Pengertian Kohesi
Menurut Gutwinsky
(dalam Sudaryat, 2011:151) kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam
organisasi sintaksis, wadah kalimat-kalimat disusun secara padu dan padat untuk
menghasilkan tuturan. Kohesi mengacu pada hubungan antarkalimat dalam wacana,
baik dalam tataran gramatikal maupun dalam tataran leksikal.
Kohesi merupakan salah
satu unsur pembentuk teks yang penting. Unsur pembentuk teks itulah yang membedakan sebuah
rangkaian kalimat itu sebagai sebuah teks atau bukan teks (Brown dan Yule dalam
Rani, dkk. 2006:87).
Kohesi adalah hubungan
antar bagian dalam teks yang ditandai oleh penggunaan unsur bahasa. Contoh:
(1)
Perkuliahan bahasa Indonesia acapkali sangat
membosankan sehingga tidak mendapat perhatian sama sekali dari mahasiswa. Hal itu disebabkan bahan kuliah yang
disajikan dosen sebenarnya merupakan masalah yang sudah diketahui oleh
mahasiswa atau merupakan masalah yang tidak diperlukan mahasiswa. Di samping itu, mahasiswa sudah mempelajari Bahasa Indonesia sejak mereka
duduk di bangku sekolah dasar atau sekurang-kurangnya sudah mempelajari Bahasa
Indonesia selama dua belas tahun, merasa sudah mampu menggunakan bahasa
Indonesia. Akibatnya, memilih atau
menentukan bahan kuliah yang akan diberikan kepada mahasiswa merupakan
kesulitan tersendiri bagi para pengajar Bahasa Indonesia.
Untuk
menghubungkan informasi antarkalimat dalam wacana di atas di gunakan kata hal itu, di samping itu, dan akibatnya. Kata-kata pengikat ide itu
dapat dilihat dengan jelas. Oleh sebab itu, kata-kata itu disebut penanda katon atau pengikat formal. Selanjutnya,
istilah yang digunakan untuk mengacu penanda katon atau pengikat formal itu disebut piranti kohesi.
Piranti
Kohesi
Hubungan kohesif ditandai dengan
penggunaan piranti formal yang berupa bentuk linguistik. Piranti digunakan
sebagai sarana penghubung itu sering disebut piranti kohesi. Unsur kohesi
terdiri atas dua macam, yaitu unsur gramatikal dan unsur leksikal. Hubungan
gramatikal itu dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk bahasa yang digunakan.
Hubungan gramatikal itu dibedakan menjadi referensi, subtitusi dan elips.
Selanjutnya, hubungan leksikal diciptakan dengan menggunakan bentuk-bentuk
leksikal seperti reiterasi dan kolokasi (Halliday dan Hasan dalam Rani,
2006:94).
Piranti Kohesi Gramatikal
Menurut
Rani (2006:97) piranti kohesi gramatikal merupakan piranti atau penanda kohesi
yang melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa. Piranti kohesi gramatikal
yang digunakan untuk menghubungkan ide antarkalimat cukup terbatas ragamnya.
Pada umumnya, dalam bahasa Indonesia ragam tulis, digunakan piranti kohesi
gramatikal seperti berikut.
Referensi
Secara
tradisisonal referensi berarti hubungan antara kata dengan benda. Hubungan
antara kata dengan bendanya adalah hubungan referensial: kata-kata menunjuk
benda (Lyons dalam Rani, dkk. 2006:97).
Menurut
Sudaryat (2011:153) referensi atau pengacuan merupakan hubungan antara kata
dengan acuannya. Kata-kata yang berfungsi sebagai pengacu disebut deiksis, sedangkan unsur-unsur yang
diacunya disebut antesenden.
Halliday
dan Hassan (dalam Rani, dkk. 2006:97) membedakan referensi menjadi dua macam,
yaitu eksoforis dan endoforis. Referensi eksoforis adalah pengacuan terhadap
antesenden yang terdapat di luar bahasa (ekstratekstual), seperti manusia,
hewan, alam sekitar pada umumnya, atau acuan kegiatan. Sebagai contoh: Itu matahari pada tuturan tersebut
mengacu pada sesuatu di luar teks, yaitu ‘benda yang berpijar yang menerangi
alam ini’. Sebaliknya, referensi endoforis adalah pengacuan terhadap antesenden
yang terdapat dalam teks (intratekstual), dengan menggunakan pronomina persona,
pronomina demonstrativa, maupun pronomina komparatif.
Dalam
analisis wacana, referensi itu dianggap sebagai tindak tanduk si penutur.
Dengan kata lain, referensi dari sebuah kalimat sebenarnya ditentukan oleh si
penutur. Mitra tutur hanya dapat menduga apa yang direferensikan oleh si
penutur. Sebagai contoh, kalau ada tuturan :
(2)
Ton,
di lemari ada celana, kemeja, rok, dan jilbab. Itu boleh kamu pakai.
Jelaslah
bahwa maksud itu dalam kalimat
tersebut adalah celana dan kemeja bukan rok dan jilbab karena
dari pengetahuan tentang dunia bahwa Tono sebagai laki-laki tidak mungkin
memakai busana rok dan jilbab.
Menurut
Halliday dan Hassan (dalam Rani, 2006:98) berdasarkan arah acuannya, referensi
endoforis dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) referensi anafora, dan (2)
referensi katafora. Referensi anafora adalah pengacuan oleh pronomina terhadap
antesenden yang terletak di kiri. Sebaliknya, referensi katafora adalah
pengacuan pronomina terhadap antesenden yang terletak di kanan. Contoh tuturan
yang bereferensi anafora:
(3)
(a)
Nauval hari ini tidak masuk sekolah. (b) Ia ikut ibunya pergi ke Surabaya.
Kata
ia pada kalimat (b) mengacu pada kata
Nauval di kalimat (a) sedangkan
contoh tuturan bereferensi katafora adalah:
(4)
Seperti
kulitnya, mata Zia juga khas; berkelopak tebal, tanpa garis lipatan.
Pronomina
enklitik –nya pada klausa pertama
kalimat di atas mengacu pada antesenden Zia
yang terdapat pada klausa kedua kalimat tersebut. Baik referensi yang bersifat
anafora maupun katafora menggunakan pronomina persona, pronomina demonstratif,
dan pronomina komparatif.
DAFTAR RUJUKAN
Anipudin,
Ending, Jahrudin, Delik Iskandar. 2012. Bahasa
dan Sastra Indonesia. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Chaer,
Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Dalman.
2015. Keterampilan Menulis. Jakarta:
Rajawali Pers.
Indrastuti,
Novi Kussuji dan Diah Erna Triningsih. 2010. Cakap Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan, Kementerian
Pendidikan Nasional.
Kramadibrata,
Dew aki, Dewi Indrawati, Didik Durianto. 2008. Terampil Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional.
Megawati,
Mila. 2014. Analisis Kesalahan Penulisan
Laporan Kegiatan Karya Siswa Kelas VIIC SMP Muhammadiyah 09 Watukebo Tahun
Pelajaran 2013/2014. Skripsi. Jember: Universitas Muhammadiyah Jember.
Moleong,
Lexi J. 2012. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurgiyantoro,
Burhan. 2014. Penilaian Pembelajaran
Bahasa. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
Prastowo,
Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif
Dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Rani,
Abdul, Bustanul Arifin, Mrtutik. 2010. Analisis
Wacana. Malang: Bayumedia Publishing.
Sawali
dan Ch. Susato. 2010. Bahasa dan Sastra
Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional.
Sudaryat,
Yayat. 2011. Makna Dalam Wacana.
Bandung: CV. Rama Widya.
No comments:
Post a Comment