu makna.
2.6 Jenis-Jenis
Konjungsi
Menurut
Chaer (2013:169), jenis-jenis konjungsi sebagai berikut.
1. Konjungsi Koordinatif
Leksem-leksem penghubung koordinatif,
antara lain, menyatakan makna:
a. Penggabungan.
Leksem yang digunakan adalah dan
untuk menyatakan penggabungan biasa antara dua buah kata, dua buah frase, atau
dua buah klausa; serta untuk menyatakan penggabungan biasa sama seperti dan, dengan untuk menyatakan gabungan
biasa antara dua kata. Perhatikan contoh berikut!
(1) Ibu dan ayah tidak ada di rumah.
(2) Kakek serta nenek pergi ke pasar.
(3) Ali
dengan Udin seringkali berkelahi.
(4) Saya
belajar bahasa inggris dan dia
belajar bahasa Jerman.
(5) Kami
menangkap ayam itu serta
memasukkannya ke dalam kandang.
Penghubung
dan dan serta dapat dipakai untuk menghubungkan dua buah adjektiva yang
maknanya sejalan, seperti.
(1) Gadis
itu ramah dan rajin.
(2) Guru
kami tinggi dan besar.
Tetapi
tidak dapat dipakai untuk menghubungkan dua adjektiva yang maknanya berlawanan,
kecuali pada posisi subjek.
Perhatikan!
(1) Pemuda
itu rajin dan malas.
(2) Rajin
dan malas bagi kami tidak ada bedanya.
b. Pemilihan.
Leksem yang digunakan adalah kata atau.
Leksem ini dapat menghubungkan kata dengan kata dan juga klausa dengan klausa.
Misalnya:
(1) Dia atau saya yang kau cari.
(2) Mangga
ini kau beli atau kau curi dari
pedagang itu?
(3) Saya
akan datang sendiri mengatarkan buku ini atau
kau yang akan datang mengambilnya ke rumahku?
c. Mempertentangkan
atau mengontraskan. Leksem yang digunakan adalah tetapi yang dapat digunakan antara kata dan kata atau klausa dan
klausa, sedangkan yang digunakan antara klausa dengan klausa; namun yang digunakan antara kalimat dan
kalimat; dan sebaliknya yang digunakan
antara kalimat dan kalimat. Contoh pemakaian.
1) Anak itu
cerdas tetapi malas.
2) Dia
memang bodoh tetapi hatinya jujur.
3) Kami
masih haus sedangkan air sudah tidak
ada lagi.
4) Kami
sudah menawarkan rumah itu dengan harga yang sangat murah. Namun sampai hari ini belum laku juga.
5) Di
hadapan kita dia memang sopan dan ramah. Sebaliknya
jauh dari kita sombongnya bukan main.
d. Mengoreksi
atau membetulkan. Leksem yang digunakan adalah
melainkan dan hanya di antara dua klausa.
Misalnya:
(1) Yang
diperlukan dewasa ini bukan pemuda-pemuda yang hanya pandai bicara, melainkan yang mau bekerja.
(2) Kami
tidak meminta ganti rugi yang banyak, hanya
meminta yang wajar-wajar saja.
e. Menegaskan.
Leksem yang digunakan adalah bahkan,
itupun, malah, lagipula, apalagi, padahal, dan jangankan. Perhatikan contoh berikut.
(1) Kikirnya
bukan main. Bahkan untuk makan pun
dia segan mengeluarkan uang.
(2) Dia cuma
menyumbang lima ratus rupiah. Itu pun setelah berulang-ulang kita datangi.
(3) Ditambah
garam sayur ini bukan menjadi sedap. Malah menjadi tidak enak.
(4) Masakan
di restoran ini enak dan harganya murah. Lagipula
pelayanannya baik.
(5) Jalan-jalan
di Jakarta seringkali macet. Apalagi pada jam-jam sibuk.
(6) Dia
masih saja bergaul dengan anak-anak nakal itu. Padahal sudah dilarang oleh
ibunya.
(7) Jangankan seribu rupiah,
seratus pun saya tidak punya.
f. Pembatasan.
Leksem yang digunakan adalah kecuali
dan hanya. Kedua leksem ini dipakai
di antara dua klausa. Contoh:
(1) Semua
sudah mengambil uang ganti rugi, kecuali
pak Hamdan dan pak Hamid.
(2) Soal-soal
itu dapat kuselesaikan dengan baik, hanya
soal nomor lima yang aku ragukan jawabannya.
g. Mengurutkan.
Leksem yang digunakan adalah lalu,
kemudian selanjutnya, dan setelah itu.
Perhatikan contoh berikut:
(1) Dia
mengambil sebuah buku, lalu duduk
membacanya.
(2) Beliau
menyilakan kami masuk, kemudian
menyuruh kami duduk.
Dalam
suatu paragraf yang klausa-klausa atau kalimat-kalimat merupakan kejadian yang
kronologis, semua leksem penghubung itu dapat digunakan misalnya:
(1) Mula-mula
diambilnya kertas dan pena, lalu
ditulisnya sebuah surat, kemudian
dipanggilnya anaknya, selanjutnya
disuruhnya anaknya itu mengantarkan surat.
h. Menyamakan.
Leksem-leksem yang digunakan adalah yaitu
dan yakni untuk menyamakan dan
menjelaskan; dan leksem adalah dan ialah untuk menyamakan-menjelaskan dua
konstituen yang sama maknanya. Perhatikan contoh berikut.
(1) Tugas
kami, yaitu membersihkan ruangan ini,
telah kami selesaikan dengan baik.
(2) Kedua
mahasiswa itu, yakni Doli dan Karmin,
sering mendapat teguran.
(3) Bus adalah kendaraan umum yang dapat memuat
banyak penumpang.
(4) Yang
harus kita lakukan sekarang ini ialah
mengisi kemerdekaan ini.
(5) Kesimpulan
dari yang sudah dibicarakan sebelumnya. Leksem yang digunakan adalah jadi,
karena itu, oleh sebab itu, dan dengan demikian. Perhatikan contoh berikut!
(6) Bulan
yang lalu kau meminjam Rp. 5.000,00 minggu yang lalu kau meminjam Rp. 3.000,00:
dan sekarang kau mau meminjam lagi Rp. 2.000,00. Jadi hutangmu semua ada Rp.10.000,00.
(7) Mereka
adalah orang-orang yang sering berlaku curang. Oleh karena itu kita harus berhati-hati menghadapinya.
(8) Sejak
kecil anak-anak itu harus kita biasakan bangun pagi, mandi, dan berangkat ke
sekolah pada waktunya. Dengan demikian, kelak mereka akan
menjadi manusia yang berdisiplin.
2. Konjungsi Subordinatif
Penghubung Subordinatif
menghubungkan dua konstituen yang kedudukannya tidak setingkat. Konstituen yang
satu merupakan konstituen bebas, sedangkan konstituen yang lain, yang di
mukanya diberi leksem penghubung subordinatif ini merupakan konstituen bawahan
yang terikat pada konstituen pertama. Posisi kedua konstituen itu dapat
dipertukarkan sehingga penguhubung subordinatif itu dapat berada pada awal
kalimat maupun di tengah kalimat.
Leksem-leksem subordinatif ini antara
lain, menyatakan makna:
a. Penyebab.
Leksem yang digunakan adalah sebab,
karena, lantaran, dan berhubung, misalnya:
(1) Kami
tidak datang sebab kami tidak
diundang.
(2) Karena belum membayar
iuran SPP, dia disuruh pulang.
(3) Anak itu
sakit perut lantaran terlalu banyak
makan mangga muda.
(4) Berhubung tidak ada yang
mengantar maka saya tidak jadi pergi.
b. Akibat.
Leksem yang digunakan adalah hingga
atau sehingga, sampai, dan sampai-sampai.
Misalnya:
(1) Dia
terlalu banyak makan mangga muda hingga
perutnya sakit.
(2) Tukang
copet itu dipukuli orang banyak sampai
mukanya babak belur.
(3) Di dalam
kelas mereka terlalu ribut sampai-sampai
guru masuk pun mereka tidak tahu.
c. Syarat
atau kondisi yang harus dipenuhi. Leksem yang digunakan adalah jika, jikalau, kalau, bila, bilamana,
dan asal. Misalnya:
(1) Saya
pasti datang jika diundang.
(2) Kalau saya menang
SDSB, kalian akan saya belikan mobil seorang sebuah.
(3) Bila dia datang kita
segera berangkat.
(4) Bilamana cuaca buruk,
jendela itu harus kalian tutup.
(5) Kami
akan segera berangkat asal diberi
ongkos yang cukup.
d. Pengandaian.
Leksem yang digunakan adalah andaikata, seandainya, dan andaikan. Misalnya:
(1) Andaikata ibuku masih
ada, tentu kehidupanku akan lebih baik.
(2) Seandainya pasir ini
menjadi gandum kita tidak aka kekurangan bahan pangan.
(3) Andaikan kamu adalah saya
maka saya akan belajar terus.
Makna
‘syarat’ dari ‘pengandaian’ hampir sama. Bedanya adalah bahwa ‘syarat’ dapat
saja dipenuhi, sedangkan ‘pengandaian’ hampir tidak mungkin terpenuhi. Mengapa?
Coba perhatikan contoh-contoh di atas.
e. Penegasan.
Leksem yang digunakan adalah walau, (walaupun), biar (biarpun), meski
(meskipun), kendati (kendatipun), sungguhpun, sekaliun, dan walaupun. Misalnya:
(1) Meskipun hujan lebat dia
berangkat juga ke kantor.
(2) Dia ke
sekolah juga biarpun kesehatannya
tidak mengizinkan.
(3) Meskipun tidak lulus
ujian, dia tertawa-tawa saja.
(4) Pakaiannya
selalu rapi kendati kantongnya
kosong.
(5) Sungguhpun kami hidup
melarat tetapi kami tidak akan mencuri.
(6) Sekalipun ada guru di
kelas, mereka ribut juga.
(7) Sayur
ini masih terasa hambar walaupun
sudah ditambah garam.
f. Perbandingan.
Leksem yang digunakan adalah seperti, sebagai, laksana, seolah-olah, dan
seakan-akan. Misalnya:
(1) Mereka
berjalan tergesa-gesa seperti orang
dikejar hantu.
(2) Dengan
cepat disambarnya tas orang itu sebagai
elang menyambar anak ayam.
(3) Sorot
matanya begitu tajam seolah-olah kami
betul-betul bersalah.
g. Tujuan.
Leksem yang digunakan adalah agar,
supaya, untuk, buat, bagi, dan guna.
Perhatikan contoh berikut.
(1) Kami
berangkat pagi-pagi supaya tidak
terlambat tiba di sekolah.
(2) Agar tumbuhnya baik,
tanaman ini harus diberi pupuk secukupnya.
(3) Kami
berangkat ke kota untuk mencari
kehidupan yang lebih baik.
(4) Bagi orang-orang
yang kaya harga karcis masuk itu sangat murah.
(5) Jembatan
itu dilebarkan guna memperlancar arus
lalu lintas.
h. Waktu.
Leksem yang digunakan bermacam-macam, tergantung pada waktu yang diterangkan,
diantaranya adalah ketika, sewaktu,
dan tatkala untuk menyatakan waktu
yang bersamaan; sementara, selama, sambil,
dan seraya untuk menyatakan jangka
waktu tertentu yang bersamaan; sejak atau
semenjak untuk menyatakan awal waktu;
sampai untuk menyatakan batas waktu; sebelum untuk menyatakan waktu lebih
dahulu sesudah, setelah, dan sehabis
untuk menyatakan waktu lebih kemudian. Perhatikan contoh pemakaian berikut.
(1) Mereka
datang ketika saya tidak ada di
rumah.
(2) Sewaktu saya berumur
lima tahun kakek meninggal.
(3) Tatkala melihat kami,
dia cepat-cepat bersembunyi.
(4) Sementara saya mandi, dia
duduk-duduk membaca koran.
(5) Selama tinggal di
Surabaya, saya belum mengalami kejadian itu.
(6) Sejak berumur dua
tahun, dia sudah menderita penyakit itu.
(7) Saya
akan datang sesudah sembahyang
maghrib.
(8) Dia baru
sadar setelah berada di rumah sakit.
(9) Sehabis makan kita harus
mencuci piring.
i.
Penjelasan. Leksem yang
digunakan adalah kata bahwa. Misalnya:
(1) Ayah
berkata bahwa hari ini dia akan ke
Bogor.
(2) Bahwa dia sudah
menikah, kami sudah tahu.
j.
Keadaan atau cara.
Leksem yang digunakan adalah dengan dan tanpa.
Misalnya:
(1) Dengan berbisik-bisik
ditawarkannya majalah porno itu kepada setiap penumpang.
(2) Dia
berjalan terus tanpa menoleh ke kiri
dan ke kanan.
DAFTAR RUJUKAN
Chaer Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Darma
Yoce Aliah. 2013. Analisis Wacana Kritis.
Bandung: Yrama Widya.
Moleong, Lekxy, J.
2014. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakariya.
Ningsih, Sri. Dkk.
2007. Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa.
Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Nurgiyantoro,
Burhan. 2014. Penilaian Pembelajaran
Bahasa. Yogyakarta: BPFE.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
R& D. Bandung: Alfabeta.
Widyaningsih, Ayuning tyas. 2014. Keefektifan Metode Kelompok Investigasi
Dalam Pembelajaran Memahami Teks Eksplanasi Berbasis Kurikulum 2013 Pada Siswa
Kelas VII SMP NEGERI 1 SLEMAN, YOGYAKARTA. (Online). (http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/9427/10/959),
diakses 7 April 2016.
Zulfajri, Em. & Senja R. A. 2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Tanpa
kota:Difa Publiser.
No comments:
Post a Comment