Friday, July 22, 2016

Pengembangan RPP


Pengembangan RPP



2.2.1        Pengembangan Indikator
Departemen pendidikan nasional mengemukakan bahwa indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan, dan potensi daerah.
Mekanisme pengembangan indikator, yang juga dikemukakan Depdiknas adalah (a) menganalisis tingkat kompetensi dalam SK dan KD; (b) mempertimbangkan karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah; (c) mempertimbangkan kebutuhan dan potensi; (d) merumuskan indikator pencapaian; (e) mengembangkan indikator penilaian.
Dalam mengembangkan indikator perlu menganalisis tingkat kompetensi dalam SK dan KD. Abdul Madjid (2012:121) menyimpulkan pengertian  kompetensi dari beberapa ahli, yakni kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang dimiliki dan dikuasai peserta didik yang dapat teraktualisasikan secara nyata dalam menjalankan tugas-tugas dalam kehidupannya.
Berdasarkan pengertian kompetensi diatas, maka hal tersebut sejalan dengan Taksonomi Bloom. Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti mengklarsifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan yang melakukan penelitian dan pengembangan mengenai kemampuan berfikir dalam proses pembelajaran.
Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ranah Kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, dan keterampilan berfikir. Ranah afektif mencakup perilaku terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, minat, motivasi, dan sikap. Sedangkan ranah Psikomotorik berisi perilaku yang menekankan fungsi manipulatif dan keterampilan motorik / kemampuan fisik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Para trainer biasanya mengkaitkan ketiga ranah ini dengan Knowledge, Skill andAttitude (KSA). Kognitif menekankan pada Knowledge. Afektif pada Attitude, dan Psikomotorik pada Skill.
Ranah kognitif mengurutkan keahlian berfikir sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir yang harus dikuasai oleh siswa agar mampu mengaplikasikan teori kedalam perbuatan. Ranah kognitif ini terdiri atas enam level, yaitu : (1) knowledge (pengetahuan), (2) comprehension (pemahaman atau persepsi), (3) application (penerapan), (4) analysis (penguraian atau penjabaran), (5) synthesis (pemaduan), dan (6) evaluation (penilaian).
Ranah Psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik. Keterampilan ini dapat diasah jika sering melakukannya. Perkembangan tersebut dapat diukur sudut kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan. Ada tujuh kategori dalam ranah psikomotorik mulai dari tingkat yang sederhana hingga tingkat yang rumit.
 

2.2.1        Pemilihan Model dan Metode Pembelajaran
Dalam pembelajarkan suatu materi (tujuan/ kompetensi) tertentu, tidak ada satu model pembelajaran yang lebih baik dari model pembelajaran lainnya. Artinya, setiap model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang lebih cocok dan dapat dipadukan dengan model pembelajaran yang lain untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus mempertimbangkan antara lain: materi pelajaran, lingkungan belajar, dan fasilitas penunjang yangtersedia.
Dengan cara ini, tujuan (kompetensi) pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai. Sejalan dengan pendapat Arends (1997: 7) yaitu model pembelajaran mengacu pada pendekatanpembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahapkegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Harapannya bahwa setiap model pembelajaran dapat mengarahkan kita mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga dalam pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh: 1) sifat dari materi yang akan diajarkan, 2) tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran, 3) tingkat kemanpuan peserta didik, 4) jam pelajaran (waktu pelajaran), 5) lingkungan belajar, dan 6) fasilitas penunjang yang tersedia.
Sedangkan dalam memilih dan menganalisis metode pembelajaran, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a)      Keadaan murid yang mencakup pertimbangan tentang tingkat kecerdasan, kematangan, perbedaan individu lainnya.
b)      Tujuan yang hendak dicapai, jika tujuannya pembinaan daerah kognitif maka metode driil kurang tepat digunakan.
c)      Situasi yang mencakup hal yang umum seperti situasi kelas, situasi lingkungan. Bila jumlah muridbegitu besar, maka metode diskusi agak sulit digunakan apalagi bila ruangan yang tersedia kecil. Metode ceramah harus mempertimbangkan antara lain jangkauan suara guru.
d)     Alat-alat yang tersedia akan mempengaruhi pemilihan metode yang akan digunakan. Bilametode eksperimen yang akan dipakai, maka alat-alat untuk eksperimen harus tersedia, dipertimbangkan juga jumlah dan mutu alat itu.
e)      Kemampuan pengajar tentu menentukan, mencakup kemampuan fisik, keahlian. Metodeceramah memerlukan kekuatan guru secara fisik. Guru yang mudah payah, kurang kuat berceramahdalam waktu yang lama. Dalam hal ini ia sebaiknya menggunakan metode yang lain yang tidak memerlukan tenaga yang banyak. Metode diskusi menuntut keahlian guru yang agak tinggi,karena informasi yang diperlukan dalam metode diskusi kadang-kadang lebih banyak daripadasekedar bahan yang diajarkan.Sifat bahan pengajaran. Ini hampir sama dengan jenis tujuan yang dicapai seperti pada poin 2diatas. Ada bahan pelajaran yang lebih baik disampaikan lewat metode ceramah, ada yanglebih baik dengan metode driil, dan sebagainya.
Demikianlah beberapa pertimbangan dalammenentukan metode yang akan digunakan dalam proses interaksi belajar mengajar.Disamping itu masih banyak redaksi-redaksi lain yang menawarkan hal yang hampir sama, akan tetapi terdapat sedikit perbedaan yang akan penulis ungkap disini. Metode apapun yang digunakan oleh pendidik atau guru dalam proses pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah akomodasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip KBM.
a)      Pertama, berpusat kepada anak didik. Guru harus memandang anak didik sebagai sesuatuyang unik, tidak ada dua orang anak didik yang sama, sekalipun mereka kembar.
b)      Kedua, belajar dengan melakukan. Supaya proses belajar itu menyenangkan, guru harusmemberikan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga iamemperoleh pengalaman nyata.
c)      Ketiga, mengembangkan kemampuan sosial. Proses pembelajaran dan pendidikan selain sebagaiwahana untuk memperoleh pengetahuan, juga sebagai sarana untuk berinteraksi sosial.
d)     Keempat, mengembangkan keingintahuan dan imajinasi. Proses pembelajaran dan pendidikanharus dapat memancing rasa ingin tahu anak didik.
e)      Kelima, mengembangkan kreatifitas dan ketrampilan memecahkan masalah. Proses pembelajaran dan pendidikan yang dilakukan oleh guru bagaimana merangsang kreativitas dan imanjinasi anak untuk menemukan jawaban setiap masalah yang dihadapi anak didik.


2.2.1        Materi Pembelajaran
Sanjaya (2008:141) menyimpulkan “bahan atau materi pembelajaran adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu”. Materi pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran, bahkan dalam pengajaran yang berpusat pada materi pelajaran, materi pelajaran merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Materi pembelajaran setidaknya mencakup tujuan dari kompetensi dasar yang ingin dicapai
Materi pembelajaran dapat dibedakan menjadi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Merril (1977) dalam buku Sanjaya (2008:142) , membedakan isi (materi pelajaran) menjadi empat macam yaitu : fakta, konsep, prosedur, dan prinsip. Fakta adalah sifat dari suatu gejala, peristiwa, benda, yang wujudnya dapat ditangkap oleh pancaindra. Fakta merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan data – data spesifik baik yang telah maupun yang sedang terjadi yang dapat diuji tau diobservasi.
Konsep adalah abstraksi kesamaan atau keterhubungan dari sekelompok benda atau sifat. Suatu konsep memiliki bagian yang disebut atribut. Atribut adalah karakteristik yang dimiliki suatu konsep. Gabungan dari berbagai atribut menjadi satu pembeda antara satu konsep dengan konsep lainnya.
Prosedur adalah materi pelajaran yang berhubungan dengan kemampuan siswa untuk menjelaskan langkah – langkah secara sistematis tentang sesuatu. Misalnya, prosedur tentang lngkh – langkah melakukan suatu percoban,langkah – langkah membuat suatu karangan, dan lain sebagainya.
Hubungan antara dua atau lebih konsep yang sudah teruji secara empiris dinamakan generalisasi yang selanjutnya dapat ditarik kedalam prinsip. Contoh prinsip tentang ketertiban lalu lintas, prinsip tentang radiasi, prinsip tentang penguapan, dan lain sebagainya. Materi pembelajaran prinsip akan lebih sulit dibandingkan dengan fakta atau konsep. Sebab, seorang akan dapat menarik suatu prisip apabila sudah memahami berbagai fakta dan konsep yang relevan.
Disamping jenis di atas, ada juga jenis materi pembelajaran yang disebut dengan keterampilan. Keterampilan adalah pola kegiatan yang memiliki tujuan tertentu yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi. Keterampilan dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu keterampilan intelektual dan keterampilan fisik. Keterampilan intelektual adalah keterampilan berfikir melalui usaha menggali, menyusun, dan menggunakan berbagai informasi, baik berupa data, fakta, konsep, ataupun prinsip, dan teori. Keterampilan fisik adalah keterampilan motorik seperti keterampilan mengoprasikan komputer, keterampilan mengemudi, keterampilan memperbaiki suatu alat dan lain sebagainya.
Menurut Taba (1962) dalam buku Sanjaya (2008:144), bahan atau materi pelajaran dapat digolongkan menjadi 4 tingkatan, yakni fakta khusus, ide – ide pokok, konsep, dan sistem berpikir. Fakta khusus adalah bentuk materi kurikulum yang sangat sederhana. Fakta khusus ini biaanya merupakan informasi yang tingkat kegunaanya paling rendah.
Ide – ide pokok bisa berupa prinsip atau generalisasi. Memahami ide pokok, memungkinkan kita bisa menjelaskan sejumlah gejala spesifik atau sejumlah materi pelajaran.
Konsep menurut Hilda Taba lebih tinggi tingkatannya dari ide pokok. Memahami konsep berarti memahami sesuatu yang abstrak sehingga mendorong anak untuk berfikir lebih mendalam. Konsep akan muncul dalam berbagai konteks, sehingga pemahaman konsep akan terkait dalam berbagai situasi.
Sistem berfikir, berhubungan dengan kemampuan untuk memecahkan masalah secara empiris, sistematis dan terkontrol yang kemudian dinamakan berfikir ilmiah. Setiap disiplin ilmu memiliki sistem berfikir yang tidak sama. Oleh sebab itu, materi tentang sistem berfikir erat kaitannya dengan struktur keilmuan. Dari beberapa pendapat di atas yang dikemukaan para ahli maka materi pelajaran pada hakikatnya bisa berupa fakta, konsep, prosedur, prinsip dan keterampilan.
Sumber materi pembalajaran yang dapat dimanfaatkan untuk proses pembelajaran dapat dikategorikan sebagai berikut :
a.       Tempat atau Lingkungan
Lingkungan merupakan sumber pelajaran yang sangat kaya sesuai dengan tuntutan kurikulum. Ada dua bentuk lingkungan belajar, yakni pertama lingkungan atau tempat yang sengaja didesain untuk belajar siswa seperti laboratorium, perpustakaan, ruang internet, dan lain sebagainya. Kedua, lingkungan yang tidak didesain untuk proses pembelajaran akan tetapi keberadaanya dapat dimanfaatkan, misalnya halaman sekolah, taman sekolah, kantin, kamar mandi, dan lain sebagainya. Kedua bentuk lingkungan ini dapat dimanfaatkan oleh setiap guru karena memang selain memiliki informasi yang sangat kaya untuk mempelajari materi pembelajaran, juga dapat secara langsung dijadikan tempat belajar setiap siswa.
b.      Orang atau Narasumber
Pengetahuan itu tidak statis, akan tetapi bersifat dinamism yang terus berkembang sangat cepat. Oleh karena perkembangan yang cepat itu, kadang – kadang apa yang disajikan dalam buku teks tidak sesuai lgi dengan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir.
c.       Objek
Objek atau benda yang sebenarnya merupakan sumber informasi yang akan membawa siswa pada pemahaman yang lebih sempurna tentang sesuatu. Mempelajari bahan pelajaran dari benda yang sebenarnya bukan hanya dapat menghindari kesalahan presepsi tentang isi pelajaran, akan tetapi juga dapat membuat pelajaran lebih akurat disamping motivasi belajar siswa akan lebih baik.
d.      Bahan Cetak dan Noncetak
Bahan cetak adalah berbagai informasi sebagai materi pelajaran yang disimpan dalam berbagai bentuk tercetak seperti buku, majalah, koran, dan lain sebagainya. Sedangkan, bahan belajar noncetak adalah informasi sebagai materi pelajaran, yang disimpan dalam berbagai bentuk alat komunikasi elektronik yang biasanya berfungi sebagi media pembelajaran misalnya dalam bentuk kaset, video, komputer, CD, dan lain sebainya.
Pengemasan materi dan pesan pembalajarn dapat dilakukan dengan dua cara yakni pengemasan secara visual dan pengemasan dalam bentuk cetakan. Beberapa pertimbanagn teknis dalam dalam mengemas materi pembelajaran menjadi bahan belajar diantaranya adalah :
a.       Kesesuaian dengan tujuan yang harus dicapai
Kesesuaian antara pengemasan bahan pelajaran dengan tujuan yang harus dicapai, seperti yang dirumuskan dalam kurikulum secara teknis harus menjadi pertimbangan pertema, sebab dalam pendekatan sistem tujuan adalah komponen yang utama dalam proses pembelajaran. Artinya apapun yang direncanakan termasuk pengemasan materi pelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Oleh sebab itu, sebelum dilakukan pengemasan materi pembelajaran sebaiknya ditentukan terlebih dahulu tujuan yang harus dicapai baik tujuan dalam bentuk perubahan perilaku yang bersifat umum, maupun perilaku terukur dalam bentuk indikator hasil belajar.
b.      Kesederhanaan
Bahan pelajaran dikemas dengan tujuan untuk mempermudah siswa belajar. Dengan demikian, keserhanaan pengemasan merupakan salah satu pertimbagan yang harus diperhatikan. Pengemasan tersebut bukan hanya tercermin dari bentuk pengemasannya itu sendiri, akan tetapi juga dilihat dari bentuk penyajiannya, misal dari bentuk dialog yang tidak banyak menggunakan kalimat majemuk, bahasa yang komunikatif dan mudah ditangkap maknanya atau mungkin kesederhanaan dalam perintah penggunaan bahan ajar yang lebih praktis.
c.       Unsur – unsur desain pesan
Dalam bentuk kemasan sebaiknya terdapat unsur gambar dan caption. Pengemasan materi yang hanya terdiri atas gambar atau caption saja akan mengurangi makna penyajian informasi. Walaupun bahan pelajaran dikemas dalam bentuk visual misalnya, unsur caption harus menjadi bagian dari tehnik penyajian, sebab salah satu kriteria keberhasilan pengemasan adalah apakah pengemasan pesan atau informasi yang disajikan itu mudah dipahami atau tidak. Agar mudah dipahami, maka penyajian pesan dan informasi harus menyertakan unsur gambar atau caption.
d.      Pengorganisasian bahan
Bahan pelajaran sebaiknya disusun dalam bagian – bagian menuju keseluruhan. Bahan pelajaran akan lebih mudah dipahami manakala disususn dalam bentuk unit – unit terkecil atau dalam bentuk pokok – pokok bahasan yang dikemas secara induktif. Selesai siswa mempelajari unit tertentu segera berikan umpan balik, demikian seterusnya sampai siswa menguasai materi secara keseluruhan secara tuntas.
e.       Petunjuk cara penggunaan
Dalam bentuk apa pun pengemasan materi harus disusun petunjuk cara penggunaannya. Hal ini penting, apalagi seandainya bahan ajar dikemas untuk pembelajaran mandiri seperti modul, pengajaran berprograma (program teaching) atau mungkin CD interaktif dan pembelajaran melalui kaset.



2.2.1        Penentuan Sumber Belajar
Implementasi pemanfaatan sumber belajar di dalam proses pembelajaran tercantum dalam kurikulum saat ini bahwa dalam proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang menggunakan berbagai ragam sumber belajar.
AECT (Assocation for Educational Communication and Tecnologi) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar yaitu,
a.       Pesan
Pesan merupakan sumber belajar yang meliputi pesan formal, yaitu pesan yang dikeluarkan oleh lembaga resmi, seperti pemerintah atau pesan yang disampaikan guru dalam situasi pembelajaran. Pesan – pesan ini selain disampaikan secara lisan juga dibuat dalam bentuk dokumen, seperti kurikulum, peraturan pemerintah, perundangan, GBPP, silabus, satuan pembelajaran, dan sebagainya. Pesan non formal, yaitu pesan yang ada di lingkungan masyarakat luas yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran, miasalnya cerita rakyat, legenda, ceramah oleh tokoh masyarkat dan ulama, prasasti, relief – relief pada candi, kitab – kitab kuno, dan peninggalan sejarah yang lainnya.
b.      Orang
Semua orang pada dasarnya dapat berperan sebagai sumber belajar, namun secara umum dapat dibagi dua kelompok. Pertama, kelompok orang yang didesain khusus sebagai sumber belajar utama yang dididik secara profesional untuk mengajar,seperti guru, konselor, instruktur, widyaiswara. Termasuk kepala sekolah, laboran, teknisi sumber belajar, pustakawan, dan lain – lain. Kelompok yang kedua adalah orang yang memiliki profesi selain tenanga yang berada dilingkungan pendidikan dan profesinya tidak terbatas. Misalnya politisi, tenaga kesehatan, pertanian, arsitek, psikolog, lawyer, polisi, pengusaha, dan lain – lain.
c.       Bahan
Bahan merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran, seperti buku paket, buku teks, modul, program video, film, OHT, program slide, alat peraga dan sebagainya (biasa disebut software).


d.      Alat
Alat yang dimaksud disini adalah benda – benda yang berbentuk fisik sering disebut juga dengan prangkat keras (software). Alat ini berfungsi untuk menyajikan bahan – bahan pada butir ketiga di atas. Di dalamnya mencakup multimedia projektor, slide projektor, OHP, film tape recorder, opaqe projektor, dan sebagainya.
e.       Teknik
Teknik yang dimaksud adalah cara yang digunakan orang dalam memberikan pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran. Di dalam mencakup ceramah, permainan / simulasi, tanya jawab, sosiodrama (roleplay), dan sebagainya.
f.       Latar
Latar atau lingkungan yang berada di dalam sekolah maupun lingkungan yang berada di luar seolah, baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak secara khusus disiapkan untuk pembelajaran; termasuk di dalamnya adalah pengaturan ruang, pencahayaan, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, tempat workshop, halaman sekolah, kebun sekolah, lapangan sekolah, dan sebagainya.

2.2.2        Skenario Pembelajaran
Lebih lanjut pada Standar Proses dinyantakan bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan pendahuluan, guru 1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; (2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; (3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; (4) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
Behaviorisme adalah teori yang berlandaskan pada prinsip stimulus-respon. Menurut teori ini seluruh perilaku manusia muncul karena rangsangan eksternal. Tokoh yang berkontribusi pada teori ini di antaranya adalah Ivan Pavlov. Dengan menggunakan teori itu sebagai dasar pengelolaan kegiatan pembelajaran, peran utama pendidik sebagai faktor eksternal harus memberikan rangsangan kepada siswa agar siswa  mampu merespon dengan baik serta meningkatkan perhatian atas apa yang harus dipelajarinya. Guru juga berperan agar respon yang siswa berikan diarahkan pada prilaku yang guru harapkan.
Tidak semua pakar sependapat dengan teori itu. Alasannya, respon dalam teori behaviorisme hanya berlaku pada hewan. Secara faktual kekuatan pada diri manusia tidak sesederhana itu. Manusia sebagai makhluk yang berakal dapat menunjukkan tingkat aktivitas yang jauh lebih sempurna. Manusia dapat mengembangkan aktivitas pikirannya jauh lebih kompleks. Manusia tidak hanya dapat merespon, namun dapat mengembangkan potensi pikirannya tanpa ada stimulus dari luar dirinya sekalipun. Manusia menunjukan kelebihannya sebagai konsekuensi dari proses berpikir atas akal yang dimilikinya.
Sekali pun prilaku siswa menunjukan kompleksitasnya, namun perubahan perilaku siswa dapat diamati terutama dari hasil belajarnya. Pandangan seperti ini muncul dari pihak yang pro kognitivisme. Penganut kognitivisme mengibaratkan pikiran manusia seperti komputer; mendapat input informasi, memproses informasi, dan menghasilkan outcomes tertentu. Alur sistem ini selanjutnya dijadikan landasan dalam meningkatkan mutu belajar.
Para ahli dari kelompok kognitif pada dasarnya berargumen bahwa “kotak gelap” otak manusia itu harus dibuka dan dipahami. Para pembelajar dipandang sebagai prosesor informasi dalam komputer. Oleh karena itu terdapat beberapa kata kunci dalam usaha memahami kecakapan berpikir seperti : skema, pengolahan informasi, manipulasi simbol, pemetaan informasi, penafsiran informasi, dan mental model.
Studi kognitivisme berfokus pada kegiatan batin atau mental, membuka kotak gelap pikiran manusia agar dapat memahami bagaimana orang belajar. Proses mental seperti berpikir, mengingat, mengetahui, memahami, memecahkan masalah perlu dicermati dengan teliti. Pengetahuan dapat dipahami sebagai skema atau konstruksi simbol-simbol mental. Belajar dipandang sebagai proses perubahan pada pikiran siswa.
Eksplorasi
Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman atas suatu fenomena (American Dictionary). Strategi yang digunakan memperluas dan memperdalam pengetahuan dengan menerapkan strategi belajar aktif.Pendekatan belajar yang eksploratif tidak hanya berfokus pada bagaimana mentransfer ilmu pengetahuan, pemahaman, dan interpretasi, namun harus diimbangi dengan peningkatan mutu materi ajar. Informasi tidak hanya disusun oleh guru. Perlu ada keterlibatan siswa untuk memperluas, memperdalam, atau menyusun informasi atas inisiatifnya. Dalam hal ini siswa menyusun dan memvalidasi informasi sebagai input bagi kegiatan belajar (Heimo H. Adelsberger, 2000).
Peta Konsep yang dikembangkan oleh Laurillard (2002) dalam tulisan Heimo menunjukan kompleksitas kegiatan eksplorasi dalam proses pembelajaran yang mengharuskan adanya proses dialog yang (1) interaktif (2) adaptif, interaktif dan reflektif (3) menggambarkan tingkat-tingkat penguasaan pokok bahasan (4) menggambarkan level kegiatan yang berkaitan dengan meningkatkan keterampilan menyelesaikan tugas sehingga memeperoleh pengalaman yang bermakna.
Pendekatan eksploratif berkembang sebagai pendekatan pembelajaran dalam bidang lingkungan atau sains. Sylvia Luretta dari Fakultas Pendidikan Queensland misalnya, mengintegrasikan pendekatan ini dengan lima faktor yang menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna, yaitu belajar aktif, belajar konstruktif, belajar intens, belajar otentik, dan kolaboratif yang menegaskan pernyataan bahwa pembelajaran eksploratif lebih menekankan pada pengalaman belajar daripada pada materi pelajaran.
Eksplorasi merupakan proses kerja dalam memfasilitasi proses belajar siswa dari tidak tahu menjadi tahu. Siswa menghubungkan pikiran yang terdahulu dengan pengalaman belajarnya. Mereka menggambarkan pemahaman yang mendalam untuk memberikan respon yang mendalam juga. Bagaimana membedakan peran masing-masing dalam kegiatan belajar bersama. Mereka melakukan pembagian tugas seperti dalam tugas merekam, mencari informasi melalui internet serta memberikan respon kreatif dalam berdialog. Di samping itu siswa menindaklanjuti penelusuran informasi dengan membandingkan hasil telaah. Secara kolektif, mereka juga dapat mengembangkan hasil penelusuran informasi dalam bentuk grafik, tabel, diagram serta mempresentasikan gagasan yang dimiliki.
Pelaksanaan kegiatan eksplorasi dapat dilakukan melalui kerja sama dalam kelompok kecil. Bersama teman sekelompoknya siswa menelusuri informasi yang mereka butuhkan, merumuskan masalah dalam kehidupan nyata, berpikir kritis untuk menerapkan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan yang nyata dan bermakna. Melalui kegiatan eksplorasi siswa dapat mengembangkan pengalaman belajar, meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan serta menerapkannya untuk menjawab fenomena yang ada. Siswa juga dapat mengeksploitasi informasi untuk memperoleh manfaat tertentu sebagai produk belajar.
Elaborasi
Kognitivisme memiliki beberapa cabang ilmu, di antaranya teori asimilasi, atribusi, pertunjukkan komponen, elaborasi, mental model, dan pengembangan kognitif.Teori elaborasi adalah teori mengenai desain pembelajaran dengan dasar argumen bahwa pelajaran harus diorganisasikan dari materi yang sederhana menuju pada harapan yang kompleks dengan mengembangkan pemahaman pada konteks yang lebih bermakna sehingga berkembang menjadi ide-ide yang terintegrasi. Pengertian ini dirumuskan Charles Reigeluth dari Indiana University dan koleganya pada tahun 1970-an. Konsep ini memiliki tiga kata kunci yang fokus pada urutanelaborasi konsep, elaborasi teori, danpenyederhanaan kondisi.
Pembelajaran dimulai dari konsep sederhana dan pekerjaan yang mudah. Bagaimana mengajarkan secara menyeluruh dan mendalam, serta menerapkan prinsip agar menjadi lebih detil. Prinsipnya harus menggunakan topik dengan pendekatan spiral. Sejumlah konsep dan tahapan belajar harus dibagi dalam “episode belajar”. Selanjutnya siswa memilih konsep, prinsip, atau versi pekerjaan yang dielaborasi atau dipelajari. Pendekatan elaborasi berkembang sejalan dengan tumbuhnya perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa sebagai kebutuhan baru dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran.
Dari pikiran Reigeluth lahirlah desain yang bertujuan membantu penyeleksian dan pengurutan materi yang dapat meningkatkan pecapaian tujuan. Para pendukung teori ini juga menekankan pentingnya fungsi-fungsi motivator, analogi, ringkasan, dan sintesis yang membantu meningkatkan efektivitas belajar. Teori ini pun memberikan perhatian pada aspek kognitif yang kompleks dan pembelajaran psikomotor. Ide dasarnya adalah siswa perlu mengembangkan makna kontekstual dalam urutan pengetahuan dan keterampilan yang berasimilasi.
Menurut Reigeluth (1999), teori elaborasi mengandung beberapa nilai lebih, seperti di bawah ini.
a)      Terdapat urutan instruksi yang mencakup keseluruhan sehingga memungkinkan untuk meningkatkan motivasi dan kebermaknaan.
b)      Memberi kemungkinan kepada pelajar untuk mengarungi berbagai hal dan memutuskan urutan proses belajar sesuai dengan keinginannya.
c)      Memfasilitasi pelajar dalam mengembangkan proses pembelajaran dengan cepat.
d)     Mengintegrasikan berbagai variabel pendekatan sesuai dengan desain teori.
Teori elaborasi mengajukan tujuh komponen strategi yang utama, (1) urutan elaborasi (2) urutan prasyarat belajar (3) ringkasan (4) sintesis (5) analogi (6) strategi kognitif, dan (7) kontrol terhadap siswa. Komponen terpenting yang melandasi semua itu adalah perhatian. Semua stratregi itu harus berlandaskan pada materi dalam bentuk konsep, prosedur, dan prinsip. Hal itu terkait erat dengan proses elaborasi yang berkelanjutan, melibatkan siswa dalam pengembangan ide atau keterampilan dalam aplikasi praktis. Strategi ini memungkinkan siswa untuk menambahkan sendiri ide dalam menguatkan pengetahuannya. Contoh yang tepat untuk ini adalah peserta didik yang memiliki daftar contoh konsep atau sifat yang dapat bermanfaat.
Konfirmasi
Kebenaran ilmu pengetahuan itu relatif. Sesuatu yang saat ini dianggap benar bisa berubah jika kemudian ditemukan fakta baru yang bertentangan dengan konsep tersebut. Oleh karena itu, sikap keilmuan selalu terbuka dalam memperbaiki pengetahuan sebelumnya berdasarkan penemuan terbaru. Sikap berpikir kritis dan terbuka seperti itu telah membangun sikap berpikir yang apriori, yaitu tidak meyakini sepenuhnya yang benar saat ini mutlak benar atau yang salah mutlak salah. Semua dapat berubah.





DAFTAR RUJUKAN
Departemen Pendidikan Nasional.2009. Materi Pelatihan KTSP. (2013:214)
Kemendikbud. 2012. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Kemendiknas. 2010. Pembelajaran Berbasis PAIKEM. Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan –Depdiknas.
Moleong, J Lexy. 2014. Metode Penelitian Kualitatif.  Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset .
Mulyasa, E.H. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta : Bumi Aksara.
Nurgiyanto, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Berbahasa.Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Riduwan. 2014. Dasar – Dasar Statistika. Bandung : Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2013. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Bandung : Kencana.
Kusmarni, Yani. Tanpa Tahun. Studi Kasus.
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Yulianto, Bambang. 2013. Modul PLPG Bahasa Indonesia.




No comments:

Post a Comment