Friday, July 22, 2016

Kohesi Gramtikal






Pengertian Kohesi
Menurut Gutwinsky (dalam Sudaryat, 2011:151) kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam organisasi sintaksis, wadah kalimat-kalimat disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Kohesi mengacu pada hubungan antarkalimat dalam wacana, baik dalam tataran gramatikal maupun dalam tataran leksikal.
Kohesi merupakan salah satu unsur pembentuk teks yang penting. Unsur  pembentuk teks itulah yang membedakan sebuah rangkaian kalimat itu sebagai sebuah teks atau bukan teks (Brown dan Yule dalam Rani, dkk. 2006:87).
Kohesi adalah hubungan antar bagian dalam teks yang ditandai oleh penggunaan unsur bahasa. Contoh:
(1)
Perkuliahan bahasa Indonesia acapkali sangat membosankan sehingga tidak mendapat perhatian sama sekali dari mahasiswa. Hal itu disebabkan bahan kuliah yang disajikan dosen sebenarnya merupakan masalah yang sudah diketahui oleh mahasiswa atau merupakan masalah yang tidak diperlukan mahasiswa. Di samping itu, mahasiswa sudah mempelajari Bahasa Indonesia sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar atau sekurang-kurangnya sudah mempelajari Bahasa Indonesia selama dua belas tahun, merasa sudah mampu menggunakan bahasa Indonesia. Akibatnya, memilih atau menentukan bahan kuliah yang akan diberikan kepada mahasiswa merupakan kesulitan tersendiri bagi para pengajar Bahasa Indonesia.
Untuk menghubungkan informasi antarkalimat dalam wacana di atas di gunakan kata hal itu, di samping itu, dan akibatnya. Kata-kata pengikat ide itu dapat dilihat dengan jelas. Oleh sebab itu, kata-kata itu disebut penanda katon atau pengikat formal. Selanjutnya, istilah yang digunakan untuk mengacu penanda katon atau pengikat formal itu disebut piranti kohesi.

Piranti Kohesi   
Hubungan kohesif ditandai dengan penggunaan piranti formal yang berupa bentuk linguistik. Piranti digunakan sebagai sarana penghubung itu sering disebut piranti kohesi. Unsur kohesi terdiri atas dua macam, yaitu unsur gramatikal dan unsur leksikal. Hubungan gramatikal itu dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk bahasa yang digunakan. Hubungan gramatikal itu dibedakan menjadi referensi, subtitusi dan elips. Selanjutnya, hubungan leksikal diciptakan dengan menggunakan bentuk-bentuk leksikal seperti reiterasi dan kolokasi (Halliday dan Hasan dalam Rani, 2006:94).

 Piranti Kohesi Gramatikal
Menurut Rani (2006:97) piranti kohesi gramatikal merupakan piranti atau penanda kohesi yang melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa. Piranti kohesi gramatikal yang digunakan untuk menghubungkan ide antarkalimat cukup terbatas ragamnya. Pada umumnya, dalam bahasa Indonesia ragam tulis, digunakan piranti kohesi gramatikal seperti berikut.
 
Referensi
Secara tradisisonal referensi berarti hubungan antara kata dengan benda. Hubungan antara kata dengan bendanya adalah hubungan referensial: kata-kata menunjuk benda (Lyons dalam Rani, dkk. 2006:97).
Menurut Sudaryat (2011:153) referensi atau pengacuan merupakan hubungan antara kata dengan acuannya. Kata-kata yang berfungsi sebagai pengacu disebut deiksis, sedangkan unsur-unsur yang diacunya disebut antesenden.
Halliday dan Hassan (dalam Rani, dkk. 2006:97) membedakan referensi menjadi dua macam, yaitu eksoforis dan endoforis. Referensi eksoforis adalah pengacuan terhadap antesenden yang terdapat di luar bahasa (ekstratekstual), seperti manusia, hewan, alam sekitar pada umumnya, atau acuan kegiatan. Sebagai contoh: Itu matahari pada tuturan tersebut mengacu pada sesuatu di luar teks, yaitu ‘benda yang berpijar yang menerangi alam ini’. Sebaliknya, referensi endoforis adalah pengacuan terhadap antesenden yang terdapat dalam teks (intratekstual), dengan menggunakan pronomina persona, pronomina demonstrativa, maupun pronomina komparatif.
Dalam analisis wacana, referensi itu dianggap sebagai tindak tanduk si penutur. Dengan kata lain, referensi dari sebuah kalimat sebenarnya ditentukan oleh si penutur. Mitra tutur hanya dapat menduga apa yang direferensikan oleh si penutur. Sebagai contoh, kalau ada tuturan :

(2)
Ton, di lemari ada celana, kemeja, rok, dan jilbab. Itu boleh kamu pakai.
Jelaslah bahwa maksud itu dalam kalimat tersebut adalah celana dan kemeja bukan rok dan jilbab karena dari pengetahuan tentang dunia bahwa Tono sebagai laki-laki tidak mungkin memakai busana rok dan jilbab.
Menurut Halliday dan Hassan (dalam Rani, 2006:98) berdasarkan arah acuannya, referensi endoforis dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) referensi anafora, dan (2) referensi katafora. Referensi anafora adalah pengacuan oleh pronomina terhadap antesenden yang terletak di kiri. Sebaliknya, referensi katafora adalah pengacuan pronomina terhadap antesenden yang terletak di kanan. Contoh tuturan yang bereferensi anafora:
(3)
(a) Nauval hari ini tidak masuk sekolah. (b) Ia ikut ibunya pergi ke Surabaya.
Kata ia pada kalimat (b) mengacu pada kata Nauval di kalimat (a) sedangkan contoh tuturan bereferensi katafora adalah:
(4)
Seperti kulitnya, mata Zia juga khas; berkelopak tebal, tanpa garis lipatan.
Pronomina enklitik –nya pada klausa pertama kalimat di atas mengacu pada antesenden Zia yang terdapat pada klausa kedua kalimat tersebut. Baik referensi yang bersifat anafora maupun katafora menggunakan pronomina persona, pronomina demonstratif, dan pronomina komparatif.


DAFTAR RUJUKAN

Anipudin, Ending, Jahrudin, Delik Iskandar. 2012. Bahasa dan Sastra Indonesia. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Dalman. 2015. Keterampilan Menulis. Jakarta: Rajawali Pers.

Indrastuti, Novi Kussuji dan Diah Erna Triningsih. 2010. Cakap Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional.

Kramadibrata, Dew aki, Dewi Indrawati, Didik Durianto. 2008. Terampil Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Megawati, Mila. 2014. Analisis Kesalahan Penulisan Laporan Kegiatan Karya Siswa Kelas VIIC SMP Muhammadiyah 09 Watukebo Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi. Jember: Universitas Muhammadiyah Jember.

Moleong, Lexi J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Rani, Abdul, Bustanul Arifin, Mrtutik. 2010. Analisis Wacana. Malang: Bayumedia Publishing.

Sawali dan Ch. Susato. 2010. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional.

Sudaryat, Yayat. 2011. Makna Dalam Wacana. Bandung: CV. Rama Widya.

No comments:

Post a Comment