Monday, July 25, 2016

Konjungsi

HAKIKAT KONJUNGSI



Pengertian Konjungsi
          Menurut Chaer (2013:169), kategori penghubung adalah leksem-leksem tertentu yang bertugas menghubungkan, baik kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, maupun kalimat dengan kalimat secara koordinatif maupun secara subordinatif.
          Menurut Wibowo (2007:42), konjungsi (kata sambung) pada dasarnya dapat digunakan sebagai alat penghubung intrakalimat dan antarkalimat. Fungsinya, selain untuk mempertegas juga untuk memperpadu makna. Di dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (dalam Wibowo, 2007: 42), konjungsi terkelompok ke dalam jenis kata tugas. Mengingat tugasnya hanya semata-ata membuat kata lain berperan dalam kalimat, tak heran jika kata tugas tidak memiliki makna leksikal. Ia Cuma memiliki makna gramatikal. Wujudnya pun bisa berupa sebuah kata atau kelompok kata. Selain konjungsi, jenis kata tugas lainnya adalah preposisi (kata depan), interjeksi (kata seru), artikel (kata pembatas makna), dan partikel (klitika).
          Menurut Alwi (2008: 296), konjungtor yang juga dinamakan kata sambung, adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau  klausa dengan klausa.
          Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konjungsi adalah kata penghubung yang menghubungkan kata dengan kata, kalimat dengan kalimat, ungkapan-ungkapan dan tidak untuk maksud lain. Fungsinya untuk memperpadu suatu makna.
2.6 Jenis-Jenis Konjungsi
Menurut Chaer (2013:169), jenis-jenis konjungsi sebagai berikut.
1. Konjungsi Koordinatif
Leksem-leksem penghubung koordinatif, antara lain, menyatakan makna:
a.       Penggabungan. Leksem yang digunakan adalah dan untuk menyatakan penggabungan biasa antara dua buah kata, dua buah frase, atau dua buah klausa; serta untuk menyatakan penggabungan biasa sama seperti dan, dengan untuk menyatakan gabungan biasa antara dua kata. Perhatikan contoh berikut!
(1)   Ibu dan ayah tidak ada di rumah.
(2)   Kakek serta nenek pergi ke pasar.
(3)   Ali dengan Udin seringkali berkelahi.
(4)   Saya belajar bahasa inggris dan dia belajar bahasa Jerman.
(5)   Kami menangkap ayam itu serta memasukkannya ke dalam kandang.

Penghubung dan dan serta dapat dipakai untuk menghubungkan dua buah adjektiva yang maknanya sejalan, seperti.
(1)   Gadis itu ramah dan rajin.
(2)   Guru kami tinggi dan besar.

Tetapi tidak dapat dipakai untuk menghubungkan dua adjektiva yang maknanya berlawanan, kecuali pada posisi subjek.
Perhatikan!
(1)   Pemuda itu rajin dan malas.
(2)   Rajin dan malas bagi kami tidak ada bedanya.
b.      Pemilihan. Leksem yang digunakan adalah kata atau. Leksem ini dapat menghubungkan kata dengan kata dan juga klausa dengan klausa. Misalnya:
(1)   Dia atau saya yang kau cari.
(2)   Mangga ini kau beli atau kau curi dari pedagang itu?
(3)   Saya akan datang sendiri mengatarkan buku ini atau kau yang akan datang mengambilnya ke rumahku?

c.       Mempertentangkan atau mengontraskan. Leksem yang digunakan adalah tetapi yang dapat digunakan antara kata dan kata atau klausa dan klausa, sedangkan yang digunakan antara klausa dengan klausa; namun yang digunakan antara kalimat dan kalimat; dan sebaliknya yang digunakan antara kalimat dan kalimat. Contoh pemakaian.
1)      Anak itu cerdas tetapi malas.
2)      Dia memang bodoh tetapi hatinya jujur.
3)      Kami masih haus sedangkan air sudah tidak ada lagi.
4)      Kami sudah menawarkan rumah itu dengan harga yang sangat murah. Namun sampai hari ini belum laku juga.
5)      Di hadapan kita dia memang sopan dan ramah. Sebaliknya jauh dari kita sombongnya bukan main.

d.      Mengoreksi atau membetulkan. Leksem yang digunakan adalah  melainkan dan hanya di antara dua klausa.
Misalnya:
(1)   Yang diperlukan dewasa ini bukan pemuda-pemuda yang hanya pandai bicara, melainkan yang mau bekerja.
(2)   Kami tidak meminta ganti rugi yang banyak, hanya meminta yang wajar-wajar saja.

e.       Menegaskan. Leksem yang digunakan adalah bahkan, itupun, malah, lagipula, apalagi, padahal, dan jangankan. Perhatikan contoh berikut.
(1)   Kikirnya bukan main. Bahkan untuk makan pun dia segan mengeluarkan uang.
(2)   Dia cuma menyumbang lima ratus rupiah. Itu pun setelah berulang-ulang kita datangi.
(3)   Ditambah garam  sayur ini bukan menjadi sedap. Malah menjadi tidak enak.
(4)   Masakan di restoran ini enak dan harganya murah. Lagipula pelayanannya baik.
(5)   Jalan-jalan di Jakarta seringkali macet.  Apalagi pada jam-jam sibuk.
(6)   Dia masih saja bergaul dengan anak-anak nakal itu. Padahal sudah dilarang oleh ibunya.
(7)   Jangankan seribu rupiah, seratus pun saya tidak punya.

f.       Pembatasan. Leksem yang digunakan adalah kecuali dan hanya. Kedua leksem ini dipakai di antara dua klausa. Contoh:
(1)   Semua sudah mengambil uang ganti rugi, kecuali pak Hamdan dan pak Hamid.
(2)   Soal-soal itu dapat kuselesaikan dengan baik, hanya soal nomor lima yang aku ragukan jawabannya.

g.      Mengurutkan. Leksem yang digunakan adalah lalu, kemudian selanjutnya, dan setelah itu. Perhatikan contoh berikut:
(1)   Dia mengambil sebuah buku, lalu duduk membacanya.
(2)   Beliau menyilakan kami masuk, kemudian menyuruh kami duduk.

Dalam suatu paragraf yang klausa-klausa atau kalimat-kalimat merupakan kejadian yang kronologis, semua leksem penghubung itu dapat digunakan misalnya:
(1)   Mula-mula diambilnya kertas dan pena, lalu ditulisnya sebuah surat, kemudian dipanggilnya anaknya, selanjutnya disuruhnya anaknya itu mengantarkan surat.

h.      Menyamakan. Leksem-leksem yang digunakan adalah yaitu dan yakni untuk menyamakan dan menjelaskan; dan leksem adalah dan ialah untuk menyamakan-menjelaskan dua konstituen yang sama maknanya. Perhatikan contoh berikut.
(1)   Tugas kami, yaitu membersihkan ruangan ini, telah kami selesaikan dengan baik.
(2)   Kedua mahasiswa itu, yakni Doli dan Karmin, sering mendapat teguran.
(3)   Bus adalah kendaraan umum yang dapat memuat banyak penumpang.
(4)   Yang harus kita lakukan sekarang ini ialah mengisi kemerdekaan ini.
(5)   Kesimpulan dari yang sudah dibicarakan sebelumnya. Leksem yang digunakan adalah jadi, karena itu, oleh sebab itu, dan dengan demikian. Perhatikan contoh berikut!
(6)   Bulan yang lalu kau meminjam Rp. 5.000,00 minggu yang lalu kau meminjam Rp. 3.000,00: dan sekarang kau mau meminjam lagi Rp. 2.000,00. Jadi hutangmu semua ada Rp.10.000,00.
(7)   Mereka adalah orang-orang yang sering berlaku curang. Oleh karena itu kita harus berhati-hati menghadapinya.
(8)   Sejak kecil anak-anak itu harus kita biasakan bangun pagi, mandi, dan berangkat ke sekolah pada waktunya.  Dengan demikian, kelak mereka akan menjadi manusia yang berdisiplin.

2. Konjungsi Subordinatif
Penghubung Subordinatif menghubungkan dua konstituen yang kedudukannya tidak setingkat. Konstituen yang satu merupakan konstituen bebas, sedangkan konstituen yang lain, yang di mukanya diberi leksem penghubung subordinatif ini merupakan konstituen bawahan yang terikat pada konstituen pertama. Posisi kedua konstituen itu dapat dipertukarkan sehingga penguhubung subordinatif itu dapat berada pada awal kalimat maupun di tengah kalimat.
Leksem-leksem subordinatif ini antara lain, menyatakan makna:
a.       Penyebab. Leksem yang digunakan adalah sebab, karena, lantaran, dan berhubung, misalnya:
(1)   Kami tidak datang sebab kami tidak diundang.
(2)   Karena belum membayar iuran SPP, dia disuruh pulang.
(3)   Anak itu sakit perut lantaran terlalu banyak makan mangga muda.
(4)   Berhubung tidak ada yang mengantar maka saya tidak jadi pergi.

b.      Akibat. Leksem yang digunakan adalah hingga atau sehingga, sampai, dan sampai-sampai. Misalnya:
(1)   Dia terlalu banyak makan mangga muda hingga perutnya sakit.
(2)   Tukang copet itu dipukuli orang banyak sampai mukanya babak belur.
(3)   Di dalam kelas mereka terlalu ribut sampai-sampai guru masuk pun mereka tidak tahu.

c.       Syarat atau kondisi yang harus dipenuhi. Leksem yang digunakan adalah jika, jikalau, kalau, bila, bilamana, dan asal. Misalnya:
(1)   Saya pasti datang jika diundang.
(2)   Kalau saya menang SDSB, kalian akan saya belikan mobil seorang sebuah.
(3)   Bila dia datang kita segera berangkat.
(4)   Bilamana cuaca buruk, jendela itu harus kalian tutup.
(5)   Kami akan segera berangkat asal diberi ongkos yang cukup.

d.      Pengandaian. Leksem yang digunakan adalah andaikata, seandainya, dan andaikan. Misalnya:
(1)   Andaikata ibuku masih ada, tentu kehidupanku akan lebih baik.
(2)   Seandainya pasir ini menjadi gandum kita tidak aka kekurangan bahan pangan.
(3)   Andaikan kamu adalah saya maka saya akan belajar terus.

Makna ‘syarat’ dari ‘pengandaian’ hampir sama. Bedanya adalah bahwa ‘syarat’ dapat saja dipenuhi, sedangkan ‘pengandaian’ hampir tidak mungkin terpenuhi. Mengapa? Coba perhatikan contoh-contoh di atas.
e.       Penegasan. Leksem yang digunakan adalah walau, (walaupun), biar (biarpun), meski (meskipun), kendati (kendatipun), sungguhpun, sekaliun, dan walaupun. Misalnya:
(1)   Meskipun hujan lebat dia berangkat juga ke kantor.
(2)   Dia ke sekolah juga biarpun kesehatannya tidak mengizinkan.
(3)   Meskipun tidak lulus ujian, dia tertawa-tawa saja.
(4)   Pakaiannya selalu rapi kendati kantongnya kosong.
(5)   Sungguhpun kami hidup melarat tetapi kami tidak akan mencuri.
(6)   Sekalipun ada guru di kelas, mereka ribut juga.
(7)   Sayur ini masih terasa hambar walaupun sudah ditambah garam.

f.       Perbandingan. Leksem yang digunakan adalah seperti, sebagai, laksana, seolah-olah, dan seakan-akan. Misalnya:
(1)   Mereka berjalan tergesa-gesa seperti orang dikejar hantu.
(2)   Dengan cepat disambarnya tas orang itu sebagai elang menyambar anak ayam.
(3)   Sorot matanya begitu tajam seolah-olah kami betul-betul bersalah.

g.      Tujuan. Leksem yang digunakan adalah agar, supaya, untuk, buat, bagi, dan guna. Perhatikan contoh berikut.
(1)   Kami berangkat pagi-pagi supaya tidak terlambat tiba di sekolah.
(2)   Agar tumbuhnya baik, tanaman ini harus diberi pupuk secukupnya.
(3)   Kami berangkat ke kota untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
(4)   Bagi orang-orang yang kaya harga karcis masuk itu sangat murah.
(5)   Jembatan itu dilebarkan guna memperlancar arus lalu lintas.

h.      Waktu. Leksem yang digunakan bermacam-macam, tergantung pada waktu yang diterangkan, diantaranya adalah ketika, sewaktu, dan tatkala untuk menyatakan waktu yang bersamaan; sementara, selama, sambil, dan seraya untuk menyatakan jangka waktu tertentu yang bersamaan; sejak atau semenjak untuk menyatakan awal waktu; sampai untuk menyatakan batas waktu; sebelum untuk menyatakan waktu lebih dahulu sesudah, setelah, dan sehabis untuk menyatakan waktu lebih kemudian. Perhatikan contoh pemakaian berikut.
(1)   Mereka datang ketika saya tidak ada di rumah.
(2)   Sewaktu saya berumur lima tahun kakek meninggal.
(3)   Tatkala melihat kami, dia cepat-cepat bersembunyi.
(4)   Sementara saya mandi, dia duduk-duduk membaca koran.
(5)   Selama tinggal di Surabaya, saya belum mengalami kejadian itu.
(6)   Sejak berumur dua tahun, dia sudah menderita penyakit itu.
(7)   Saya akan datang sesudah sembahyang maghrib.
(8)   Dia baru sadar setelah berada di rumah sakit.
(9)   Sehabis makan kita harus mencuci piring.

i.        Penjelasan. Leksem yang digunakan adalah kata bahwa. Misalnya:
(1)   Ayah berkata bahwa hari ini dia akan ke Bogor.
(2)   Bahwa dia sudah menikah, kami sudah tahu.

j.        Keadaan atau cara. Leksem yang digunakan adalah dengan dan tanpa.    Misalnya:
(1)   Dengan berbisik-bisik ditawarkannya majalah porno itu kepada setiap penumpang.
(2)   Dia berjalan terus tanpa menoleh ke kiri dan ke kanan.


DAFTAR RUJUKAN
Chaer Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Darma Yoce Aliah. 2013. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya.
Moleong, Lekxy, J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakariya.
Ningsih, Sri. Dkk. 2007. Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R& D. Bandung: Alfabeta.
Widyaningsih, Ayuning tyas. 2014. Keefektifan Metode Kelompok Investigasi Dalam Pembelajaran Memahami Teks Eksplanasi Berbasis Kurikulum 2013 Pada Siswa Kelas VII SMP NEGERI 1 SLEMAN, YOGYAKARTA. (Online). (http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/9427/10/959), diakses 7 April 2016.

Zulfajri, Em. & Senja R. A. 2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Tanpa kota:Difa Publiser.

No comments:

Post a Comment