Daya Beda Soal
Daya
pembeda soal adalah pengukuran sejauh mana suatu soal mampu membedakan peserta
didik yang belum atau sudah menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu.
Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu soal, semakin mampu soal tersebut
membedakan antara peserta didik yang menguasai kompetensi dengan peserta didik
yang kurang menguasai kompetensi (Arifin, 2014:273). Untuk menghitung daya
pembeda setiap butir soal dapat digunakan rumus sebagai berikut:
(WL - WH)
DP= --------------
n
Keterangan:
DP = daya pembeda
WL = jumlah peserta didik yang gagal dari
kelompok bawah
WH = jumlah peserta yang gagal dari kelompok
atas
N = 27% X N
Untuk menginterpretasikan koefisien daya
pembeda sebagai berikut:
0,40 keatas = baik
0,30-0,39 = cukup baik
0,20-0,29 =
kurang baik
0,19
kebawah = sangat kurang
Analisis
daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui
kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi
prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya.
Artinya, bila soal tersebut diberikan kepada anak yang mampu, hasilnya
menunujukkan prestasi yang tinggi; dan bila diberikan kepada siswa yang lemah,
hasilnya rendah. Tes dikatakan tidak memiliki daya pembeda apalagi tes
tersebut, jika diujikan kepada anak yang lemah, hasilnya lebih tinggi. Atau
bila diberikan kepada kedua kategori siswa tersebut, hasilnya sama saja. Dengan
demikian, tes yang tidak memiliki daya pembeda, tidak akan menghasilkan
gambaran hasil yang sesuai dengan kemampuan siswa yang sebenarnya. Sungguh aneh
bila anak pandai tidak lulus, tetapi anak bodoh lulus dengan baik tanpa
dilakukan manipulasi oleh penilai atau diluar faktor kebetulan (Sudjana,
2010:141)
Daya
beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan atara peserta didik yang
sudah menguasai materi, dan peserta didik yang belum menguasai materi
kompetensi dasar (Kunandar, 2014:240-241).
Rumus menghitung
tingkat daya pembeda soal adalah:
D
= 2 (A-B) : T
Keterangan:
D = daya pembeda
soal
A = jumlah
peserta tes pada kelompok atas yang menjawab benar
B = jumlah
peserta tes pada kelompok bawah yang menjawab benar
T = jumlah
peserta yang ikut tas
Hasil penghitungan tingkat daya
pembeda soal dapat dikategorikan menjadi empat sebagai berikut:
D = 0,00 – 0,20
Kurang
D = 0,21 – 0,40
Cukup
D = 0,41 – 0,70
Baik
D = 0,71
– 1,00 Baik sekali
Langkah-langkah
menghitung daya beda soal sebagai berikut:
1) Buatlah
rangking dari seluruh peserta tes
2) Kelompokkan
peserta tes menjadi dua kelompok berdasarkan peringkat (skor) tes
3) Buatlah
skor untuk masing-masing peserta tes
4) 50%
peserta tes peringkat atas masuk kelompok A, dan 50% peserta tes peringkat
bawah masuk kelompok B.
5) Masukan
kategori kelompok ke dalam masing-masing peserta tes
6) Masukkan
rumus daya beda, D= 2(A-B) : T
7) Hasil
perhitungan daya beda konfirmasikan dengan kategori daya beda soal dan berikan
rekomendasi sesuai dengan kriteria.
Daya
pembeda ini maksudnya adalah untuk mengetahui perbedaan antara peserta didik
yang sudah menguasai materi dengan peserta didik yang belum menguasai materi.
Sehingga guru dengan mudah bila suatu saat guru membuat sebuah soal lagi dengan adanya daya
pembeda tersebut. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan rumus Zaenal Arifin,
hal ini digunakan karena bagi peneliti mudah untuk dipahami rumusnya tersebut.
DAFTAR RUJUKAN
Arifin, Zaenal. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Arifin,
Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran:
Prinsip, Teknik, dan Prosedur.
Bandung: Bumi Aksara
Hidayati, R. 2008. Analisis Soal UAN SMP. Surabaya:http://rosyidatulhidayati.
blogspot.com/2008/03/analisis-soal-uan-smp.html.
Karzuni. 2011. Analisis Butir Soal Ulangan
Akhir Semester (UAS) Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia SMK Kelas X Semester Gasal Tahun Ajaran 2010/2011.
(Studi Kasusu di SMK Muhammadiyah Ungaran). Skripsi.
Univesitas Negeri Semarang.
Kunandar.
2014. Penilaian Autetik (Penilaian Hasil
Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Lababa, J. 2008. Evaluasi Pendidikan. http://evaluasipendidikan.blogspot.com
/2008/03/tes-prestasi-hasil-belajar.html.
Nurung, M. 2008. Kualitas Tes Ujian Akhir Sekolah berstandar Nasional (UASBN) IPA SD
Tahun Pelajaran 2007/2008 di kota Kendari. Dalam jurnal LPMP Sultra, Volume
3 No. 1. http://mardikanyom.tripot.com/ kualitas%20tes.pdf.
Sudjana,
Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sudjana, Nana dan Ibrahim.Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
Sinar Baru Algesindo.
Sudrajat,
A. 2008. Penilaian Hasil Belajar. http://akhmadsudrajat.wordpress.com /2008/05/01/Penilaian-Hasil-Belajar/.
Sudijono, A. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan:Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi
Aksara.
No comments:
Post a Comment