Thursday, July 28, 2016

Pembelajaran Menulis Teks Berita di Sekolah





Pembelajaran Menulis Teks Berita di Sekolah
Pembelajaran bahasa Indonesia materi teks berita tertuang dalam kompetensi dasar dan standar kompetensi. Hal ini ditegaskan dalam kurikulum berbasis KTSP 2006 mata pelajaran bahasa Indonesia SMP/MTs bahwa standart kompetensi (12) “mengungkapkan informasi dalam bentuk rangkuman, teks berita, slogan/poster” sedangkan kompetensi dasar (12.2) yaitu” menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas. Pembelajaran ini bertujuan melatih siswa dalam menulis teks berita yang baik dan benar, untuk memotivasi diri serta  menambah wawasan dalam bidang kebahasaaan.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     
Penulisan Judul Berita
Menurut Chaer (2010:20) cara penulisan judul berita, kepala berita atau headline news,  harus dibuat sedemikian rupa sehingga tampak menarik dan “hidup”. Umpamanya, untuk membuat judul lebih “hidup” dan lebih menarik perhatian, dibuat dengan menanggalkan prefiks me- atau  prefiks ber- yang ada pada kata kerjanya.
Contoh:
1)   DPR Akan Panggil Budiono
2)   Sejumlah Elit Politik Kumpul di Senayan
   Kedua judul itu lebih sering digunakan karena memberi suasana lebih “hidup” dan lebih menarik daripada yang kata kerjanya ,emiliki prefiks me- dan prefiks ber-
3)   DPR Akan Memanggil Budiono
4)   Sejumlah Elit Politik berkumpul di Senayan
Menurut Rosihah Anwar dalam Chaer (2010:21) penanggalan prefiks me-  dan ber- pada judul berita adalah semata-mata untuk menjadikan judul berita menjadi tampak lebih “hidup” dan menarik. Bila prefiks itu tidak ditanggalkan, maka judul berita menjadi tampak formal, kurang hidup dan kurang menarik karena seperti dalam penggunaan bahasa biasa.
Barikut ini beberapa tuntunan dalam menulis judul berita (Barus, 2010:67)
(1)     Tulis sesingkat mungkin, semakin singkat judul berita akan semakin baik selama mampu memberi pemahaman yang sesuai dengan isi beritanya
(2)     Terapkan ekonomi kata selam tidak menyalahi kaidah berbahasa dan mengubah makna kata atau kalimat
(3)     Harus berisi fakta dan tidak boleh berisi opini, komentar, atau ulasan
(4)     Tidak menggunakan kalimat tanya sebab kalimat tanya tidak faktual dan tidak objektif
(5)     Mengandung faktor keluarbiasaan, menarik, dan boleh berisi hal yang menegangkan tetapi tidak membohongi pembaca
(6)     Susunlah kalimat pembuka berita sebagai pokok berita, kemudian ambil dujud dari teras tersebut.

Unsur Berita
Unsur berita menurut Sumandiria (2011:118) rumusan berita yang umumnya dikenal adalah 5W+1H . Pedoman ini akan memudahkan untuk menulis berita. Berikut adalah unsur yang harus tercantum dalam teks berita.
(a)      What (apa)
Peristiwa apa yang akan dilaporkan kepada khalayak. Misalnya, peristiwa kriminal seperti perampokan, pencurian, penipuan, pembunuhan, dan tindak kekerasan yang lain. Bukan hanya peristiwa, misalnya keadaan tokoh yang berbicara mengenai suatu masalah
(b)     Who (siapa)
Siapa yang menjadi pelaku dalam peristiwa berita itu. Contoh: Artis Krisdayanti kemarin mendatangi Polda Metro Jaya untuk diperiksa dalam kasus penipuan pembantu rumah tangga
(c)      When (kapan)
 Kapan peristiwa itu terjadi, waktu terjadinya suatu kejadian atau peristiwa. Contoh: Kemarin angin ribut melanda Kecamatan Kepajen.
(d)     Where (dimana)
Tempat peristiwa atau kejadian terjadi. Contoh: di Stadion gajayana kemarin Arema mengalahkan Persebaya
(e)      Why (mengapa)
Mengapa peristiwa itu sampai terjadi.  Contoh: Hujan deras semalam menyebabkan banjir dan tanah longsor di Malang Selatan
(f)      How (bagaimana)
Bagaimana jalannya peristiwa bagaimana proses terjadinya, pernyataan untuk mengetahui keadaan bagaimana sebuah peristiwa terjadi termasuk akibat yang ditimbulkan.  Contoh: Jerit tangis mewarnai penemuan mayat yang menjadi korban tanah longsor di Malang Selatan
Kusumaningrat (2014:128) mengemukakan bahwa unsur-unsur berita dapat dijadikan batu locatan untuk menggerakkannya menjadi sebuah berita. Kata-kata pembuka berita dengan mengajukan pernyataan What (apa yang terjadi?), who (siapa yang terlibat?), when ( kapan terjadinya?),  where (dimana terjadinya?), how (bagaimana terjadinya?) dan why (mengapa bisa terjadi). contoh peristiwa sebagai berikut.
Peristiwa ledakan bom (apa) yang terjadi disebuah tempat hiburan (bagaimana) di Legian Kuta Bali (dimana) oleh teroris (siapa)  yang membenci orang-orang asing terutama Amerika dan Australia (mengapa) pada malam hati (kapan) ketika tempat hiburan itu dikunjungi banyak turis dan menewaskan sekitar 200 orang pengunjung.

 Bahasa Berita
Bahasa berita disebut dengan istilah bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Secara sederhana, bahasa jurnalistik dapat diartikan sebagai gaya bahasa wartawan dalam menulis berita. Romli dalam (Pujiono, 2013:97) menyatakan  bahasa jurnalistik memiliki dua ciri utama, yaitu komunikatif dan spesifik. Ciri komunikatif adalah bersifat langsung menjamah materi, langsung mengarah ke pokok persoalan, bermakna tunggal, tidak konotatif, tidak berbunga-bunga, tidak bertele-tele, dan tanpa basa-basi. Ciri spesifik artinya memiliki gaya penulisan tersendiri, yakni berupa kalimat pendek, memiliki kata yang jelas, dan mudah dimengerti orang awam.
 Menurut Sumandiria (2011:53-59)  ciri utama bahasa jurnalistik diantaranya (a) sederhna, (b) singkat, (c) padat,  (d) jelas, (e) jernih, (f) menarik, (g) demokratis, (h) mengutamakan kalimat aktif, (i) menghindari kata atau istilah teknis, dan (k) tunduk kepada kaidah bahasa baku.
(a)  Sederhana
   Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca. Khalayak pembaca sifatnya sangat heterogen, baik dilihat dari tingkat status sosial ekonomi, pekerjaan atau profesi, tempat tinggal, suku bangsa, budaya dan agama yang dianut. Kata-kata dan kalimat yang rumit yang hanya dipahami maknanya oleh segelintir orang, tabu digunakan dalam bahasa jurnalistik.
(b) Singkat
Singkat, artinya langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang berharga. Ruangan atau kapling yang tersedia pada kolom-kolom halaman surat kabar sangat terbatas, sementara isinya banyak dan beranekaragam. Konsekuensinya apapun pesan yang akan disampaikan tidak boleh bertentangan fisiologi, fungsi, dan karakter pers.

(c) Padat
Padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi. Setiap kalimat dan paragraf yang ditulis memuat banyak informasi penting dan menarik untuk khalayak pembaca. Ini berarti terdapat perbedaan yang tegas antara kalimat singkat dan kalimat padat. Kalimat singakat tidak berarti memuat banyak informasi. Tetapi kalimat padat, kecuali singkat, juga banyak informasi.
(d)Lugas dan Jelas
Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan persepsi. Kata yang lugas selalu menekankan pada satu arti serta menghindari kemungkinan adanya penafsiran lain terhadap arti dan makna kata tersebut.
(e) Jelas
Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak kabur. Sebagai contoh, merah adalah warna yang jelas. Putih adalah warna yang jelas. Ketika kedua warna tersebut disandingkan, maka terdapat perbedaan yang jelas, mana yang merah dan mana yang putih. Perbedaan warna merah dan putih melahirkan kesan kontras. Jelas disini memiliki tiga arti: jelas susunan kata atau maksudnya.
(f)  Menarik
Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak  pembaca. Memicu selera pembaca, membuat orang yang sebelumnya tidak tertarik menjadi tertarik untuk membaca berita yang disajikan. Meskipun demikian, bahasa jurnalistik tetap berpijak pada prinsip menarik, benar, dan baku.
(g) Demokratis
Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta. Bahasa jurnalistik memperlakukan siapa pun, baik itu presiden, guru, karyawan, maupun tukang becak, pengemis secara sama. Bahasa jurnalistik menolak pendekatan deskriminatif dalam penulisan berita. Secara ideologis, bahasa jurnalistik melihat setiap individu memiliki kedudukan yang sama di depan hukum sehingga orang itu tidak boleh diberi  pandangan serta perlakuan yang berbeda. Semuanya sejajar dan sederajat.
(h) Mengutamakan Kalimat Aktif
Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada kalimat pasif. Sebagai contoh presiden mengatakan, bukan dikatakan oleh presiden. atau pencuri mengambil perhiasan dari dalam lemari pakaian, bukan diambilnya perhiasan itu dari dalam lemari pakaian oleh pencuri. Bahasa jurnalistik harus jelas susunan katanya dan kuat maknanya. Kalimat aktif lebih memudahkan pengertian dan memperjelas tingkat pemahaman. Kalimat pasif sering menyesatkan pengertian dan membingungkan tingkat pemahaman.
(i)   Menghindari Kata atau Istilah Teknis
Bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, tidak membuat kening berkerut apalagi sampai membuat kepala berdenyut. Salah satu cara untuk itu ialah dengan menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis. Kata atau istilah teknis hanya berlaku untuk kelompok atau komunitas tertentu yang relatif homogen. Sebagai contoh, istilah dalam dunia kedokteran yang tidak akan bisa dipahami maksudnya oleh khalayak pembaca apabila dipaksakan untuk dimuat dalam berita. Supaya mudah dipahami maksudnya, maka istilah-istilah teknis itu harus diganti dengan istilah yang bisa dipahamioleh masyarakat umum.
(j)   Tunduk Kepada Kaidah dan Etika Bahasa Baku
Bahasa jurnalistik wajib menggunakan serta tunduk kepada pada kaidah dan etika bahasa baku. Bahasa berita harus baku, benar, dan baik. Dalam etika berbahasa, bahasa berita tidak boleh menuliskan kata-kata yang tidak sopan, kata-kata vulgar, kata-kata berisi sumpah serapah yang sangat  jauh dari norma sosial budaya agama.
Dari berbagai pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa bahasa berita haruslah baik dan benar, penggunaanyaharus efektif dan sesuai sengan kaidah tata bahasa. Selain harus baik dan benar bahasa berita haruslah bisa menarik minat pembaca agar tertarik pada berita yang disajikan. Bahasa berita harus bersifat demokratis yang artinya tidak mengenal tingkatan, pangkat dan kasta.

 Kontruksi Kalimat dalam Berita
Susunan Menurut Djuraid (2007:72) kontruksi kalimat dalam berita dibagi menjadi 2 yaitu lead dan isi berita.

a.         Lead atau kepala berita
Lead adalah kalimat yang menjadi bagian terpenting dari sebuah berita sehingga menempati alinea pertama dari sebuah berita. Untuk itu diperlukan kejelian dalam mencari bagian yang paling menarik dari hasil liputannya untuk dijadikan lead. Bagian menarik itu berasal dari unsur-unsur yang ada dalam 5W+1H dengan penyajian yang hidup, informatif dalam kalimat yang padat dan mudah dipahami.
Untuk memudahkan para pemula, banyak digunakan cara menulis dengan mengedepankan unsur who. Ini merupakan cara paling mudah sebelum masuk menggunakan unsur lain, hal ini tak lepas dari kultur kita yang memberi tempat terhormat kepada tokoh dengan menempatkannya di bagian paling awal. Model penempatan tokoh sebagai lead berita ini sering dipakai untuk berita di media elektronik, terutama radio. Di media cetak, hal yang sama masih dilakukan, karena memang lebih mudah. Dengan menggunakan nama tokoh sebagai patokan awal, akan memudahkan untuk penulisan berikutnya. Apalagi kalau yang dijadikan lead berkaitan dengan ucapan.

b.        Isi berita
Membuat lead adalah bagian yang membutuhkan perjuangan berat dalam rangkaian membuat berita. Para pemula sering mengalami kesulitan untuk merangkai kata-kata menjadi kalimat yang menarik. Ketika kita sudah mendapatkan bahan-bahan berita, maka kita pilah-pilah menjadi bagian 5W+1H. Mana bagian who, bagian what, when, dan sebagainya. Setelah bagian-bagian itu ditemukan maka tinggal merangkaikan menjadi sebuah kalimat yang layak untuk sebuah berita. Maka diperlukan kata-kata tambahan sebagai penyambung sekaligus menjadikan kalimat itu enak dibaca dan mudah dimengerti. Sebab, bagian penting dalam filosofi membuat berita adalah pesan yang ingin disampaikan dalam penulisan berita itu bisa dapahami pembaca. Banyak yang menyebut membuat lead adalah bagian paling sulit dalam menulis berita. Bila bagian ini sudah dilewati, maka bagian lain akan mudah dijalani. Setelah membuat lead, langkah selanjutnya adalah membuat isi berita. Membuat lead bak membuka pintu. Bila pintu sudah terbuka maka bagian yang lain tidak akan sulit. Bila lead merupakan rangkuman 5W+1H, maka isi berita juga sama, hanya ada saja bagian yang dikembangkan dan ada yang hanya dijadikan pelengkap saja.






DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

 Aqib, Zainal. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Konteksual (Inovatif). Bandung: CV Yrama Widya.

Barus, Sedia Willing. 2010. Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta: Erlangga.

Chaer, Abdul. 2010. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rineka Cipta.

Dalman, H. 2015. Keterampilan Menulis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Djuraid, Husnun N. 2007. Panduan Menulis Berita. Malang: UPT Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang

Habsari, Roro Ayu.2012. Peningkatan Kemamampuan Menulis Teks Berita dengan Menggunakan Media Gambar Siswa Kelas VIIID SMP Negeri 1 Mayang Kabupaten Jember. Skripsi tidak diterbitkan. Jember: FKIP Universitas Muhammadiyah Jember.

Huda, Miftahul. 2015. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Kusumaningrat, Hikmat dan Pernama Kusumaningrat. 2014. Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Miadiarti, Sekar. 2014. Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Berita Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 1 Candipuro Melalui Pendekatan Saintifik dengan Teknik Mind Mapping. Skripsi tidak diterbitkan. Jember: FKIP Universitas Jember.

Nurgiyantoro, Burhan.2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta.

Pujiono, Setyawan. 2013. Terampil Menulis.  Yogyakarta: Graha Ilmu

Riduwan.2014. Dasar-dasar Statika. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2011. Penelitian Tindakan Kelas.  Jakarta: Kecana Prenada Media Grup.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2007. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sumandiria, Haris. 2014. Jurnalistik Indonesia. Bandung: Simbiosa Rakatama Media.

Tampubolon, Saur. 2014. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan  Profesi Pendidikan dan Keilmuan. Jakarta: Erlangga.
 

No comments:

Post a Comment