Pembelajaran Kooperatif
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran pada dasarnya merupakan
upaya pendidik untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Tujuan
pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang
dilakukan siswa. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran
yang memanfaatkan dan melibatkan semua siswa agar bekerja sama untuk memecahkan
suatu permasalahan.
Model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi,
menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling
membantu untuk memahami materi pelajaran. Menurut Slavin (dalam Al Tabany,
2014: 108) mengemukakan bahwa, “dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama
sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas kelompok untuk mencapai tujuan
bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk
keberhasilan kelompoknya”.
Menurut Al Tabany (2015: 108)
pembelajaran kooperatif adalah “suatu model pembelajaran dimana siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah
terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku”. Hal ini
bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang
berbeda latar belakangnya. Selanjutnya Smith (dalam Barkley, 2014: 7)
berpendapat bahwa “pembelajaran kooperatif adalah pembentukan kelompok kecil
agar para siswa dapat bekerja sama untuk memaksimalkan proses pembelajaran
masing-masing dan pembelajaran satu sama lain”.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas
belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani
mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberi
pendapat berbentuk dalam suatu kelompok kecil, sehingga siswa dapat
menyelesaikan tugas bersama-sama dengan kelompok yang sudah disesuaikan sebelumnya.Pembelajaran
kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur
dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok
konvensional. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar
akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif.
Menurut Sutton (dalam Al Tabany,
2015: 112) Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
1)
Saling
ketergantungan yang bersifat positif antara siswa,dalam belajar kooperatif
siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan
terikat satu sama lain. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari
kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.
2)
Interaksi
antara siswa yang semakin meningkat, belajar kooperatif akan meningkatkan
interaksi antara siswa. Hal ini terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu
siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Interaksi ini terjadi dalam
kooperatif yakni tukar menukar ide dalam diskusi.
3)
Tanggung
jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam
hal: (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan, (b) siswa tidak hanya
“membonceng” hasil teman dalam kerja sama.
4)
Keterampilan
interpersonal dan kelompok kecil, dalam belajar kooperatif, selain dituntut
untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar
bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa
bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan
menuntut keterampilan khusus.
5) Proses kelompok. Belajar kooperatif
tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika
anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan
baik dan membuat hubungan kerja yang baik.
Dalam belajar dengan model
kooperatif siswa merasa bahwa mereka bekerja sama untuk memecahkan masalah yang
sedang didiskusikan, agar mencapai
tujuan bersama dengan teman satu kelompok. Dengan adanya kelompok akan
meningkatkan interaksi dan saling memberikan membantu dalam bekerja sama dengan
saling bertukar ide dan pemikiran. Siswa juga memiliki tanggung jawab yang
harus diterapkan dalam kelompok agar siswa tidak tergantung pada siswa yang
lebih pintar dan hanya mengandalkan teman satu kelompoknya. Maka dengan kelima
unsur tersebut terdapat pada diri siswa model pembelajaran kooperatif akan
berjalan dengan baik.
Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model
pembelajaran kooperatif, menurut Slavin (dalam Al Tabany, 2015: 113)model
pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model
pembelajaran lainnya. Konsep utama dari belajar kooperatif sebagai berikut.
1)
Penghargaan
kelompok,yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.
2)
Tanggung
jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar
individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha
untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap
menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.
3)
Kesempatan
yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan
cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa
berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan
yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.
Siswa membantu
kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan
bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk
melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat
bernilai.Dalam hal ini yang menentukan keberhasilan kelompok tidak hanya kerja
sama yang baik dalam kelompok, akan tetapi kemampuan individu dalam
mempertanggung jawaban kelompok masing-masing sangat penting, agar kerja sama
yang dilakukan semakin baik dalam mencapai keberhasilan bersama, setelah
mencapai keberhasilan guru memberikan apresiasi atas apa yang telah diperoleh siswa
dalam hal motivasi, pujian, dan penghargaan lain yang dapat membuat siswa
termotivasi lagi untuk belajar.
Model
pembelajaran kooperatif membuka peluang bagi upaya mencapai tujuan meningkatkan
keterampilan sosial peserta didik. Menurut Nieveen (dalam Al Tabany, 2015: 26)
suatu model pembelajaran dikatakan baik apabila
1) Sahih (valid), aspek validitas dikaitkan
dengan model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teori nyang kuat, dan terdapat
alat ukur yang digunakan pengamat terhadap penilaian siswa.
2) Praktis,aspek kepraktisan hanya dapat
dipenuhi jikapara ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan
dapat diterapkan dan kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut
dapat dikembangkan.
3) Efektif.model tersebut efektif; dan secara
operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Salah satu
teknik pembelajaran dalam Cooperativelearning
tersebut adalah teknik Think Pair Share
(TPS) (Berpikir Berpasangan
Berbagi). Teknik belajar-mengajar Think
Pair Share (TPS) (Berpikir
Berpasangan Berbagi) dikembangkan oleh FrangLyman dan kolegannya di
Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (dalam Al Tabany, 2015:
129-130) mengemukakan bahwa Think Pair
Sharemerupakan suatu cara yang
efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. prosedur yang
digunakan dalam Think Pair Sharedapat memberi siswa lebih banyak waktu
berpikir, untuk merespons dan saling membantu.
Tugas guru hanya memberikan pertanyaan dan mengendalikan kelas. Guru
memilih menggunakan Think
Pair Share untuk
membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan. Guru menggunakan
langkah-langkah (fase) berikut.Berpikir (Thingking).Guru
mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan
meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban
atau masalah.Berpasangan (Pairing)Selanjutnya guru meminta siswa untuk
berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Secara normal guru
memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.Berbagi (Sharing)Pada
langkah akhir, guru meminta setiap pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan
kelas yang telah mereka bicarakan atau diskusikan (Arends (dalam Al Tabany,
2015: 130)).
Langkah-langkah Penggunaan Metode Think
Pair Share (TPS)
Menurut
Tjokrodihardjo(dalam Al Tabany, 2015: 156) terdapat langkah-langkah penerapan
model pembelajaran Think Pair Share (TPS) di dalam kelas.Adapun
langkah-langkah sebagai berikut.
Tabel 2.2
Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) di
dalam kelas.
Tahap
|
Kegiatan Guru
|
Tahap 1: Menyampaikan tujuan dan mengatur siswa
|
1. Menyampaikan
pendahuluan: (a) motivasi; (b)
menyampaikan tujuan dasar diskusi; dan
(c) apresiasi.
2. Menjelaskan
tujuan diskusi.
|
Tahap 2:
mengarahkan diskusi
|
1. Mengajukan
pertanyaan awal/permasalahan.
2. Modeling.
|
Tahap 3:
Menyelenggarakan diskusi
|
1. Membimbing/mengarahkan
siswa dalam mengerjakan LKS secara mandiri (think).
2. Membimbing/mengarahkan
siswa dalam berpasangan (pair).
3. Membimbing/mengarahkan
siswa dalam berbagi (share).
4. Menerapkan
waktu tunggu.
5. Membimbing
kegiatan siswa.
|
Tahap 4:
Mengakhiri diskusi
|
Menutup
diskusi.
|
Tahap 5:
melakukan tanya jawab singkat tentang proses diskusi
|
Membantu siswa
membuat rangkuman diskusi dengan tanya jawab singkat.
|
(Sumber:
Tjokrodihardjo, 2003)
Pembelajaran
dengan model Think
Pair Share (TPS)
berorientasi pada belajar kelompok kecil yang heterogen dengan beranggotakan 2
orangatau berpasangan yang dibentuk oleh guru. Setelah kelompok terbentuk, guru
memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan
jawabannya. Setelah diskusi antar kelompok selesai, masing-masing kelompok
berpasangan maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil dari diskusi yang
dilakukan oleh masing-masing kelompok, selanjutnya kelompok lain memperhatikan
dan menanggapi hasil dari kelompok yang sedang presentasi.
Kelebihan dan
Kekurangan Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Menurut Arends (dalam Al Tabany 2015: 157)
mengemukakan bahwa “salah satu aspek diskusi atau model pembelajaran di kelas
adalah kemampuan untuk mengembangkan pertumbuhan kognitif”. Aspek yang lain
adalah kemampuan untuk menghubungkan dan menyatukan aspek kognitif dan aspek
sosial pembelajaran. Model pembelajaran yang tepat akan memengaruhi proses
belajar siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang positif.
Namun setiap model pembelajaran terdapat keuntungan
dan kelemahan dalam setiap penerapannya. Menurut Subroto (dalam Al Tabany,
2015: 164) setiap pembelajaran mempunyai ciri tersendiri dan mempunyai
kelebihan dan kekurangan. demikian juga dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dikelas. Adapun kelebihan dan kekurangan seperti
pada penyajian tabel berikut.
Tabel 2.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran
Think Pair Share
(TPS)
Kelebihan
|
Kekurangan
|
a.
Diskusi
melibatkan semua siswa secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar.
b.
Setiap siswa
dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajaran
masing-masing.
c.
Dapat
menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah.
d.
Dengan
mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi, diharapkan siswa
akan dapat memperoleh kepercayaan dan kemampuan diri sendiri.
e.
Diskusi dapat
menunjang usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokrasi para siswa.
f.
Dalam
presentasi siswa akan belajar berbicara di depan kelas hal ini akan
meningkatkan keterampilan berbicara siswa
g.
Serta dapat
melatih siswa untuk tampil percaya diri di depan umum.
|
a.
Suatu diskusi
dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya, sebab tergantung
kepada kepemimpinan dan partisipasi anggotanya.
b.
Suatu diskusi
memerlukan keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya.
c.
Jalannya
diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang pintar atau
menonjol di kelas.
d.
Tidak semua
topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat
problematis saja yang dapat didiskusikan.
e.
Memerlukan
waktu yang banyak.
f.
Apabila
suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran
mereka, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalah.
g.
Jumlah siswa
yang terlalu besar di dalam kelas akan memengaruhi kesempatan setiap siswa
untuk mengemukakan pendapatnya, apabila semakin banyak maka akan membutuhkan
waktu yang lama dan sebaliknya.
h.
Siswa mudah
melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan.
|
Dapat diketahui bahwa setiap model pembelajaran
memiliki keunggulan dan kekurangan dalam setiap penerapannya oleh karena itu
guru harus dapat mengetahui hal tersebut, serta menggunakan model pembelajaran
yang akan digunakan ketika pada saat pembelajaran, karena akan berpengaruh pada
kegiatan belajar mengajar, dengan demikian guru dapat mengurangi kelemahan yang
terdapat dalam setiap model pembelajaran yang akan di terapkan di dalam kelas.
DAFTAR RUJUKAN
Ali, Muhammad dan Mohammad Asrori. 2015. Psikologi Remaja
Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Al-Tabani, Trianto Ibnu Badar. 2015. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: PT. Kharisma
Putra Utama.
Barkley, Elizabert E. dan Patricia Cross dkk.
2014. Collaborative Learning Techniques. Bandung: Nusa Media.
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik
Kajian Teoretik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djiwandono, M. Soenardi. 2008. Tes
Bahasa-Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: Indek.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis
Kompetensi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Pratiwi, Ida Ayu Ekayudha. 2012. Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan
Metode Debat Plus dalam Proses Pembelajaran Bahasa Inggris pada Siswa Kelas XI
IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar. Denpasar. Program Pascasarjana
Universitas Udayana.
Saddhono, Kundharu. 2014. Pembelajaran
Keterampilan Berbahasa Indonesia.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sutantri, Dwi. 2010. Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Two Stay Two Stray untuk
Meningkatkan Ketuntasan hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Ekosistem Siswa
Kelas VII B Semester Genap SMPN 1 Ledokombo Tahun Ajaran 2009/2010. Jember.
Program Sarjana Universitas Muhammadiyah Jember.
Suyadi. 2012. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Diva Press.
Tampubolon, Saur. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Erlangga.
Wiyatmi. 2011. Psikologi Sastra Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Kanwa Publisher.
No comments:
Post a Comment