Thursday, July 28, 2016

Rima / Sajak dalam Puisi





Rima / Sajak dalam Puisi
Rima adalah persamaan atau pengulangan bunyi dalam puisi. Bunyi yang sama tidak terbatas pada akhir baris, tetapi juga untuk keseluruhan baris, bahkan juga bait. Persamaan bunyi pada puisi baik di awal, tengah, maupun akhir baris puisi. Persamaan bunyi yang dimaksudkan disini adalah persamaan (pengulangan) bunyi yang memberikan kesan merdu, indah, dan dapat mendorong suasana yang dikehenaki oleh penyair dalam puisi. Menurut Padi (2013::29) sajak terbagi ke dalam enam jenis, yaitu:
1)   Sajak Awal
Sajak awal ialah persamaan bunyi yang terdapat pada awal baris. 
Contoh: Kalau karena bulan
 Tidaklah bintang meninggi hari
 Kalau tidak karena Tuan
 Tidaklah saya sampai kemar

2)      Sajak Tengah
Sajak tengah ialah persamaan yang terdapat pada tengah baris.
Contoh: Guruh petus penuba limbat
Ikan lumba berenang-renang
Tujuh ratus jadikan ubat
Badan berjumpa maka senang
3)      Sajak Akhir
Sajak akhir ialah sajak yang terdapat pada akhir baris.
Contoh: Berdiri aku di tepi pantai
Memandang lepas ke tengah laut
Ombak pulang pecah berderai
Karibaan pasir rindu berpaut


4)      Asonansi
Asonansi ialah persamaan bunyi huruf vokal yang terdapat dalam perkataan atau baris.
Contoh: Kini kami bertikai pangkai
               Diantara dua mana mutiara
Jauhari ahli lalai menilai
Lengah langsung melewat abad
5)      Sajak Sempurna
Dalam memilih perkataan untuk mencapai persamaan bunyi, tiadalah selalu bunyi itu jatuh dengan sempurna pada suara yang sama, ada yang mirip dan benar-benar tepat. Yang tepat disebut sajak sempurna.
Contoh: Gabak hari awan pun mendung
Pandan terkulai menderita
Sajak mati ayah kandung
Makan berhurai air mata
6)      Sajak Tak Sempurna
Sajak tak sempurna ialah hanya pada bunyi yang hampir bersamaan.
Contoh: Uncang buruk tak bertali
Kian kemari tergantung-gantung
Bujang buruk tak berbini
Kian ke mari meraung-meraung
Menurut Suyoto, Agustinus. Rima atau sajak adalah persamaan bunyi dalam puisi. Dalam rima dikenal pengulangan bunyi yang cerah ringan, yang mampu menciptakan suasana kegembiraan serta kesenangan. Bunyi semacam ini disebut euphony. Ada pula bunyi-bunyi yang berat, menekan, yang membawa suawasana kesedihan. Bunyi semacam ini disebut cacophony.
a. Berdasarkan jenisnya rima atau persajkan dibedakan menjadi :
1) Rima sempurna, yaitu persamaan bunyi pada suku-suku kata terakhir.
Contoh: Jaga segala gadis berhias diri
Biar mereka pesta dan menari
Mereka akan terima cintaku
Siapa bercinta dengan aku

2)   Rima tak sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian suku kata terakhir
Contoh: Aku laksanakan dari lautan menghantam malam hari
Aku panglima dari segala burung rajawali
Aku tutup segala kota, aku sebar segala api
Aku jadikan belantara, jadi hutan mati
3)    Rima mutlak, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada dua kata atau lebih secara mutlak.
Contoh: -Rata
- Rata
- Rata
4)   Rima terbuka, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada akhir terbuka atau dengan vokal sama.
Contoh: ku-da
la-da
ke-mu-mu
il-mu
5)    Rima tertutup, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku kata tertutup (konsonan).
Contoh:  la-mun
da-un
cem-pe-dak
beng-kak
6)    Rima aliterasi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bunyi awal kata pada baris yang sama atau baris yang beralainan.
Contoh: Kau keraskan kalbuku
Bagai batu membesi benar
Bukan beta pijak berperi
7)    Rima asonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada asonansi vokal tengah kata (penyesuaian bunyi vokal yang membuat puisi menjadi indah bunyinya).
Contoh: Burung perkutut diladang berumput
               Neba berkawan menelani kerikil
               Kami segan memasang pulut
               Memikat burung begitu mungil

8)      Rima disonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada huruf-huruf mati (konsonan)
Contoh: bu-dak
ti-das
tan-ding
man-dur
Berdasarkan letaknya, rima dibedakan menjadi :
1)      Rima awal, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada awal baris pada tiap bait puisi.
Contoh: Pemuda kaulah harapan bangsa
              Pemuda jangan suka berpangku tangan
2)      Rima tengah, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di tengah baris pada bait puisi.
Contoh: Pemuda kaulah harapan bangsa
              Pemuda kaulah harapan negeri
3)      Rima akhir, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada akhir baris pada tiap bait puisi.
Contoh: Tolong-menolong umpama jari
              Bantu membantu setiap hari
              Bekerja selalu berlima diri
              Itulah ,isal Tuhan memberi
           
4)      Rima tegak, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bait-bait puisi yang dilihat secara vertikal.
Contoh: Kejahata diri sembunyikan
              Kebaikan diri diamkan
              Keaiban orang jangan dibuka
              Keaiban diri hendaklah sangka
           
5)      Rima datar, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada baris puisi secara horisontal.
Contoh:  Air mengalir menghilir sungai
              (bunyi ir pada akhir ketiga kata)
6)      Rima sejajar, yaitu persamaan bunyi yang dipakai berulang-ulang dalamkalimat yang beruntun.
Contoh: Dapat sama laba
              Cicir sama rugi
               Bukit sama didaki
              Lurah sama dituruni
               Berat sama dipikul
               Ringan sama dijinjing
               Terapng sama hanyut
               Terendam sama basah
7)      Rima berpeluk, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara baris pertama berima dengan baris keempat, baris kedua berima dengan baris ketiga (ab-ba).
Contoh: Perasaan siapa takkan nyala (a)
              Melihat anak belagu dendang (b)
              Seorang sajak di tepi padang (b)
              Tiada berbaju buka kepala (a)
8)      Rima bersilang, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama dengan larik ketiga dan larik kedua dengan keempat (ab-ab).
Contoh: Burung nuri burung dara (a)
              Terbang kesisi taman kayangan (b)
              Karangan janggal banyak tak kena (a)
              Daripada paham belum sempurna (b)
9)      Rima rangkai/rima rata, yaitu persamaan bunyi yang tersussun sama pada akhir semua larik (aaaa).
Contoh: Hatiku rindu bukan kepalang (a)
              Dendam berahi berulang-ulang (a)
              Air mata bercucuran selang menyelang (a)
              Mengenangkan adik kekasih abang (a)
              Diriku lemah anggotaku layu (b)
              Rasakan cinta bertalu-talu (b)
              Kalau begini datanglah selalu (b)
              Tentulah kanda berpulang dahulu (b)
10)   Rima kembar/rima berpasangan yaitu persaamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir dua larik puisi (aa-bb)
Contoh: Sedikitpun matamu tak berkeling (a)
              Memandang ibumu sakit beguling (a)
              Air matamu tak bercucuran (b)
              Tinggalkan ibumu tak penghiburan (b)

                (J.E. Tatengkeng)
11)  Rima patah, yaitu persamaan bunyi yang tersusun tidak menentu pada akhir larik-larik puisi (a-a-b-a) atau (b-c-b-b)
Contoh: Beli baju ke pasar Minggu (a)
              Jangan lupa beli duku (a)
              Beli kemeja ke pasar senen (b)
              Jangan lupa ajaklah daku (a)
            Dari kedua pendapat para ahli di atas, peneliti lebih condong kepada Agustnus Suyoto. Karena pendapat dari Agustinus Suyoto lebih mudah unduk dipahami, dan lebih relevan dijadikan bahan rujuakan penelitian ini.

No comments:

Post a Comment