Pembelajaran Menulis Teks
Berita di Sekolah
Pembelajaran bahasa Indonesia materi teks berita tertuang dalam
kompetensi dasar dan standar kompetensi. Hal ini ditegaskan dalam kurikulum
berbasis KTSP 2006 mata pelajaran bahasa Indonesia SMP/MTs bahwa standart
kompetensi (12) “mengungkapkan informasi dalam bentuk rangkuman, teks berita,
slogan/poster” sedangkan kompetensi dasar (12.2) yaitu” menulis teks berita
secara singkat, padat, dan jelas. Pembelajaran ini bertujuan melatih siswa
dalam menulis teks berita yang baik dan benar, untuk memotivasi diri serta menambah wawasan dalam bidang
kebahasaaan.
Penulisan Judul Berita
Menurut Chaer (2010:20) cara penulisan judul berita, kepala berita atau headline news, harus dibuat sedemikian rupa sehingga tampak
menarik dan “hidup”. Umpamanya, untuk membuat judul lebih “hidup” dan lebih
menarik perhatian, dibuat dengan menanggalkan prefiks me- atau prefiks ber- yang ada pada kata kerjanya.
Contoh:
1) DPR Akan Panggil Budiono
2) Sejumlah Elit Politik
Kumpul di Senayan
Kedua judul itu lebih sering
digunakan karena memberi suasana lebih “hidup” dan lebih menarik daripada yang
kata kerjanya ,emiliki prefiks me- dan
prefiks ber-
3) DPR Akan Memanggil
Budiono
4) Sejumlah Elit Politik
berkumpul di Senayan
Menurut Rosihah Anwar dalam Chaer (2010:21) penanggalan prefiks me- dan ber-
pada judul berita adalah semata-mata untuk menjadikan judul berita menjadi
tampak lebih “hidup” dan menarik. Bila prefiks itu tidak ditanggalkan, maka
judul berita menjadi tampak formal, kurang hidup dan kurang menarik karena
seperti dalam penggunaan bahasa biasa.
Barikut ini beberapa tuntunan dalam menulis judul berita (Barus, 2010:67)
(1) Tulis sesingkat
mungkin, semakin singkat judul berita akan semakin baik selama mampu memberi
pemahaman yang sesuai dengan isi beritanya
(2) Terapkan ekonomi kata
selam tidak menyalahi kaidah berbahasa dan mengubah makna kata atau kalimat
(3) Harus berisi fakta
dan tidak boleh berisi opini, komentar, atau ulasan
(4) Tidak menggunakan
kalimat tanya sebab kalimat tanya tidak faktual dan tidak objektif
(5) Mengandung faktor
keluarbiasaan, menarik, dan boleh berisi hal yang menegangkan tetapi tidak
membohongi pembaca
(6) Susunlah kalimat
pembuka berita sebagai pokok berita, kemudian ambil dujud dari teras tersebut.
Unsur Berita
Unsur berita menurut Sumandiria (2011:118)
rumusan berita yang umumnya dikenal adalah 5W+1H . Pedoman ini akan memudahkan
untuk menulis berita. Berikut adalah unsur yang harus tercantum dalam teks
berita.
(a) What (apa)
Peristiwa apa yang akan dilaporkan kepada
khalayak. Misalnya, peristiwa kriminal seperti perampokan, pencurian, penipuan,
pembunuhan, dan tindak kekerasan yang lain. Bukan hanya peristiwa, misalnya
keadaan tokoh yang berbicara mengenai suatu masalah
(b) Who (siapa)
Siapa yang menjadi pelaku dalam peristiwa berita itu. Contoh: Artis
Krisdayanti kemarin mendatangi Polda Metro Jaya untuk diperiksa dalam kasus
penipuan pembantu rumah tangga
(c) When (kapan)
Kapan peristiwa itu terjadi, waktu
terjadinya suatu kejadian atau peristiwa. Contoh: Kemarin angin ribut melanda
Kecamatan Kepajen.
(d) Where (dimana)
Tempat peristiwa atau kejadian terjadi. Contoh: di Stadion gajayana kemarin
Arema mengalahkan Persebaya
(e) Why (mengapa)
Mengapa peristiwa itu sampai terjadi.
Contoh: Hujan deras semalam menyebabkan banjir dan tanah longsor di
Malang Selatan
(f) How (bagaimana)
Bagaimana jalannya peristiwa bagaimana proses terjadinya, pernyataan untuk
mengetahui keadaan bagaimana sebuah peristiwa terjadi termasuk akibat yang
ditimbulkan. Contoh: Jerit tangis
mewarnai penemuan mayat yang menjadi korban tanah longsor di Malang Selatan
Kusumaningrat (2014:128) mengemukakan bahwa unsur-unsur berita dapat
dijadikan batu locatan untuk menggerakkannya menjadi sebuah berita. Kata-kata
pembuka berita dengan mengajukan pernyataan What (apa yang terjadi?), who (siapa
yang terlibat?), when ( kapan
terjadinya?), where (dimana terjadinya?), how
(bagaimana terjadinya?) dan why (mengapa bisa terjadi). contoh peristiwa
sebagai berikut.
Peristiwa ledakan bom (apa) yang terjadi
disebuah tempat hiburan (bagaimana) di Legian Kuta Bali (dimana) oleh teroris
(siapa) yang membenci orang-orang asing
terutama Amerika dan Australia (mengapa) pada malam hati (kapan) ketika tempat
hiburan itu dikunjungi banyak turis dan menewaskan sekitar 200 orang
pengunjung.
Bahasa Berita
Bahasa berita disebut dengan istilah
bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Secara sederhana, bahasa jurnalistik dapat
diartikan sebagai gaya bahasa wartawan dalam menulis berita. Romli dalam
(Pujiono, 2013:97) menyatakan bahasa
jurnalistik memiliki dua ciri utama, yaitu komunikatif dan spesifik. Ciri
komunikatif adalah bersifat langsung menjamah materi, langsung mengarah ke
pokok persoalan, bermakna tunggal, tidak konotatif, tidak berbunga-bunga, tidak
bertele-tele, dan tanpa basa-basi. Ciri spesifik artinya memiliki gaya
penulisan tersendiri, yakni berupa kalimat pendek, memiliki kata yang jelas,
dan mudah dimengerti orang awam.
Menurut Sumandiria (2011:53-59) ciri utama bahasa jurnalistik diantaranya (a)
sederhna, (b) singkat, (c) padat, (d)
jelas, (e) jernih, (f) menarik, (g) demokratis, (h) mengutamakan kalimat aktif,
(i) menghindari kata atau istilah teknis, dan (k) tunduk kepada kaidah bahasa
baku.
(a) Sederhana
Sederhana berarti selalu
mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui
maknanya oleh khalayak pembaca. Khalayak pembaca sifatnya sangat heterogen,
baik dilihat dari tingkat status sosial ekonomi, pekerjaan atau profesi, tempat
tinggal, suku bangsa, budaya dan agama yang dianut. Kata-kata dan kalimat yang
rumit yang hanya dipahami maknanya oleh segelintir orang, tabu digunakan dalam
bahasa jurnalistik.
(b) Singkat
Singkat, artinya langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak
memboroskan waktu pembaca yang berharga. Ruangan atau kapling yang tersedia
pada kolom-kolom halaman surat kabar sangat terbatas, sementara isinya banyak
dan beranekaragam. Konsekuensinya apapun pesan yang akan disampaikan tidak
boleh bertentangan fisiologi, fungsi, dan karakter pers.
(c) Padat
Padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi. Setiap kalimat dan
paragraf yang ditulis memuat banyak informasi penting dan menarik untuk
khalayak pembaca. Ini berarti terdapat perbedaan yang tegas antara kalimat
singkat dan kalimat padat. Kalimat singakat tidak berarti memuat banyak
informasi. Tetapi kalimat padat, kecuali singkat, juga banyak informasi.
(d)Lugas dan Jelas
Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari penghalusan kata
dan kalimat yang bisa membingungkan khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan
persepsi. Kata yang lugas selalu menekankan pada satu arti serta menghindari
kemungkinan adanya penafsiran lain terhadap arti dan makna kata tersebut.
(e)
Jelas
Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak kabur. Sebagai contoh, merah
adalah warna yang jelas. Putih adalah warna yang jelas. Ketika kedua warna
tersebut disandingkan, maka terdapat perbedaan yang jelas, mana yang merah dan
mana yang putih. Perbedaan warna merah dan putih melahirkan kesan kontras.
Jelas disini memiliki tiga arti: jelas susunan kata atau maksudnya.
(f) Menarik
Menarik artinya mampu
membangkitkan minat dan perhatian khalayak
pembaca. Memicu selera pembaca, membuat orang yang sebelumnya tidak
tertarik menjadi tertarik untuk membaca berita yang disajikan. Meskipun
demikian, bahasa jurnalistik tetap berpijak pada prinsip menarik, benar, dan
baku.
(g) Demokratis
Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat,
kasta. Bahasa jurnalistik memperlakukan siapa pun, baik itu presiden, guru,
karyawan, maupun tukang becak, pengemis secara sama. Bahasa jurnalistik menolak
pendekatan deskriminatif dalam penulisan berita. Secara ideologis, bahasa
jurnalistik melihat setiap individu memiliki kedudukan yang sama di depan hukum
sehingga orang itu tidak boleh diberi
pandangan serta perlakuan yang berbeda. Semuanya sejajar dan sederajat.
(h) Mengutamakan Kalimat
Aktif
Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca
daripada kalimat pasif. Sebagai contoh presiden
mengatakan, bukan dikatakan oleh
presiden. atau pencuri mengambil perhiasan dari dalam lemari pakaian, bukan
diambilnya perhiasan itu dari dalam
lemari pakaian oleh pencuri. Bahasa jurnalistik harus jelas susunan katanya
dan kuat maknanya. Kalimat aktif lebih memudahkan pengertian dan memperjelas
tingkat pemahaman. Kalimat pasif sering menyesatkan pengertian dan
membingungkan tingkat pemahaman.
(i) Menghindari Kata atau
Istilah Teknis
Bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, tidak
membuat kening berkerut apalagi sampai membuat kepala berdenyut. Salah satu
cara untuk itu ialah dengan menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah
teknis. Kata atau istilah teknis hanya berlaku untuk kelompok atau komunitas
tertentu yang relatif homogen. Sebagai contoh, istilah dalam dunia kedokteran
yang tidak akan bisa dipahami maksudnya oleh khalayak pembaca apabila
dipaksakan untuk dimuat dalam berita. Supaya mudah dipahami maksudnya, maka
istilah-istilah teknis itu harus diganti dengan istilah yang bisa dipahamioleh
masyarakat umum.
(j) Tunduk Kepada Kaidah
dan Etika Bahasa Baku
Bahasa jurnalistik wajib menggunakan serta tunduk kepada pada kaidah dan
etika bahasa baku. Bahasa berita harus baku, benar, dan baik. Dalam etika
berbahasa, bahasa berita tidak boleh menuliskan kata-kata yang tidak sopan,
kata-kata vulgar, kata-kata berisi sumpah serapah yang sangat jauh dari norma sosial budaya agama.
Dari berbagai pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa bahasa berita
haruslah baik dan benar, penggunaanyaharus efektif dan sesuai sengan kaidah
tata bahasa. Selain harus baik dan benar bahasa berita haruslah bisa menarik
minat pembaca agar tertarik pada berita yang disajikan. Bahasa berita harus
bersifat demokratis yang artinya tidak mengenal tingkatan, pangkat dan kasta.
Kontruksi Kalimat dalam Berita
Susunan Menurut Djuraid (2007:72)
kontruksi kalimat dalam berita dibagi menjadi 2 yaitu lead dan isi berita.
a.
Lead atau kepala berita
Lead adalah kalimat yang menjadi bagian terpenting
dari sebuah berita sehingga menempati alinea pertama dari sebuah berita. Untuk
itu diperlukan kejelian dalam mencari bagian yang paling menarik dari hasil
liputannya untuk dijadikan lead. Bagian menarik itu berasal dari unsur-unsur
yang ada dalam 5W+1H dengan penyajian yang hidup, informatif dalam kalimat yang
padat dan mudah dipahami.
Untuk memudahkan para pemula, banyak digunakan
cara menulis dengan mengedepankan unsur who. Ini merupakan cara paling mudah
sebelum masuk menggunakan unsur lain, hal ini tak lepas dari kultur kita yang
memberi tempat terhormat kepada tokoh dengan menempatkannya di bagian paling
awal. Model penempatan tokoh sebagai lead berita ini sering dipakai untuk
berita di media elektronik, terutama radio. Di media cetak, hal yang sama masih
dilakukan, karena memang lebih mudah. Dengan menggunakan nama tokoh sebagai
patokan awal, akan memudahkan untuk penulisan berikutnya. Apalagi kalau yang
dijadikan lead berkaitan dengan ucapan.
b.
Isi berita
Membuat lead adalah bagian yang membutuhkan
perjuangan berat dalam rangkaian membuat berita. Para pemula sering mengalami
kesulitan untuk merangkai kata-kata menjadi kalimat yang menarik. Ketika kita
sudah mendapatkan bahan-bahan berita, maka kita pilah-pilah menjadi bagian
5W+1H. Mana bagian who, bagian what, when, dan sebagainya. Setelah
bagian-bagian itu ditemukan maka tinggal merangkaikan menjadi sebuah kalimat
yang layak untuk sebuah berita. Maka diperlukan kata-kata tambahan sebagai penyambung
sekaligus menjadikan kalimat itu enak dibaca dan mudah dimengerti. Sebab,
bagian penting dalam filosofi membuat berita adalah pesan yang ingin
disampaikan dalam penulisan berita itu bisa dapahami pembaca. Banyak yang menyebut membuat lead adalah bagian
paling sulit dalam menulis berita. Bila bagian ini sudah dilewati, maka bagian
lain akan mudah dijalani. Setelah membuat lead, langkah selanjutnya adalah
membuat isi berita. Membuat lead bak membuka pintu. Bila pintu sudah terbuka
maka bagian yang lain tidak akan sulit. Bila lead merupakan rangkuman 5W+1H,
maka isi berita juga sama, hanya ada saja bagian yang dikembangkan dan ada yang
hanya dijadikan pelengkap saja.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian-Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Aqib, Zainal. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi
Pembelajaran Konteksual (Inovatif). Bandung: CV Yrama Widya.
Barus, Sedia Willing. 2010. Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta: Erlangga.
Chaer, Abdul. 2010. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dalman, H. 2015. Keterampilan Menulis. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Djuraid, Husnun N. 2007. Panduan Menulis Berita. Malang: UPT Penerbit Universitas
Muhammadiyah Malang
Habsari, Roro Ayu.2012. Peningkatan Kemamampuan Menulis Teks Berita dengan Menggunakan Media
Gambar Siswa Kelas VIIID SMP Negeri 1 Mayang Kabupaten Jember. Skripsi
tidak diterbitkan. Jember: FKIP Universitas Muhammadiyah Jember.
Huda, Miftahul. 2015. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Kusumaningrat, Hikmat dan Pernama Kusumaningrat.
2014. Jurnalistik Teori dan Praktik.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Miadiarti, Sekar. 2014. Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Berita Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri
1 Candipuro Melalui Pendekatan Saintifik dengan Teknik Mind Mapping.
Skripsi tidak diterbitkan. Jember: FKIP Universitas Jember.
Nurgiyantoro, Burhan.2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta.
Pujiono, Setyawan. 2013. Terampil Menulis.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Riduwan.2014. Dasar-dasar Statika. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2011. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Kecana Prenada Media Grup.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2007. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Sumandiria, Haris. 2014. Jurnalistik Indonesia. Bandung: Simbiosa Rakatama Media.
Tampubolon, Saur. 2014. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Pendidikan dan Keilmuan. Jakarta:
Erlangga.
No comments:
Post a Comment