Thursday, July 28, 2016

Pembelajaran Kooperatif dan Model TPS

Pembelajaran Kooperatif


Pengertian Pembelajaran Kooperatif
            Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan siswa. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan semua siswa agar bekerja sama untuk memecahkan suatu permasalahan.
            Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Menurut Slavin (dalam Al Tabany, 2014: 108) mengemukakan bahwa, “dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya”.
            Menurut Al Tabany (2015: 108) pembelajaran kooperatif adalah “suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku”. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Selanjutnya Smith (dalam Barkley, 2014: 7) berpendapat bahwa “pembelajaran kooperatif adalah pembentukan kelompok kecil agar para siswa dapat bekerja sama untuk memaksimalkan proses pembelajaran masing-masing dan pembelajaran satu sama lain”.
            Berdasarkan pendapat-pendapat diatas belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberi pendapat berbentuk dalam suatu kelompok kecil, sehingga siswa dapat menyelesaikan tugas bersama-sama dengan kelompok yang sudah disesuaikan sebelumnya.Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok konvensional. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif.
            Menurut Sutton (dalam Al Tabany, 2015: 112) Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
1)   Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa,dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.
2)   Interaksi antara siswa yang semakin meningkat, belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Interaksi ini terjadi dalam kooperatif yakni tukar menukar ide dalam diskusi.
3)   Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan, (b) siswa tidak hanya “membonceng” hasil teman dalam kerja sama.
4)   Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil, dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.
5)   Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.
            Dalam belajar dengan model kooperatif siswa merasa bahwa mereka bekerja sama untuk memecahkan masalah yang sedang  didiskusikan, agar mencapai tujuan bersama dengan teman satu kelompok. Dengan adanya kelompok akan meningkatkan interaksi dan saling memberikan membantu dalam bekerja sama dengan saling bertukar ide dan pemikiran. Siswa juga memiliki tanggung jawab yang harus diterapkan dalam kelompok agar siswa tidak tergantung pada siswa yang lebih pintar dan hanya mengandalkan teman satu kelompoknya. Maka dengan kelima unsur tersebut terdapat pada diri siswa model pembelajaran kooperatif akan berjalan dengan baik.
            Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif, menurut Slavin (dalam Al Tabany, 2015: 113)model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari belajar kooperatif sebagai berikut.
1)   Penghargaan kelompok,yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.
2)   Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.

3)   Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.
            Siswa membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.Dalam hal ini yang menentukan keberhasilan kelompok tidak hanya kerja sama yang baik dalam kelompok, akan tetapi kemampuan individu dalam mempertanggung jawaban kelompok masing-masing sangat penting, agar kerja sama yang dilakukan semakin baik dalam mencapai keberhasilan bersama, setelah mencapai keberhasilan guru memberikan apresiasi atas apa yang telah diperoleh siswa dalam hal motivasi, pujian, dan penghargaan lain yang dapat membuat siswa termotivasi lagi untuk belajar.


Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Model pembelajaran kooperatif membuka peluang bagi upaya mencapai tujuan meningkatkan keterampilan sosial peserta didik. Menurut Nieveen (dalam Al Tabany, 2015: 26) suatu model pembelajaran dikatakan baik apabila
1)   Sahih (valid), aspek validitas dikaitkan dengan model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teori nyang kuat, dan terdapat alat ukur yang digunakan pengamat terhadap penilaian siswa.
2)   Praktis,aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jikapara ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan dan kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat dikembangkan.
3)   Efektif.model tersebut efektif; dan secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Salah satu teknik pembelajaran dalam Cooperativelearning tersebut adalah teknik Think Pair Share (TPS) (Berpikir Berpasangan Berbagi). Teknik belajar-mengajar Think Pair Share (TPS) (Berpikir Berpasangan Berbagi) dikembangkan oleh FrangLyman dan kolegannya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (dalam Al Tabany, 2015: 129-130) mengemukakan bahwa Think Pair Sharemerupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. prosedur yang digunakan dalam Think Pair Sharedapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespons dan saling membantu.
Tugas guru hanya memberikan pertanyaan dan mengendalikan kelas. Guru memilih menggunakan Think Pair Share untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan. Guru menggunakan langkah-langkah (fase) berikut.Berpikir (Thingking).Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.Berpasangan (Pairing)Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.Berbagi (Sharing)Pada langkah akhir, guru meminta setiap pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan atau diskusikan (Arends (dalam Al Tabany, 2015: 130)).

Langkah-langkah Penggunaan Metode Think Pair Share (TPS)
Menurut Tjokrodihardjo(dalam Al Tabany, 2015: 156) terdapat langkah-langkah penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) di dalam kelas.Adapun langkah-langkah sebagai berikut.
Tabel 2.2 Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) di dalam kelas.
Tahap
Kegiatan Guru
Tahap 1: Menyampaikan  tujuan dan mengatur siswa
1.      Menyampaikan pendahuluan: (a)  motivasi; (b) menyampaikan  tujuan dasar diskusi; dan (c) apresiasi.
2.      Menjelaskan tujuan diskusi.
Tahap 2: mengarahkan diskusi
1.      Mengajukan pertanyaan awal/permasalahan.
2.      Modeling.
Tahap 3: Menyelenggarakan diskusi
1.      Membimbing/mengarahkan siswa dalam mengerjakan LKS secara mandiri (think).
2.      Membimbing/mengarahkan siswa dalam berpasangan (pair).
3.      Membimbing/mengarahkan siswa dalam berbagi (share).
4.      Menerapkan waktu tunggu.
5.      Membimbing kegiatan siswa.
Tahap 4: Mengakhiri diskusi
Menutup diskusi.
Tahap 5: melakukan tanya jawab singkat tentang proses diskusi
Membantu siswa membuat rangkuman diskusi dengan tanya jawab singkat.













(Sumber: Tjokrodihardjo,   2003)
            Pembelajaran dengan model Think Pair Share (TPS) berorientasi pada belajar kelompok kecil yang heterogen dengan beranggotakan 2 orangatau berpasangan yang dibentuk oleh guru. Setelah kelompok terbentuk, guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi antar kelompok selesai, masing-masing kelompok berpasangan maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil dari diskusi yang dilakukan oleh masing-masing kelompok, selanjutnya kelompok lain memperhatikan dan menanggapi hasil dari kelompok yang sedang presentasi.


Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Menurut Arends (dalam Al Tabany 2015: 157) mengemukakan bahwa “salah satu aspek diskusi atau model pembelajaran di kelas adalah kemampuan untuk mengembangkan pertumbuhan kognitif”. Aspek yang lain adalah kemampuan untuk menghubungkan dan menyatukan aspek kognitif dan aspek sosial pembelajaran. Model pembelajaran yang tepat akan memengaruhi proses belajar siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang positif.
Namun setiap model pembelajaran terdapat keuntungan dan kelemahan dalam setiap penerapannya. Menurut Subroto (dalam Al Tabany, 2015: 164) setiap pembelajaran mempunyai ciri tersendiri dan mempunyai kelebihan dan kekurangan. demikian juga dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dikelas. Adapun kelebihan dan kekurangan seperti pada penyajian tabel berikut.
Tabel 2.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Kelebihan
Kekurangan
a.       Diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar.
b.      Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajaran masing-masing.
c.       Dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah.
d.      Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi, diharapkan siswa akan dapat memperoleh kepercayaan dan kemampuan diri sendiri.
e.       Diskusi dapat menunjang usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokrasi para siswa.
f.       Dalam presentasi siswa akan belajar berbicara di depan kelas hal ini akan meningkatkan keterampilan berbicara siswa
g.      Serta dapat melatih siswa untuk tampil percaya diri di depan umum.
a.       Suatu diskusi dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya, sebab tergantung kepada kepemimpinan dan partisipasi anggotanya.
b.      Suatu diskusi memerlukan keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya.
c.       Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang pintar atau menonjol di kelas.
d.      Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.
e.       Memerlukan waktu yang banyak.
f.       Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalah.
g.      Jumlah siswa yang terlalu besar di dalam kelas akan memengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya, apabila semakin banyak maka akan membutuhkan waktu yang lama dan sebaliknya.
h.      Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan.




Dapat diketahui bahwa setiap model pembelajaran memiliki keunggulan dan kekurangan dalam setiap penerapannya oleh karena itu guru harus dapat mengetahui hal tersebut, serta menggunakan model pembelajaran yang akan digunakan ketika pada saat pembelajaran, karena akan berpengaruh pada kegiatan belajar mengajar, dengan demikian guru dapat mengurangi kelemahan yang terdapat dalam setiap model pembelajaran yang akan di terapkan di dalam kelas.




DAFTAR RUJUKAN

Ali, Muhammad dan Mohammad Asrori. 2015. Psikologi Remaja Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Al-Tabani, Trianto Ibnu Badar. 2015. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: PT. Kharisma Putra Utama.

Barkley, Elizabert E. dan Patricia Cross dkk. 2014. Collaborative Learning Techniques. Bandung: Nusa Media.

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djiwandono, M. Soenardi. 2008. Tes Bahasa-Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: Indek.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis
Kompetensi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.           
Pratiwi, Ida Ayu Ekayudha. 2012. Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Metode Debat Plus dalam Proses Pembelajaran Bahasa Inggris pada Siswa Kelas XI IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar. Denpasar. Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Saddhono, Kundharu. 2014. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sutantri, Dwi. 2010. Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Ketuntasan hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Ekosistem Siswa Kelas VII B Semester Genap SMPN 1 Ledokombo Tahun Ajaran 2009/2010. Jember. Program Sarjana Universitas Muhammadiyah Jember.

Suyadi. 2012. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Diva Press.
Tampubolon, Saur. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Erlangga.
Wiyatmi. 2011. Psikologi Sastra Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Kanwa Publisher.
 


No comments:

Post a Comment