MODEL MODEL PEMBELAJARAN TERBARU
1. Lesson Study
2. Examples Non Examples
3. Picture and Picture
4. Numbered Heads Together
5. Cooperative Script
6. Pembelajaran Berdasarkan Masalah
7. Explicit Instruction (Pengajaran Langsung)
8. Inside – Outside – Circle (Lingkaran kecil – Lingkaran
besar)
9. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
10. Student Facilitator and Explaining
11. Course Review Horay
12. Talking Stick
13. Bertukar Pasangan
14. Snowball Throwing
15. Artikulasi
16. Mind Mapping
17. Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
18. Kepala Bernomor Struktur (Modifikasi dari Number
Heads)
19. Scramble
20. Word Square
21. Kartu Arisan
22. Concept Sentence
23. Make – A Match (Mencari Pasangan)
24. Take and Give
25. Tebak Kata
26. Metode Diskusi
27. Metode Jigsaw
28. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
29. Metode Inquiry
30. Metode Debat
31. Metode Role Playing
32. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
33. Metode Team Games Tournament (TGT)
1. Lesson Study
Lesson Study adalah suatu metode yang dikembankan di
Jepang yang dalam bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah ‘lesson study’
sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida.
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan
profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik
mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok.
Kerjasama ini meliputi:
a. Perencanaan.
b. Praktek mengajar.
c. Observasi.
d. Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.
2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan
tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi
dengan dasar-dasar teori yang menunjang.
3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2)
kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar
terlaksana.
4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati
proses pembelajaran sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
Berarti tahap observasi terlalui.
5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah
mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap
pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam
tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada
kelas/ pembelajaran berikutnya dan seterusnya kembali ke (2).
Adapun kelebihan metode ‘lesson study’ sebagai berikut:
1. Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa,
sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.
2. Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.
2. Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang
menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan
dengan KD.
Langkah-langkah:
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan
lewat OHP.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada
siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil
diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil
diskusinya.
6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai
menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh
gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk
gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
3. Picture and Picture
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang
menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang
berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian
memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan
gambar tersebut.
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai
menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan / rangkuman.
Kebaikan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:
1. Memakan banyak waktu.
2. Banyak siswa yang pasif.
4. Numbered Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar
dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara
acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap
kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan
memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor
yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk
nomor yang lain.
6. Kesimpulan.
Kelebihan:
1. Setiap siswa menjadi siap semua.
2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang
pandai.
Kelemahan:
1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh
guru.
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
5. Cooperative Script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa
bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi
yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk
dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan
sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin,
dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar
menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan
membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya
atau dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar
menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
6. Kesimpulan guru.
7. Penutup.
Kelebihan:
1. Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
2. Setiap siswa mendapat peran.
3. Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan
lisan.
Kekurangan:
1. Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.
2. Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh
kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).
6. Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah
kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah,
mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan
logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
(menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan
temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga
pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut
tidak dapat tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan
metode ini.
7. Explicit Instruction (Pengajaran Langsung)
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk
mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan
deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah.
Langkah-langkah:
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan.
3. Membimbing pelatihan.
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan.
Kelebihan:
1. Siswa benar-benar dapat menguasai pengetahuannya.
2. Semua siswa aktif / terlibat dalam pembelajaran.
Kekurangan:
1. Memerlukan waktu lama sehingga siswa yang tampil tidak
begitu lama.
2. Untuk mata pelajaran tertentu.
8. Inside – Outside – Circle (Lingkaran kecil – Lingkaran
besar)
Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan,
dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Langkah-langkah:
1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan
menghadap keluar.
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar
lingkaran pertama, menghadap keluar.
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan
besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua
pasangan dalam waktu yang bersamaan.
4. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di
tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua
langkah searah jarum jam sehingga masing-masing siswa mendapat pasangan baru.
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang
membagi informasi. Demikian seterusnya.
Kelebihan:
Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat bersamaan.
Kekurangan:
1. Membutuhkan ruang kelas yang besar.
2. Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan
disalahgunakan untuk bergurau.
3. Rumit untuk dilakukan.
9. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Pada metode ini siswa dibentuk kelompok untuk memberikan
tanggapan terhadap wacana/ kliping.
Langkah-langkah:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara
heterogen.
2. Guru memberikan wacana / kliping sesuai dengan topik
pembelajaran.
3. Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide
pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana / kliping dan ditulis pada lembar
kertas.
4. Mempresentasikan / membacakan hasil kelompok.
5. Guru membuat kesimpulan bersama.
6. Penutup.
Kelebihan:
1. Siswa dapat memberikan tanggapannya secara bebas.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dan menghargai
pendapat orang lain.
Kekurangan:
Pada saat presentasi hanya siswa yang aktif yang tampil.
10. Student Facilitator and Explaining
Siswa / peserta mempresentasikan ide / pendapat pada
rekan peserta lainnya.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru mendemonstrasikan / menyajikan materi.
3. Memberikan kesempatan siswa / peserta untuk
menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan / peta konsep maupun yang
lainnya.
4. Guru menyimpulkan ide / pendapat dari siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6. Penutup.
Kelebihan:
Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain,
dapat mengeluarkan ide-ide yang ada di pikirannya sehingga lebih dapat memahami
materi tersebut.
Kekurangan:
1. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja
yang tampil.
2. Banyak siswa yang kurang aktif.
11. Course Review Horay
Suatu metode pembelajaran dengan pengujian pemahaman
menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang
paling dulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru mendemonstrasikan / menyajikan materi sesuai tpk.
3. Memberikan siswa tanya jawab.
4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9
/ 16 / 25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan
selera masing-masing.
5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis
jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan,
kalau benar diisi tanda benar (v) dan salah diisi tanda silang (x)
6. Siswa yang sudah mendapat tanda v vertikal atau
horisontal, atau diagonal harus segera berteriak horay atau yel-yel lainnya.
7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar dan jumlah
horay yang diperoleh.
8. Penutup.
Kelebihan:
1. Pembelajarannya menarik mendorong untuk dapat terjun
ke dalamnya.
2. Melatih kerjasama.
Kekurangan:
1. Siswa aktif dan pasif nilainya disamakan.
2. Adanya peluang untuk curang.
12. Talking Stick
Metode pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang
memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari
materi pokoknya.
Langkah-langkah:
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat.
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,
kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari
materi pada pegangannya/ paketnya.
3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya guru
mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya.
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa,
setelah itu guru memberi pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut
harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat
bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
5. Guru memberikan kesimpulan.
6. Evaluasi.
7. Penutup.
Kelebihan:
1. Menguji kesiapan siswa.
2. Melatih membaca dan memahami dengan cepat.
3. Agar lebih giat belajar (belajar dahulu).
Kekurangan:
Membuat siswa senam jantung.
13. Bertukar Pasangan
Siswa berpasangan kemudian bergabung dengan pasangan lain
dan bertukar pasangan untuk saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban
masing-masing.
Langkah-langkah:
1. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru biasa
menunjukkan pasangannya atau siswa menunjukkan pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas
dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap siswa yang berpasangan
bergabung dengan satu pasangan lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan,
masing-masing pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban
mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan
kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
Kelebihan:
1. Siswa dilatih untuk dapat bekerjasama, mempertahankan
pendapat.
2. Semua siswa terlibat.
Kekurangan:
1. Memerlukan waktu yang lama.
2. Guru tidak dapat mengetahui kemampuan siswa
masing-masing.
14. Snowball Throwing
Dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk
mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang
dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang
masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil
masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya
masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada
temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar
kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan
dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 5 menit.
6. Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan
diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam
kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7. Guru memberikan kesimpulan.
8. Evaluasi.
9. Penutup.
Kelebihan:
1. Melatih kesiapan siswa.
2. Saling memberikan pengetahuan.
Kekurangan:
1. Pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan
sekitar siswa.
2. Tidak efektif.
15. Artikulasi
Siswa membentuk kelompok berpasangan, kemudian seorang
menceritakan materi yang disampaikan oleh guru dan yang lain sebagai pendengar
setelah itu berganti peran.
Langkah-langkah:
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok
berpasangan dua orang.
4. Suruhlah seorang dari pasangan itu menceritakan materi
yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan
kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5. Suruh siswa secara bergiliran/ diacak menyampaikan
hasil wawancaranya dengan teman pasangannya, sampai sebagian siswa sudah menyampaikan
hasil wawancaranya.
6. Guru mengulangi / menjelaskan kembali materi yang
sekiranya belum dipahami siswa.
7. Kesimpulan/ penutup.
Kelebihan:
1. Semua siswa terlibat (mendapat peran).
2. Melatih kesiapan siswa.
3. Melatih daya serap pemahaman dari orang lain.
Kekurangan:
1. Untuk mata pelajaran tertentu.
2. Waktu yang dibutuhkan banyak.
3. Materi yang didapat sedikit.
16. Mind Mapping
Suatu metode pembelajaran yang sangat baik digunakan
untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru mengemukakan konsep/ permasalahan yang akan
ditanggapi oleh siswa , sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif
jawaban.
3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-5 orang.
4. Tiap kelompok menginventarisasi/ mencatat alternatif
jawaban hasil diskusi.
5. Tiap kelompok membaca hasil diskusinya dan guru
mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.
6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat
kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.
Kelebihan:
1. Dapat mengemukakan pendapat secara bebas.
2. Dapat bekerjasama dengan teman lainnya.
Kekurangan:
1. Hanya siswa yang aktif yang terlibat.
2. Tidak sepenuhnya murid yang belajar.
17. Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang
pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara
heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan
oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya
sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa.
Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5. Memberi evaluasi.
6. Penutup.
Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.
18. Kepala Bernomor Struktur (Modifikasi dari Number
Heads)
Siswa dikelompokkan dengan diberi nomor dan setiap nomor
mendapat tugas berbeda dan nantinya dapat bergabung dengan kelompok lain yang
bernomor sama untuk bekerjasama.
Langkah-langkah:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap
kelompok mendapat nomor.
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan
nomornya terhadap tugas yang berangkai.
3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerjasama antarkelompok,
siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa
bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini, siswa dengan tugas yang
sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerjasama mereka.
4. Laporan hasil kelompok dan tanggapan dari kelompok
yang lain.
5. Kesimpulan.
Kelebihan:
1. Setiap siswa menjadi siap semua.
2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
3. Dapat bertukar pikiran dengan siswa yang lain.
Kekurangan:
1. Guru tidak mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Waktu yang dibutuhkan banyak.
19. Scramble
Metode pembelajaran dengan membagikan lembar kerja yang
diisi siswa.
Langkah-langkah:
1. Guru menyajikan materi sesuai topik.
2. Membagikan lembar kerja dengan jawaban yang diacak
susunannya.
Kelebihan:
1. Memudahkan mencari jawab.
2. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal
tersebut.
Kekurangan:
1. Siswa kurang berpikir kritis.
2. Bisa saja mencontek jawaban teman lain.
20. Word Square
Siswa diberikan lembar kegiatan kemudian menjawab soal
dan mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi.
2. Guru membagikan lembar kegiatan sesuai contoh.
3. Siswa disuruh menjawab soal kemudian mengarsir huruf
dalam kotak sesuai jawaban.
4. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.
Kelebihan:
1. Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran.
2. Melatih untuk berdisiplin.
Kekurangan:
1. Mematikan kreatifitas siswa.
2. Siswa tinggal menerima bahan mentah.
21. Kartu Arisan
Siswa dibentuk kelompok dan setiap jawaban digulung dan
dimasukkan ke dalam gelas kemudian siswa yang memegang kartu jawaban menjawab
setelah dikocok terlebih dahulu.
Langkah-langkah:
1. Bentuk kelompok orang secara heterogen.
2. Kertas jawaban bagikan pada siswa masing-masing 1
lembar / kartu soal digulung dan dimasukkan ke dalam gelas.
3. Gelas yang telah berisi gulungan soal dikocok,
kemudian salah satu yang jatuh diberikan agar dijawab oleh siswa yang memegang
kartu jawaban.
4. Apabila jawaban benar maka siswa dipersilakan tepuk
tangan atau yel-yel lainnya.
5. Setiap jawaban yang benar diberi poin 1 sebagai nilai
kelompok sehingga nilai total kelompok merupakan penjumlahan poin dari para
anggotanya.
Kelebihan:
Pembelajaran yang menarik dihubungkan dengan kehidupan
nyata.
Kekurangan:
1. Tidak semua terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
2. Nilai tergantung pada individu yang mempengaruhi nilai
teman lain.
22. Concept Sentence
Siswa dibentuk kelompok heterogen dan membuat kalimat
dengan minimal 4 kata kunci sesuai materi yang disajikan.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan tujuan.
2. Guru menyajikan materi secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya kurang lebih 4
orang secara heterogen.
4. Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi/ tpk yang
disajikan.
5. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan
menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat.
6. Hasil diskusi kelompok didiskusikan lagi secara pleno
yang dipandu guru.
7. Kesimpulan.
Kelebihan:
1. Lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran.
2. Siswa yang lebih pandai mengajari siswa yang kurang
pandai.
Kekurangan:
1. Hanya untuk mata pelajaran tertentu.
2. Untuk yang pasif mengambil jawaban dari temannya.
23. Make – A Match (Mencari Pasangan)
Siswa disuruh untuk mencari pasangan kartu yang merupakan
jawaban / soal sebelum batas waktunya, yang dapat mencocokkan kartunya diberi
poin.
Langkah-langkah:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa
konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu
soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban / soal dari kartu yang
dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu
yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum
batas waktu diberi poin.
6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa
mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. Demikian seterusnya.
7. Kesimpulan.
8. Penutup.
Kelebihan:
Melatih untuk ketelitian, kecermatan dan ketepatan serta
kecepatan.
Kekurangan:
Waktu yang cepat, kurang konsentrasi.
24. Take and Give
Siswa diberi kartu untuk dihapal sebentar kemudian
mencari pasangan untuk saling menginformasikan, selanjutnya siswa diberi
pertanyaan sesuai dengan kartunya.
Langkah-langkah:
1. Siapkan kelas sebagaimana mestinya.
2. Jelaskan materi sesuai topik menit.
3. Untuk memantapkan penguasaan peserta, tiap siswa
diberi masing-masing satu kartu untuk dipelajari (dihapal) kurang lebih 5
menit.
4. Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk
saling menginformasikan materi sesuai kartu masing-masing. Tiap siswa harus
mencatat nama pasangannya pada kartu control.
5. Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling
memberi dan menerima materi masing-masing.
6. Untuk mengevaluasi keberhasilan, berikan siswa
pertanyaan yang sesuai dengan kartunya (kartu orang lain).
7. Strategi ini dapat dimodifikasikan sesuai keadaan.
8. Kesimpulan.
Kelebihan:
Dilatih memahami materi dengan waktu yang cepat.
Kekurangan:
Tidak efektif dan terlalu bertele-tele.
25. Tebak Kata
Metode ini menggunakan kartu yaitu kartu ukuran 10 x 10
cm dan diidi ciri-ciri kata lainnya yang mengarah pada jawaban, yang kedua
kartu ukuran 5 x 2 cm untuk menulis kata / istilah yang mau ditebak.
Langkah-langkah:
1. Jelaskan materi menit.
2. Suruh siswa berdiri di depan kelas dan berpasangan.
3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10 x 10 cm
yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa lainnya diberi kartu
berukuran 5 x 2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian
ditempelkan di dahi atau diselipkan di telinga.
4. Sementara siswa membawa kartu 10 x 10 cm membacakan
kata-kata yang tertulis di dalamnya sementara pasangannya menebak apa yang
dimaksud pada kartu 10 x 10cm. Jawab yang tepat bila sesuai dengan isi kartu
yang ditempel di dahi.
5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis pada
kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah
ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi
jawabannya.
Kelebihan:
Sangat menarik sehingga setiap siswa ingin mencobanya.
Kekurangan:
Bila siswa tidak menjawab dengan benar maka tidak semua
siswa dapat maju karena waktu terbatas.
26. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan
oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem
dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau
memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama.
Diskusi sebagai metode pembelajaran lebih cocok dan
diperlukan apabila guru hendak:
a. memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa
b. memberi kesempatan pada siswa untuk mengeluarkan
kemampuannya
c. mendapatkan balikan dari siswa apakah tujuan telah
tercapai
d. membantu siswa belajar berpikir secara kritis
e. membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan
diri sendiri maupun teman-teman
f. membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai
masalah sendiri maupun dari pelajaran sekolah
g. mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.
Adapun kegiatan guru dalam pelaksanaan metode diskusi
sebagai berikut:
a. Guru menetapkan suatu pokok atau problem yang akan
didiskusikan atau guru meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok atau
problem yang akan didiskusikan.
b. Guru menjelaskan tujuan diskusi.
c. Guru memberikan ceramah dengan diselingi tanya jawab
mengenai materi pelajaran yang didiskusikan.
d. Guru mengatur giliran pembicara agar tidak semua siswa
serentak berbicara mengeluarkan pendapat.
e. Menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara
agar seluruh kelas dapat mendengarkan apa yang sedang dikemukakan.
f. Mengatur giliran berbicara agar jangan siswa yang
berani dan berambisi menonjolkan diri saja yang menggunakan kesempatan untuk
mengeluarkan pendapatnya.
g. Mengatur agar sifat dan isi pembicaraan tidak
menyimpang dari pokok/problem.
h. Mencatat hal-hal yang menurut pendapat guru harus
segera dikoreksi yang memungkinkan siswa tidak menyadari pendapat yang salah.
i. Selalu berusaha agar diskusi berlangsung antara siswa
dengan siswa.
j. Bukan lagi menjadi pembicara utama melainkan menjadi
pengatur pembicaraan.
Kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai
berikut:
a. Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru
atau mengusahakan suatu problem dan topik kepada kelas.
b. Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari
buku-buku sumber atau sumber pengetahuan lainnya, agar dapat mengemukakan
jawaban pemecahan problem yang diajukan.
c. Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri maupun
yang diperoleh setelah membicarakan bersama-sama teman sebangku atau
sekelompok.
d. Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok
lainnya terhadap pendapat yang baru dikemukakan.
e. Mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami
pendapat yang dikemukakan oleh siswa atau kelompok lain.
f. Menghormati pendapat teman-teman atau kelompok lainnya
walau berbeda pendapat.
g. Mencatat sendiri pokok-pokok pendapat penting yang
saling dikemukakan teman baik setuju maupun bertentangan.
h. Menyusun kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam bahasa
yang baik dan tepat.
i. Ikut menjaga dan memelihara ketertiban diskusi.
j. Tidak bertujuan untuk mencari kemenangan dalam diskusi
melainkan berusaha mencari pendapat yang benar yang telah dianalisa dari segala
sudut pandang.
Adapun kelebihan metode diskusi sebagai berikut:
a. Mendidik siswa untuk belajar
mengemukakan pikiran atau pendapat.
b.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penjelasan-penjelasan dari
berbagai sumber data.
c.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati pembaharuan suatu problem
bersama-sama.
d.
Melatih siswa untuk berdiskusi di bawah asuhan guru.
e.
Merangsang siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri, menyetujui atau
menentang pendapat teman-temannya.
f.
Membina suatu perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan,
atau keputusan yang akan atau telah diambil.
g.
Mengembangkan rasa solidaritas/toleransi terhadap pendapat yang bervariasi
atau mungkin bertentangan sama sekali.
h.
Membina siswa untuk berpikir matang-matang sebelum berbicara.
i.
Berdiskusi bukan hanya menuntut pengetahuan, siap dan kefasihan berbicara
saja tetapi juga menuntut kemampuan berbicara secara sistematis dan logis.
j.
Dengan mendengarkan semua keterangan yang dikemukakan oleh pembicara,
pengetahuan dan pandangan siswa mengenai suatu problem akan bertambah luas.
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut:
a. Tidak semua topik dapat dijadikan
metode diskusi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat
didiskusikan.
b.
Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu.
c.
Sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi.
d.
Biasanya tidak semua siswa berani menyatakan pendapat sehingga waktu akan
terbuang karena menunggu siswa mengemukakan pendapat.
e.
Pembicaraan dalam diskusi mungkin didominasi oleh siswa yang berani dan
telah biasa berbicara. Siswa pemalu dan pendiam tidak akan menggunakan
kesempatan untuk berbicara.
f.
Memungkinkan timbulnya rasa permusuhan antarkelompok atau menganggap
kelompoknya sendiri lebih pandai dan serba tahu daripada kelompok lain atau
menganggap kelompok lain sebagai saingan, lebih rendah, remeh atau lebih bodoh.
27. Metode Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan
informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru
membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat
orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap
komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari
masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama
membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga
orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas
kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b)
merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota
kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok
masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi
penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga
bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan
penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan
demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
28. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai
metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam
pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik
dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.
Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills).
Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas
menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan
karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas
kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para
siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam
terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan
menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi
mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai
berikut:
a. Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah
masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa
selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada
tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi
kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama
Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur
belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan
subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan
pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan
ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan
berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara
terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika
diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai
informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat
diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik
dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling
terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.
Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi
tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi
dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
29. Metode Inquiry
Metode ini menekankan pada penemuan dan pemecahan masalah
secara berkelanjutan. Kelebihan metode ini mendorong siswa berpikir secara
ilmiah, kreatif, intuitif dan bekerja atas dasar inisiatif sendiri, menumbuhkan
sikap objektif, jujur dan terbuka. Kelemahannya memerlukan waktu yang cukup
lama, tidak semua materi pelajaran mengandung masalah, memerlukan perencanaan
yang teratur dan matang, dan tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang
pasif.
30. Metode Debat
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran
yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar
dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam
beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam
kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam
posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan
masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan
kepada guru. Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang
penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa
efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang
diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar
yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar
materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas.
Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang
penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat
diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi
proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya,
peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi
(material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor
proses belajar.
31. Metode Role Playing
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan
bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya
sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih
dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan
metode Role Playing:
1. Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi
mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
2. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara
utuh.
3. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat
digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
4. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui
pengamatan pada waktu melakukan permainan.
5. Permainan merupakan pengalaman belajar yang
menyenangkan bagi anak.
32. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah
penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa
menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun
masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan
yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
a. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
b. Berpikir dan bertindak kreatif.
c. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
f. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
g. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan
kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
a. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan
metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk
melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep
tersebut.
b. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang
dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
33. Metode Team Games Tournament (TGT)
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe
atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas
seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai
tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks
disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan
keterlibatan belajar.
Ada 5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT
yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam
penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan
ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus
benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena
akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat
game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa
yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras
atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman
kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja
dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang
untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar
kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana
bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang
sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat
skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada
setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah
mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa
meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga
siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,
masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor
memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika
rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan
“Good Team” apabila rata-ratanya 30-40.
No comments:
Post a Comment