Kemampuan Menemukan Tokoh
dan Ragam Nilai Cerita Rakyat Malin Kundang
Lini Wulan Suci
Prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Jember.
Email:
liniwulansuci@ymail.com
Abstraks
Karya sastra terutama dalam karya sastra
melayu klasik terdapat unsur-unsur pembangun sebuah cerita rakyat. Secara garis
besar berbagai macam unsur tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian. Pembagian
unsur yang dimaksud adalah unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur
inilah yang sering digunakan untuk mengkaji dan membicarakan sebuah karya
sastra pada umumnya. Unsur intrinsik sebuah karya
sastra terdapat beberapa unsur yang membangun karya sastra itu sendiri dari
dalam. Salah satunya ialah membahas tentang perwatakan tokoh yang mempunyai
sifat atau watak yang protagonis, antagonis ataupun tritagonis. Selain unsur
instrinsik yang mempunyai peran penting dalam membangun sebuah karya sastra
unsur ekstrinsik berperan penting juga dalam sebuah karya sastra. Unsur
ekstrinsik dalam sebuah karya sastra membahas tentang unsur yang terkadung dari
luar karya sastra yaitu terdapat nilai-nilai yang menyangkut didalamnya
diantaranya nilai sosial budaya, nilai religius, nilai moral dan nilai
pendidikan. Nilai adalah konsep yang dalam sastra mengenal dasar-dasar yang
sangat penting dan bernilai dalam kehidupan manusia. Selain itu sastra melayu
klasik dengan spesifikasi cerita rakyat itu merupakan bentuk sastra yang sudah
lahir dan berkembang di Indonesia. Perkembangan sastra di Indonesia ditandai
dengan semakin banyaknya hasil karya sastra yang tersebar. Salah satu
pembelajaran sastra yang dipelajari ditingkat SMA (Sekolah Menengah Atas)
adalah pembelajaran tentang cerita rakyat. Dalam kegiatan pembelajaran ini
siswa diharapkan dapat menemukan perwatakan tokoh dan nilai-nilai yang
terkandung dalam sastra Melayu Klasik. Sesuai dengan kurikulum (SK) Standar
Kompetensi dan (KD) Kompetensi Dasar. Standar Kompetensi “Memahami cerita rakyat”
dan Kompetensi Dasar “Menemukan hal-hal yang menarik tentang Berdasarkan studi pendahuluan yang telah
dilakukan peneliti, siswa cenderung masih sulit untuk memahami unsur pembangun
suatu karya sastra klasik yaitu cerita rakyat, hal ini disebabkan karena untuk
memahami suatu cerita rakyat diperlukan pendalaman isi.
Permasalahan yang muncul dari latar
belakang adalah Bagaimanakah kemampuan menemukan tokoh pada cerita rakyat Malin Kundang oleh siswa kelas X B SMA
Pancasila Ambulu Tahun Pelajaran 2015/2016, dan Bagaimanakah kemampuan
menemukan ragam nilai pada cerita rakyat Malin
Kundang oleh siswa kelas X B SMA Pancasila Ambulu Tahun Pelajaran
2015/2016.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan kemampuan menemukantokoh pada cerita rakyat Malin Kundang oleh siswa kelas X B SMA
Pancasila Ambulu Tahun Pelajaran 2015/2016, dan untuk mendeskripsikan kemampuan
menemukan ragam nilai pada cerita rakyat Malin
Kundang oleh siswa kelas X B SMA Pancasila Ambulu Tahun Pelajaran
2015/2016.
Jenis Penelitian ini adalah deskriptif kuatitatif.
Lokasi penelitian adalah SMA Pancasila Ambulu. Data penelitian adalah kalimat
yang diduga mengandung tokoh dan ragam nilai di dalamcerita rakyat. Teknik
pengumpulan data adalah Dokumentasi. Instrumen pengumpulan data adalah
peneliti. Teknik analisis data adalah reduksi data, penyajian data, dan
penyimpulan.Pengecekan keabsahan temuan adalah ketekunan pengamat dan
pemeriksaan sejawat.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa
siswa menemukan tokoh antagonis, protagonis, tritagonis dan siswa menemukan
nilai sosial budaya jenis cinta kasih, penderitaan dan kegelisahan, menemukan
nilai religius jenis kepercayaan, kejujuran dan rendah hati, menemukan nilai
moral jenis suka menolong, bermanfaat bagi orang lain, dan tata karma, menemukan
nilai pendidikan jenis kerja keras, tanggung jawab dan kreatif.
Berdasarkan hasil tersebut, kemampuan
menemukan tokoh oleh siswa
dikategorikan menjadi empat, yaitu pada kategori baik sekali sebanyak 5 siswa
(17%), kategori baik sebanyak 3 siswa (10%), kategori cukup mampu sebanyak 16
siswa (53%) dan kategori kurang mampu sebanyak 6 siswa (20%).
Kemampuan menemukan nilai sosial budaya kategori baik sekali
sebanyak 6 siswa (20%), kategori baik sebanyak 4 siswa (13%), kategori cukup
sebanyak 18 siswa (60%) dan kategori kurang sebanyak 2 siswa (7%). Sebanyak 5
siswa tidak mengerjakan dan 25 siswa di kelas X B SMA Pancasila Ambulu mampu
menemukan nilai religius. Pada
kegiatan menemukan nilai religius, terdapat 5 siswa (17%) berkategori baik
sekali, kategori baik sebanyak 4 siswa (13%), kategori cukup sebanyak 8 siswa
(27%) dan kategori kurang sebanyak 8 siswa (27%). Sebanyak 9 siswa tidak
mengerjakan dan 21 siswa di kelas X B SMA Pancasila Ambulu menemukan nilai moral. Pada kegiatan menemukan
nilai moral terdapat 4 siswa (13%) berkategori cukup, kategori kurang sebanyak
17 siswa (57%) . Sebanyak 6 siswa tidak mengerjakan dan 24 siswa dikelas X B
SMA Pancasila Ambulu yang mampu menemukan nilai
pendidikan. Pada kegiatan menemukan nilai pendidikan, terdapat 17 siswa
(57%) berkategori baik sekali, kategori cukup sebanyak 5 siswa (17%) dan
kategori kurang sebanyak 2 siswa (7%).
Kata kunci: Kemampuan menemukan Tokoh, Ragam Nilai,
Cerita Rakyat
Abstract
Literary works mainly in classical Malay literature there are elements
of the builder of a folktale. Broadly speaking, the various elements are
grouped into two sections. The division of the element in question is an
element of intrinsic and extrinsic elements. The second element is often used
to examine and discuss a piece of literature in general. The intrinsic elements
of a literary work are some of the elements that build literature itself from
within. One of them is to discuss the disposition of figures that have a nature
or character of a protagonist, antagonist or tritagonis. In addition to the
intrinsic elements that have a critical role in establishing a literary work
extrinsic elements play an important role also in literature. Extrinsic
elements in a work of literature discusses terkadung elements from outside the
literary works which are the values concerning therein including socio-cultural
values, religious values, moral values and educational value. Value is a
concept in the literature to know the basics very important and valuable in
human life. Besides the classical Malay literature with specifications folklore
it is a form of literature that has been born and developed in Indonesia.
Literary development in Indonesia was marked by the increasing number of
literary works are scattered. One lesson learned literary level, high school
(High School) is the study of folklore. In this learning activity students are
expected to find dispositive character and values contained in classical Malay
literature. In accordance with the curriculum (SK) and the Competency Standards
(KD) Basic competence. Standard Competency "Understanding folklore"
and the Basic Competence "Finding things that are interesting about Based
on preliminary studies that have been conducted by researchers, students tend
to still difficult to understand the building blocks of a classical literature
is folklore, this was due to understanding a story people needed deepening of
the content.
The problems that arise from the background is How the ability find dispositive character in folklore Malin Kundang graders Pancasila Ambulu XB High School Academic Year 2015/2016, and the ability to find a variety of value How the folklore Malin Kundang graders Pancasila Ambulu XB High School Academic Year 2015/2016.
The purpose of this study was to describe the ability to find dispositive character in folklore Malin Kundang by high school students class XB Ambulu Pancasila in academic year 2015/2016, and to describe the ability to find a variety of value on folklore Malin Kundang graders Pancasila Ambulu XB High School Academic Year 2015 / 2016.
This research type is descriptive qualitative. The research location is Pancasila Ambulu high school. The research data is a sentence that allegedly contains dispositive character and value diversity in folklore. The data collection technique is documentation. Data collection instrument was a researcher. Data analysis techniques are data reduction, data presentation, and inference. Checking the validity of the findings is persistence observers and peer examination.
The results of the analysis of the data shows that students find dispositive antagonist, protagonist, tritagonis and students find the social and cultural values kind of love, suffering and anxiety, find the value of a religious kind of trust, honesty and humility, find moral values kind of helpful, useful for others and manners, find the value of education kind of hard work, responsibility and creative.
Based on these results, the ability to find dispositive character by students categorized into four, namely in both categories once as many as five students (17%), both categories as many as three students (10%), the category is quite capable of 16 students (53%) and less category capable of as much as 6 students (20%).
Findability socio-cultural values both categories once as many as six students (20%), both categories as many as four students (13%), a category quite as many as 18 students (60%) and less category as much as 2 students (7%). A total of five students not working and 25 students in class X SMA Pancasila B Ambulu able to find a religious value. On finding activities of religious values, there are five students (17%) categorized as excellent, good category as many as four students (13%), a category quite as much as 8 students (27%) and less category as many as eight students (27%). A total of 9 students are not working and 21 students in class X SMA Pancasila B Ambulu find moral values. On the activities of finding moral values are 4 students (13%) categorized enough, less category as many as 17 students (57%). A total of 6 students are not working and 24 high school students in class X and Pancasila Ambulu are able to find the value of education. On the activities of finding the value of education, there are 17 students (57%) were categorized as excellent, pretty much as a category 5 students (17%) and less category as much as 2 students (7%).
The problems that arise from the background is How the ability find dispositive character in folklore Malin Kundang graders Pancasila Ambulu XB High School Academic Year 2015/2016, and the ability to find a variety of value How the folklore Malin Kundang graders Pancasila Ambulu XB High School Academic Year 2015/2016.
The purpose of this study was to describe the ability to find dispositive character in folklore Malin Kundang by high school students class XB Ambulu Pancasila in academic year 2015/2016, and to describe the ability to find a variety of value on folklore Malin Kundang graders Pancasila Ambulu XB High School Academic Year 2015 / 2016.
This research type is descriptive qualitative. The research location is Pancasila Ambulu high school. The research data is a sentence that allegedly contains dispositive character and value diversity in folklore. The data collection technique is documentation. Data collection instrument was a researcher. Data analysis techniques are data reduction, data presentation, and inference. Checking the validity of the findings is persistence observers and peer examination.
The results of the analysis of the data shows that students find dispositive antagonist, protagonist, tritagonis and students find the social and cultural values kind of love, suffering and anxiety, find the value of a religious kind of trust, honesty and humility, find moral values kind of helpful, useful for others and manners, find the value of education kind of hard work, responsibility and creative.
Based on these results, the ability to find dispositive character by students categorized into four, namely in both categories once as many as five students (17%), both categories as many as three students (10%), the category is quite capable of 16 students (53%) and less category capable of as much as 6 students (20%).
Findability socio-cultural values both categories once as many as six students (20%), both categories as many as four students (13%), a category quite as many as 18 students (60%) and less category as much as 2 students (7%). A total of five students not working and 25 students in class X SMA Pancasila B Ambulu able to find a religious value. On finding activities of religious values, there are five students (17%) categorized as excellent, good category as many as four students (13%), a category quite as much as 8 students (27%) and less category as many as eight students (27%). A total of 9 students are not working and 21 students in class X SMA Pancasila B Ambulu find moral values. On the activities of finding moral values are 4 students (13%) categorized enough, less category as many as 17 students (57%). A total of 6 students are not working and 24 high school students in class X and Pancasila Ambulu are able to find the value of education. On the activities of finding the value of education, there are 17 students (57%) were categorized as excellent, pretty much as a category 5 students (17%) and less category as much as 2 students (7%).
Keywords: Ability find dispositive People, Variety
Value, Folklore
1.
PENDAHULUAN
Karya sastra terutama
dalam karya sastra melayu klasik terdapat unsur-unsur pembangun sebuah cerita
rakyat. Secara garis besar berbagai macam unsur tersebut dikelompokkan menjadi
dua bagian. Pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur instrinsik dan unsur
ekstrinsik. Kedua unsur inilah yang sering digunakan untuk mengkaji dan
membicarakan sebuah karya sastra pada umumnya. Berdasarkan studi pendahuluan
yang telah dilakukan peneliti, siswa cenderung masih sulit untuk memahami unsur
pembangun suatu karya sastra klasik yaitu cerita rakyat, hal ini disebabkan
karena untuk memahami suatu cerita rakyat diperlukan pendalaman isi. Karya sastra terutama dalam karya sastra
melayu klasik terdapat unsur-unsur pembangun sebuah cerita rakyat. Secara garis
besar berbagai macam unsur tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian. Pembagian
unsur yang dimaksud adalah unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur
inilah yang sering digunakan untuk mengkaji dan membicarakan sebuah karya
sastra pada umumnya. Unsur intrinsik sebuah karya
sastra terdapat beberapa unsur yang membangun karya sastra itu sendiri dari
dalam. Salah satunya ialah membahas tentang tokoh yang mempunyai sifat atau
watak yang protagonis, antagonis ataupun tritagonis. Selain unsur instrinsik
yang mempunyai peran penting dalam membangun sebuah karya sastra unsur
ekstrinsik berperan penting juga dalam sebuah karya sastra. Unsur ekstrinsik
dalam sebuah karya sastra membahas tentang unsur yang terkadung dari luar karya
sastra yaitu terdapat nilai-nilai yang menyangkut didalamnya diantaranya nilai
sosial budaya, nilai religius, nilai moral dan nilai pendidikan. Nilai adalah
konsep yang dalam sastra mengenal dasar-dasar yang sangat penting dan bernilai
dalam kehidupan manusia. Selain itu sastra melayu klasik dengan spesifikasi
cerita rakyat itu merupakan bentuk sastra yang sudah lahir dan berkembang di
Indonesia. Perkembangan sastra di Indonesia ditandai dengan semakin banyaknya
hasil karya sastra yang tersebar. Salah satu pembelajaran sastra yang
dipelajari ditingkat SMA (Sekolah Menengah Atas) adalah pembelajaran tentang
cerita rakyat. Dalam kegiatan pembelajaran ini siswa diharapkan dapat menemukan
perwatakan tokoh dan nilai-nilai yang terkandung dalam sastra Melayu Klasik. Sesuai
dengan kurikulum (SK) Standar Kompetensi dan (KD) Kompetensi Dasar. Standar
Kompetensi “Memahami cerita rakyat” dan Kompetensi Dasar “Menemukan hal-hal
yang menarik tentang Berdasarkan
studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti, siswa cenderung masih sulit
untuk memahami unsur pembangun suatu karya sastra klasik yaitu cerita rakyat,
hal ini disebabkan karena untuk memahami suatu cerita rakyat diperlukan
pendalaman isi.
Permasalahan yang muncul
dari latar belakang adalah Bagaimanakah kemampuan menemukan tokoh pada cerita
rakyat Malin Kundang oleh siswa kelas
X B SMAPancasila Ambulu Tahun Pelajaran 2015/2016, dan Bagaimanakah kemampuan
menemukan ragam nilai pada cerita rakyat Malin
Kundang oleh siswa kelas X B SMA Pancasila Ambulu Tahun Pelajaran 2015/2016.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan menemukan
perwatakan tokoh pada cerita rakyat Malin
Kundang oleh siswa kelas X B SMA Pancasila Ambulu Tahun Pelajaran
2015/2016, dan untuk mendeskripsikan kemampuan menemukan ragam nilai pada
cerita rakyat Malin Kundang oleh
siswa kelas X B SMA Pancasila Ambulu Tahun Pelajaran 2015/2016.
2.
METODE
PENELITIAN
Jenis Penelitian ini
adalah deskriptif kuantitatif. Lokasi penelitian adalah SMA Pancasila Ambulu
dan Subjek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas X B. Data penelitian
adalah kalimat yang diduga mengandung tokoh dan ragam nilai di dalam cerita
rakyat. Sumber data dalam penelitian ini adalah teks cerita rakyat. Teknik
pengumpulan data mnenggunakan dokumentasi. Instrumen pengumpulan data adalah
peneliti dengan menggunakan tabel bantu. Definisi operasional adalah istilah
dari kemampuan, menemukan,tokoh, ragam nilai, cerita rakyat. Teknik analisis
data adalah reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan. Pengecekan keabsahan
temuan adalah ketekunan pengamat dan pemeriksaan sejawat.
3.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Tokoh dalam Cerita Rakyat Malin Kundang
Menurut Anggraeni dan
Suyanto (2014: 82-83) tokoh antagonis merupakan tokoh dengan peran yang harus
mewakili hal-hal negatif dalam kebutuhan cerita. Peran ini biasanya cenderung
menjadi tokoh yang menyakiti tokoh protagonis.Tokoh antagonis adalah tokoh yang
jahat sehingga menimbulkan rasa benci.Protagonis merupakan tokoh dengan peran
yang harus mewakili hal-hal positif dalam kebutuhan cerita. Peran ini biasanya
cenderung menjadi tokoh yang disakiti, baik, dan menderita sehingga akan
menimbulkan simpati. Tritagonis merupakan peran tokoh pendamping baik untuk
peran protagonis maupun antagonis. Dari 30 siswa hanya 5 siswa (data siswa E,
H, R,U dan CC) yang mampu menemukan tokoh dengan kategori sangat baik. Hal ini terjadi karena kelima siswa tersebut
memperoleh nilai 92 yaitu kategori sangat
baik (86-100).Berikut bukti kutipan salah salah satu data yang memperoleh
kategori sangat baik.
Kutipan tokoh antagonis dari data siswa E
“Malin Kundang merasa malu memiliki ibu yang tua
renta dengan baju yang buruk compang camping dihadapan istrinya, ia mengatakan
bahwa bukanlah anak dari perempuan itu.”
Data siswa E dalam kutipan tersebut merupakan jawaban yang jelas,
karena dalam kutipan yang ditemukan siswa E mengandung watak tokoh antagonis
yang ditunjukkan pada prilaku Malin
Kundang yang jahat kepada ibunya yaitu memiliki rasa malu memiliki ibu yang tua
renta dengan baju yang buruk dan ia tidak mengakui ibunya, sehingga siswa E
mendapatkan skor 3 dari kutipan jawaban tersebut.
Kutipan tokoh protagonis dari data siswa E
“Karena ayah Malin Kundang tak lagi kembali dan
Malin Kundang kini menjadi tanggung jawab penuh ibunya untuk merawat dan
membesarkan Malin Kundang seorang diri. Ibu Malain Kundang telah melupakan ayah
Malin Kundang, ia bekerja membanting tulang untuk mengisi perut mereka,
pekerjaan apapun dia lakukan asalakan halal. Perempuan itu sangat menyangi
Malin Kundang.”
Data siswa E dalam kutipan tersebut merupakan jawaban yang jelas dan
tepat karena dalam kutipan yang ditemukan siswa E mengandung watak tokoh protagonis
dengan jelas dan tepat yaitu menunjukan sikap ibu Malin Kundang yang merawat,
membesarkan dan menyangangi Malin Kundang. Sehingga siswa E mendapat skor 4
dari jawaban kutipan tersebut.
Kutipan tokoh tritagonis dari data siswa E
“menyadari akan kemiskinan mereka, ayah Malin
Kundang pergi merantau untuk mendapatkan kehidupan dan bekerja keras untuk
medapatkan pekerjaan yang lebih layak, akan tetapi beberapa hari, bulan dan
tahun ayah Malin Kundang tak pernah kembali ibu Malin Kundangpun menjadi cemas
dan gelisah, tinggal ibu dan anak yang malang.”
“ ia kemudian bertemu dengan putri saudagar yang
cantik jelita Malin Kundangpun jatuh cinta kepada putri tersebut dan akhirnyan
menikah dengan seorang putrid saudagar yang kaya raya Malin Kundangpun sangat
cinta dan menyayangi putri saudagar tersebut.”
Data siswa E dalam kutipan tersebut merupakan jawaban yang jelas dan
tepat karena dalam kutipan yang ditemukan siswa E mengandung tokoh pendamping
yang mendampingi Malin Kundang dan ibu Malin Kundang dalam cerita rakyat
tersebut.Sehingga siswa E mendapat skor 4 dari jawaban tersebut.
Kesimpulan berdasarkan data
yang telah dideskripsikan bahwa siswa E
mendapatkan nilai 92 dan termasuk dalam (86-100) kategori baik sekali menemukan
perwatakan tokoh, karena siswa E memenukan perwatakan tokoh antagonis dengan
skor 3 yaitu jelas, menemukan perwatakan tokoh protagonis dengan skor 4 yaitu
jelas dan tepat dan menenukan perwatakan tokoh tritagonis dengan skor 4 yaitu jelas dan tepat.
Menurut Anggraeni dan Suyanto (2014: 82-83) tokoh antagonis merupakan
tokoh dengan peran yang harus mewakili hal-hal negatif dalam kebutuhan cerita.
Peran ini biasanya cenderung menjadi tokoh yang menyakiti tokoh
protagonis.Tokoh antagonis adalah tokoh yang jahat sehingga menimbulkan rasa
benci.Protagonis merupakan tokoh dengan peran yang harus mewakili hal-hal
positif dalam kebutuhan cerita. Peran ini biasanya cenderung menjadi tokoh yang
disakiti, baik, dan menderita sehingga akan menimbulkan simpati. Tritagonis
merupakan peran tokoh pendamping baik untuk peran protagonis maupun
antagonis.Dari 30 siswa hanya 3 siswa (data siswa G, V, dan W) yang mampu
menemukan tokoh dengan kategori baik.Hal
ini terjadi karena ketiga siswa tersebut memperoleh nilai 83 yaitu kategori baik (76-85).Berikut bukti kutipan salah
salah satu data yang memperoleh kategori baik.
Kutipan tokoh antagonis
dari data siswa G
“Malin Kundang membentak
dan mendorong ibunya hingga terjatuh ketanah.”
Data siswa G dalam
kutipan tersebut merupakan jawaban yang jelas karena dalam kutipan yang
ditemukan siswa G mengandung watak tokoh antagonis yang ditunjukkan pada
prilaku Malin Kundang jahat kepada
ibunya yaitu membentak bahkan mendorong ibunya hingga terjatuh, sehingga siswa
G mendapatkan skor 3 dari kutipan jawaban tersebut.
Kutipan
tokoh protagonis dari siswa G
“Ibu Malin Kundang membesarkan Malin Kundang
dengan seorang diri.”
“setiap sore ia menantikan Malin Kundang di
dermaga dengan penuh harapan dan duduk setia menanti.”
Data siswa G dalam kutipan tersebut merupakan jawaban yang jelas dan
tepat karena dalam kutipan yang ditemukan siswa G mengandung dua watak tokoh
protagonis yang baik, karena ibu Malin Kundang membesarkan Malin Kundang
seorang diri dan menantikan kedatangan Malin Kundang dengan setia. Sehingga
siswa G mendapat skor 4 dari kutipan
jawaban tersebut.
Kutipan tokoh tritatgonis dari data siswa G
“Malin Kundang bersama istrinya yang cantik
jelita kemudian sering berpergian dalam urusan perniagaan”.
Data siswa G dalam kutipan tersebut merupakan jawaban yang jelas
karena dalam kutipan yang ditemukan siswa G mengandung tokoh pendamping yaitu
istri yang mendampingi berpergian Malin Kundang dalam urusan
perniagaan.Sehingga siswa G mendapat skor 3 dari kutipan jawaban tersebut.
Kesimpulan berdasarkan data
yang telah dideskripsikan bahwa siswa G
mendapatkan nilai 83 dan termasuk dalam (76-85) kategori baik menemukan
perwatakan tokoh, karena siswa G memenukan tokoh antagonis dengan skor 3 yaitu
jelas, menemukan perwatakan tokoh protagonis dengan skor 4 yaitu jelas dan
tepat, menenukan perwatakan tokoh tritagonis dengan skor 3 yaitu jelas.
Ragam Nilai pada Cerita Rakyat Malin Kundang
Menurut Suratman (2013:
44-91) cinta adalah sikap sesuatu orientasi watak yang menentukan hubungan
pribadi dengan dunia keseluruhan,menuju sesuatu objek cinta dan kasih sayang
dasar komunikasi antara anak dan orang tua. Penderitaan yaitu sering sekali
mendengar atau menyaksikan penderitaan-penderitaan yang di alami oleh
manusia.Kegelisahan yaitu dapat diketahui bahwa siapapun dapat gelisah hati,
terjadi karena mungkin disebabkan harapan-harapan mereka tak terpenuhi, karena
menunggu sesuatu.Dari 30 siswa hanya 6 siswa (data siswa C, D, F, H, N dan Z)
yang mampu menemukan nilai sosial budaya dengan kategori sangat baik.Hal ini terjadi karena keenam siswa tersebut memperoleh
nilai 92 yaitu kategori sangat baik
(86-100).Berikut bukti kutipan salah salah satu data yang memperoleh kategori
sangat baik.
Kutipan NSB (cinta kasih) dari data siswa D
“Malin Kundang pun sangat mencintai dan
meyanyangi putri saudagar tersebut.”
Data siswa D tersebut merupakan jawaban yang jelas karena menunjukkan
kutipan kalimat mencintai dan menyanyangi putri saudagar, sehingga siswa D
memperoleh skor 3.
Kutipan NSB (penderitaan) dari data siswa D
“hiduplah sebuah keluarga miskin, begitu
miskinnya mereka, gubuk tempat tinggalnya yang terbuat dari daun dan pelepah
nipah, bergoyang-goyang tertiup angin.”
“pakaian mereka compang-camping” “badan mereka
kurus kering karena kurang makan.”
Data siswa D tersebut merupakan jawaban yang jelas dan tepat karena
dalam data yang ditemukan menunjukkan dengan jelas dan tepat bahwa kehidupan
yang miskin dengan tempat tinggal yang tak layak lagi dan badan yang kurus
kering karena kurang makan, sehingga siswa D memperoleh skor 4 dari jawban
tersebut.
Kutipan NSB (kegelisahan) dari data siswa D
” ayah Malin Kundang tak pernah kembali Ibu Malin
pun cemas dan gelisah.”
“setiap sore ia menanti Malin Kundang didermaga
dengan penuh kegelisahan dan harapan.”
Data siswa D tersebut merupakan jawaban yang jelas dan tepat karena
dalam data yang ditemukan siswa menunjukkan dengan jelas dan tepat bahwa ibu
Malin menantikan anak dan suaminya dengan gelisah, sehingga siswa D memperoleh
skor 4 dari jawaban tersebut.
Kesimpulan berdasarkan data
yang telah dideskripsikan bahwa siswa D
mendapatkan nilai 92 dan termasuk dalam (86-100) kategori baik sekali menemukan
nilai sosial budaya karena siswa D memenukan nilai sosial budaya bentuk cinta
kasih dengan skor 3 yaitu jelas dan memenukan nilai sosial budaya bentuk
penderitaan dengan skor 4 yaitu jelas dan tepat, memenukan nilai sosial budaya
bentuk kegelisahan dengan skor 4 yaitu jelas dan tepat.
Menurut Suratman (2013: 44-91) cinta adalah sikap sesuatu orientasi
watak yang menentukan hubungan pribadi dengan dunia keseluruhan,menuju sesuatu
objek cinta dan kasih sayang dasar komunikasi antara anak dan orang tua.
Penderitaan yaitu sering sekali mendengar atau menyaksikan
penderitaan-penderitaan yang di alami oleh manusia.Kegelisahan yaitu dapat
diketahui bahwa siapapun dapat gelisah hati, terjadi karena mungkin disebabkan
harapan-harapan mereka tak terpenuhi, karena menunggu sesuatu. Dari 30 siswa 4
siswa (data siswa I, O, Y dan CC) yang mampu menemukan nilai sosial budaya
dengan kategori baik. Hal ini terjadi
karena keempat siswa tersebut memperoleh nilai 83 yaitu kategori baik (76-85).Berikut bukti kutipan salah
salah satu data yang memperoleh kategori baik.
Kutipan NSB (cinta kasih) dari data siswa CC
“Malin Kundang dan anak saudagar kaya raya
saling jatuh cinta dan akhirnya menikah.”
Data siswa CC tersebut merupakan jawaban yang jelas karena menunjukkan
kutipan kalimat Malin yang menyanyangi putri saudagar, sehingga siswa CC
memperoleh skor 3 dari jawaban tersebut.
Kutipan NSB (penderitaan) dari data siswa CC
“menyadari kemiskinannya ayah Malain Kundang
pergi merantau.“begitu miskinnya gubuk tempat mereka tinggal terbuat dari daun
dan pelepah nipah.”
Data siswa CC tersebut merupakan jawaban yang jelas karena menunjukkan
kutipan kalimat penderitaan keluarga miskin dengan tempat tinggal yang kurang
layak tresebut, sehingga siswa CC memperoleh skor 3 dari jawaban tersebut
Kutipan NSB (kegelisahan) dari data siswa CC
“Ibu Malin Kundang menunggu ayah Malin
Kundang beberapa hari, bulan, tahun dengan cemas dan gelisah.”
“Ibu Malin Kundang menunggu dijemput anaknya dengan penuh
kegelisahan”
Data siswa CC tersebut merupakan jawaban yang jelas dan tepat karena
dalam data yang ditemukan siswa menunjukkan dengan jelas dan tepat bahwa ibu
Malin menantikan anak dan suaminya dengan gelisah, sehingga siswa CC memperoleh
skor 4 dari jawaban tersebut.
Kesimpulan berdasarkan data
yang telah dideskripsikan bahwa siswa CC
mendapatkan nilai 83 dan termasuk dalam (76-85) kategori baik menemukan nilai
sosial budaya karena siswa CC memenukan nilai sosial budaya bentuk cinta kasih
dengan skor 3 yaitu jelas, menemukan nilai sosial budaya bentuk penderitaan
dengan skor 3 yaitu jelas dan menemukan nilai sosial budaya bentuk kegelisahan
dengan skor 4 yaitu jelas dan tepat.
Menurut Suratman (2013:40) mengatakan
bahwa keprcayaan mengandung arti yang lebih luas daripada agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan yang Maha Esa, pada dasarnya manusia yang memiliki naluri utnuk
menghambakan diri kepada yang Maha Tinggi. Menurut Sahlan (2012: 39) kejujuran
bahwa rahasia untuk meraih sukses menurut mereka adalah dengan selalu berkata
jujur. Sahlan (2012: 40) mengatakan bahwa sikap rendah hati merupakan sikap
tidak sombong mau mendengar pendapat orang lain dan tidak memaksakan
kehendakanya. Dari 30 siswa hanya 5 siswa (data siswa J, O, V, Y dan CC) yang
mampu menemukan nilai religius dengan kategori sangat baik. Hal ini terjadi karena kelima siswa tersebut
memperoleh kategori sangat baik
(86-100). Berikut bukti kutipan data yang memperoleh kategori sangat baik.
Kutipan NR (kepercayaan)
dari data siswa O
“sambil menangis ia menadahkan tangan dan
berkata, Ya Allah jadikanlah anak durhaka ini sebagai kisah untuk pelajaran
berharga dimasa mendatang. Jadikanlah ia batu karena telah durhaka kepda ibu
kandungnya sendiri.”
Data siswa O tersebut merupakan jawaban yang jelas dan tepat karena
terbukti dalam kutipan tersebut termasuk kedalam percaya terhadap kuasa tuhan
dengan memohon dan menadahkan tangan ketika berdoa agar anak durhaka tersebut
yaitu Malin kundang dijadikan bantu dan bisa diambil beljaran dimasa yang akan
datang, sehingga siswa O memperoleh skor 4 dari kutipan jawaban tersebut.
Kutipan NR (kejujuran) dari data siswa O
“ia berusaha meminta ampun kepada ibunya dan
mengakui kesalahannya dengan jujur kepada istrinya bahwa ibu tua itu ibu
kandungnya.”
Data siswa O tersebut merupakan jawaban yang jelas, karena terbukti
dalam kutipan tersebut Malin kundang mengakui kesalahannya dengan jujur kepada
istrinya dan meminta ampun kepada ibu kandungnya, sehingga siswa O memperoleh
skor 4 dari kutipan jawaban tersebut.
Kutipan NR (rendah hati) dari data siswa siswa O
“ibu Malin Kundang pun berpesan kepada anaknya
jika telah sukses tetaplah menjadi anak yang rendah hati dan tidak sombong.”
Data siswa O tersebut merupakan jawaban yang jelas dan tepat, karena
terbukti dalam kutipan tersebut Malin kundang mendapatan pesan dari ibunya agar
tetap menjadi anak yang rendah hati dan tidak sombong ketika telah
sukses.sehingga siswa O memperoleh skor 4 dari kutipan jawaban tersebut.
Kesimpulan berdasarkan data
yang telah dideskripsikan bahwa siswa O
mendapatkan nilai 100 dan termasuk dalam (86-100) kategori baik sekali
menemukan nilai religius karena siswa O memenukan nilai religius bentuk
kepercayaan dengan skor 4 yaitu jelas dan tepat, memenukan nilai religius
bentuk kejujuran dengan skor 4 yaitu jelas dan tepat, menemukan nilai religius
bentuk rendah hati dengan skor 4 yaitu jelas dan tepat.
Kutipan NR (kepercayaan) dari data siswa J
“Ya Allah jadikanlah anak durhaka ini sebagai
kisah untuk pelajaran “.
Data siswa J tersebut merupakan jawaban yang jelas karena terbukti
dalam kutipan tersebut termasuk kedalam percaya terhadap kuasa tuhan dengan
memohon dan menadahkan tangan ketika berdoa, sehingga siswa J memperoleh skor 3
dari kutipan jawaban tersebut.
Kutipan NR (kejujuran) dari data siswa J
“ia berusaha meminta ampun kepada ibunya dan
mengakui kesalahannya dengan jujur kepada istrinya bahwa ibu tua itu ibu
kandungnya.”
Data siswa J tersebut merupakan jawaban yang jelas dan tepat, karena
terbukti dalam kutipan tersebut Malin kundang mengakui kesalahannya kepada
istrinya dan mengakui ibu tua itu ibu kandungnya, sehingga siswa J memperoleh
skor 4 dari kutipan jawaban tersebut.
Kutipan NR (rendah hati) dari data siswa J
“ibu Malin Kundang pun berpesan kepada anaknya
jika telah sukses tetaplah menjadi anak yang rendah hati dan tidak sombong.”
Data siswa J tersebut merupakan jawaban yang jelas dan tepat, karena
terbukti dalam kutipan tersebut Malin kundang mendapatan pesan dari ibunya agar
tetap menjadi anak yang rendah hati dan tidak sombong ketika telah
sukses.sehingga siswa J memperoleh skor 4 dari kutipan jawaban tersebut.
Kesimpulan berdasarkan data
yang telah dideskripsikan bahwa siswa J
mendapatkan nilai 92 dan termasuk dalam (86-100) kategori baik sekali menemukan
nilai religius karena siswa Jmemenukan nilai religius bentuk kepercayaan dengan
skor 3 yaitu jelas, memenukan nilai religius bentuk kejujuran dengan skor 4
yaitu jelas dan tepat, menemukan nilai religius bentuk rendah hati dengan skor
4 yaitu jelas dan tepat.
Kutipan NM (suka menolong) dari data siswa T
“ia mengajak Malin Kundang untuk ikut berlayar
dengannya, di desa ini Malin Kundang ditolong orang-orang desa.”
Data siswa T tersebut merupakan jawaban yang jelas, karena terbukti
dalam kutipan tersebut Malin kundang ditolong oleh orang-orang desa, sehingga
mendapatkan skor 3 dari kutipan jawaban tersebut.
Kutipan NM (bermanfaat bagi orang lain) dari data
siswa T
“Ya Allah jadikanlah anak durhaka itu sebagai
kisah untuk pelajaran berharga dimasa datang.”
Data siswa T tersebut merupakan jawaban jelas, karena terbukti dalam
kutipan tersebut bahwa kisah dari Malin Kundang bermanfaat bagi pelajaran
berharga dimasa depan. sehingga mendapatkan skor 3 dari kutipan jawaban
tersebut.
Kutipan NM (tata karma) dari data siswa T
“Sesungguhnya amat terluka hati ibu Malin
Kundang, anak satu-satunya yang sangat disayanginya itu telah menyakitinya
bahkan sudah tak mempunyai tata karma lagi.”
Data siswa T tersebut tidak mengandung nilai moral bentuk tata krama
karena dalam kutipan tersebut Malin kundang tidak mempunyai tata karma dan
berubah menjadi orang sombong, sehingga kutipan dari jawaban tersebut mendapat
skor 1.
Kesimpulan berdasarkan data
yang telah dideskripsikan bahwa siswa T
mendapatkan nilai 58 dan termasuk dalam (56-75) kategori cukup menemukan nilai
moral karena siswa T memenukan nilai moral bentuk suka menolong dengan skor 3
yaitu jelas, memenukan nilai moral bentuk bermanfaat bagi orang lain dengan skor 3 yaitu jelasdan menemukan nilai
moral bentuk tata krama tetapi kutipan tidak mengandung tata krama sehingga
siswa T mendapatkan skor 1 dari jawaban tersebut
Menurut Mustari (2014:183) suka menolong adalah sikap dan tidakkan
yang selalu berupaya membantu orang lain. Sahlan (2012:40) mengemukakan bahwa hal
ini merupakan salah satu bentuk sikap yang tampak pada diri sesorang. Suratman
(2013:171-172) mengatakana bahwa tata karama yang dianggap dari Bahasa Jawa
berarti “adat sopan santun, basa-basi” pada dasarnya segala tindakan, perilaku,
adat istiadat, tegur sapa ucap dan capak sesuai kaidah dan norma. Dari 30 siswa
hanya 17 siswa (data siswa B, D, F, G, H, I, J, L, N, Q, K, P, V, Y, M, W, BB
dan CC) yang mampu menemukan nilai moral
dengan kategori kurang. Hal ini
terjadi karena ketujuh belas siswa tersebut memperoleh kategori kurang (10-55). Berikut bukti kutipan data yang
memperoleh kategori kurang.
Kutipan NM (suka menolong) dari data siswa G
“di desa ini Malin Kundang ditolong orang-orang
desa.”
Data siswa G tersebut merupakan jawaban yang jelas, karena terbukti
dalam kutipan tersebut Malin kundang ditolong oleh orang-orang desa, sehingga
mendapatkan skor 3 dari kutipan jawaban tersebut.
Kutipan NM (bermanfaat bagi orang lain) dari data
siswa G
“ia menjadi pelajaran bagi siapapun.”
Data siswa G tersebut tidak mengandung nilai moral bentuk bermanfaat
bagi orang lain, sehingga kutipan dari jawaban tersebut mendapat skor 1.
Kutipan NM (tata krama) dari data siswa G
“anak satu-satunya yang sangat disayanginya
itu telah menyakitinya bahkan sudah tak mempunyai tata karma lagi terhadap
orang tua dan berubah menjadi orang yang sombong.”
Data siswa G tersebut tidak mengandung nilai moral bentuk tata krama
karena dalam kutipan tersebut Malin kundang tidak mempunyai tata karma dan
berubah menjadi orang sombong, sehingga kutipan dari jawaban tersebut mendapat
skor 1.
Kesimpulan berdasarkan data yang telah dideskripsikan bahwa siswa G
mendapatkan nilai 42 dan termasuk dalam (10-55) kategori kurang menemukan nilai
moral karena siswa G memenukan nilai moral bentuk suka menolong dengan skor 3
yaitu jelas, memenukan nilai moral bentuk bermanfaat bagi orang lain tetapi
kutipan tidak mengandung nilai moral bentuk bermanfaat bagi orang lain sehingga
mendapatkan skor 1 dan menemukan nilai moral bentuk tata krama tetapi kutipan
tidak mengandung tata krama sehingga siswa G mendapatkan skor 1 dari jawaban
tersebut.
Kutipan NM (suka menolong) dari data siswa BB
“ia kemudian memulai hidup baru dengan bekerja
dengan cepat ia disukai banyak orang.”
Data siswa BB tersebut tidak mengandung nilai moral bentuk suka
menolong, sehingga kutipan dari jawaban tersebut mendapat skor 1.
Kutipan NM (bermanfaat bagi orang lain) dari data
siswa BB
“ia menjadi pelajaran bagi siapapun yang durhaka
kepada ibu.”
Data siswa BB tersebut mengandung nilai moral bentuk bermanfaat bagi
orang lain tetapi kurang jelas, sehingga kutipan dari jawaban tersebut mendapat
skor 2.
Kutipan NM (tata karma) dari data siswa BB
“anak satu-satunya yang sangat disayanginya itu
telah menyakitinya bahkan sudah tak mempunyai tata karma lagi terhadap orang
tua dan berubah menjadi orang yang sombong.”
Data siswa BB tersebut tidak mengandung nilai moral bentuk tata krama
karena dalam kutipan tersebut Malin kundang tidak mempunyai tata karma dan
berubah menjadi orang sombong, sehingga kutipan dari jawaban tersebut mendapat
skor 1.
Kesimpulan berdasarkan data
yang telah dideskripsikan bahwa siswa BB
mendapatkan nilai 33 dan termasuk dalam (10-55) kategori kurang menemukan nilai
moral karena siswa BB memenukan nilai moral tetapi kutipan tidak mangandung
nilai moral bentuk suka menolong sehingga siswa BB mendapat skor 1, memenukan
nilai moral akan tetapi kutipan kurang jelas mengandung nilai moral bentuk
bermanfaat bagi orang lain sehingga mendapat skor 2 yaitu kurang jelas, dan
memenukan nilai moral tetapi kutipan tidak mangandung nilai moral bentuk tata
krama sehingga siswa BB mendapat skor 1.
Fadlillah dan Khorida (2013:40) mengatakan bahwa
kereja keras, prilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta meyelesaikan tugas dengan
sebaik-bainya. Suratman (2013:84) mengatakan bhawa tanggung jawab adalah
sesuatu yang menjadi kewajiban (keharusan) untuk dilaksanakan. Fadlillah dan Khorida
(2013:40) mengatakan bahwa kraetif, berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilakn cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Dari 30
siswa hanya 17 siswa (data siswa A, D, H, I, J, M, N, O, P, S, T, V,W, Y, Z, BB
dan CC) yang mampu menemukan nilai pendidkan dengan kategori baik sekali. Hal ini terjadi karena
ketujuh belas siswa tersebut memperoleh kategori baik sekali (86-100).
Berikut bukti kutipan data yang memperoleh kategori baik sekali.
Kutipan NP (kerja keras) dari data siswa A
“ayah Malin Kundang pergi merantau untuk
mendapatkan kehidupan dan bekerja keras untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih
layak.”
Data siswa A tersebut merupakan jawaban yang jelas, karena terbukti
dalam kutipan tersebut ayah Malin kundang bekerja keras untuk mendapatkan
pekerjaan, sehingga mendapatkan skor 3 dari kutipan jawaban tersebut.
Kutipan NP (tanggung jawab) dari data siswa A
“karena ayah Malin Kundang tak lagi kembali dan
Malin kini menjadi tanggung jawab penuh ibunya untuk merawat dan membesarkan
Malin Kundang seorang diri.”
Data siswa A tersebut merupakan jawaban jelas dan tepat, karena
terbukti dalam kutipan tersebut bahwa ayah Malin sudah meninggalkan maka Malin
menjadi tanggung jawab penuh ibunya. sehingga mendapatkan skor 4 dari kutipan jawaban
tersebut.
Kutipan NP (kreatif) dari data siswa A
“ia sangat cepat menjadi saudagar yang kaya raya
rupanya kecerdasan, ketampanan, ketangkasan dan kreativitasnya serta pengalaman
hidupnya yang banyak telah mengantarkan kepada kesuksesan.”
Data siswa A tersebut merupakan jawaban yang jelas dan tepat karena
kreativitas Malin Kundang ia sangat cepat menjdai saudagar kaya, sehingga
kutipan dari jawaban tersebut mendapat skor 4.
Kesimpulan berdasarkan data
yang telah dideskripsikan bahwa siswa A
mendapatkan nilai 92 dan termasuk dalam (86-100) kategori sangat baik menemukan
nilai pendidikan karena siswa A memenukan nilai pendidikan bentuk kerja keras
dengan skor 3 yaitu jelas, memenukan nilai pendidikan bentuk tanggung jawab dengan skor 4 yaitu jelas dan tepat,
menemukan nilai pendidikan bentuk kreatif denganskor 4 yaitu jelas dan tepat.
Fadlillah dan Khorida (2013:40) mengatakan bahwa kereja keras, prilaku
yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan
belajar dan tugas, serta meyelesaikan tugas dengan sebaik-bainya.Suratman
(2013:84) mengatakan bhawa tanggung jawab adalah sesuatu yang menjadi kewajiban
(keharusan) untuk dilaksanakan. Fadlillah dan Khorida (2013:40) mengatakan
bahwa kraetif, berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilakn cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Dari 30 siswa hanya 5 siswa (data
siswa B, G, L, X dan Q) yang mampu menemukan nilai pendidkan dengan kategori cukup.Hal ini terjadi karena kelima
siswa tersebut memperoleh kategori cukup (56-75).Berikut
bukti kutipan data yang memperoleh kategori cukup.
Kutipan NP (kerja keras) dari data siswa B
“ia bekerja membanting tolong untuk mengisi perut
mereka pekerjaan apapun di lakukan asal halal.”
Data siswa B tersebut merupakan jawaban yang jelas, karena terbukti
dalam kutipan tersebut bekerja membanting tulang unutumengisi perut, sehingga
mendapatkan skor 3 dari kutipan jawaban tersebut.
Kutipan NP (tanggung jawab) dari data siswa B
“karena ayah Malin Kundang tak lagi kembali dan
Malin kini menjadi tanggung jawab penuh ibunya untuk merawat dan membesarkan
Malin Kundang seorang diri.”
Data siswa B tersebut merupakan jawaban jelas dan tepat, karena
terbukti dalam kutipan tersebut bahwa ayah Malin sudah meninggalkan maka Malin
menjadi tanggung jawab penuh ibunya.sehingga mendapatkan skor 4 dari kutipan
jawaban tersebut.
Kutipan NP (kreatif) dari data siswa B
“ia cepat belajar dan bertumbuh menjadi lelaki
dewasa yang kuat.”
Data siswa B tersebut merupakan jawaban yang tidak mengandung nilai
pendidikan bentuk kreatif, sehingga kutipan dari jawaban tersebut mendapat skor
1.
Kesimpulan berdasarkan data
yang telah dideskripsikan bahwa siswa B
mendapatkan nilai 67 dan termasuk dalam (56-75) kategori cukkup menemukan nilai
pendidikan karena siswa B memenukan nilai pendidikan bentuk kerja keras dengan
skor 3 yaitu jelas, memenukan nilai pendidikan bentuk tanggung jawab dengan skor 4 yaitu jelas dan tepat,
menemukan nilai pendidikan tetapi tidak mengandung nilai pendidikan bentuk
kreatif sehingga mendapat skor 1.
Kutipan NP (kerja keras) dari data siswa G
“Malin Kundang kini menjadi orang kaya.Ia
kemudian memulai hidup baru dengan bekerja dengan cepat disukai orang banyak.”
Data siswa G tersebut merupakan jawaban yang tidak mengandung nilai
pendidikan bentuk kerja keras sehingga mendapatkan skor 1 dari kutipan jawaban
tersebut.
Kutipan NP (tanggung jawab) dati data siswa G
“Malin kini menjadi tanggung jawab penuh ibunya
untuk merawat dan membesarkan Malin Kundang seorang diri.”
Data siswa G tersebut merupakan jawaban jelas dan tepat, karena
terbukti dalam kutipan tersebut bahwa ibu Malin bertanggung jawab untuk
membesarkan dan merawat Malin, sehingga mendapatkan skor 4 dari kutipan jawaban
tersebut.
Kutipan NP (kreatif) dari data siswa G
“kecerdasan, ketampanan, ketangkasan dan
kreativitasnya hidupnya telah mengantarkannya kepada kesuksesan.”
Data siswa G tersebut merupakan jawaban yang jelas dan tepat karena
kreativitas Malin Kundang mengatantarkan pada kesuksesan, sehingga kutipan dari
jawaban tersebut mendapat skor 4.
Kesimpulan berdasarkan data
yang telah dideskripsikan bahwa siswa G
mendapatkan nilai 75 dan termasuk dalam (56-75) kategori cukup menemukan nilai
pendidikan karena siswa G memenukan nilai pendidikan tetapikutipan tidak
mengandung nilai pendidikan bentuk kerja keras sehingga mendapatkan skor 1,
memenukan nilai pendidikan bentuk tanggung jawab dengan skor 4 yaitu jelas dan tepat,
menemukan nilai pendidikan bentuk kreatif denganskor 4 yaitu jelas dan tepat
Kutipan NP (kerja keras) dari data siswa L
“si Malin Kundang kini sudah mulai bisa bekerja
dan bekerja keras demi membantu ibunya mencari nafkah.”
Data siswa L tersebut merupakan jawaban yang jelas, karena terbukti
dalam kutipan tersebut Malin Kundang bekerja keras untuk membantu ibunya,
sehingga mendapatkan skor 3 dari kutipan jawaban tersebut.
Kutipan NP (tanggung jawab) dari data siswa L
Siswa L
tidak menemukan nilai pendidikan bentuk tanggung jawab, sehingga mendapatkan
skor 0.
Kutipan NP (kreatif) dari data siswa L
“ketampanan, kecerdasan, ketangkasannya dan
krativitasnya memikat banyak orang.”
Data siswa L tersebut merupakan jawaban yang jelas dan tepat karena
kreativitas Malin Kundang memikat banyak orang, sehingga kutipan dari jawaban
tersebut mendapat skor 4.
Kesimpulan berdasarkan data
yang telah dideskripsikan bahwa siswa L
mendapatkan nilai 58 dan termasuk dalam (56-75) kategori cukup menemukan nilai
pendidikan karena siswa L memenukan nilai pendidikan bentuk kerja keras dengan
skor 3 yaitu jelas, tidak memenukan nilai pendidikan bentuk tanggung jawab sehingga mendapakan skor 0, menemukan nilai
pendidikan bentuk kreatif dengan skor 4 yaitu jelas dan tepat.
4.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat tokoh
dan ragam ragam nilai yang terdapat dalam cerita rakyat Malin Kundang. Siswa
kelas X B SMA Pancasila Ambulu tahun ajaran 2015/2016 menemukan tokoh meliputi
(a) protagonis, (b) antagonis, (c) tritagonis. Sedangkan ragam nilai yang
ditemukan oleh siswa meliputi (a) nilai sosial budaya: cinta kasih,
penderitaan, kegelisahan, (b) nilai religius: kepercayaan, kejujuran, rendah
hati, (c) nilai moral: suka menolong, bermanfaat bagi orang lain, tata krama,
(d) nilai pendidikan: kerja keras, tanggung jawab, dan kreatif.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa siswa menemukan tokoh antagonis, protagonis, tritagonis dan
siswa menemukan nilai sosial budaya jenis cinta kasih, penderitaan dan
kegelisahan, menemukan nilai religius jenis kepercayaan, kejujuran dan rendah
hati, menemukan nilai moral jenis suka menolong, bermanfaat bagi orang lain,
dan tata karma, menemukan nilai pendidikan jenis kerja keras, tanggung jawab
dan kreatif.
Berdasarkan hasil tersebut, kemampuan menemukantokoh oleh siswa dikategorikan menjadi empat, yaitu pada kategori
baik sekali sebanyak 5 siswa (17%), kategori baik sebanyak 3 siswa (10%),
kategori cukup mampu sebanyak 16 siswa (53%) dan kategori kurang mampu sebanyak
6 siswa (20%).
Kemampuan menemukan nilai sosial
budaya kategori baik sekali sebanyak 6 siswa (20%), kategori baik sebanyak
4 siswa (13%), kategori cukup sebanyak 18 siswa (60%) dan kategori kurang
sebanyak 2 siswa (7%). Sebanyak 5 siswa tidak mengerjakan dan 25 siswa di kelas
X B SMA Pancasila Ambulu mampu menemukan nilai
religius. Pada kegiatan menemukan nilai religius, terdapat 5 siswa (17%)
berkategori baik sekali, kategori baik sebanyak 4 siswa (13%), kategori cukup
sebanyak 8 siswa (27%) dan kategori kurang sebanyak 8 siswa (27%). Sebanyak 9
siswa tidak mengerjakan dan 21 siswa di kelas X B SMA Pancasila Ambulu
menemukan nilai moral. Pada kegiatan
menemukan nilai moral terdapat 4 siswa (13%) berkategori cukup, kategori kurang
sebanyak 17 siswa (57%) . Sebanyak 6 siswa tidak mengerjakan dan 24 siswa
dikelas X B SMA Pancasila Ambulu yang mampu menemukan nilai pendidikan. Pada kegiatan menemukan nilai pendidikan,
terdapat 17 siswa (57%) berkategori baik sekali, kategori cukup sebanyak 5
siswa (17%) dan kategori kurang sebanyak 2 siswa (7%).
5.
UNGKAPAN
TERIMAKSIH
Atas segala upaya, bimbingan, dan arahan dari semua pihak, penulis
ucapkan terimakasih yang besar-besarnya kepada:
1.
Yerry Mijianti, M.Pd. selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Jember
yang memudahkan peneliti dalam mengerjakan skripsi dan selaku dosen Pembimbing
I yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
2.
Drs. Hariyono, M.Pd. Selauku doesen
pembimbing II yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penyelesaian
skripsi ini.
3.
Kepala Sekolah dan guru bahasa Indonesia
SMA Pancasila Ambulu yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan
penelitian di SMA Pancasila Ambulu.
Kepada semua pihak yang tidak
bisa disebutkan satu per satu disampaikan terimakasih atas semua bantuan dan
bimbingannya.
4.
REFERENSI
Anggraeni, Astri
Widyaruli dan Suyanto, 2014, Bermain
Drama Yuk! (Berteori, Praktik, dan Mengapresiasi), Pustaka Ilalang,
Lamongan.
Fadlillah, Muhammad dan
Lilif Mualifatu Khorida, 2013, Pendidikan
Karakter, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta.
Mustari, Mohamad, 2014, Nilai Karakter (Refleksi untuk Pendidikan),
Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Sahlan,
Asmaun, 2012, Religiusitas Perguruan
Tinggi, UIN-Maliki Press, Malang.
Suratman.
2013, Ilmu Sosial Budaya Dasar,
Intimedia, Malang.
No comments:
Post a Comment